NovelToon NovelToon

Pengorbanan Istri Yang Tak Dihargai

Kecelakaan

Brakkkkk

Benturan keras dari jalur jalan tol, sebuah mobil mewah menghantam pembatas jalan sehingga mobil itu berguling beberapa kali.

Mobil itu mulai mengeluarkan asap dan sepertinya sebentar lagi mobil itu akan terbakar.

Seorang pengendara sepeda motor yang kebetulan melewati jalur itu cepat-cepat turun dari motornya dan berlari ke arah kerumunan yang hanya melihat dari jauh tanpa berani ada yang dekat apalagi mobil itu sudah mengeluarkan asap.

"Sepertinya pengendara mobil itu tidak selamat, lihatlah dia bahkan tidak keluar dari mobil itu" ucap salah seorang yang ikut berkerumun di sana.

"Iya betul sekali" sambung yang lainnya.

"Kasihan sekali nasib orang itu" ucap yang lain.

Seorang gadis yang baru saja bergabung itu hanya menyimak obrolan mereka sambil menatap ke arah mobil yang sudah tidak berbentuk itu.

Ia pun tersadar saat menatap waktu yang tertera di layar ponselnya.

"Sial, aku hampir terlambat" gerutunya dan berbalik untuk segera pergi karena sebentar lagi jam kuliah pertama segera dimulai.

Namun saat hendak berbalik, matanya menangkap bayangan dari dalam kaca mobil yang celaka itu, seperti ada telapak tangan yang menempel dan bergerak dari dalam sana.

Polisi yang dihubungi bahkan belum tiba. Dengan penuh keberanian, gadis itu berlari ke arah mobil itu dan berusaha menyelamatkan orang yang berada di dalam sana.

Semua orang berteriak histeris dengan aksi nekad gadis muda yang memakai tas belakang itu. Tanpa peduli dengan teriakan orang-orang, ia malah mengambil sebuah batu besar lalu memecahkan kaca sehingga dapat membuka pintu mobil.

seorang yang sudah tidak dikenali wajahnya lagi karena dilumuri dengan darah tergeletak lemah di balik kemudi.

Gadis itu kembali berusaha menariknya keluar hingga beberapa pria yang melihatnya pun ikut membantunya agar lebih cepat selesai.

"Non, lain kali jangan sampai nekad seperti ini. Beruntung mobil itu tidak terbakar, bisa berbahaya" ucap seorang pria yang ikut menolong korban kecelakaan tadi.

"Nyawa orang ini akan ditanggungkan untuk kita semua jika tidak segera diselamatkan. Dia masih punya kesempatan hidup tapi kita saja yang egois" balasnya sambil menandai wajah orang-orang yang sejak tadi bukannya menyelamatkan korban malah mengabadikan momen itu dengan ponsel mereka.

"Kami tidak berani membawanya ke rumah sakit, polisi pasti akan meminta keterangannya dan itu akan sangat ribet" ucap seorang pria lagi.

"Aku yang akan membawanya ke sana" ucapnya dan langsung menyetop taksi untuk membawa korban itu pergi.

"Pak tolong bawa ke rumah sakit xx aku akan membawa sepeda motorku mengikuti dari belakang" jelasnya.

"Baiklah non"

Setibanya di RS, pria itu ditangani sedangkan ia berada diluar memikirkan bagaimana caranya menghubungi keluarga korban.

"Siapa dia? aku harus menghubungi siapa keluarganya? shittt absen kuliah lagi hari ini" gerutunya sambil menggenggam ponselnya.

****

Di tempat lain, seorang pria paruh baya sedang menunggu kedatangan putranya yang baru menggantikan posisinya sebagai CEO satu minggu yang lalu.

Pria itu ingin bertemu putranya di kantor karena ingin memberitahukan jika ia dan sang isteri akan berlibur beberapa lama di luar negeri. Namun putranya susah dihubungi apalagi ia tinggal sendiri di apartemen, membuat pria tua itu mendatangi kantornya.

Breaking news

Terjadi kecelakan tunggal di jalan tol jalur xxx. Sebuah mobil Rolls-Royce dengan pengendara tunggal dinyatakan kritis.

Berita terbaru dengan bukti foto mobil dengan nomor DH yang terlihat jelas.

Deg

Hampir saja pria itu tumbang jika asisten putranya tidak ada di sana.

"Bapak, apa anda baik-baik saja?" Tanya Liem sang asisten.

"Liem, apakah ini benar Harvey putraku?" tanya pria itu sambil menekan dadanya.

Liem pun terkejut dan hanya bisa mengangguk. Pantas saja tuan besarnya itu hampir jantungan. Putra kesayangannya sedang dalam bahaya.

"Liem, kita ke sana sekarang" ucapnya dengan tubuh yang bergetar.

"Telepon ibu di rumah" lanjutnya lagi.

"Baik bapak" jawabnya.

Ia langsung menghubungi sopir di rumah utama untuk membawa nyonyanya pergi tanpa memberitahukan apa yang terjadi karena takut wanita itu kenapa-kenapa.

Hampir satu jam berada di jalan, merekapun tiba di rumah sakit sesuai keterangan yang tertera di berita tadi. karena beberapa orang sempat mendengar saat gadis itu memberitahukan alamat rumah sakit kepada sopir taksi yang membawa si korban.

"Selamat pagi, boleh tanya?" ucap Liam saat tiba di meja resepsionis.

"Ada apa pak?" tanya salah seorang dari yang bertugas di sana.

"Di mana ruangan pasien yang kecelakaan tadi?" tanya Liem.

"Dia ada di lantai paling atas" jawab gadis itu.

Ada perasaan aneh yang timbul dalam pikiran Liem dan kedua majikannya. Apakah pihak rumah sakit tahu jika yang celaka itu adalah putra dari Matthew Comyn? sehingga langsung ditempatkan di kelas VVIP?

Untuk sekarang masa bodoh yang penting melihat keadaan Harvey terlebih dahulu, toh lebih baik jika dia ditempatkan di sana karena mereka bahkan bisa membeli rumah sakit ini sekaligus.

Ketiganya masuk ke dalam lift menuju ke lantai kesekian sesuai arahan resepsionis.

Sang nyonya sudah menangis sejak tadi saat bertemu suaminya dan mengetahui tentang sang putra yang celaka.

Tibalah mereka di lantai paling atas, mereka berjalan menuju ke ruangan di mana ada seorang gadis tengah mondar mandir di sana.

"Nona, apakah kamu tahu pasien kecelakaan yang baru di bawa ke lantai ini?" tanya Liem lagi.

"Hah?" ucap gadis itu spontan karena terkejut.

"Apakah kalian keluarganya?" tanya gadis itu sambil menatap ketiga orang itu satu per satu. Sepertinya tidak asing orang-orang itu.

"Iya, ini orang tuanya" ucap Liem.

"Om, tante... Maaf jika aku lancang" ucapnya menjeda sambil menetralkan rasa takutnya.

"Kenapa?" tanya tuan Matthew dingin.

"Aku tidak mengenal keluarganya sehingga aku menandatangani surat penanggungjawab untuk oprasi. Tidak bisa menunggu karena kritis" jelasnya berusaha untuk tenang.

Deg

Nyonya Ellen terkejut.

"Pa, gimana anak kita?" ucapnya mulai menangis.

"Mama tenang. Lalu bagaimana kondisinya?" tanya Matthew.

"Mmmm masih di ruang operasi" jawab gadis itu.

Mereka baru sadar kalau saat ini mereka sedang berada di depan ruang oprasi.

Mereka terdiam beberapa saat hingga pintu ruang oprasi terbuka.

"Bagaimana keadaan putra saya dokter?" tanya Matthew.

"Masih dalam keadaan kritis, tuan. Kita menunggu sampai dia siuman untuk mengetahui efek oprasi karena pasien dibawa ke sini mau dibilang terlambat" jelas dokter membuat mereka semua terkejut.

Matthew dan isterinya terdiam. Pria itu berusaha tenang namun tidak dengan isterinya yang kembali menangis setelah mendengar kondisi anak semata wayang itu.

"Apakah tidak ada cara lain?" tannya Matthew lagi.

"Seperti tadi saya bilang tuan, kita akan menunggu dia siuman baru setelah itu pakai cara lain" jelas dokter.

"Untuk sementara pasien akan dipindahkan ke ruangan ICU" ucap pria berjas putih itu dan langsung pergi dari sana.

Bersambung

Kartu Identitas

Si korban telah dipindahkan ke ruang ICU. Gadis itu hendak pamit pergi namun dicegat oleh Liem.

"Tuan-tuan dan nyonya, kebetulan kalian sudah berada di sini, aku pamit pulang" ucap gadis itu tenang.

"Tunggu!!" ucap Liem membuat kedua majikannya juga ikut terkejut.

"Ada apa tuan?" tanya baik gadis itu.

"Siapa namamu? kami harus mengetahuinya karena kamu yang membawa pasien ke sini, jika terjadi apa-apa bagaimana kami bisa mencarimu?" ucap Liem sedikit masuk akal membuat Matthew juga lega.

"Sebaiknya tadi aku membiarkan dia terbakar bersama mobilnya sekalian." Gerutunya dan masih bisa di dengar oleh mereka. dan hal itu membuat mereka terkejut.

"Apa yang kamu katakan?" ucap Liem sedikit meninggi suaranya.

"Berikan identitasmu, barangkali dia sembuh dan ingin mengucapkan terimakasih kepada yang menolongnya.

" Tidak perlu tuan, aku menolongnya ikhlas kok" ucapnya santai.

Sedang berdebat, dua orang polisi tiba di rumah sakit.

"Selamat siang, boleh kami tanya keterangan dari oknum yang menolong korban?" tanya salah seorang polisi.

"Boleh pak, ini dia yaang menolong korban" ucap Liam spontan membuat gadis itu menatapnya dengan tajam.

"Siapa namamu?" tanya polisi.

"Joi" jawabnya singkat.

"Nama lengkap" tanya polisi yang sedang mencatat keterangan.

Gadis yang disapa Joi itu menatap pak polisi dengan itens.

"Mana kartu identitasmu" tanya polisi, dan mau tidak mau ia mengeluarkan kartu identitasnya.

"Rejoice Lenderth, betul ini namamu?" tanya polisi lain pagi yang membaca identitas gadis itu.

Deg

Apakah dia putrinya Zem? batin Matthew

"Menurut pak?" tanya baik gadis itu membuat pak polisi tersenyum simpul dengan kejudesan gadis itu.

"Baiklah, nanti kamu bisa datang memberi keterangan lebih lengkap di kantor polisi, esok nanti." pesannya.

"iya" jawabnya singkat.

"Aku permisi" pamitnya. Matthew dan Liem yang sudah mengetahui identitas gadis itu memilih membiarkan dia pergi.

Harvey yang sudah dipindahkan ke ruang ICU pun belum sadarkan diri membuat kedua orang tuanya sedih.

"Liam, informasikan keadaan Harvey kepada Valen" perintah Matthew kepada Liem untuk memberitahukan tentang kecelakaan Harvey kepada tunangannya.

"Baik bapak" jawabnya yang langsung pergi menjauh.

Tring tring tring

📞Halo

📞Nona Valen, tuan Harvey kecelakaan dan saat ini di ruang ICU

📞Hah!!! aku akan segera ke sana.

Sambungan telepon terputis dan ia kembali bergabung dengan majikannya.

"Bagaimana?" tanya Ellen

"Nona Vallen akan segera ke sini" jawab Liem.

"Baiklah, setidaknya dengan adanya dia di sini, Harvey bisa punya semangat untuk cepat pulih" ucap wanita paruh baya itu sedih.

*******

Joi kembali ke rumah karena tidak mungkin ia akan ke kampus dengan pakaiannya yang sudah terkena darah manusia.

"Non? apa kamu baik-baik saja? apa yang terluka sayang?" tanya sang art yang sudah bekerja di sana sejak awal kedua orang tuanya menikah.

"Bi' Joi nggak apa kok," ucap Joi merasa risih karena di periksa seluruh tubuhnya untuk memastikan benar apa tidak jika ia tidak apa-apa.

"Lalu kenapa kamu berdarah?" tanya bi yang belum puas karena belum tahu yang sebenarnya.

"Joi abis nolong orang celaka jadi nggak ke ke kampus deh" ucapnya memberi penjelasan.

"Ya sudah, sekarang ke kamar mandi dan bersihkan tubuhmu" ucap wanita itu menaring tangan anak majikannya menuju kamar dan membawanya ke kamar mandi.

"Cuci sampai bersih ya? bi tunggu di ruang makan" ucap wanita itu.

"Siap ibu negara." ucap Joi sambil memberi hormat.

setelah itu pintu kamar mandi tertutup dan wanita itu pergi dari kamar anak gadis itu. Sejak kematian nyonya rumah saat melahirkan putra bungsunya, ternyata keduanya tidak selamat. Sejak saat itu tuan Zem tidak mau menikah lagi. Ia fokus kerja dan merawat putrinya yang dibantu oleh bibi yang usianya sudah setengah abad lebih.

Wanita tua itupun sangat menyayangi putri majikannya sehingga ia tetap mengabdikan diri di sana.

Di Kamar mandi

"Seperti tidak asing ya wajah mereka. Tapi nyebelin, beruntung aku menolongnya eh malah diancam pula si penolong. Dasar sableng" gerutunya sambil menyambung tubuhnya.

"Jadi penasaran, apa dia selamat apa mati ya? Eh jangan mati dong, dikira aku pembunuhnya." gumamnya lagi.

"Uh segarnya." gumamnya sambil keluar dari kamar mandi dengan melilitkan handuk di atas dadanya hingga pertengahan pahanya.

Beberapa saat menghadap ke kaca rias, akhirnya selesai juga ritualnya. Ia melangkah turun dan menuju ke ruangan makan.

"Silahkan dimakan tuan putri kesayangan bibi" ucap wanita itu sumringah.

"Makacih kesayangan Joi" ucapnya juga dengan gaya centilnya dan memberikan ciuman sayang kepada wanita yang sudah merawat dia sejak kecil.

Mereka pun makan siang dengan lahap tanpa gangguan karena sang daddy akan pulang sore atau malam. Di mansion itu, hanya mereka berdua dan ada tukang kebun serta sekuriti namun mereka berada di tempat masing-masing, sedangkan para pembersih akan datang dua hari sekali untuk membersihkan rumah besar itu. Sang bibi hanya bertugas memasak dan menyiapkan kebutuhan tuan serta putrinya itu.

"Bi, Joi ke kamar dulu mau istirahat" ucap Joi setelah menyelesaikan makan siangnya.

"Iya sayang" ucap wanita itu sambil menata piring kotor dan membawanya ke wastafel.

Hanya beberapa menit kemudian gadis itu sudah masuk ke alam mimpinya.

Di kantor

Tuan Zem baru menyelesaikan pekerjaannya dan manngambil ponselnya karena ia akan mencari makan diluar. Iseng pria itu membuka ponsel untuk menghubungi putrinya ternyata ia lebih dahulu dikagetkan dengan video terbaru hari ini yang menampilkan tubuh bagian belakang seorang gadis yang sangat ia kenali. Gadis pemberani yang sedang berjuang menyelamatkan nyawa korban kecelakaan di jalan tol pagi ini.

Tanpa menunggu lebih lama, ia langsung menelepon putrinya untuk bertanya lebih jelas.

tring tring tring

tring tring tring

Tidak ada jawaban, ia pun menghubungi telepon rumah.

tring tring tring

📞Halo

📞Bi, apa Joi ada kasih info?

📞Non Joi di kamar tuan, sepertinya lagi tidur

📞Loh, tidak kuliah?

📞Tadi non Joi abis tolong orang kecelakaan dann bajunya penuh darah jadi pulang.

📞Baiklah, dia baik-baik saja kan?

📞Sangat baik, dia sudah selesai makan dan masuk kamar.

📞Oke bi, aku matikan teleponnya.

Pria itu lega karena putrinya baik-baik saja dan membuatnya bangga karena habis melakukan hal baik di luar sana. Tidak semua anak muda peduli dengan hal begitu namun ia berani melakukannya. Itu adalah satu kebanggaan tersendiri.

Namun pria itu juga penasaran dengan siapa koran kecelakaan tersebut. Ia akan bertanya jika pulang dari kantor nanti.

Setelah memastikan semuanyq, ia melangkah keluar untuk mencari makan, karena jam makan siang hampir usai sedangkan asisten dan sekretaris nya sudah dia suruh makan lebih dahulu.

Bersambung

Batal Nikah

Tiga hari pun berlalu, Joi sudah mendatangi kantor polisi dan memberi keterangan sesuai yang dia lakukan di lokasi kecelakaan. Namun tidak dengan si korban yang masih terbujur kaki di dalam ruangan ICU.

"Pa, lakukan sesuatu untuk anak kita" desak nyonya Ellen yang tidak tega melihat sang putra yang tubuhnya masih tertancap alat rumah sakit.

"Ma, kata dokter kt harus menunggu hingga dia siuman, tidak bisa kita bertindak lebih lanjut karena akan berbahaya untuk Harvey" ucap sang suami.

Tak berselang berapa menit, dokter dan beberapa perawat berlari masuk ke dalam ruangan yang ditempati oleh Harvey. Hal itu membuat orangtuanya panik karena mereka memang tidak boleh berlama-lama di ruangan tersebut sehingga saat ini mereka sedang berada di ruangan lainnya.

"Kenapa pa?" tanya sang istri.

"Tidak tahu ma" jawab suaminya.

Beberapa saat kemudian mereka keluar dengan sedikit lega namun bercampur gelisah.

"Dok, bagaimana dengan keadaan putraku?" tanya tuan Matthew.

"Syukurlah dia sudah siuman, tapi.. " ucap dokter serasa berat.

"Tapi apa dok?" tanya tuan Matthew harap-harap cemas.

"Dia dinyatakan buta" ucap dokter.

Degh

Kedua orang tua itu langsung tercekat dengar ucapan dokter. Seperti petir di siang bolong yang menyambar jantung mereka.

"A apakah dia bisa melihat lagi?" tanya tuan Matthew.

"Kemungkinan iya, tapi dalam waktu yang tidak bisa ditentukan. Setelah luka-lukanya sembuh, sebaiknya langsung ke dokter spesialis mata." jelas pria itu.

mereka terdiam sejenak.

"Pindahkan pasien ke ruang rawat" perintah dokter kepada bawahannya.

*****

Keesokan harinya, Harvey sudah mengamuk karena mendapati dirinya yang memang tidak bisa melihat alias buta.

"Akhhhhhh" teriaknya membuat Liem terkejut karena saat ini ia yang menjaga Harvey sedangkan kedua orang tuanya kembali sebentar untuk membersihkan diri mereka.

"Tuan, tolong tenang. Akan berbahaya jika anda banyak gerak" pintar Liem.

"Apa!!! kamu bilang tenang? aku bahkan tidak bisa melihat!!! kenapa aku tidak mati sekalian!!!" teriaknya membuat Liem kewalahan dan akhirnya menekan tombol darurat sehingga dokter datang menyuntikkan obat penenang.

tring

tring

📞Halo Liem

📞Tuan muda mengamuk

tuan Matthew langsung memutuskan telepon dan mungkin mereka akan segera tiba.

Suasana semakin tegang semenjak Harvey memberontak tidak Terima keadaannya sekarang.

"Liem, bagaimana Harvey?" tanya mama Ellen yang baru saja tiba bersama suaminya.

"Dia sangat syok dengan keadaannya yang tidak bisa melihat" jawab Liem.

.

.

"Om, tante, bagaimana keadaan Harvey?" tanya Valen yang baru muncul setelah beberapa hari diberitahukan.

"Baru siuman kemarin" jawab mama Ellen tenang.

Gadis itu menuju ke kursi di samping ranjang pasien dan duduk di sana.

"Sayang, bagaimana keadaanmu?" ucapnya sambil menggenggam tangan Harvey.

Harvey yang menyadari kehadiran sang kekasih, merasa bahagia dan melupakan kesedihannya sejenak.

"Sayang, kamu sudah datang? kamu tidak akan meninggalkan aku kan?" ucapnya bahagia sambil berusaha menyentuh wajah gadis itu namun tidak berhasil karena ia tidak bisa melihatnya.

Wajah Valen berubah pucat melihat gelagat aneh sang kekasih yang tidak seperti biasanya.

"Maaf kak Valen, Harvey mengalami kebutaan" jelas mama Ellen yang mengerti kebingungan tunangan putranya.

"Hah??" ucapnya sedikit berteriak dan langsung melepas genggaman tangan Harvey.

Deg

Harvey juga terkejut dengan tindakan sang tunangan, walaupun tidak bisa melihat namun ia bisa merasakan ditolak oleh gadis itu.

"Sayang, aku pasti sembuh. Aku akan berjuang demi kamu dan demi hubungan kita" ucap Harvey berusaha meyakinkan sang tunangan.

"Tidak, tidak... bagaimana bisa seperti itu? kamu buta seumur hidup dan aku akan mengurus kamu seumur hidup?" ucap Valen tak Terima. bertepatan dengan itu, kedua orang tua Valen pun masuk.

"Kenapa sayang?" tanya sang ibu Valen.

"Ma, aku nggak mau, Harvey buta ma" ucap Valen lalu mendekat ke arah sang mama dan bergelayut manja di sana.

"Buta?" tanya sang mama.

"Iya ma, masa aku harus mengurusnya yang buta sepanjang hidup?" ucap Valen lagi membuat Harvey naik darah.

Air muka Harvey langsung berubah sedih mendengar ucapan tunangannya. sang mama pun mendekat lalu mengusab punggung tangannya memberi ketenangan kepadanya.

Kepalan tangan Harvey yang begitu kuat sampai tangannya bergetar.

"Baik, jika itu maumu, mulai detik ini kamu bukan lagi tunanganku dan pernikahan kita batal" ucap Harvey penuh penekanan.

"Silahkan angkat kaki dari ruangan ini bersama orangtuamu" tegasnya sekali lagi.

"Harvey, Valen hanya syok nak, jangan bicara seperti itu" ucap mamanya Valen.

"Cukup, aku tidak butuh belas kasihan kalian sekarang. Pergi!!!" teriaknya membuat papanya Valen tersinggung.

"Baiklah, aku akan membawa istri dan anakku pergi, tapi ingat! kau akan terpuruk hingga menua nanti karena tidak ada seorang gadis pun yang akan menyukai pria lemah dan cacat seperti mu" setelah mengatakan hal demikian, pria itu langsung membawa istri dn anaknya keluar dari ruang rawat Harvey.

Setelah mereka pergi, papa Matthew langsung mendekat ke arah sang putra.

"Bersabarlah, papa akan mencari rumah sakit terbaik sampai ke ujung dunia untuk membuktikan dan menyumbat mulut kotor mereka" ucap papa Matthew yang ikut sedih saat putranya diejek.

Papa Matthew keluar sebentar meninggalkan sang istri yang tengah menenangkan putranya yang emosinya belum mereda.

.

.

"Liem, apapun caranya kamu harus membawa gadis yang menolong Harvey kemari. Untuk sekarang hanya dia yang bisa kita andalkan." Perintah papa Matthew.

"Bagaimana bisa tuan, ayahnya bukan orang sembarangan" jawab Liem sedikit tidak berani menghadapi siapa itu Zem Lenderth.

"Saat ini Harvey buta dan itu semua karena dia yang berani mengambil keputusan untuk menandatangani surat penanggung jawab operasi" ucap papa Matthew membuat Liem mengerti maksudnya.

"Baiklah" jawabnya dan langsung pergi menjalankan misinya.

*****

Joi baru selesai kuliah dan mengeluarkan motornya dari parkiran hendak pulang ke rumahnya.

Beberapa kali ia membunyilan belnya namun pria itu tidak menghiraukan, ia tetap pada posisinya menghadang Joi.

"Om, bisa minggir nggak sih?" teriaknya.

"Aku tidak akan minggir sampai kamu mau mengikuti aku ke rumah sakit" ucap Liem tetap pada posisinya.

"Untuk apalagi sih? mengganggu waktuku saja" gerutunya.

"Gara-gara kamu mengambil keputusan oprasi tanpa menunggu orang tuanya, sekarang akibatnya fatal, dia buta" ucap Liem.

Deg

Joi terkejut dengan kenyataan yang baru dia ketahuilah sekarang.

"Om, jika aku nggak bertindak dengan cepat, dia bukan cuma buta doang tapi mati" ucap Joi kesal dengan pria yang ada di depan motornya itu.

"Oke baiklah, jika kamu tidak mau ikut, aku akan membongkar identitasmu. Bukannya kau sangat menjaga supaya orang jangan tahu siapa kau sebenarnya?" ucap Liem tenang sedangkan ancaman itu malah membuat Joi kalang kabut.

Sial, pria ini benar-benar ya? kenapa nggak mati sekalian tu orang. meribetkan orang lain. Batinnya yang memang sudah tidak ada pilihan lain.

Bersambung

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!