NovelToon NovelToon

Badboy VS Cool Girl

PROLOG

(Semarang)

"Pagi Bun, Yah!" sapa gadis itu sambil mencium kedua pipi orangtuanya. Gadis tersebut yang tak lain ialah Biru Bumi Lestari S. Gadis berdarah Spanyol.

"Pagi sayang!" balas mereka serempak.

"Pagi cantik!" sapanya Biru sambil mencium ke dua pipi adiknya gemas. Ratu Felicia S adalah adiknya, dia masih berumur 10 bulan tetapi sudah bisa berjalan dengan lancar.

Back to topic.

Mereka pun memulai sarapannya. Hening, tidak ada yang memulai pembicaraan di antara mereka, hanya ada suara sendok yang bersentuhan dengan piring.

Restu yang tak lain adalah Ayah Biru membuka suara.

"Biru besok kita akan pindah ke Bandung," ujarnya di sela-sela makan.

Uhuk uhuk.

Sang Bunda langsung memberikan minum kepada Biru yang sedang tersedak karena perkataan sang Ayah.

"Hati-hati makannya, Biru," ujar Belinda yang tak lain ialah Bundanya Biru.

"Kenapa? Ayah ada kerjaan di Bandung?" tanya Biru.

"Tidak. Kita akan menetap di sana, lagi pula kerjaan Ayah yang di sini sudah selesai," jawab Restu.

"Baru juga beberapa bulan aku pindah sekolah, masa pindah lagi, Yahhh," ujar Biru cemberut.

"Emang kamu mau di sini sendiri?" tanya Belinda yang dibalas dengan gelengan.

"Emang harus banget gitu besok?" Biru menghela nafas melihat kedua orangtuanya yang menganggukkan kepala.

"Bun, Yah aku berangkat dulu ya," pamitnya sambil mencium punggung tangan orangtuanya.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam. Hati-hati, Nak!"

Sesampainya di sekolah ia turun dari angkutan umum lalu menghampiri pos satpam terlebih dulu.

"Pagi, Pak!" sapanya sambil tersenyum.

"Eh, Neng Biru, pagi juga."

"Ini Pak saya ada bekal buat Bapak, di makan ya Pak," ujarnya sambil menyerahkan kotak bekal tersebut kepada satpam.

"Wahhh, terima kasih atuh Neng, sampe repot-repot gini, kemarin 'kan udah ngasih saya bekal Neng," ujarnya sambil mengambil kotak bekal itu.

"Gak apa-apa, Pak. Ya udah saya permisi dulu ya Pak. Jangan lupa bekalnya di makan," pamit Biru.

"Sekali lagi terima kasih ya, Neng."

"Iya Pak, sama-sama. Biru masuk dulu ya. Assalamualaikum!"

"Waalaikumsalam."

Selama di koridor Biru terus tersenyum dan membalas sapaan temannya. Walaupun dirinya baru beberapa bulan sekolah di SMA Mataram ia sudah mempunyai banyak teman dan juga penggemar tentunya.

"Hai Va," sapa Biru kepada teman sebangkunya itu.

"Hai juga Bi, tumben lo baru dateng? Biasanya suka datang sebelum gue," sindir Aviva, karena melihat temannya itu baru datang, biasanya Biru datang sebelum Aviva datang.

"Iy-"

Tetttttttttt

Ucapan Biru terpotong oleh suara bel sekolah yang menandakan pelajaran akan segera dimulai.

"Nanti aja deh gue cerita," ujar Biru.

Dan tak lama seorang wanita paruh baya memasuki kelas XI MIPA 1, yaitu kelasnya Biru.

"Assalamualaikum anak-anak!"

"Waalaikumsalam Buuuu!"

"Keluarkan bukunya dan buka hal 201 lalu kerjakan tugas hal 202-203 bla bla bla bla bla..........."

Kringgggggggg!

"Baik cukup di sini pelajaran Ibu. Selamat beristirahat. Assalamualaikum," pamitnya lalu keluar dari kelas.

"Waalaikumsalam!"

"Kantin kuy!" ajak Aviva yang hanya di balas anggukan oleh Biru.

"VA ,BI TUNGGUIN!" Aviva dan Biru lantas berhenti berjalan dan langsung menengok ke belakang dan ternyata temannya yaitu Bilqis yang memanggil dirinya sambil sedikit berlari.

"Apa sih lo teriak-teriak, malu-maluin aja tau gak!" tukas Aviva.

"Ya maap beb."

"Bab beb bab beb. Najis!"

"Yeee santuy dong, ngegas amat Mbaknya."

"Biasa aja tuh, lo nya aja yang baper."

"Dih napa jadi gue."

"Emang iya."

"Udah-udah, katanya mau ke kantin, tapi kalian malah adu mulut," lerai Biru.

"Nih dugong kutub utara aja yang bikin gue kesel emang," tuduh Aviva.

"Bikin kesel gimana coba? Gaje emang ni orang," telak Bilqis.

"Gue ke kantin sendiri, BYE!" Biru meninggalkan mereka yang tengah terus-terusan adu mulut itu yang membuat ia jengah akan setiap kali bertemu selalu bertengkar yang unfaedah.

"Lho kok dia ninggalin gue," ujar Aviva

"Lo sih!" decak Bilqis.

"Enak aja lo tuh!"

"Kok gue, lo!"

"Lo-"

"Lha anjir, di tinggal lagi gue," ujarnya lalu berjalan menyusul temannya itu.

"Bangsul lo ya, pada ninggalin gue, dasar!" kesal Aviva saat sampai di meja Bilqis dan Biru dan melihat mereka yang tengah makan.

"Makan!" titah Biru sambil memberikan mie ayam kepada Aviva.

"Wihh makasehh Biruuu kuu, baik deh ah, gak kayak ini niih yang di samping gue niih," sindir Aviva kepada temannya yang duduk di samping dirinya, yaitu Bilqis

"Nyindir gue, lo?"

"Lho gue gak bilang ya kalo itu lo."

"Makan! Ribut mulu lo pada!" lerai Biru.

"Va, Qis, besok gue pindah ke Bandung," ujar Biru di sela-sela makannya.

Uhuk uhuk.

"What?! Besok? Harus banget gitu besok? Emang ada apa sih?" tanya Bilqis bertubi-tubi.

"Iya, Bi, lo 'kan baru 3 bulanan lha sekolah di sini masa udah pindah lagi aja," sambung Aviva memelas.

Biru hanya mengangkat bahu nya acuh. "Yaaa mau gimana lagi, gue harus ikut bonyok ke Bandung."

"Huaaaa terus nanti gue sama siapa duduknyaaaa," ujar Aviva histeris.

"Rere 'kan ada noh, dia juga duduknya sendiri 'kan."

"Iya juga sihh. Tapi 'kan nanti gue bakal kangennn banget sama lo Biruuuuu," rengek Aviva.

"Betul tuh. Nanti lo lupa lagi sama gue sama Aviva juga, mentang-mentang di sana lo ada temen baru."

"Ya, enggaklah! Gue gak bakal lupain kalian berdua, lagian 'kan kalo kangen bisa video call 'kan, dunia udah canggih kali Qis."

Bilqis hanya menggaruk tekuknya yang tidak gatal "Oh, iya ya, hehe."

"Gue juga nanti kali-kali main deh ke sini."

"Harus!"

"Kalian juga nanti kapan-kapan ke Bandung, temuin gue nanti kita hangout bareng."

"Oke siap, santuilah itu mah."

"Udah bel tuh, masuk yok!" ajak Bilqis yang di angguki mereka, lalu mereka pun meninggalkan kantin dan berjalan menuju kelasnya.

...🌟🌟🌟...

(Bandung)

Seorang murid laki-laki terus menelusuri koridor sekolah dengan tampak santainya. Padahal bel masuk sudah berbunyi dari 1 jam lebih 45 menit yang lalu.

Langit Adelio Prasaja namanya. Cowok tampan dan juga cool, namun memiliki sifat yang sangat dingin juga seorang badboy, serta mostwanted boy di SMA Taruna Bakti. Namun siapa sangka, dibalik sifat yang bad ia juga seorang siswa yang berprestasi, sudah tidak diragukan lagi kemampuan otaknya.

Oke back to topic

Sesampainya di depan pintu kelas ia langsung membuka pintu dan langsung melengos duduk begitu saja tanpa memperdulikan guru yang sedang menjelaskan materi di depan, lantas membuat guru tersebut kesal.

"LANGIT TIDAK SOPAN SEKALI KAMU. KAMU TIDAK LIHAT ADA SAYA DI SINI YANG SEDANG MENJELASKAN MATERI HAH!?" Namun Langit hanya mengangkat bahunya tak acuh tanpa memperdulikan guru tersebut sedang kesal serta marah padanya.

"HORMAT PADA BENDERA SAMPAI JAM PEL-" ucapan sang guru terpotong oleh Langit.

"Berisik!" cela Langit dingin sambil menatap sang guru tajam, membuat guru tersebut menelan ludahnya susah.

Langit pun keluar dari kelas dan menutup pintunya dengan membanting pintu tersebut sangat keras, membuat seisi kelas terkejut.

Langit tetap lah Langit, bukannya menjalankan hukuman yang di berikan sang guru, ia malah pergi ke UKS. Bukan, ia tidak sakit hanya saja ia pergi ke UKS untuk sekedar tidur.

Sedangkan di kota yang berbeda, yaitu kota Semarang terlihat tiga gadis yang tengah berada di sebuah caffe, yaitu Eastman Coffee House. Caffe terkenal di kota Semarang siapa lagi jika bukan Biru, Aviva dan Bilqis.

Sepulang sekolah mereka memutuskan untuk pergi ke caffe. Hari ini mereka akan menghabiskan waktu bertiga mereka, Karena besok Biru akan pindah ke Bandung, dan meninggalkan temannya itu.

"Sumpah Bi gak rela gue kalo besok lo pindah. Bandung 'kan jauhhhhhh," rengek Aviva.

"Plis deh gak usah lebay, 'kan masih bisa video call-an Aviva Maharaniiiii," ujar Biru gemas, karena sedari tadi Aviva terus menerus mengoceh yang katanya tidak rela di tinggal oleh Biru.

"Iya ih, Aviva lebay, udeh kek mau kemana aja si Biru. Dia 'kan cuman pindah kota bukan pindah planet jumintennn," sahut Bilqis gemas jadinya.

"Kalian ma ya gue 'kan lagi sedih."

"Kiliin mi yi gii kin ligi sidih," ejek Biru.

"Bicit ah lo!" Biru dan Bilqis tertawa melihat muka kesal Aviva.

"Nge-Mall yuk guys! Gue denger-denger ada sweeter yang keluaran terbaru lho, kita beli yuk, couple-an gitu," saran Bilqis.

"Oh ya? Boleh tuh, ya udah ayo, kebetulan gue juga mau beli sweeter buat adik gue," sahut Biru.

"Gaskeun lahhhhh!" sambung Aviva.

Lalu mereka pun keluar dari caffe tersebut dan menjalankan mobilnya menuju mall.

Setelah sampai mereka langsung berjalan menuju toko-toko yang menjual sweater. Sesudah selesai membeli sweeter yang mereka inginkan mereka pulang ke rumanya masing-masing karena memang jam sudah menunjukkan pukul 7 malam.

Sedangkan di kota Bandung lebih tepatnya di sebuah markas Vanostra malam ini mereka tengah berkumpul di markas, tentunya di sana terdapat banyak para cowok ada yang sedang merokok, bermain gitar, minum kopi, makan dan lain-lainnya.

Geng Vanostra ialah geng yang cukup terkenal di seluruh kota.

Siapa yang tidak mengenal Vanostra? Geng motor yang paling di segani di penjuru jalanan dan memiliki anggota terbanyak dari geng motor lainnya. Yaitu 800 anggota dan memiliki 8 orang anggota inti.

Vanostra dikenal dengan kebaikan mereka dan juga keganasannya. Kebaikan mereka yang patut dicontoh itu jika ada kesusahan akan mereka bantu, memberikan santunan pada anak yatim dan hal apapun yang berbau kebaikan. Sedangkan keganasan mereka? Yang pasti jika ada yang berani mengusik ketenangan mereka, maka hanya ada dua pilihan, yaitu 'Mati atau Koma'. Itulah motto dari geng Vanostra.

Geng tersebut di ketuai oleh Langit Adelio Prasaja. Yap! Si cowok yang cool, badboy dan juga sang mostwanted SMA Taruna Bakti.

Geng tersebut sudah menjadi turun-temurun sejak tahun sembilan puluhan.

"LANGIT!" teriak lelaki yang tak lain adalah anggota Vanostra.

Lantas membuat semua anggota lain menoleh ke asal teriakan itu.

"Buset, untung kagak copot nih kuping," decak Sigit sambil menggosok-gosokkan telinganya.

"Ngapa lo? Teriak-teriak udah kayak tarzan aja," sahut Bangkit.

"Kenapa?" tanya Langit dengan nada dinginnya.

"Galih ngajak lo balapan jam 11 malam," jawab Gugun.

"Permintaan diterima!" ujar Langit

"Tuh anak gak kapok-kapoknya, udah kalah masih aja nantangin lagi," ujar Gading tandas.

"Lo harus hati-hati Lang, dia itu licik orangnya," sambung Fajar.

"Ya elah Jar, tenang aja kali. Bahkan Langit lebih licik dari dia," timpal Bangkit.

Karena sekarang sudah pukul 11 malam Langit dan yang lainnya bersiap-siap untuk segera pergi ke area balap.

Sesampainya di sirkuit geng Vanostra turun dari motor nya masing-masing dan berjalan ke arah geng Araster.

"Wess gue kira gak bakal dateng," ujar Galih sinis yang tak lain adalah ketua geng Araster.

"Lo salah, karena kita gak sepengecut kalian," tukas Bangkit menatap Galih tajam.

Galih yang di tatap Bangkit tajam pun hanya terkekeh. "Geng lo yang pengecut, cemen," ledeknya sambil membalikkan ibu jari ke bawah seperti meledek.

"Gak usah banyak bacot lo! Kita buktiin aja, siapa yang pengecut sebenarnya!" tukas Sigit sinis.

Geram Galih. "Oke, kita liat aja, siapa yang bakal menang," lanjutnya.

"Basi!" gumam Langit sambil menatap tajam Galih.

Brum

Brum

Brum

Brum

Seorang wanita yang sexy berjalan ke tengah lintasan sambil memegang sebuah sapu tangan tanda pertandingan akan dimulai.

Dan sapu tangan tersebut pun dijatuhkan.

Baik Langit maupun Galih mereka saling memacu kecepatan, namun saat ini Galih yang memimpin di depan. Langit tertinggal jauh, namun ia hanya bersantai di belakang.

Setelah akan sampai di garis finish, Langit memfull 'kan gasnya, dan menyalip motor milik Galih dengan secepat kilat.

Dan siapa lagi jika bukan Langit yang memenangkan balapan ini.

"Hari ini lo yang menang, tapi lain kali gue pastiin lo yang bakal kalah!" desis Galih sinis lalu melengos pergi begitu saja dan meninggalkan arena balap.

"Lagian sih, udah kalah masih aja nantangin. Malu 'kan dia," cibir Sigit terkekeh.

"Gak ada kapok-kapoknya tuh anak," timpal Pandu.

Lalu mereka pun pergi meninggalkan arena balap, dan kembali ke markas mereka.

TERIMA KASIH SUDAH MENYEMPATKAN UNTUK MEMBACA CERITA BADBOY VS COOL GIRL INI GESSS!!!!

JANGAN LUPA JUGA LIKE & KOMEN YAAA SENGGGKUUU!!!

Persiapan Pindah

Seorang cewek berambut coklat tengah meregangkan otot-ototnya di atas kasur ketika suara alarm lagu How You Like That-Blackpink terdengar.

Masih dengan mata yang terpejam, tangannya sambil meraba-raba kasur untuk mencari ponsel dan mematikan alarm-Nya.

Memang sehabis solat subuh gadis itu sempat tidur lagi, karena dirinya tidak masuk sekolah dan memang hari ini sekeluarga akan pindah kota.

Saat sedang membuka kelopak matanya, tiba-tiba terdengar ketukan pintu serta teriakan sang Bunda untuk segera bangun.

"Biru bangun Nak, udah si-"

Cklek.

"Eh udah bangun toh."

"Kenapa, Bun?"

"Udah solat subuh belum kamu? Kalo belum, solat subuh dulu sana, nanti keburu abis waktunya."

"Udah, tapi sempet tidur lagi."

"Oh, ya udah, sana kamu mandi, abis itu turun ke bawah sarapan. Oh iya, udah kamu masuk-masukin 'kan semua bajunya ke koper?"

"Udah Bunda kuuu cantik," ujar Biru gemas.

"Abis sarapan kita langsung berangkat, sana kamu mandi."

"Ay ay kapten." Melihat Bundanya turun ke bawah, ia pun kembali ke dalam kamar dan berjalan ke arah kamar mandi, yang Memang di kamarnya sudah tersedia kamar mandi.

Tidak membutuhkan waktu lama. Hanya 20 menit saja ia sudah siap dengan pakaian rapihnya, lalu ia pun turun ke bawah untuk menemui adik serta kedua orangtuanya dan juga untuk sarapan tentunya.

"Pagi Bunda, pagi Ayah!" sapa Biru sambil mencium kedua pipi sang Bunda dan Ayahnya.

"Pagi sayang!" balasnya.

"Pagi cantik!" sapanya sambil mencium kedua pipi adiknya lalu mencubit kedua pipinya dengan gemas.

"Sudah ayo kita sarapan. Sesudah sarapan kita siap-siap untuk segera berangkat," tutur Restu mengingatkan.

Mereka pun sarapan dengan khidmat tanpa ada yang berbicara.

Setelah selesai sarapan mereka pun bersiap siap untuk segera berangkat ke Bandung dan menetap disana.

"Udah semua 'kan? Tidak ada yang ketinggalan, atau barang yang belum kamu masuk 'kan?" tanya Restu sambil memasukkan koper-kopernya yang dibantu supir taksi.

"Udah semua kok, Yah."

"Ya sudah ayo, kita berangkat." ujarnya lalu masuk ke dalam mobil di ikuti Biru yang masuk mobil pintu bagian belakang.

...🌟🌟🌟...

Seorang cowok tanpa pakaian atasnya ia tengah bergelut dengan mimpinya seketika terbangun karena mendengar suara bising dari luar.

Tidak salah lagi, pasti para sahabatnya yang datang di pagi hari begini. Jika tidak menumpang makan ya ikut tumpangan. Teman macam apa tu? Ck ck tak tau diri kau nak.

Langit tidak tinggal di rumah, melainkan tinggal di apartement mewah pemberian kakeknya dulu. Ketika Langit ber-ulang tahun yang ke lima tahun, kakeknya sempat memberikan hadiah sebuah apartement kepada Langit, sebelum beliau meninggal. Tentunya para sahabatnya selalu datang tanpa permisi, karena mereka memang sudah tahu pin password apartement-Nya.

Langit mendengus kesal mendengar suara bising dari sahabatnya. Ia pun bangkit dari tidurnya dan langsung keluar dari kamar untuk melihat sahabatnya.

"Ngapain?"

"Anjir, itu perut atau roti sobek," celetuk Fajar saat melihat Langit yang tanpa pakaian atasnya.

"Duh mata suci gue ternodaiiii mamihhhh," ujar Sigit lebay sambil menutupi mata dengan kedua telapak tangannya.

Tuk!

"Lebay!" Bangkit menjitak kepala Sigit membuat sang empu meringis.

"Kirain masih tidur lo, Lang," sambung Adnan.

"Biasalah, Bang." ujar Gading santai membuat Langit berdecak kesal, selalu saja.

Jelas Langit sudah tau arti kata 'biasa' apa lagi jika bukan menumpang makan. Tapi walau mereka menumpang makan, mereka sendiri yang membuat makanannya.

Mereka memang siswa yang nakal, berandal namun jangan salah, walau begitu, mereka masih bisa memasak, ya walau pun makanannya tidak seenak masakan chef, setidaknya mereka membuktikan bahwa anak berandal pun bisa memasak.

"Lha, bahan masakkan abis, Lang?" tanya Ginanjar saat melihat isi lemari pendingin sudah tidak ada lagi bahan-bahan untuk memasak.

Langit hanya mengedikkan bahu tak acuh. Lalu berjalan kembali ke atas untuk membersihkan badannya.

Dilihatnya sudah rapih dan siap dengan seragam sekolahnya yang berlogo tulisan 'SMA Taruna Bakti' di bagian tangan sebelah kanan.

Baju seragam sekolah yang sengaja ia keluar 'kan, serta rambut yang basah dengan sengaja ia acak-acak, membuat dirinya terkesan lebih cool dan tampan, walau penampilannya yang terlihat berandal.

Langit pun keluar dari kamarnya dan turun ke bawah menemui sahabatnya dan juga untuk sarapan.

"LANG CEPET TU-eh udah nongol aje orangnya," teriakkan Pandu terhenti seraya melihat Langit yang turun dari tangga.

"Cobain deh Lang masakan gue, pasti lo bakal ketagihan sama masakan gue. Secarakan gue itu belajar khusus sama chef Juna yang super duper galaknya naujubillah," ujar Pandu bangga.

"Ngakak sih gue kalo lo belajar masak sama chef galak itu, pasti belom apa-apa lo udah kena maki-maki dia, karna lo 'kan gak bisa bedain garam sama micin," ledek Bangkit.

"Enak aja, gue udah bisa ya bedain garam sama micin."

"Bisa bedain gimana, tadi aja lo nanya-nanya ke gue mana garam mana micin," celetuk Gading.

"Itu 'kan tadi, sekarang gue udah bisa bedain mana garam mana micin."

"Lo pada mau terus-terusan debatin garam sama micin? Kapan makannya kalo gitu? Gak laper?" tanya Adnan yang sedang mengambil nasi untuk dirinya sendiri sedangkan Langit, ia tengah melahap makanan masakan sahabatnya itu.

"Anjir, lo berdua ninggalin gue makan," ujar Pandu, buru-buru ia mengambil nasi serta lauk pauknya. Diikuti juga dengan sahabatnya.

Rumah baru & Ajakan menjadi model

Biru dan keluarganya baru saja sampai di kediaman rumah barunya. Berjam-jam mereka duduk selama perjalanan. Semarang-Bandung, sangat jauh bukan? Lelah? Sangat.

Biru membulatkan matanya terkejut. "Buset dah, ini rumah atau istana? Gede dan luas," gumam Biru takjub kala melihat rumah barunya.

"Ayah. Ini rumah barunya?" tanya Biru pada Restu.

"Iya, sayang."

"Tapi, Yah. Yang jadi pertanyaannya itu, ini rumah atau istana? Kok gede banget, mana luas juga lagi, Kita 'kan tinggal cuman ber-empat, Yah."

Restu tersenyum simpul. "Sebenernya, sudah lama Ayah dan Bundamu ingin memiliki rumah dengan style Classik Tropis, tapi yang agak modern gitu, dan alhamdulillah Ayah bisa membangun rumah impian Ayah dan Bundamu. Dan kalau setiap hari libur, keluarga kita akan berkumpul di sini. Dan Ayah juga sudah menyiapkan 10 ART, 5 satpam, 1 babysitter, dan yang lainnya."

Biru membulatkan matanya mendengar jawaban yang Ayahnya ucapkan tadi. Apa Ayahnya itu tidak akan bangkrut atau rugi jika menyewa pegawai sebanyak itu?

"Ayah boros ih."

Restu tersenyum. "Ayah tidak boros, sayang. Ayah melakukan ini, demi kebahagiaan keluarga kita."

"Kebahagiaan tidak diukir dengan banyaknya harta, Ayah. Gimana sih, 'kan Ayah sendiri yang ngajarin aku supaya hidup sederhana dan tidak boros."

"Ayah tahu, sayang. Tapi kamu seneng 'kan?"

"Banget!" pekik Biru.

"Ya sudah, ayo kita masuk!"

Restu, Belinda, dan Biru pun berjalan memasuki rumah barunya.

Rumah dengan desain modern, yang mendominasikan warna putih. Sudah di pastikan banyak ruangan-ruangan di dalamnya.

"Ini akan menjadi rumah kita untuk kedepannya, semoga kalian betah ya," tutur Restu.

"Pasti dong, Yah," pekik Biru.

"Ya udah sekarang kamu istirahat. Kamar kamu ada di atas yang ada nama kamu di pintunya," ujar Restu.

"Oke Yah. Kalo gitu Bun aku ke kamar dulu ya," pamit Biru yang diangguki mereka.

Biru melangkahkan kakinya dan berjalan ke atas untuk menuju kamar barunya.

Sesampainya di depan pintu kamar yang bertuliskan 'Room Biru' ia langsung masuk ke dalam kamarnya.

Biru membuka mulutnya terkejut kala melihat kamarnya. Kamar yang begitu mewah dengan mendominasikan warna kesukaannya, yaitu warna biru dan putih seperti namanya bukan? Biru.

Di dalam kamarnya sudah terdapat kamar mandi dengan batroom-nya, meja belajar dan lain-lain, seperti hiasan-hiasan dinding.

"Kalo gini mah sih gue bakal betah banget berhari-hari di kamar," gumamnya sambil terkekeh.

...****************...

Malam pun tiba. Seperti biasanya, keluarga Biru selalu melaksanakan makan malam.

Makan malam berlangsung. Tidak ada percakapan di antara mereka. Memang sang ayah menganjurkan jika sedang makan, tidak boleh ada yang berbicara. Itu akan mengganggu konsentrasi makan mereka.

Setelah mereka melaksanakan makan malam, mereka memutuskan untuk menonton televisi.

Saat mereka tengah fokus menonton acara televisi, tiba-tiba terdengar suara deringan ponsel milik Biru membuat mereka mengalihkan pandangannya terhadap Biru.

Biru mengernyitkan keningnya kala melihat tidak ada namanya di layar ponselnya, hanya ada nomornya saja yang terlihat.

"Siapa, Nak?" tanya sang bunda kala melihat anaknya tengah bingung.

"Gak tau, Bun, gak ada namanya."

"Ya sudah angkat saja," sahut sang ayah.

Biru menganggukkan kepalanya, lalu menekan tombol berwarna hijau.

"Hallo."

"Iya hallo, ini siapa ya?"

"Apa benar ini atas nama Biru bumi lestari?"

"Iya, saya sendiri. Ada apa ya, kalo boleh tahu?"

"Sebelumnya perkenalkan nama saya Rita sekretaris bu Cantika. Beliau mengajak anda untuk ikut menjadi model di brand ambassador Cantika Skincare. Apa anda besok bisa ke sini untuk menemui bu Cantika?"

"Model brand ambassador Cantika Skincare? Hm, kebetulan sudah lama ini saya sedang hiatus di dunia permodelan. Mungkin boleh saya pikir-pikir lagi ya."

"Ah? Begitu? Sayang sekali. Ya sudah tidak papa. Jika mbak ingin kembali ke dunia permodelan, boleh hubungi nomor ini kembali ya."

"Iya mbak. Maaf ya, terima kasih."

"Baik, terima kasih kembali."

Sambungan panggilan terputus.

"Kenapa, sayang?" tanya Belinda.

"Yah, Bun. Bu Cantika ngajak aku jadi model di brand ambassador Cantika Skincare," ujarnya.

"Seriously?"

"Iya Bun, Yah. Tapi masih aku pikir-pikir lagi. Soalnya aku gak mau nanti jadwalku jadi padat antara kerja dan sekolah."

"Kalo mau Bunda bisa jadi asisten kamu, Biru. Bunda yang bakal atur waktu kamu."

"Enggak, Bun. Nanti biar Biru cari sendiri aja asisten buat aku. Toh, aku juga gak buru-buru, masih aku pikir-pikir 'kan."

"Ya sudah, terserah kamu saja, Biru. Yang pasti, Ayah sama Bjnda tetap dukung apapun semua keputusan kamu. Toh, 'kan yang menjalani kamu. Selagi apa yang kamu lakukan positif, no problem."

"Nah, Bunda juga setuju sama Ayah. Apapun keputusan kamu, kami akan selalu mendukungnya."

"Hmm ... tapi, Yah, aku mulai sekolah kapan dan di mana tempat sekolahku?" tanya Biru.

"Lusa di SMA Taruna Bakti," jawab Restu.

"Serius? SMA Taruna Bakti? Itukan sekolah yang elit Yah, pasti mahal banget 'kan ya?"

"No! Kebetulan yang punya sekolah itu teman Ayah."

"Oh ya?"

"Iya, sayang. Masalah soal mahal atau enggaknya, itu gak penting, sayang. Kamu cukup belajar dengan sungguh-sungguh dan raih cita-citamu."

Biru tersenyum senang. "Pasti Yah," tekadnya Biru.

"Makasih Ayah, makasih Bunda," ujar Biru lalu memeluk Belinda dan Restu dengan penuh kasih.

"Sama-sama, sayang." Balas Restu dan Belinda kompak.

"Ya sudah, sekarang kamu tidur gih, istirahat," suruh Belinda.

Biru mengganggukkan kepalanya. "Iya. Ya udah, Bun, Yah, aku ke kamar ya."

"Buenas noches. Padre, Madre!" sapa sambil mencium pipi Belinda dan Restu.

"Buenas noches de nuevo."

Lalu cewek itu beranjak dari duduknya, berjalan ke atas ke kamarnya untuk mengistirahatkan tubuhnya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!