NovelToon NovelToon

TERJEBAK NAFSU

BAB - 1

 Indra Wiguna seorang pengusaha sukses yang sangat tampan meski usianya sudah tidak muda lagi.

Dalam usianya yang sudah mencapai empat puluh lima tahun dan memiliki seorang istri bernama Widiya Sari serta di karuniai dua orang anak yang kini telah menginjak dewasa.

Indra Wiguna pengusaha kayu yang beromsetkan miliyaran rupiah dalam setiap tahun.

Usahanya diekspor sampai ke manca negara yang menjadikan dia sebagai seorang Raja kayu dari Indonesia.

Dia tinggal bersama keluarganya di daerah Deli Serdang tepatnya di Provinsi Sumatera Utara yang menjadikan suatu ikon wilayah perkebunan di Indonesia.

Indra Wiguna sering berkunjung ke luar negri untuk mengembangkan sayap usahanya.

Tak jarang Widiya istrinya juga sering diajaknya untuk ke luar negri, selain untuk melihat bisnisnya juga untuk memanjakan istrinya berlibur ke luar negri beserta kedua anaknya.

Widiya pun sebagai istri jarang sekali untuk keluar rumah, dia merupakan wanita yang baik dan pintar sehingga pergaulannya pun terjaga.

Sebagai seorang istri yang baik dia hanya mengurus rumah bersama dua pembantunya yakni Pak Marwan sebagai supir pribadi dan Bu Tina sebagai pembantu rumah tangga yang mereka semua tinggal serumah dengan Indra dan Widiya.

Widiya Sari adalah soerang wanita yang berasal dari Kota Kisaran Kabupaten Asahan yang saat ini telah berusia empat puluh dua tahun dan berbeda tiga tahun dari suaminya Indar Wiguna.

Sedangkan Indra Wiguna sendiri adalah seorang pria yang berasal dari Kota Medan yang merupakan sebuah Kota besar di Indonesia.

Dengan dikaruniakan Afriyuda Wiguna sebagai anak Laki-laki pertama mereka yang kini telah berusia dua puluh tiga tahun dan telah selesai wisuda dengan gelar akademiknya sebagai Sarjana Hukum yang saat ini tengah menimba ilmu ke jenjang S2 nya di Osaka Jepang.

Sedangnkan anak kedua mereka adalah Putri Indah Wiguna yang saat ini telah berusia sembilan belas tahun dan sedang menempuh pendidikan kuliah nya di salah satu perguruan tinggi ternama di kota tempat mereka tinggal.

Kehidupan rumah tangga mereka sangat harmonis dan penuh kehangatan, apalagi Indra yang sangat bertanggung jawab dan begitu sayang denga keluarganya membuat mereka hidup dengan bahagia.

"Ma, Papa berangkat dulu ya...." ujar Indra di pagi itu kepada istrinya usai menyantap sarapan pagi.

"Iya pa, hati-hati ..." jawab sang istri.

Indra pun berjalan melangkahkan kakinya menuju mobil.

Pak Marwan telah bersiap dengan mobilnya dan begitu melihat Indra keluar dari rumah menuju ke mobil, Pak Marwan pun segera membukakan pintu mobil tersebut untuk sang majikannya.

Mobil pun bergerak maju meninggalkan rumah menuju ke kantor.

Suasana Kota pagi itu sangat cerah, dan beberapa ruas jalan mulai tampak kemacatan akibat kepadatan kendaraan yang menggunakan jalan.

Jarak dari rumah mereka menuju kantor Indra sangat jauh memakan waktu kurang lebih empat puluh lima menit.

Klakson-klakson kendaraan pun silih berganti berbunyi menandakan kesibukan jalanan dipagi itu telah menjadi suara yang begitu membisingkan telinga.

Tidak berapa lama merekapun telah sampai ke kantor Indra.

Mobil langsung menuju pintu utama, dan seorang Security menghampiri mobil tersebut dan membukakan pintu untuk Indra.

Setelah pintu mobil dibuka Indra pun turun dan keluar dari mobilnya menuju kedalam kantor miliknya.

"Pagi pak...." sapa karyawan kantor pagi itu melihat kehadiran Indra.

"Iya pagi...." kata Indra menjawab sapaan para Karyawan dengan ramah dan senyumannya.

Indra segera masuk kedalam ruangannya untuk melakukan pekerjaannya sehari-hari sebagai seorang CEO di PT MITRA WIGUNA milik nya itu.

Tok...tok...tok...

Pintu ruangan Indra diketuk.

"Ia...., silahkan masuk" jawab Indra dari dalam.

Seorang wanita muda berusia dua puluh lima tahun yang bernama Herliani Lim merupakan Sekretaris di Kantor Indra.

Herliani merupakan wanita keturunan Tionghoa yang telah beberapa tahun bekerja di kantor milik Indra.

"Ini pak, Ekspo yang bapak minta" kata Herliani sambil membawakan lembar kertas dalam file kepada Indra.

"Ia baik, terimakasih" jawab Indra.

"Permisi pak..." kata Herliani sambil beranjak keluar ruangan.

Indra pun menganggukkan kepalanya dan membuka lembar demi lembar file yang diberikan oleh Herliani.

PT. MITRA WIGUNA yang dipimpin oleh Indra merupakan perusahaan Ekspor kayu ke luar negri.

Karyawannya cukup banyak dan dari bergai suku dan etnis yang ada di daerah tersebut.

Salah satunya adalah Herliani Lim wanita yang menjadi sekretaris perusahaan Indra keturunan darah Tionghoa dengan gelar pendidikan sebagai Sarjana Ekonomi.

Sebagai wanita Tionghoa sudah pasti dia mempunyai wajah yang cantik dan oriental dengan kulit yang putih bersih dan tubuh yang seksi.

Herliani sendiri telah bersuami dan mempunyai seorang anak yang masih kecil.

Pekerjaannya yang baik menjadikan Indra mempercayainya sebagai seorang Sekretaris perusahaan.

Dia juga loyal dengan waktu kerja dan sangat ramah serta cerdas dalam melakukan komunikasi dengan banyak orang.

Sehingga membuat perusahaan maju dan berkembang pesat.

......................

......................

Sementara di rumah Indra, istrinya Widiya Sari tengah melakukan pekerjaan rumah dengan dibantu oleh Bu Tina pembantu rumah tangganya yang telah berusia lima puluh tiga tahun

Bu Tina sudah cukup lama menjadi pembantu mereka dan tinggal serumah dengan mereka, namun beberapa bulan sekali dia akan pulang kekampungnya untuk melihat keluarganya.

Widiya yang mempunya tubuh setinggi 167 cm ini dengan kulit putih bersih dan memiliki rambut sebahu serta hidungnya yang mancung membuat wajahnya sangat cantik dan bentuk tubuhnya pun sangat seksi.

Widiya hanya sebagai ibu rumah tangga saja, namun sesekali dia rutin ikut senam untuk menjaga kebugaran dan menjaga bentuk tubuhnya agar terlihat tetap seksi dan fit.

Indra melarang istrinya untuk bekerja, karena Indra menginginkan Widiya menjadi Ratu di dalam rumahnya.

Widiya sendiri jarang sekali keluar rumah jika tidak ada hal yang pinting, jika pun dia ingin berjalan keluar itu dengan suaminya atau hanya di temani oleh putrinya.

Dilingkungan tetangga Widiya juga terbilang orang yang ramah dan baik hati, dia sering memberikan bantuan berupa sembako dan keperluan rumah kepada tetangganya yang kurang mampu.

Meski dia jarang keluar akan tetapi tetangganya merasa sangat sayang kepadanya karena kepedulian sosial Widiya pun sangat tinggi.

Suka membantu tetangga yang kena musibah dan juga pandai bergaul di lingkungan rumah mereka.

"Bu, hari ini bapak nggak makan siang dirumah" kata Widiya kepada Bu Tina.

"Sepertinya dia juga pulang malam, ada urusan kantor sama rekan bisnisnya" kata Widiya kembali.

"Oh kalau begitu kita buat masakan apa hari ini ..?" tanya Bu Tina.

"Terserah ibu ajalah, saya apa saja boleh" jawab Widiya.

"Non Putri apa sudah berangkat ke kampus?" tanya Widiya kepada Bu Tina.

"Belum, barangkali masih tidur dikamarnya" jawab Bu tina.

"Ya ampun, anak ini masih tidur jam segini, apa nggak kuliah dia" kata Widiya sambil naik kelantai dua rumahnya menuju kamar putrinya.

Tok....tok...tok....

"Putri....put...., udah siang nak nggak kuliah?" tanya Widiya membangunkan putrinya yang masih tidur sambil mengketuk-ketukkan pintunya.

"Iya ma.... Bentar" jawab putrinya dari dalam.

"Iya cepat sudah siang" jawab Widiya kepada anaknya.

BAB - 2

  Putri langsung bangun dari tidurnya setelah ibunya berteriak memamnggilnya.

Dia bergegas kekamar mandi untuk segera membersihkan tubuhnya agar ibunya yang sedikit cerewet tidak meributinnya kembali.

Setelah berpakaian Putri segera turun untuk makan karena dia belum sarapan.

Waktu telah menunjukkan pukul 09.12 wib dimana semua orang tengah melakukan aktivitasnya masing-masing.

"Ya ampun..., anak gadis jam segini baru bangun" kata Widiyabyang sedang menegur putrinya itu.

Putri hanya tersenyum mendengarkan ucapan sang ibu.

"Apa hari ini kamu tidak kuliah nak?" tanya Widiya.

"Kuliah ma, tapi jam sebelasan nanti" jawab Putri sambil menyantap makanannya.

"Mau jam berapapun usahakan untuk bangun pagi" kata Widiya.

"Sholat subuh jangan lupa" sambungnya.

"Ia non, anak perwan tidak boleh tidur sampai siang...!" ucap bu Tina pembantunya

"Iya bi, saya tau, tapi Putri bener-bener ngantuk banget" jawab Putri dengan suara manja.

Widiya hanya menggelengkan kepalanya.

"Kamu tidur jam berapa rupanya tadi malam?" tanya Widiya.

"Jam setengah sebelasan gitu ma" jawab Putri.

"Ngapain kamu tidur jam segitu?" tanya Widiya kembali kepada putrinya.

"Biasa ma, sayakan baca novel" jawab Putri pelan.

"Jangan kamu biasakan tidur sampai larut malam" kata Widiya menasehati putrinya.

Putri hanya diam tidak menjawab apapun, dia tetap menikmati makanan yang dia santap di pagi itu.

"Nanti habis makan, siapin segala keperluannya" kata Widiya.

"Ini baru jam berapa sih ma? Kok udah disiap-siapin?" tanya Putri.

"Aduh...., waktu itu berjalan terus sayang" sambung Widiya dengan sedikit kesal mendengar jawaban dari anak perempuannya itu.

"Kalau kamu sudah menyiapkan semuanya, nantikan kamu nggak repot, dan segera berangkat ke kampus" ujar Widiya sambil menatap anaknya tersebut.

Widiya menarik nafas melihat tinggak putrinya itu.

Sedangkan Putri sendiri tetap santai seolah-olah tidak acuh dan tidak mendengar ucapan mamanya itu.

Selesai menyantap sarapan Putri segera beranjak dari ruang makan dan kembali menuju ke kamarnya yang ada di lantai dua.

"Anak zaman sekarang ya begitulah kelakuannya" kata Bu Tina yang sambil bekerja meracik makan siang.

"Iya pusing juga terkadang memikirkannya Bu" jawab Widiya.

"Punya anak dua saja seperti ini, bagaimana lagi jika punya anak lebih?" kata Widiya kembali.

"Kalau sifat itu ya pasti beda-bedalah nya, tapi anak itukan rezeki Tuhan kepada kita" ujar bu Tina.

"Iya juga sih bu, setiap orang pasti punya kelebihan dan kekurangannya" kata Widiya yang juga tengah membantu bu Tina meracik makanan.

"Ibu bagus nyapu lantai aja deh, biar sayuran ini saya yang motongin" kata Widiya kembali.

"Itu lantai juga sudah kotor banyak debu" lanjut Widiya.

Bu Tina segera mengambil sapu untuk membersihkan lantai atas perintah majikannya tersebut.

...****************...

...****************...

     Sementara itu Indra yang saat ini tengah menerima tamu dari mitra bisnisnya sangat serius membahas masalah kerja sama.

"Bagaimana pak dengan tawaran kami?" ujar rekan bisnisnya yang sedang menawarkan kerjasama.

Indra masih terus memperhatikan satu demi satu proposal kerjasama yang diajukan itu kepadanya.

"Kayu yang bapak tawarkan kepada kami memang sangat baik, tapi saya belum melihat langsung kwalitas bahannya tersebut" ujar Indra.

"Karena tidak semua jenis kayu jepara mempunyai kwalitas yang baik" sambung Indra kembali.

"Saya juga harus menjaga konsumen saya terutama yang berada di luar negri" lanjut Indra kembali.

"Tetapi bapak bisa melihatnya langsung ke lahan perkebunan kayu kami" ucap Pria yang menjadi mitra bisnis Indra itu.

"Seta bapal juga bisa melihat pengolahan kayu gelondongan hingga menjadi beberapa jenis kayu" sambung pria berdasi itu

Hmmm, Indra hanya tersenyum tipis sambil menarik nafas panjang.

Sesaat suasana hening.

"Baik, saya akan menjadwalkan untuk turun langsung kesana" kata Indra kemudian.

"Karena lokasinya cukup jauh di Sulawesi, jadi saya berharap anda bersabarlah dulu, tetapi saya janji pasti akan datang" jawab indra.

"Baik pak, semoga kerja sama kita bisa berjalan dengan baik" kata pria tersebut.

"Iya, sukses selalu untuk kita semua" jawab Indra.

"Baik, jika semua sudah selesai, kami mohon undur diri dulu" sebut pria si mitra kerja Indra itu.

"Ok, terimakasih sebelumnya, dan proposal ini saya pegang dulu untuk saya pelajari lebih lanjut" jawab Indra.

"Setelahnya kami akan segera menghubungi anda secepatnya" sambung Indra kembali.

Mitra kerja tersebut yang terdiri dari para manager pemasaran itu yang berjumlah tiga orang segera menyalami Indra untuk mengakhiri pertemuan tersebut.

Dengan senang hati, Indra pun menerima jabatan tangan mereka.

Satu persatu ketiga orang itu keluar dari ruangan Indra dengan wajah senyum mengembang menandakan rasa senang atas tawaran dan sambutan Indra dari kerjasama tersebut.

Setelah ketiga orang itu keluar, Indra memanggil sekretaris dan manager oprasional.

Tidak berapa lama, para stafnya itupun datang dan segera duduk dihadapannya.

"Barusan saya kedatangan tamu dari PT. JEPARA ASRI TAMA yang bergerak dalam bidang pengolahan kayu" kata Indra.

"Mereka mengajak saya bekerjasama dengan mereka" sambung Indra.

"Dan setelah saya membaca proposal ini, isinya lumayan bagus, jadi saya memerintahkan kepada anda sebagai Manager Oprasional untuk membantu saya memproses kerjasama ini" kata Indra.

"Baik pak, saya akan membantu bapak dalam hal ini" jawab sang Manager Oprasional tersebut.

"Minggu depan kita akan berangkat ke Manado untuk melihat hasil olahan kayu mereka" sebut Indra.

"Siap pak" jawab sang Manager itu.

"Dan kamu, siapkan segala transportasi dan segala sesuatu keperluan kami nantinya" kata Indra kepada Herliani sang Sekretarisnya.

"Siap pak" jawab Herliani Lim.

"Ini tolong kamu copy kan agar ada berkas yang dipelajari oleh pak Manager" kata Indra kembali.

"Iya pak" jawab Sekretaris itu.

"Baik, sekarang kalian boleh pergi untuk melanjutkan pekerjaan kalian" peeintah Indra kepada stafnya tersebut.

"Terimakasih pak" ucap mereka.

Si Manager dan Sekretaris tersebut segera keluar dari ruangan Indra.

Suasana kantor hari itu sangat disibukkan dengan pekerjaan yang begitu banyak dan mitra keeja yang silih berganti keluar masuk dari kantor pengespor kayu tersebut.

...----------------...

...----------------...

Sedangkan dirumah Indra terlihat istrinya Widiya bersama bu Tina sedang mempersiapkan makanan untuk makan siang mereka.

"Ma....., Putri berangkat dulu ya" kata Putri sambil menyalami ibunya.

"Jam berapa nanti kamu pulang?" tanya Widiya ibunya.

"Sekitar jam lima ma" jawab Putri.

"Iya hati-hati kamu, jangan telat pulang" ucap Widiya.

"Itu bekal makannya dibawa untuk kamu" sebut Widiya kembali dengan menunjukkan sebuah tempat nasi sebagai bekal makan putrinya di kampus.

Putri segera mengambil bekal itu dan membawanya.

Widiya mengikuti putrinya dari belakang dengan perlahan.

Putri membuka bagasi motornya lalu meletakkan bekal makanannya disitu.

Tidak perlu lama, dia segera menstater motor metiknya dan kemudian berlalu meninggalkan rumah untuk pergi ke kampusnya.

BAB - 3

Hari sudah menunjukkan pukul 17.00 wib, Indra baru saja meninggalkan kantornya bersama sang supir.

Perjalanan menuju ke rumahnya tampak sedikit terhambat karena kemacatan di jalan yang tidak terelakan.

Hampir satu jam barulah dia tiba sampai dirumah.

Mobilpun segera memasuki halaman rumah, tepat di depan pintu ia segera turun dari mobil dan menuju masuk kedalam rumah.

"Assalammu'alaikum" kata Indra.

"Wa'alaikumsalam" jawab Widiya sang istrinya.

Widiya menyambut hangat kedatangan suaminya itu.

Sedang Indra duduk di sofa dan membuka sepatu beserta kaos kakinya.

Indra langsung masuk ke dalam kamarnya dan kemudian mengambil handuk untuk segera mandi.

Sedangkan Widiya kembali duduk di ruang keluarga sedang asyik menonton Sinetron tv.

"Assalamu'alaikum" suara wanita dari luar.

"Wa'alaikumsalam" jawab Widiya.

Ya, Putri juga baru pulang dari kampusnya.

Dia segera naik kelantai dua menuju kamarnya.

Indrapun terlihat keluar dari kamar dengan busana Muslim untuk bersiap-siap berangkat ke Mesjid.

"Mau Sholat pa" tanya Widiya.

"Iya, inikan malam Jum'at, papa mau ada perwiridan" kata Indra kepada istrinya.

"Mungkin selesai Isya papa baru pulang" ujar Indra kembali.

Widiya hanya mendengarkan perkataan suaminya dengan matanya tetap tertuju pada layar televisi.

"Apa Putri sudah pulang kuliah ma?" tanya Indra.

"Sudah pa, baru saja" jawab si Widiya.

"Ya udah papa berangkat dulu ya, mama jangan lupa sholat" kata Indra sambil berlalu dari Widiya dan menuju keluar rumah untuk menuju ke Mesjid yang tak jauh dari rumahnya.

Suara Azand telah berkumandang, Widiyapun segera mematikan tv untuk melaksanakan Sholat.

"Putri...., Putri..., ayo Sholat nak" teriak Widiya kepada Putri.

"Iya ma..." jawab Putri.

Merekapun melaksanakn Sholat bersama di sebuah Musholah yang berada di dalam rumah.

Hingga selepas Isya barulah Indra pulang kerumahnya.

"Assalammu'alaikum" kata Indra sambil masuk kedalam rumahnya.

Di ruang tamu hanya terlihat Putri bersama bu Tina yang sedang menonton tv.

"Kemana mama nak?" tanya Indra kepada Putri.

"Ada dikamar pa" jawab Putri.

Indra segera masuk kedalam kamarnya.

Widiya terlihat sedang tidur pulas diatas ranjang dengan menggunakan baju lingerie.

Indra segera mengganti pakaiannya untuk tidur.

Dengan piyamanya dia pun pergi keluar rumah untuk sesuatu ke ruang makan.

Kemudian diapun kembali menuju kamarnya.

"Jangan malam-malam kamu tidurnya Putri" kata Indra kepada Putri mengingatkan anaknya tersebut.

"Iya loh pa, bentar lagi juga tidur" jawab Putri.

Indra segera masuk ke kamarnya.

Dia segera merebahkan tubuhnya disamping Widiya yang sedang tertidur.

Kemudian diapun memeluk istrinya.

Mendapat pelukan itu, Widiyapun terbangun.

"Sudah pulang kamu pa" kata Widiya.

"Sudah, baru saja" jawab Indra dengan tersenyum.

"Cantik banget mama malam ini" kata Indra sambil membelai wajah mulus Widiya.

"Ah papa, kalau ada maunya aja merayu" jawab Widiya dengan tersenyum.

Indrapun mencium dahi Widiya dengan lembut.

"Bentar pa, mama kamar mandi dulu" kata Widiya yang tau akan keinginan suaminya.

Dia segera menuju kekamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.

Sedetik kemudian Widiya telah kembali, dia segera mematikan semua lampu ruangan dan hanya menghidupkan lampu yang kecil yang sedikit redup.

Suasana dikamr itupun terlihat romantis.

Widiya dengan pakaian lingerienya yang tipis dan tidak menggunakan BH sehingga membuat pandangan samar-samar dua bukit kembar yang terlihat indah dibalik gaunnya itu.

Widiya segera mendekati Indra dan kemudia memelik suaminya itu.

Ciuman hangat begitu memadukan suasana dimalam itu.

Bibir saling memanggut dengan begitu hangatnya, ditambah lagi dengan permainan lidah yang membuat semangkin terasa begitu hangat.

Tangan Indra juga telah bergerilya menuju dua bukit yang lumayan besar milik Widiya.

Ukuran bukit tersebut sekitar 38 B dan itu masih sangat padat dan kenyal karena Widiya dapat menjaga dan mengurus assetnya dengan baik.

Sehingga meski telah memiliki dua orang anak, dia masih tampak terlihat begitu indah.

Indra teeus saja mencari titik-titik rangsang pada tubuh Widiya.

Mulai dari wajah, bibir hingga leher Widiya menjadi sasaran empuk ciuman dari Indra.

Satu persatu pakaian mereka terlepas hingga tak satupun benang yang menempel.

Kini dua bukit kembar nan besar dan indah itu mulai menjadi sasaran mulut Indra.

Ujung bukit itu masih terlihat indah berbentuk bulatan besar seperti kelereng.

Indra terus memainkan kelereng itu dengan lidahnya dan sesekali kelereng itu dia hisap dan membuat Widiya mengeluh kenikmatan.

Seluruh tubuh Widiya kini disapu dengan lidah Indra, dia bagaikan seorang pelukis handal yang tengah memainkan kuasnya diatas kanvas kulit putih Widiya.

Sampai akhirnya penjelajahannya menemukan sebuah gua yang ditumbuhi rumput-rumput halus yang masih terawat dengan indah.

Tanpa membuang waktu diapun segera menyusupkan lidahnya kedalam mulut gua tersebut.

Aaaaakhh.....agkhhhh.

Suara erengan nikmat keluar dari mulut Widiya tatkala Indra sedang membersihkan gua pribadinya dengan kuas milik Indra.

Hingga cairan-cairanpun keluar dari mulut gua itu bagaikan air yang menetes.

Widiya telah benar-benar basah dengan peluh berkali-kali hingga dia membalikkan tubuh Indra dan mengambil sebuah rudal balistik milik Indra.

Rudal dengan ukuran lumayan besar itu segera di telannya dengan mulutnya.

Kini Widiya bagaikan anak kecil yang sedang menghisap sebuah es batangan.

Widiya begitu lihai menghisap es batangan tersebut.

Indrapun menjadi tak kuasa dibuatnya

Kini Widia mengambil alih peemainan, dia duduk diatas tubuh Indra.

Rudal itu dimasukkan kedalam gua pribadinya.

Jebleeeess......

Terasa dalam dan hangat.

Akhhhh....

******* terdengar ketika rudal tersebut mengenai tirik sasaran.

Widiya mulai memainkan peranannya, dia bagaikan seorang joky balapan kuda yang tengah memacu kuda liar miliknya.

Akhhhh..... Akhhh....

Suara erengan Widiya berkali-kali keluar.

Terkadang dia bagaikan seorang penyanyi dangdut yang sedang bergoyang diatas panggung, gerakan maju mundur dan berputar membuat pinggulnya begitu lincah.

Puas dengan semua peemainannya, kini giliran Indra yang bermain.

Dengan membelakangi Indra Widiya sedikit mengangkat pinggilnya sehingga rudal milik Indra masuk dari arah belakang.

Akhhh...., paaaa.....

Erengan suara Widiya kembali terdengar.

Puas beemain, kini Indra sudah tak kuasa menahan dirinya.

Dengan tidur terlentang Widiya membiarkan Indra untuk naik keatas.

Setelah rudal menancap tepat Indra segera memacu kendaraan tempurnya itu bagaikan lari seratus kilo meter perjam

Aaakkkhh...akhk..., paaaa...

Suara Widiya sangat berisik.

"Gim..gimana pa...., ayo...." kata Widiya

"Iyaaa, maaa..." jawab Indra.

Beberapa menit kemudian, rudal milik Indrapun memuntahkan cairan kental tepat kedalam gua itu.

Erengan dahsyatpun keluar dari mulut mereka berdua.

Hampir satu jam mereka bercinta, akhirnya kedua suami istri itupun terkapar lemas dan merebahkan tubuhnya diatas kasur.

Indra mulai diserang rasa kantuk, dan matanyapun mulai terpejam.

Begitu juga dengan Widiya dia tersenyum puas dan memeluk tubuh suaminya.

Malam itu benar-benar terasa indah bagi mereka berdua.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!