NovelToon NovelToon

Remarried

Bab 1 Prolog

"Aku mohon jangan pergi!" pinta Tiara dengan meringis kesakitan saat perut buncitnya terasa keram.

Sejak pagi wanita itu sudah merasakan keram dan mulas diperutnya, namun selalu ditahan karena rasa sakit itu kerap muncul dan menghilang begitu saja. Tapi untuk kali ini Tiara tidak bisa lagi menahan rasa mulas di perutnya yang semakin terasa sakit.

"Sepertinya aku akan melahirkan," ucap Tiara lagi dengan napas yang tersengal.

"Melahirkan?" Tom tertawa dengan sinis. "Kau kira aku akan percaya dengan kebohonganmu itu!" Ia mendorong istrinya hingga membuat Tiara jatuh terduduk.

Sebenarnya Tom tidak tega saat melihat Tiara terjatuh hingga menjerit kesakitan, dan ingin membantu wanita itu untuk berdiri. Tapi saat teringat dengan kelakuan Tiara yang sering berpura-pura kesakitan hanya untuk menarik perhatiannya, Tom pun memilih tak peduli dengan pergi begitu saja karena sudah ditunggu oleh kekasihnya.

Ya, katakanlah Tom pria brengsek karena memiliki seorang kekasih meskipun sudah terikat tali pernikahan dengan Tiara. Tapi memang itulah keadaannya. Tom menikahi Tiara dengan terpaksa karena wanita itu tengah mengandung, setelah kejadian malam panas yang mereka lakukan ketika di Bali.

Namun keputusan Tom pergi di hari itu ternyata akan membawa rasa sesal seumur hidupnya. Karena di hari tersebut Tiara benar-benar melahirkan, dan sayangnya dia datang terlambat hingga hanya bisa melihat tubuh mungil bayi perempuannya yang sudah tak bernyawa.

"Kau pembunuh Tom! Kau membunuh putri kita!"

Tuduhan Tiara semakin membuat perasaan Tom bersalah, terlebih saat melihat tangis wanita yang telah dinikahinya selama beberapa bulan itu. Hingga akhirnya Tom pun hanya bisa pasrah ketika Tiara pergi setelah menggugat cerai dirinya.

Bab 2

"Daddy, kemarilah!"

Suara anak kecil yang tak begitu jelas menuntun langkah kaki seorang pria hingga masuk ke dalam hutan. Pria itu terus berjalan tanpa rasa lelah, hingga akhirnya berhenti saat melihat seorang anak perempuan cantik berpakaian serba putih berdiri tepat di hadapannya.

Ditatapnya dengan intens wajah anak perempuan tersebut, wajah yang terasa begitu familiar namun pria itu lupa siapa pemilik wajah cantik tersebut. Ya, meskipun wajah anak perempuan yang ia perkirakan berusia empat atau lima tahun itu terlihat pucat, tapi tetap tak mengurangi kecantikannya.

"Sedang apa kau di sini?" tanya Tom sambil mengusap rambut anak perempuan tersebut dengan cemas.

Karena anak itu hanya seorang diri di dalam hutan belantara penuh dengan pepohonan yang rindang.

"Aku sedang menunggu, Daddy..."

"Daddy?" Tom yang bingung sampai mengerutkan keningnya.

Anak perempuan itu menganggukkan kepalanya, lalu meminta pria yang berdiri dihadapannya itu untuk menunduk.

"Kau Daddyku!" ucapnya sambil menunjuk dada bidang pria tersebut.

"Aku? Tapi—" Tom tak melanjutkan perkataannya saat melihat anak perempuan itu kembali berjalan menjauh. "Tunggu, Nak! Kau mau kemana?" teriak Tom sambil berlari mengejar anak perempuan tersebut.

Tapi semakin cepat ia berlari, semakin jauh keberadaan anak perempuan tersebut. Hingga akhirnya Tom memilih berhenti berlari karena sudah tidak kuat mengejar.

"Tunggu aku!" lirihnya dengan napas yang tersengal-sengal.

Dan suatu keajaiban pun terjadi, anak perempuan yang tadi berjarak sangat jauh darinya kini tiba-tiba berdiri dihadapannya.

"Aku akan menunggu Daddy di sini, tapi sekarang aku harus pergi dulu. Tolong jaga Mommy dan adik sebelum kita kembali bersama."

"Mommy? Adik? Tapi siapa mereka...."

Tak ada jawaban, karena anak perempuan kecil itu kembali berlari lalu perlahan menghilang bersama dengan kepulan asap putih.

"Aku sudah memaafkan Daddy, hiduplah dengan bahagia."

Hanya suara itu yang terdengar ditelinga Tom sebelum anak perempuan itu benar-benar menghilang. Suara yang entah mengapa membuat air matanya menetes bersamaan dengan rasa sesak yang menguar dari dalam hatinya.

"Tunggu, jangan pergi!" teriak Tom sambil membuka kedua matanya.

Ya, tenyata yang tadi dialaminya itu hanya sebuah mimpi. Mimpi yang akhir-akhir ini selalu muncul dan mengganggu pikirannya semenjak ia kembali ke Jakarta. Mimpi seorang anak kecil perempuan yang terus mengatakan agar ia menjaga Mommynya dan sang adik.

Tapi yang menjadi pertanyaan siapa anak perempuan tersebut, dan siapa yang harus dijaganya.

"****!" umpat Tom sambil menggebrak meja kerjanya dengan frustasi, tanpa menyadari jika kedua matanya masih basah oleh air mata. "Aku harus melakukan apa agar mimpi itu tidak terus menggangguku."

"Anda hanya harus mencari tahu apa arti dari mimpi tersebut."

Tom yang terkejut mendengar ada suara lain di dalam ruangannya, mengalihkan tatapan matanya ke samping. "Zack! Sialan kau mengagetkan saja," umpatnya sambil mengusap dada. "Sedang apa kau di sini?"

"Mengerjakan pekerjaan, apa Anda lupa menyuruhku untuk lembur."

Tom yang baru teringat akan hal tersebut, menghela napasnya dengan berat.

"Aku lupa."

Zack pun memaklumi jika tuannya itu lupa, karena akhir-akhir ini pria itu selalu tidak fokus terhadap sesuatu karena selalu bermimpi buruk. Bahkan karena tidak ingin mimpi buruk itu hadir dalam tidurnya, tuannya itu terus bekerja siang dan malam. Seperti saat ini, walaupun weekend mereka tetap bekerja meskipun badan terasa lelah dan akhirnya tuannya itu tertidur juga walaupun hanya sebentar.

"Anda menangis, Tuan?" tanya Zack yang melihat kedua mata Tom basah.

"Menangis?"

Tom meraba kedua matanya dengan perasaan tak menentu, terlebih saat teringat anak perempuan dalam mimpinya.

"Apa Anda kembali bermimpi anak perempuan itu?"

Tom menganggukkan kepalanya sambil mengusap wajahnya dengan kasar. "Aku bingung, kenapa disetiap mimpi itu dia selalu mengatakan aku Daddy nya."

Bab 3

"Mungkin saja anak perempuan itu arwah putri Anda yang telah lama tiada."

Deg.

Tom pun teringat pada anak perempuan dalam mimpinya yang memanggilnya Daddy, dan juga kata-kata terakhir yang di disampaikan anak itu jika sudah memaafkan semua kesalahannya. Kata-kata yang membuat perasaan bersalah yang selama beberapa tahun ini menyiksanya, sedikit terobati.

"Kau benar Zack, anak perempuan itu putriku. Apalagi wajahnya sangat mirip dengan —" Tom terdiam tak berani mengatakan satu nama wanita dari masa lalunya. Sosok wanita yang telah ia sakiti luar dan dalam tanpa perasaan. "Tapi kenapa di dalam mimpi itu, putriku selalu mengatakan agar aku menjaga Mommy dan adiknya." Karena seingat Tom dulu, Tiara hanya melahirkan satu bayi perempuan yang langsung tiada tanpa sempat melihat indahnya dunia.

"Apa mungkin Anda memiliki anak yang lain?"

"Ck, rupanya kau itu sudah pikun sampai lupa jika aku hanya memiliki satu anak dengan mantan istriku."

"Jika dengan wanita yang lain?

Bukannya mendapatkan jawaban dari tuannya, justru sebuah berkas melayang mengenai tubuhnya.

"Sudah aku bilang, aku hanya memiliki satu anak dengan mantan istriku. Tidak dengan wanita lain!"

Zack pun akhirnya memilih diam dari pada mendapatkan kemarahan lagi dari tuannya. Ia takut bukan hanya sebuah berkas yang melayang jika ia terus berdebat, tapi sebuah pajangan atau benda-benda lainnya.

*

*

Sementara itu di tempat yang berbeda, lebih tepatnya di sebuah lapangan yang luas dengan banyaknya anak kecil yang tengah bermain bola. Tampak seorang wanita cantik tengah menatap anak lelaki berusia lima tahun yang tengah bermain bersama teman-teman sebayanya.

"Waktu terasa begitu cepat, putramu sekarang sudah bertumbuh besar."

Tiara mengalihkan tatapan matanya pada sosok yang duduk di sampingnya.

"Ya, kau benar. Waktu terasa begitu cepat, padahal baru kemarin rasanya aku melahirkan Gio," lirihnya dengan sendu saat teringat perjuangannya dulu saat melahirkan.

Enam tahun yang lalu. Tiara harus berjuang seorang diri menuju rumah sakit untuk melahirkan, setelah suaminya pergi begitu saja meninggalkannya tanpa perasaan iba sedikit pun.

Bahkan setelah sampai di rumah sakit, lagi-lagi Tiara harus berjuang seorang diri untuk melahirkan anak-anaknya meskipun hanya satu yang dapat terselamatkan. Ya, Tiara yang mengandung baby twins akhirnya harus rela kehilangan salah satunya yang berjenis kelamin perempuan.

"Hei, jangan kau ingat-ingat lagi masa lalumu itu," ucap Hesti yang menyadari kesedihan Tiara.

Ya, teman baiknya itu pasti akan bersedih setiap kali mengingat masa lalunya. Meskipun Hesti hanya mengetahui masa lalu tersebut dari mulut Tiara, tapi ia tetap bisa merasakan bagaimana beratnya wanita itu menjalani hari-harinya dulu. Terlebih dari cerita Tiara, wanita itu harus kehilangan salah satu anak kembarnya karena terlambat datang ke rumah sakit.

"Masa lalu itu sudah berlalu, apakah kau belum bisa memaafkannya?"

Tiara menggelengkan kepalanya. "Sampai kapanpun aku tidak akan pernah bisa memaafkannya."

"Meskipun demi Gio?"

Tiara menautkan kedua alisnya dengan bingung. "Memangnya kenapa dengan Gio? Putraku sudah cukup bahagia hidup bersamaku."

Ya, meskipun ia hanya seorang single parents dan hanya mengandalkan sebuah toko bakery untuk membiayai hidup mereka. Tapi setidaknya Tiara mampu memberikan kehidupan yang layak bagi putra semata wayangnya tersebut.

"Ya, Gio bahagia bersamamu. Tapi—" Hesti terdiam sesaat sambil mengalihkan tatapan matanya pada anak yang sudah ia anggap seperti keponakannya sendiri. "Dia juga membutuhkan Ayahnya. Apa kau tidak lihat Gio selalu sedih saat melihat anak-anak lain bermain bersama Ayah mereka," ucapnya sambil menunjuk Gio yang tampak diam menatap sosok anak dan ayah yang tengah bermain bola.

Tiara pun ikut menatap pada arah yang ditunjuk Hesti, lalu menggelengkan kepalanya. "Itu hanya perasaanmu saja, karena putraku tidak membutuhkan seorang Ayah. Apalagi Ayah yang brengsek seperti Tom!"

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!