...🌸🌸🌸...
...*Happy Reading*...
***
"Sarapan dulu Mas, makanan nya sudah siap," ucap Kinan pada pria yang sudah menikahi nya selama satu 3 bulan ini.
Seperti biasa, lagi dan lagi, pria bernama Nalendra Adiwijaya itu hanya melirik sekilas lalu pergi berlalu begitu saja tanpa menghiraukan ucapan dari sang istri.
Kinan hanya bisa menghela nafas panjang sembari menatap punggung suaminya yang perlahan menjauh lalu menghilang di balik pintu. 3 bulan sudah mereka berdua menikah, namun Nalen sama sekali tidak pernah menganggap Kinan ada.
Pria itu bahkan tidak pernah mengeluarkan suara nya sedikit pun saat di rumah. Setiap ucapan Kinan, tidak pernah di tanggapi oleh Nalen dan Nalen menganggap semua ucapan Kinan bak angin lalu saja.
Pria itu bahkan jarang ada di rumah, dia akan pergi pagi dan pulang cukup larut hanya untuk menghindar dari Kinan. Hingga akhirnya tidak pernah ada interaksi di antara keduanya meski mereka tinggal satu atap yang sama.
Kinan bahkan tidak tahu, apa yang suaminya lakukan karena dia tidak pernah di beri akses untuk langsung menghubungi Nalen secara pribadi.
Beruntung Nalen memiliki seorang aspri yang begitu baik dan mau berbagi informasi dengan istri dari atasan nya itu. Pria yang hanya selisih dua tahun dengan Kinan itu pun tidak pernah lupa untuk memberi kabar prihal keberadaan dan kegiatan apa saja yang di lakukan oleh Nalen.
Seperti saat ini, pemuda yang bernama Dani Muliadi itu tampak asik berbalas pesan dengan sang nyonya Adiwijaya, yang tidak lain adalah Kinan.
"Eheemmm, eheemmm,"
Suara deheman dari sang atasan pun akhirnya menyadarkan Dani. Pemuda itu langsung terlihat mematikan ponselnya lalu kembali memperhatikan Nalen yang tengah menatap tajam ke arah nya.
"Maaf Tuan," ucap Dani saat menyadari kesalahan nya saat bekerja, padahal Nalen tidak mengeluarkan suara nya sedikit pun.
Meski begitu, Dani cukup tahu jika atasan nya itu tidak suka dengan apa yang di lakukan Dani tadi disaat masih jam kerja.
"Lain kali, jangan di ulangi lagi. Bawa berkas berkas ini dan siapkan berkas uang akan di bawa meeting nanti sore," ucap Nalen yang di angguki oleh Dani.
"Baik Tuan, apa ada lagi yang bisa saya bantu?"
"Tidak ada, selesaikan saja dengan segera berkasnya. Pastikan semua beres sebelum jadwal meeting tiba,"
"Baik Tuan, kalau begitu saya permisi dulu,"
Dani pun segera meninggalkan ruangan kerja Nalen setelah Nalen menganggukkan kepala nya. Nalen sendiri kembali fokus dengan pekerjaannya yang lumayan menumpuk di atas meja kerja nya.
Sementara Kinan sendiri kini tengah berada di salah satu kampus ternama di ibu kota, di mana dia tengah mengenyam pendidikan S1 nya di sana.
Kinan tampak tengah duduk termenung di dalam kelasnya padahal kelasnya sudah bubar sejak 10 menit yang lalu. Namun, sepertinya Kinan masih enggan beranjak dari sana.
"Hai beastie, melamun aja neng? Kenapa, ada masala" tanya Maura, salah satu teman sekolah Kinan yang satu kampus dengan Kinan namun berbeda jurusan.
Maura sengaja datang ke kelas Kinan karena mereka memiliki janji untuk oergi ke toko buku bareng. Namun, saat Maura datang ke kelas Kinan. Tampak Kinan tengah duduk termenung di kursi nya.
"Bisa nggak sih Ra kalau nyapa itu nggak pake teriak? Bisa kena gangguan pendengaran gue lama lama kalau kaya gini terus," gerutu Kinan saat mendengar teriakan dari Maura.
"Makanya jangan melamun neng, orang dari tadi udah nyapa baik baik juga. Salah sendiri nggak denger, Ada apa lagi sih? Masih mikirin suami loe?" jawab Maura yang sedikit kesal karena di salah kan.
"Nggak, kata siapa?" jawab Kinan berusaha berkilah.
"Kata tatapan mata loe,"
"Ngaco deh loe,"
"Ngaco kata loe? Oh ya ampun Kinan, kita itu kenal sudah sedari bocah ingusan. Dan orang yang paling tahu loe itu adalah gue, jadi jangan harap loe bisa boong sama gue. Ada masalah apa lagi dengan itu cowok? Nggak bersyukur banget ya dia, udah punya istri cantik dan pintar kaya loe juga, masih aja di cuekin. Di ambil orang baru nyaho dia," gerutu Maura yang tahu betul kisah perjalanan kehidupan rumah tangga Kinan dan Nalen.
Karena hanya pada Maura lah Kinan mampu mencurahkan semua keluh kesahnya selama menikah dengan Nalen. Kinan, selalu berusaha menutupi semua yang dia alami dari keluarga nya.
Namun, sebagai manusia biasa Kinan juga membutuhkan orang yang bisa mendengarkan semua keluh kesahnya. Agar beban yang di pikul tidak terlalu berat dan menghimpit jika kita memiliki teman untuk berbagi.
"Udah ah, kita bahas nanti saja. Sekarang lebih baik kita pergi yukkk, tapi sebelum ke toko buku kita cari makan dulu," jawab Kinan yang langsung bangkit dari duduknya lalu beranjak meninggalkan kelas dengan menarik tangan Maura.
Maura pun tidak lagi bertanya, toh Maura tahu. Jika Kinan sudah siap untuk bercerita maka Kinan sendiri yang akan mendatangi nya dan mengatakan semua nya tanpa di minta lagi oleh nya.
Kedua gadis itu pun mulai beranjak meninggalkan kampus dengan menggunakan mobil milik Kinan karena Maura yang hanya anak rantauan dan hanya terlahir dari keluarga sederhana hanya bisa membeli sebuah motor matic sebagai alat transfortasi untuk dia gunakan pulang pergi ke kampus.
Namun hari ini, Maura di antar jemput oleh Kinan karena motor milik Maura masih di bengkel karena ada sedikit kerusakan dan memgharuskan motor itu di tinggal beberapa hari di bengkel.
Namun beruntung nya, Maura memiliki teman yang baik dan setia. Yang berkenan mengantar jemputnya dengan suka rela tanpa di minta seperti Kinan.
Setelah 30 menit dalam perjalanan, akhirnya mobil yang di bawa oleh Kinan pun tiba di parkiran sebuah pusatbperbelanjaan. Kedua nya tampak turun dari dalam mobil setelah memarkirkan mobil itu di tempatnya.
Setiba nya di dalam Mall, Kinan dan Maura pun segera menuju ke sebuah restoran untuk mengisi perut mereka sebelum menghabiskan waktu berjam jam di toko buku. Hanya untuk berburu buku buku yang mereka sedang cari. Entah itu buku pelajaran, majalah, komik bahkan sampai novel yang baru saja terbit tidak lupa menjadi incaran si kedua gadis kutu buku itu.
Namun, saat memasuki restoran. Perhatian kedua gadis itu malah tertuju pada sebuah meja yang berisikan sepasang pria dan wanita tengah berbincang hangat.
Bahkan si pria sampai tersenyum lembut pada si wanita. Hal yang tidak pernah dia lakukan meski pada istrinya sendiri.
"Bukan nya itu suami loe ya Nan? Dia sama siapa? Kok mesra gitu?" tanya Maura yang juga ikut menyaksikan interaksi antara Nalen dan seorang wanita.
...🌸🌸🌸...
...*Happy Reading*...
*
"Sudah, biarkan saja. Mungkin itu rekan kerjanya, ayo lebih baik kita makan saja. Nanti keburu sore," jawab Kinan langsung menarik tangan Maura dan membawa gadis itu menuju ke meja lain nya.
Maura pun kembali hanya bisa pasrah dan tidak lagi membahas tentang Nalen. Meski Maura tahu Kinan saat ini sedang tidak baik baik saja, namun Maura tidak ingin memaksa Kinan untuk bercerita. Maura akan membiarkan Kinan untuk lebih dulu menyiapkan hati nya untuk bercerita.
Maura dan Kinan pun tampak menikmati makan siang mereka. Meski tidak berselera, namun Kinan berusaha untuk makan seperti biasa. Kinan tidak mau membuat sahabatnya itu terbebani dengan semua kisah pilu nya.
Meski Kinan tidak yakin jika Maura tidak tahu akan apa yang tengah dia alami dan dia rasakan saat ini. Pasalnya, gadis itu begitu tahu betul bagaimana keadaan Kinan meski hanya dengan melihat sorot mata nya saja.
Usai merampungkan makan siang mereka, Kinan dan Maura pun segera pergi ke toko buku. Karena hanya di sana lah Kinan bisa melupakan permasalahan nya saat ini.
Meski terlihat biasa saja, namun jujur. Kinan masih begitu kepikiran akan siapa wanita yang bersama dengan suami nya tadi? Kenapa wanita itu bisa membuat seorang Nalen tersenyum? Sedangkan saat bersamanya, jangan kan tersenyum lembut. Bersuara saja tidak pernah.
Namun, seketika pikiran tentang Nalen hilang sudah, kala Kinan di hadapkan dengan buku buku yang berjejer tersusun rapih di rak buku yang ada tepat di depan matanya.
Binar bahagia pun tampak terlihat dengan begitu jelas di mata Kinan saat menatap semua buku yang terpajang di toko buku terbesar dan ternama di tanah air.
Kedua gadis pencinta buku bacaan itu pun mulai larut dalam dunia yang begitu mereka cintai. Baik Kinan maupun Maura sama sama asik memilih buku yang akan di beli hari hari.
*
*
Tenggelam dalam dunia hobinya, Kinan pun sampai lupa akan waktu. Tepat suara adzan magrib berkumandang barulah kedua gadis itu tersadar jika waktu mereka di dalam sana sudah terlalu lama.
"Astaghfirullah, jam berapa sekarang? Kenapa sudah terdengar suara adzan?" tanya Kinan dalam hatinya sembari meraih ponsel yang tersimpan di dalam tas nya.
"Ya ampun, sudah magrib ternyata," gumam Kinan lagi.
Kinan pun segera mengemasi buku buku yang akan dia beli lalu bergegas mencari Maura. Gadis yang sudah berteman dengan Kinan sejak sekolah menengah pertama itu pun tampak tengah mengemasi barang nya dan bersiap untuk pulang.
"Sudah Ra? Ayo kita ke kasir," ujar Kinan yang di setujui oleh Maura.
Keduanya pun akhirnya pergi ke arah kasir yang ternyata cukup antri. Mau tidak mau Kinan dan Maura pun ikut dalam barisan antrian.
Saat sedang mengantri, tanpa sengaja netra Kinan kembali menangkap sesosok pria yang selama 3 bulan ini hidup satu atap dengan nya.
Lagi dan lagi, Nalen tampak bersama dengan wanita yang tadi siang mereka temui. Namun ada yang berbeda, dimana si wanita kini telah berganti pakaian dengan pakaian yang berbeda.
Begitu pun dengan Nalen, melihat hall itu. Sebagai seorang manusia normal apalagi sebagai seorang wanita. Tentu saja hal itu sangat menyesakkan dada.
Namun, Kinan berusaha menepis semua pikiran negatif nya tentang suaminya. Karena sepengetahuan Kinan, semenjak Nalen gagal bertunangan dengan mantan kekasih nya 6 bulan yang lalu.
Nalen begitu menjaga jarak dengan seorang wanita. Dari penuturan sang aspri yang begitu setia hampir 24 jam menemani Nalen, Nalen begitu tidak suka jika harus bekerja sama dengan seorang perempuan.
Namun apa ini? kenapa kini Nalen malah terlihat begitu senang bersama dengan wanita yang kini dengan santainya bergelayut manja di lengan pria yang sudah beristri itu.
Kinan pun segera memalingkan wajah nya, mencoba kembali fokus akan dunia nya. Meski sesak terus menghimpit dada, seakan akan oksigen di tempat itu tidak ada.
Namun Kinan berusaha tampak biasa saja, Kinan sadar, jika pernikahan mereka ada pun itu karena paksaan dari Ayah Darma, yang begitu menginginkan Kinan untuk menjadi menantu di keluarga nya.
Usai menyelesaikan pembayaran nya, Kinan dan juga Muara pun tidak langsung pergi dari Mall itu. Kinan dan juga Muara sama sama melipir terlebih dahulu ke mushola Mall.
Kedua gadis itu tampak menunaikan 3 raka’at wajib mereka terlebih dahulu sebelum kedua nya pulang ke rumah masing masing.
“Kita langsung pulang ya Nan? nggak mampir dulu buat makan?” tanya Muara setelah kedua nya selesai menunaikan ibadah mereka di sana.
“Makan di rumah saja deh, sudah kesorean soalnya, nggak apa apa kan?” jawab Kinan yang memang tidak terbiasa pulang terlambat.
“Iya nggak apa apa kali, gue juga belum terlalu lapar juga,”
“Ya sudah, kalau begitu ayo,”
Kedua gadis itu pun tampak kembali beranjak menuju ke parkiran, dimana Kinan memarkirkan mobilnya di sana.
Tap
Tap
Set
Deg
Namun seketika, kedua nya di buat terkejut saat yang bersamaan Nalen dan juga wanita itu pun ada di sana dan tengah menuju ke sebuah mobil yang terparkir tidak jauh dari mobil Kinan.
Kedua netra itu pun kini saling bertemu dan saling mengunci tatapan satu sama lain. Namun detik kemudian Kinan langsung memalingkan wajah nya dan pura pura tidak melihat apa yang suami nya lakukan bersama dengan wanita asing itu.
Mencoba menetralkan perasaan nya yang bergemuruh dengan begitu hebat nya di dalam sana. Bahkan Kinan berulang kali menghela nafas panjang demi mengurai rasa sesak di dalam dadanya.
“Nan, are you okey?” tanya Muara setengah berbisik saat melihat jika suami dari sahabat nya itu tengah bergandengan tangan dengan begitu mesra bersama seorang wanita cantik dan seksi.
“Iya nggak apa apa kok, ayo kita pulang,” jawab Kinan yang langsung masuk begitu saja tanpa menoleh ke arah Nalen lagi.
Kinan pun langsung melajukan kendaraan yang saat ini sedang dia kemudikan dengan kecepatan yang sedang.
Meski dalam kondisi hati yang tidak baik baik saja, Kinan tetap berusaha menjaga kewarasan nya. Dan tentu saja Kinan masih ingin pulang ke rumahnya dengan selamat bukan berpulang ke pangkuannya.
Tidak, Kinan masih ingin hidup meski terus menerus di timpa rasa sakit yang luar biasa dari sikap yang ditunjukan oleh suaminya sendiri.
Sementara itu, Nalen masih terdiam di tempat, menatap datar kepergian mobil yang dibawa oleh istrinya, pergi meninggalkan area parkiran Mall yang mereka datangi.
“Nalen. Ada apa? kok bengong? Ayo kita pulang,” ucap si wanita asing itu menyadarkan Nalen dari lamunan nya.
“Oke,” jawab Nalen singkat, lalu bergegas masuk ke dalam mobilnya.
Keduanya pun tampak langsung menaiki mobil mewah milik Nalen dan mengikuti jejak Kinan yang sudah lebih dulu pergi meninggalkan mall tersebut.
...🌸🌸🌸...
...*Happy Reading*...
*
"Mas baru pulang?" tanya Kinan saat melihat suaminya baru saja memasuki rumah nya.
Lagi dan lagi, Nalen hanya melirik sekilas lalu berlalu begitu saja melewati Kinan tanpa menjawab sepatah kata pun pada Kinan.
Namun, langkah Nalen tiba tiba terhenti saat Kinan mencekal pergelangan tangan nya. Hingga membuat Nalen menatap penuh dengan tanya.
"Aku sedang mengajak Mas bicara? Apa Mas tidak mendengarnya?" tanya Kinan memberanikan diri menahan Nalen agat tidak beranjak begitu saja tanpa menjawab pertanyaan darinya.
"Lepas, aku harap ini terakhir kalinya kamu lancang dengan menyentuh tubuh ku. Ingat Kinan, aku tidak memberikan hak apapun terhadapmu untuk ikut campur dalam hidupku," ucap Nalen menghempaskan tangan Kinan dengan cukup kasar hingga membuat tubuh gadis itu sedikit limbung.
Sakit, rasa itu lagi lah yang kembali Kinan dapatkan dari seorang Nalendra Adiwijaya. Pria yang dengan lantang nya menyebutkan nama nya dalam ijab kabul 3 bulan yang lalu.
Namun, untuk pergi pun Kinan terlalu enggan. Rasa cinta nya pada pria itu membuat Kinan harus rela menahan semua rasa sakit agar bisa tetap bersama dengan nya.
Tak mengapa jika dirinya tak di anggap, tak mengapa jika dirinya di khianati. Yang terpenting, Kinan masih menyandang status istri sah dari Nalen.
"Kapan kamu akan melihatku Mas. Aku begitu mencintaimu, tapi mengapa sulit sekali membuatmu jatuh cinta padaku," gumam Kinan menatap punggung Nalen yang perlahan menjauh lalu menghilang di ujung tangga.
"Nyonya, apa makanan nya perlu saya hangatkan?" tanya salah satu art di rumah itu yang berhasil membangunkan Kinan dari lamunan nya.
"Ya ampun Bi Marsih. Bikin kaget saja," jawab Kinan sambil mengusap dada nya karena kaget.
"tidak perlu Bi. Bibi masukan saja ke dalam kulkas, biar besok masih bisa di makan setelah hangatkan. Setelah itu istirahatlah, ini sudah terlalu larut." jawab Kinan yang membiarkan art nya untuk segera beristirahat.
Karena saat ini jam sudah menunjukan pukul 23.30 wib. Dan seharusnya, para art nya itu sudah beristirahat sedari jam 9 malam. Namun, Bi Marsih bersikeras membantu dan menemani Kinan untuk menyiapkan makan malam untuk suaminya.
Namun, lagi dan lagi. Untuk kesekian kalinya lagi, jangan kan memakan masakan Kinan. Meliriknya saja Nalen tidak pernah, namun Kinan seolah kebal akan hal itu.
Gadis iti tidak punya rasa jera sama sekali. Dia tetap akan menyiapkan makanan untuk Nalen dengan begitu antusias meski pada akhirnya hanya para art lah yang memakan masakan nya, seperti yang sudah sudah.
"Baiklah, kalau begitu Bibi ijin istirahat ya nyonya." jawab Bi Marsih pamit pada majikan nya untuk beristirahat.
"Iya, pergilah. Maaf sudah membuat Bibi jadi terlambat untuk beristirahat,"
"Jangan sungkan nyonya. Ini sudah jadi kewajiban saya sebagai pegawai dan sebagai orang yang sudah banyak Nyonya bantu,"
"Sudahlah, jangan mengungkit itu lagi. Pergilah, Bibi pasti lelah."
"Baiklah, saya permisi nyonya."
Bi Marsih pun akhirnya pergi meninggalkan majikan nya untuk membereskan makanan yang masih tertata dengan rapih di atas meja.
Sementara Kinan sendiri langsung masuk kedalam kamarnya. Tubuh nya terasa begitu lelah padahal Kinan hidup cukup nyaman dan santai.
Gadis yang masih menyandang status sebagai mahasiswi tingkat akhir itu keseharian nya hanya ke kampus dan diam di rumah. Tidak ada pekerjaan berat yang dia lakukan.
Mau apapun tinggal pesan dan semua langsung tersedia hanya dengan menggerakkan jari nya saja. Terlahir dalam keluarga yang termasuk kaya raya membuat isi dompet Kinan penuh meski dirinya hanya berleha leha dikamar.
Berbeda dengan Maura yang harus rela bekerja paruh waktu demi manambah uang saku nya. Beruntung Maura memiliki sahabat yang tidak akan membuatnya kesusahan. Meski begitu, Maura tetap menjalankan pekerjaan nya dan tidak bergantung pada Kinan saja.
*
*
Ke esokan pagi nya...
"Bi, tolong bangunkan Mas Nalen ya? Sudah saat nya Mas Nalen pergi ke kantor. Tapi sepertinya Mas Nalen belum bangun," titah Kinan yang memang di larang keras mendatangi kamar suaminya.
Ya, sejak awal menikah Kinan memang dilarang keras menaiki lantai 2. Di mana kamar Nalen berada. Kinan sendiri menempati kamar tamu yang berada di lantai bawah.
Maka dari itu setiap Nalen bangun kesiangan hanya Bi Marsih yang bisa membangunkan pria itu dan hanya di Marsih lah yang diberi izin oleh Nalen untuk membangunkannya.
"Baik nyonya, kalau begitu saya ijin naik ke atas dulu," jawab Bi Marsih, lalu bergegas menuju ke lantai atas. Di mana kamar tuannya berada.
Tok
Tok
"Maaf tuan, Apa Tuan sudah bangun? Ini sudah waktunya Tuan pergi ke kantor," seru bi Marsih dari balik pintu kamar Nalen.
Ceklek
Pintu kamar pun lalu terbuka, dan menampilkan Nalen dengan wajah yang pucat pasi hingga membuat bi Marsih tersentak kaget.
"Tuan, anda baik baik saja?" tanya bi Marsih saat melihat ke adaan tuan nya.
"Saya tidak akan pergi ke kantor Bi, saya tidak enak badan. Jadi, saya akan istirahat di rumah saja," jawab Nalen dengan nada bicara yang lemah dan sedikit serak.
"Baik tuan, kalau negitu istirahatlah. Saya akan bilang sama nyonya tentang kondisi anda," jawab bi Marsih dengan wajah yang panik.
Nalen sendiri tidak menjawab, lalu kembali menutup pintu kamarnya. Setelah Nalen menutup pintu kamar itu. Bi Marsih pun segera memberi tahukan kondisi tuan nya pada Kinan.
"Kalau begitu saya akan masak bubur, biar Mas Nalen bisa minum obat," jawab Kinan setelah mendapat kabar jika suami nya tengah sakit.
30 menit berlalu dan bubur untuk Nalen pun telah siap di atas nampan. Namun Kinan bingung cara memberikan bubur itu pada Nalen. Pasalnya, pria itu sudah mewanti wanti agar Kinan tidak memasuki wilayahnya.
Kinan pun di landa dilema. Antara mengantarkan bubur itu sendiri atau menunggu bi Marsih yang tengah membelikan nya obat untuk Nalen karena persediaan obat di rumah ternyata sudah kosong.
Namun menunggu bi Marsih pun rasanya terlalu lama. Karena bi Marsih belum kembali juga padahal bi Marsih sudah pergi sejak 30 menit yang lalu.
Akhirnya, setelah mempertimbangkan resikonya. Kinan pun nekad memasuki wilayah suaminya. Dan nekad memasuki kamar dari pria itu.
Dengan sebuah nampan di tangan nya, Kinan masuk kedalam kamar Nalen untuk pertama kalinya setelah mereka menikah 3 bulan lamanya.
Kinan mengedarkan pandangan nya ke seluruh penjuru kamar yang di desain benar benar khas kamar seorang pria.
Namun saat masuk kedalam kamar itu, Kinan tidak mendapatkan sosok Nalen di sana. Kinan pun menyimpan nampan berisikan satu porsi bubur lengkap dengan susu hangat di atas nakas dekat ranjang dan berniat untuk pergi.
Namun langkah nya terhenti saat mendengar suara bariton yang menyerukan namanya dengan begitu menggema di seluruh ruangan.
"Kinan Artanegara, lancang sekali kamu masuk ke dalam kamarku,"
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!