Ini kisah tentang Anastasya seorang gadis malang yang dari kecil dia tidak pernah merasakan kasih sayang dari orang-orang terdekatnya.
Dia selalu memimpikan dan membayangkan bagaimana rasanya dicintai dan di sayang namun ia tidak pernah mendapatkan apa yang dia ingin kan.
Terkadang saat melihat keluarga bahagia Anastasya selalu iri dan bersedih saat melihat kebahagiaan orang lain sedangkan dia bahkan tidak pernah mendapatkan kasih sayang itu.
"Keluarga itu terlihat sangat harmonis, andai keluarga ku juga harmonis seperti itu"
"Ayah ku bahkan setiap hari selalu bertengkar dengan ibu ku didepan mata kepala ku sendiri. Bahkan rumah kami satu atap tetapi seperti terpisah karna ayahku hidup hanya untuk dirinya sendiri bahkan semua milik ayah hanya untuk nya dan makan bersama keluarga? apa itu,ayahku bahkan tidak pernah mau ikut makan bersama keluarga"
"Ibu selalu kesusahan membiayai hidup kami, karna ayah tidak bekerja untuk kami karna uangnya hanya untuk dirinya sendiri, ibu terpaksa berhutang kepada tetangga dan bekerja apapun pekerjaannya hanya untuk kami bisa makan dengan layak di rumah"
"Bahkan aku tidak akrab dengan saudara ku, kami seperti bukan saudara dan aku selalu iri dengan mereka yang begitu akrab dengan saudaranya, hooh kenapa nasib ku malang sekali kapan aku bisa seperti mereka dan keluarga ku harmonis ya"
Ujar Anastasya yang bergumam sambil merenungi dan meratapi nasibnya sambil melihat keluarga bahagia tersebut. Lalu ia menoleh kan pandangan matanya kearah sebaliknya namun hal yang dia lihat malah membuat nya merenungi nasibnya kembali.
"Hooh sengaja hadap lain malah liat beginian, Tuhan...... kenapa sih hidup ini tidak pernah adil kepada ku. Hadap sana liat keluarga bahagia sekarang aku malah liat ginian, aku juga mau punya sahabat seperti mereka yang bisa kemana-mana bareng teman-teman mereka bersenang-senang, foto bareng, beli apa-apa sama teman dan juga bisa punya teman yang engga manfaatin aku"
"Benci aku lama-lama liat beginian aku saja punya teman seperti tidak punya teman, bahkan teman-teman ku selalu memanfaatkan ku, tapi aku selalu saja pura-pura bodoh dan tidak tahu apa-apa agar bisa tetap berteman dengan mereka, tapi aku juga pengen punya teman kayak gitu. Tuhan.......ini tidak adil aku benci semua ini. Pergi ke pantai buat liat sunset sambil healing malah liat beginian, ini mah bukan healing tapi bikin aku tambah sedih"
Ujar Anastasya sambil teriak marah-marah menyalahkan takdir dan meratapi nasibnya yang tidak pernah mendapatkan semua hal yang dia lihat baru saja didepan mata Kepala nya sendiri.
"Sudahlah pindah tempat lain saja biar healing ku tidak sia-sia"
Ujarnya sambil berdiri dan berjalan meninggal kan tempat itu, lalu dia pergi ke tempat lain dengan niat akan menemukan tempat healing yang bagus karna suasana hatinya sangat kacau saat itu.
"Nah.... di Sana kayaknya tempat healing bagus tuh, sepi lagi tidak ada siapa-siapa, kayaknya healing ku bakal berguna deh"
Ujarnya terlihat bahagia karna menemukan tempat untuk healing yang bagus.
Anastasya pun turun dari motornya dan beranjak pergi ke tempat itu untuk menenangkan pikirannya karna dia baru saja putus dengan pacarnya yang sangat dia sayangi namun ternyata dia diselingkuhi dengan wanita yang kaya dan lebih cantik darinya.
Duduk diam sambil menikmati angin sepoi-sepoi yang menerbangkan rambutnya secara halus sambil melihat sunset di tepi pantai.
Hatinya yang sudah hancur berkeping-keping mengingat kembali perselingkuhan yang dilakukan oleh pacarnya membuat air matanya jatuh membasahi pipinya melewati bibirnya yang kecil dan manis lalu jatuh membasahi bajunya.
Dia menangis tak bersuara, sungguh menangis tak bersuara itu begitu sakit dan air matanya tidak bisa berhenti terjatuh.
"Kenapa sih Gandi, kenapa kamu selingkuh, dan buat hati aku sehancur ini. Padahal aku tulus sama kamu dan aku bahkan setia dan tidak pernah ada sedikit pun perasaan aku pudar buat kamu dan tidak ada sedikit pikiran ku ingin menduakan mu dengan pria lain. Aku selalu jujur dan memperjuangkan mu tapi ini yang kamu berikan pada ku? padahal hari ini adalah hari dimana kamu nembak aku dan aku mau bawain hadiah ini buat kamu, padahal ini sudah 2 tahun kita pacaran dan aku kira cinta kamu tulus buat aku ternyata semuanya cuman kebohongan "
Ujar Anastasya sambil menoleh kebawah melihat hadiah yang awalnya dia akan memberikan nya kepada Gandi namun hadiah itu sudah tidak pantas untuk diberikan kepada pria brengsek itu.
"Hooh.... kamu lebih milih wanita kaya dan cantik itu dari pada aku, aku tau aku memang wanita miskin dan tidak cantik aku bahkan tidak tahu cara berdandan dan jika aku bisa pun aku tidak akan punya uang untuk membeli semua alat make up dan skincare untuk perawatan wajah dan badan ku karna aku tidak punya uang sebanyak itu"
"Aku bahkan harus membantu Ibu ku untuk biaya sekolah adik ku sambil bekerja di restoran, tapi gaji ku pun tidak cukup untuk membiayai hidup ku dan ibu ku, semuanya habis untuk bayar hutang karna hutang Ibu terlalu banyak"
"Aku bahkan menabung gaji ku untuk membelikan hadiah ini untuk mu, walaupun barang ini diskonan tapi perjuangkan untuk mendapatkan barang ini membuat keluarga ku kesusahan dan aku juga harus membayar biaya cicilan motor tapi sekarang uang ku sudah habis"
"Lalu semua perjuangan ku sekarang sia-sia saat apa yang aku liat didepan mata ku membuat hati ku sakit saat ini. Lantas kapan aku akan mendapatkan kebahagiaan yang aku impikan?"
"kenapa hari ini aku begitu sial?"
"Kenapa mata ku melihat hal yang membuat ku berkata-kata bahwa Tuhan tidak adil kepada ku? "
"Kapan aku akan merasakan rasanya dicintai Tuhan? "
"Kapan hal itu akan terjadi dan siapa orang yang akan benar-benar mencintai ku?"
"Sudahlah ku pendam saja dalam-dalam keinginan ku ini karna semua nya tidak akan pernah terjadi dalam hidup ku, dan aku harus menerima takdir bahwa aku tidak akan pernah dicintai oleh orang lain"
"Bahkan jika aku mendapatkan nya, mungkin hanya aku yang akan mencintai nya dan dia tidak mencintai ku, haha sudah pasti itu karna aku ini tidak cantik dan miskin, tidak ada laki-laki yang mau dengan wanita yang tidak bisa merawat dirinya sendiri, sekarang aku hanya harus fokus untuk hidupku dan tidak memikirkan masalah percintaan, aku sudah trauma dengan laki-laki untuk saat ini dan sepertinya aku tidak bisa percaya lagi bahwa ada orang yang mencintai ku"
"Hooh sudahlah buat apa aku menangis sampai seperti ini hanya karna seorang pria brengsek seperti dia, dan mata ku sampai bengkak karna tidak henti menangis dari tadi. Agh sial aku harus kembali pulang sekarang sudah mau larut malam dan sepertinya ibu sudah menunggu ku di rumah"
Ujar Anastasya sambil mengusap air matanya dan beranjak pergi meninggalkan tempat itu sambil menaiki motornya karna sudah larut malam, dia takut ibunya akan khawatir menunggu nya di rumah.
Ditengah perjalanan Anastasya masih saja bersedih meratapi nasib nya yang begitu sial hari itu.
"Tuhan jikalau ini semua adalah takdir yang kau berikan pada ku maka aku akan merubah takdir ini"
"Aku tidak ingin terus seperti ini, aku ingin tau bagaimana rasanya dicintai dan aku akan membuat Ibu ku bahagia"
"Aku tidak ingin wajah manis *i**bu ku setiap hari terlihat bersedih dan tidak ingin melihatnya diam-diam menangis setelah sholat, begitu sakit rasanya hati ini melihat semua itu*"
"Dunia ini tidak adil Tuhan, bagaimana aku harus mensyukuri semua ini, sedangkan satu kebahagiaan pun tidak pernah aku rasakan"
Ujar Anastasya di tengah perjalanan yang sedang bergumam dalam hati dengan air mata yang tidak henti jatuh membasahi pipinya. Matanya yang bengkak dan memerah karna terus menangis tak henti dari tadi sambil menangis dalam diam dengan menahan sesak dada yang dia rasakan.
Ia pun sampai di rumah sambil berlari menutupi air matanya dan mengabaikan Ibunya yang sedang duduk di teras.
"Nak....? "
Ujar ibu nya menoleh sambil terkejut karna Anastasya tidak pernah mengabaikan dan setiap pulang bekerja pasti selalu bersalaman kepadanya.
Namun keadaan saat itu berbeda dengan hari-hari biasanya.
Hari itu adalah hari dimana hatinya dipatahkan oleh seorang pria yang sangat dia sayangi, yang selalu dia banggakan dan ceritakan kepada ibunya, tetapi Anastasya menutupi semua itu dan tidak ingin menceritakan nya kepada ibunya karna tidak ingin ibunya tahu bahwa anak kesayangan nya menangis karna lelaki brengsek seperti Gandi.
Anastasya lalu masuk kamar mengunci kamarnya dan melempar badannya dengan keras ke kasur sambil menangis.
Hari itu dia begitu kacau tak berujung,dan mengurung dirinya dikamar sambil melanjutkan tangisannya tanpa bersuara karna dia tidak ingin ibunya mendengar nya menangis dan khawatir tentang kondisinya.
Ibunya yang penasaran kenapa anak kesayangan nya untuk pertama kali mengabaikan kannya, karna biasanya saat pulang bekerja Anastasya pasti akan terlihat ceria dan bersalaman dengan ibu nya, hal itu membuat ibunya cemas.
Ibunya pun beranjak berdiri melangkah ke kamar Anastasya.
Saat ingin membuka pintu, untuk pertama kalinya Anastasya mengunci pintu dan membuat ibunya bingung bahkan sampai cemas dengan keadaan anak nya tersebut.
"Eh... dikunci?"
"Tidak seperti biasanya Anastasya mengunci pintu kamar nya, lalu tadi dia mengabaikan ku dan tidak bersalaman dengan ibunya, aku khawatir sebenarnya apa yang terjadi sampai membuatnya seperti itu"
"Nak.... Anastasya.... buka pintunya, kok tumben pintunya dikunci? "
"Kamu kenapa nak, tidak seperti biasanya bahkan tidak bersalaman kepada ibu lho, ibu ada salah kah sama kamu? "
"Nak.... buka pintunya ibu mau masuk, tadi kamu beda banget lari-lari nyelonong gitu, seperti ada yang di tutup kan dari ibu"
"Kamu ada nutupin sesuatu kah?"
"Ibu khawatir sama kamu, ayo keluar ibu sudah siapkan makan dan cepat mandi dulu ganti baju lalu ke ruang makan ya, kamu pasti capek habis pulang kerja"
Anastasya hanya diam mengurung diri dikamar tanpa bersuara atas apa yang dia alami saat itu.
Ia hanya terus menangis tak henti dan tidak ingin membukakan ibu nya pintu.
"Hmm... nak kalau begitu ibu tunggu di meja makan ya jangan lupa makan"
"Adik kamu tadi sakit sekarang lagi terbaring lemas di kamarnya badannya panas sekali tapi ibu sedang tidak ada uang untuk membelikannya obat, apakah kamu ada uang? "
"Jika ada nanti belikan adek obat paracetamol di warung ya biar kondisinya mendingan"
Setelah ibu mengatakan hal itu,ayah Anastasya pun pulang dengan bau alkohol yang menyengat di bajunya, dan terlihat sangat mabuk berat dengan kondisi yang sudah berantakan.
Pada saat itu pun pertengkaran di mulai dan ketenangan di rumah itu berubah menjadi kekacauan yang membuat hati Anastasya semakin hancur karna harus mendengar kan pertengkaran kedua orang tuanya yang selalu saja terulang karna ayahnya selalu mabuk dan pergi menghamburkan uang nya demi wanita pelacur, tapi tidak pernah menghabiskan uangnya untuk menghidupi keluarganya.
"Mas..... kamu habis mabuk lagi? "
"Anak kita sedang sakit dan Anastasya juga ga tau kenapa, sedangkan kamu malah asik sama wanita pelacur di tempat hiburan malam di sana? "
"Aku udah capek mas sama kamu, aku udah ga punya uang lagi, buat kita makan aja engga ada dan aku bahkan sampai ngutang buat kita makan hari ini, dan uang aku ga cukup buat beliin adek obat"
"Kamu malah kayak gini?"
"dimana rasa tanggung jawab kamu sebagai seorang kepala keluarga mas?"
"Kamu malah lebih mementingkan diri kamu dan uang sepeser pun ga kamu kasih ke aku?"
"Ah.. berisik banget sih kamu, aku ga peduli mau kamu ngomel-ngomel kayak gitu"
"Urus saja anak-anak mu sendiri aku ga punya anak, aku capek tadi habis mabuk berat mau ke kamar,kamu jangan halangi aku dasar wanita tua dan jelek"
Mendorong istrinya sendiri tanpa merasa bersalah sampai istrinya terpental jatuh ke lantai.
"Agh.. mas sakit banget"
Suaminya terus berjalan ke kamar dan mengabaikan nya.
"Ya Tuhan kenapa nasib ku malang sekali?"
"Apa salah ku Tuhan? "
"Kasihan sekali nasib anak-anak ku yang harus mendengar dan melihat pertengkaran ku setiap hari dengan suami ku, aku ingin membahagiakan anak-anak ku tapi kenapa takdir begitu kejam kepada ku? "
Ujarnya sambil menangis merenungi nasibnya lalu mengusap air matanya dan beranjak ke ruang makan sembari menahan sakit yang dia rasakan akibat dorongan keras dari suaminya.
Disisi lain Anastasya yang sudah tidak tahan mendengar semua kejadian yang baru saja didengarnya semakin membuat air matanya tak henti meneteskan air mata.
"Tuhan mengapa aku harus mendengar semua itu? "
"Kenapa Tuhan, kenapa aku harus mendengar ibu ku menangis,begitu pedih hati ini terasa seperti disayat-sayat ratusan pisau tapi aku tak bisa berbuat apa-apa dan membuat diri ku bersalah seperti ini"
"Dan ibu ku bahkan lebih mementingkan adik ku yang sakit, kenapa ibu ku lebih sayang kepada adik ku dibandingkan aku? "
"Pria brengsek seperti ayah tidak pantas menikah dengan ibu, dia bukan ayah ku Tuhan"
"Kenapa dia menikahi ibu ku dan membuat ku lahir di dunia ini namun dia menyakiti ibu dan tidak menganggap ku sebagai anaknya? "
"Aku ingin bahagia.......... aku lelah Tuhan, aku lelah dengan semua ketidak adilan ini"
Ujar Anastasya dalam hati nya dengan mata yang sudah sangat membengkak dan air matanya sudah tidak bisa menetes lagi, karna terlalu banyak air mata yang jatuh pada hari itu.
Tubuhnya begitu lemas dan sudah tidak berdaya. Anastasya membaringkan badannya sambil terdiam meratapi nasibnya lalu berusaha menenangkan pikiran dan mengistirahatkan badannya yang sudah lelah dengan apa yang dia alami hari itu.
"Hooh... maafkan aku ibu, aku ingin mengistirahatkan pikiran ku sejenak, maaf sudah mengabaikan mu dan untuk saat ini aku tidak bisa keluar dengan keadaan seperti ini"
Ujar nya bergumam sambil menutup matanya.
Sembari mengatakan penyesalan dan kesedihan nya atas apa yang terjadi hari itu dan perlakuannya yang telah membuat ibunya bersedih atas sikapnya yang tiba-tiba mengabaikan ibunya, Anastasya pun terbaring dan tertidur lelap dalam lelahnya.
Di sisi lain ibunya masih menunggu nya untuk keluar dan makan bersama namun Anastasya tak kunjung keluar kamar.
"Dimana anak itu, lama sekali keluarnya aku sudah menyuruhnya keluar dari tadi untuk makan, dia pasti lelah habis berkerja"
"Kenapa dia mengurung dirinya di kamar seperti itu, aku mulai cemas ya Tuhan"
Ujar ibunya yang cemas menghawatirkan keadaanya sembari duduk termenung sambil memijat punggung nya akibat rasa sakit karna dorongan keras dari suaminya tadi.
"Bu.. Aku lapar mau makan, apa lauk kita hari ini? "
"Eh Anastasya akhirnya kamu keluar kamar juga"
"Bu... apa Sih aku Rena bukan Anastasya, pikiran Ibu cuman kakak terus"
"Sesekali pikirin aku Bu.... Aku lagi sakit mau makan, tadi suruh ibu beliin obat kenapa belum beliin sih badan aku makin panas sekarang"
Ujar Rena dengan nada suara tinggi sambil membentak ibunya.
"Astaga nak kok kamu bilang begitu sama kakak mu, maafin ibu nak Ibu ga fokus karna kakak mu tadi terlihat berbeda seperti biasanya"
"Alah bohong, ibu selalu saja seperti ini dan dipikiran ibu cuman kakak saja, aku ga pernah aja di pikirin dari dulu"
"Nak maafin ibu, ibu ga bermaksud buat kamu tersinggung"
"Dan juga ibu belum belikan kamu obat demam karna sedang tidak ada uang nak, tadi uangnya habis ibu pakai buat beli bahan-bahan sayur sama beras untuk kita makan hari ini, karna tadi ibu cek ternyata beras sudah habis"
"Tadi niatnya buat belikan kamu obat tapi uang ibu tidak cukup, maafkan ibu nak"
Ujar Ibunya yang sedih karna tidak menepati janjinya untuk membelikan Rena obat.
"Gimana sih Bu, badan aku sekarang makin demam tapi ibu tidak ada khawatir sama aku? "
"Minimal hutang dulu di tetangga atau siapa, padahal cuman beli obat demam saja dan Anastasya pasti ada uang kan?kenapa ibu tidak meminta padanya saja? "
Ujarnya kesal sambil menyalahkan ibunya.
"Tadi sudah ibu minta sama kakak kamu nak, cuman sepertinya dia sedang ada masalah atau mungkin besok kamu dibelikan obat sama kakak"
"Yasudah jangan marah-marah terus kamu kan lagi sakit, mari sini kita makan"
"Iya....... "
Ujar ibunya dengan sopan dan lembut menyuruh Rena untuk duduk makan bersama di meja makan.
Namun disisi lain ibunya masih gelisah memikirkan Anastasya yang tak kunjung datang untuk makan bersama.
"Ibu kenapa tidak makan? nanti lauknya Rena habisin lho"
"Eh iya nak kamu makan dulu saja ibu masih menunggu kakak mu untuk makan bersama, perasaan ibu tidak enak"
"Bu.... apa sih lagi dan lagi masih tentang kakak, dia paling udah kenyang makan diluar sana dan lupain kita, kan dia kerja di Restoran pasti dia sudah makan di tempat kerja nya"
"Lama-lama aku ga nafsu makan jadinya liat ibu mikirin Anastasya terus, ibu mikirin kondisi ibu saja ayo kita makan dan biarin aja dia, pasti dia sudah tidur lelap di kamar nya sekarang"
"Hmm yasudah ibu akan ikut makan"
Ujar ibunya sambil tersenyum kecil namun dibenak nya masih tersirat rasa cemas terhadap Anastasya kala hari itu.
"Nah gitu dong Bu, nih aku dah sajikan makanan buat ibu"
"Iya sayang makasih ya"
Ujarnya sambil mengambil sepiring nasi yang di berikan oleh Rena.
"Nak sisakan lauk dan nasinya sedikit buat kakak kamu ya, mungkin nanti dia terbangun dan mencari makan"
"Oh Tuhan masih aja mikirin kakak"
"Iya-iya akan aku sisakan sedikit untuknya"
Ujar Rena sambil ketus menjawab ibunya.
"Kenapa sih Anastasya kamu tu ngeselin banget jadi kakak, andai saja aku tidak punya kakak seperti mu dan kasih sayang Ibu hanya untuk ku"
"Dari kecil selalu saja hanya kamu yang di perhatikan dari pada aku, saat kamu sakit ibu akan sangat khawatir dan merawat mu setiap saat, sedangkan aku dibelikan obat saja tidak bahkan aku harus keluar dari kamar untuk makan dan kamu dulu dibawakan makanan ke kamar dan disuapi oleh ibu, ini tidak adil untuk ku dasar"
Ujar Rena bergumam kesal dalam hatinya karna selalu merasa bahwa ibunya lebih sayang kepada Anastasya di bandingkan dirinya seorang.
"Buk makanan ku sudah habis aku mau ke kamar dulu mau istirahat"
"Iya sayang, mau ibu antar ke kamar? "
"Tidak usah aku bisa sendiri, ibu urus saja kakak sana"
Ujar Rena yang masih kesal kepada kakak nya sambil menjawab ibunya dengan ucapan yang membuat ibunya sedih.
Rena pun beranjak pergi meninggalkan meja makan dan masuk ke kamar nya dengan mood yang masih kesal.
"Astaghfirullah.... Ya Tuhan kenapa aku harus menerima semua ini, kenapa anak-anak ku tidak pernah aku satu sama lain padahal kasih sayang ku sudah ku bagi rata sedari mereka kecil"
Ujar nya sambil duduk termenung di meja makan sambil meratapi nasib nya dan bingung harus bagaimana lagi membuat kedua putri nya akur dan tidak harus saling membenci setiap hari.
Dengan air mata yang membasahi pipinya dia pun berusaha kuat agar bisa menghadapi semua ujian yang Tuhan berikan padanya.
"Ya Tuhan.... Sungguh ujian yang kau berikan ini begitu kecil dan tidak seberapa bagimu, tapi ujian ini begitu besar bagi hamba"
"Entah kenikmatan seperti apa yang akan kau berikan kepada hamba sampai-sampai hamba sudah tak sanggup lagi dengan semua ujian ini"
"Disisi lain engkau menguji hamba dengan suami hamba yang kasar dan tidak mau menafkahi keluarganya"
"Disisi lain juga engkau menguji hamba dengan ekonomi yang sulit dan hamba harus banting tulang berhutang kesana-kemari untuk membiayai kedua putri hamba"
"Dan disisi lain juga engkau menguji hamba dengan kedua putri hamba yang tidak pernah akur satu sama lain dari dulu, padahal semua kasih sayang hamba bagi rata untuk mereka berdua"
"Apa salah hamba ya Tuhan sampai-sampai hamba harus menanggung beban seberat ini di pundak hamba? "
"Maafkan hamba Tuhan, hamba lelah dengan semua ini"
"Biarkan hamba beristirahat dan mengeluh untuk saat ini dan berikan hamba sedikit waktu untuk bisa bangkit kembali"
Tangisan seorang ibu yang awal nya kuat menghadapi segala cobaan akhirnya terjatuh hingga tak berdaya.
Dia Menangis tak henti dengan hati yang sudah hancur dan menyerah dengan keadaan yang tidak bisa dia hadapi.
Tangisannya membuat badannya lelah dan pikiran nya kosong.
Matanya pun mulai mengantuk dan membuatnya tertidur di meja makan dengan air mata yang sudah membanjiri pipi nya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!