"Ada apa di sana, kok ramai begitu?" tanya Kompol Bayu Laksono pada anggotanya.
"Lapor, Ndan. Ada wanita muda tengah terpasung kakinya mengamuk di gubug terpencil yang ada di ujung sana. Sebagian warga desa tengah mencambuknya dengan batang lidi dan sapu," ucap Zaky, salah satu anak buah Kompol Bayu.
"APA !! Hari gini masih ada acara main hakim sendiri. Huft !! Tunjukkan di mana tempatnya sekarang juga !" perintah Bayu dengan tegas.
"Siap, Ndan." Zaky maupun anggota lainnya menjawab dengan serempak.
Mereka pun berjalan menapaki hutan kecil menuju sebuah gubug yang menjadi TKP ( Tempat Kejadian Perkara ).
"Bisa-bisanya aku baru dilantik dan bertugas di wilayah terpencil ini sudah ada yang berani main hakim sendiri. Harus diberantas sampai tuntas nih biar enggak jadi kebiasaan. Dikira harga nyawa orang cuma lima ratus perak apa !!" batin Bayu dongkol setengah mati.
Dirinya baru tiga hari bertugas di wilayah yang boleh dibilang cukup terpencil ini. Sebelumnya ia ditempatkan di Batam setelah kematian Papa Bening dan cinta pertamanya yakni sepupu angkat Arjuna itu pun menikah secara mendadak dengan pria lain.
Hatinya patah dan akhirnya ia pergi ke Batam membawa luka menganga yang cukup lebar. Tak tahu sembuhnya kapan dan obatnya apa. Kini dirinya sudah sebatang kara. Sebab kedua orang tuanya telah meninggal dunia.
Berharap di Batam menemukan cinta pengganti. Namun ternyata tak semudah itu. Cinta tak hanya terucap di bibir saja tetapi hati memiliki peranan yang sangat penting juga. Terlebih sosok cinta pertamanya itu selalu menempati ruang tersendiri di hatinya yang paling dalam. Dan belum tergantikan.
☘️☘️
Usai dari penempatan di Batam, belum selesai temponya, tiba-tiba dirinya dinaikkan pangkat dan langsung mengemban tugas ke wilayah terpencil ini.
Mau tak mau dirinya pun menerimanya. Sebab banyak rekannya yang tak mau pindah ke daerah ini. Selain susah sinyal, orang-orangnya dikenal cukup kolot. Jauh dari area hiburan pula seperti mall, cafe dan sebagainya.
Bayu pun bertekad melangkah guna menyimpan asa dan cita-cita. Berharap di daerah terpencil ini, dirinya bisa menemukan cinta dan pendamping hidupnya. Dikarenakan dirinya sering diolok-olok oleh rekan sejawatnya dengan panggilan Si Bujang Lapuk yang tak laku-laku.
Julukan itu selalu mengingatkan dirinya pada wanita yang menjadi cinta pertamanya. Wanita yang juga selalu mengolok-oloknya dengan kata-kata yang sama.
Deg...
Seketika dirinya mematung dan kakinya terhenti. Tatkala melihat wanita yang pernah menggoreskan luka di hatinya saat memilih menikah dengan pria lain, kini berada di hadapannya. Dalam kondisi yang menyesakkan hatinya. Sangat miris.
Seakan ribuan belati tajam tengah menancap di jantungnya saat ini.
"HENTIKAN !!" pekik Bayu dengan suara menggelegar.
Seketika orang-orang yang didominasi oleh ibu-ibu itu pun menghentikan kegiatan mereka yang tengah mencambuki wanita muda yang kakinya dalam kondisi terpasung. Mereka semua pun terdiam dan ada rasa ketakutan melihat banyak petugas kepolisian yang tiba-tiba datang di hutan dekat desa mereka yang terpencil ini.
Pakaian rumahan yang dikenakannya sudah tak jelas bentuknya. Terlihat lusuh, terkoyak, dan compang-camping seperti pengemis. Luka cambukan sangat terlihat di sekujur tubuhnya dari atas hingga ke bawah. Bahkan ada percikan darah yang keluar di bagian tangan dan kaki wanita muda ini.
Rambutnya yang dicepol ke atas pun tergerai keluar sebagian dan tak beraturan. Wanita muda ini hanya menunduk dan terisak pilu. Tak mengeluarkan sepatah kata pun. Seakan bibirnya kelu atau mungkin sudah capek untuk bersuara. Seakan lelah untuk melanjutkan hidup. Alhasil hanya pasrah saat dirinya dicambuki oleh para warga tanpa melawan.
Tap...tap...tap...
Derap langkah sol sepatu berjalan perlahan menuju ke arah wanita terpasung itu.
"Apa benar dia Ayu?" batin Bayu.
Bayu pun lantas berjongkok dan menatap wanita muda yang tengah menunduk di hadapannya sekarang ini. Ia mengenal wanita ini. Namun ia ingin melihatnya dari dekat guna meyakinkan bahwa penglihatannya tak salah.
Sebab rasanya tak mungkin wanita yang namanya masih bersemayam di hatinya itu dalam kondisi tragis seperti ini. Yang ia tahu dan yakini bahwa wanita itu sudah berbahagia dengan suaminya. Terlebih pria yang menikahinya adalah cinta pertama wanita itu, sejak kecil saat keduanya sekolah.
Bahkan dahulu karena saking cemburunya, ia pernah dengan sengaja menghilangkan gantungan kunci berbentuk love pemberian laki-laki yang menjadi cinta pertama Ayu ketika menonton pagelaran budaya di pelataran Candi Borobudur, Magelang. Saat keduanya menemani Arjuna dan Bening berkencan di sana.
Kala itu Ayu marah hebat padanya karena gantungan kunci kesayangannya itu hilang. Bahkan cacian dan makian keluar deras dari bibir wanita itu. Hingga menyumpahinya menjadi bujang lapuk tak laku-laku.
Namun kini hatinya begitu menangis saat melihat wanita yang ia cintai ternyata tak bahagia dan terpuruk.
Di manakah suaminya?
Apa yang menyebabkan Ayu hingga terpasung dan menderita seperti ini?
Begitu banyak ribuan pertanyaan yang hinggap di benaknya, yang ia tak tahu jawabannya. Sebab lama tak bersua sejak Ayu menikah dan mengganti nomor kontaknya. Alhasil sudah lama keduanya tak bertemu maupun mengetahui kabar masing-masing.
Seketika ia memberanikan diri untuk memanggil nama wanita yang masih menjadi ratu di hatinya itu.
"Ayu," panggil Bayu lirih.
Deg...
🍁🍁🍁
*Kompol ( Komisaris Polisi ) adalah perwira menengah tingkat satu di Kepolisian Republik Indonesia.
"Ayu," panggil Bayu lirih.
Telinganya mendadak familiar dengan suara lelaki yang memanggilnya. Tubuhnya otomatis bereaksi. Mata yang awalnya memejam kini terbuka. Namun kepalanya masih menunduk ke bawah tepatnya pada tanah.
"Suara itu. Enggak mungkin dia," batin Ayu bergemuruh hebat.
Lantas ia pun memberanikan diri mengangkat pandangannya.
Deg...
Dua pasang mata itu pun bersirobok dalam satu pandangan garis lurus yang sama. Satunya menatap penuh kesedihan. Dan yang satu terkejut bukan main.
Ayu berharap apa yang dilihatnya saat ini adalah mimpi belaka. Kedua tangannya yang saling terikat tali pun ia angkat guna menyibak rambutnya yang berjatuhan di depan agar tak menghalangi pandangannya.
Sontak tangan kekar itu yang menggantikan tangannya yang terbelenggu guna membenahi rambutnya. Mata keduanya sudah berkaca-kaca.
Tes...
Sebulir air mata keluar dan menetes membasahi pipi wanita yang ia cintai hingga saat ini. Tanpa disuruh tangan kekarnya menghapus air mata tersebut. Keduanya hanya saling memandang dan terdiam. Saling berbicara dari dalam hati seakan saling terkoneksi secara tiba-tiba.
"Maaf," batin Ayu sendu.
"Jangan menangis cintaku," batin Bayu tak kala sendu, menatap wanita yang masih bertahta di hatinya ini dalam kondisi yang sangat miris. Tiba-tiba...
"Siapa Anda? Berani-beraninya mencampuri urusan warga di sini !!" pekik salah seorang pria yang diduga kepala desa setempat.
Bayu yang tengah berjongkok pun lantas berdiri dan memandang sang kepala desa dengan tatapan tegas selaku abdi negara.
"Perkenalkan saya Kompol Bayu Laksono. Saya selaku Kasat Reskrim yang baru di wilayah ini. Dan saya sangat tidak suka dengan tindakan warga di sini yang main hakim sendiri. Bukankah negara kita adalah negara hukum. Jika memang wanita ini bersalah, kenapa tidak diserahkan pada pihak yang berwajib? Bukan dengan cara seperti ini!" ucap Bayu dengan nada tegas dan berwibawa.
"Dia wanita pembawa sial jadi wajib kita adili, Pak. Tolong jangan mengubah tatanan desa kami yang sudah turun-temurun!" sengit Kepala Desa tak terima.
"Setuju !! Hidup Kepala Desa!" teriak semua warga yang berkumpul di sana.
"Zaky, cepat lepaskan dan bawa perempuan ini ke markas !!" perintah Bayu tegas pada anak buahnya.
"Siap, Ndan." Zaky dan anak buah lainnya pun menjawab dengan kompak serta bersiap melakukan perintah sang Komandan.
"BERHENTI !!" pekik Kepala Desa.
"Tidak ada yang bisa membawa janda pembawa sial ini keluar dari hutan ini, kecuali_" ucapan Kepala Desa terpotong seketika.
"Kecuali apa?" tanya Bayu seketika memotong dengan nada yang sudah naik satu oktaf.
"Kecuali ada lelaki yang sudi menikahinya. Dan mengadakan pesta meriah di desa ini untuk membuang sial. Barulah wanita ini kita lepaskan," ucap Kepala Desa.
"Baik. Lakukan detik ini juga. Aku yang menjadi pengantin laki-lakinya," ucap Bayu dengan tegas tanpa ragu sedikit pun.
"Apa?" cicit Kepala Desa yang terkejut mendengar pernyataan Kompol Bayu Laksono barusan.
"Zaky !! Lakukan persiapan pernikahanku dengan wanita ini. Dan panggil perias serta dokter wanita ke sini secepatnya. Aku tidak mau pengantin wanitaku jelek dan tak punya tenaga atau sakit saat malam pertama kami nantinya. Kamu sangat tahu aku masih bujang panas membara. Huft..." titah Bayu dengan tegas seraya keluar dari gubug.
Dirinya ingin pergi sejenak. Entah untuk menghirup udara atau meninju sesuatu guna melampiaskan kemarahannya yang tengah bercokol di hatinya.
"Apa? Pak polisi ganteng itu masih bujang?" tanya salah satu ibu yang sebelumnya ikut memukul Ayu dengan sapu lidi, dengan suara berbisik pada rekan lainnya.
Mereka semua tentu terkejut dan tak menyangka Kompol Bayu masih bujang. Tentu saja mereka berpikir Bayu sudah menikah bahkan ada yang mengira sudah punya anak. Padahal faktanya lelaki yang menjadi Kasat Reskrim baru di wilayah tersebut masih berstatus bujang alias belum pernah menikah.
"Aku juga enggak tahu. Tapi sepertinya memang masih bujang. Aduh sayang banget nikahin janda sialan ini. Mending sama putriku saja masih muda, lebih cantik dan masih pe*rawan pula," bisik istri Kades.
"Bener banget. Apalagi tadi dia bilang Kompol Bayu namanya. Kalau enggak salah Kompol itu jabatan kepala. Buktinya dia punya anak buah segini banyak. Hmm, pasti duitnya juga banyak. Sayang banget nikahin si janda gatel ini. Huft!! Kok enggak mati saja si jendes ini dari dulu ya Bu Kades," bisik ibu yang pertama bergosip.
"Ugh...nyebelin. Pak... Bapak...!" teriak Bu Kades.
"Ada apa toh, Bu?" tanya Pak Kades yang kebingungan istrinya tiba-tiba datang padanya dan memasang wajah masam.
"Harusnya Bapak itu nikahin Kompol Bayu sama putri kita. Kenapa sama si jendes gatel ini sih! Jabatannya kepala loh itu Kompol Bayu, Pak. Pasti duitnya banyak, Pak." Bu Kades pun berbisik sambil menggerutu pada suaminya.
"Wes toh Bu, jangan ngadi-ngadi. Daripada kita masuk bui. Putri kita juga sudah punya pacar. Si Jarwo bukannya calon mantu kesayangan ibu. Kan dia anak juragan sapi desa sebelah," ucap Pak Kades.
"Iyo, tapi tetep saja gak ganteng kayak Kompol Bayu. Selain duit, calon mantu juga wajib cari yang bibitnya unggul Pak. Kalau mantu kita cakep kan nanti keturunan keluarga kita juga tampan dan cantik. Bukan makin nyungsep kayak muka si Jarwo itu," omel Bu Kades.
"Sudah-sudah jangan berisik, Bu. Daripada salah bicara nanti justru ibu masuk bui malah makin nyungsep beneran," ucap Pak Kades yang sudah ketakutan sejak tadi usai berbicara dengan Zaky, anak buah Kompol Bayu.
Sebelumnya Pak Kades telah diberitahu oleh Zaky dan anggota lainnya bahwa Kompol Bayu dikenal sangat tegas dan disiplin. Kompol Bayu bersedia melakukan pernikahan dengan Ayu sesuai ketentuan desa setempat.
Akan tetapi warga desa yang terlibat dalam aksi main hakim sendiri, tetap akan dikenai sanksi juga yakni membersihkan toilet serta pos kepolisian terdekat selama satu minggu. Dan menulis surat pernyataan bahwa ke depan tidak akan melakukan hal yang sama kembali terhadap siapa pun. Jika melanggar maka siap masuk penjara.
☘️☘️
"Saya terima nikah dan kawinnya..."
Suara lantang seorang pria yang pernah ia juluki si bujang lapuk, pria yang sangat mencintainya itu akhirnya berhasil mengucapkan ijab dalam satu tarikan nafas.
"SAH..." jawab para saksi serempak.
Senyum terus terpancar di wajah gagah Kompol Bayu Laksono. Usai dinyatakan sah oleh para saksi, dirinya pun menoleh pada pengantin wanita yang memakai kebaya putih sederhana dengan sanggul seadanya.
Ayu tengah duduk dengan jarak sekitar dua meter dari posisinya. Ayu diapit oleh dokter wanita serta Bu Kades dan para ibu-ibu lainnya yang hadir di pernikahan dadakan tersebut. Namun berlangsung sangat meriah sesuai permintaan kepala desa dan warga setempat.
"Ayu. Namamu selalu Ayu di mataku. Apa adanya kamu, aku selalu mencintaimu. Apa pun dirimu, aku akan selalu menerimamu. Semoga pernikahan kita langgeng hingga maut memisahkan," batin Bayu menatap Ayu yang juga memandangnya dari kejauhan.
"Bayu. Nama kita yang hanya berbeda satu huruf di depannya. Aku A dan kamu B. Huruf A dan B yakni huruf pertama dan kedua dalam susunan alfabet. Tetapi Tuhan tidak menyatukan kita bersama pada perjalanan pertama. Aku merasa hidup kita berdua bagaikan bumi dan langit. Aku pernah menorehkan kecewa padamu tapi mengapa engkau masih sudi berbaik hati pada wanita kotor sepertiku. Maafkan aku yang selalu mengecewakan dan menyusahkanmu. Terima kasih karena masih mau mengulurkan tanganmu yang bersih pada wanita miskin dan hina sepertiku," batin Ayu sendu didera rasa bersalah mendalam pada lelaki yang kini telah sah menjadi suaminya itu. Suami keduanya.
Sebab suami pertamanya telah menceraikannya setahun yang lalu saat usia pernikahannya baru menginjak satu bulan. Takdir sungguh mempermainkan hidupnya.
Cinta pertama yang ia jaga sejak masih sekolah hingga dewasa hanya untuk sebuah nama yakni Cakra Agung Sujatmiko. Namun lelaki itu justru membuangnya bagai sampah. Tanpa mengizinkan dirinya guna menjelaskan atau membuktikannya.
Menyesal?
Ya, ia sangat menyesal.
Mengapa saat itu ia tak memilih Bayu untuk menjadi suaminya agar hidupnya tidak hancur berantakan seperti ini. Dibuang bagai sampah, dituduh menjadi pembawa sial, terpasung sekian lama tanpa bisa berbuat apa pun. Bahkan dianggap tidak waras oleh sebagian orang. Sungguh menyedihkan.
Bahkan hingga setahun lamanya dirinya juga tak tahu di mana Cakra dan keluarganya berada. Berharap suatu hari nanti Tuhan membuka kebenaran yang terjadi. Dan ia yakin pengadilan Tuhan jauh lebih menakjubkan daripada pengadilan manusia di dunia.
Bersambung...
🍁🍁🍁
* Kasat Reskrim (Kepala Satuan Reserse Kriminal) merupakan pejabat pembantu yang wajib berupaya menjamin terlaksananya pekerjaan sesuai dengan prosedur dan petunjuk teknis serta terwujudnya kinerja yang optimal dalam pelaksanaan fungsi Reserse Kriminal.
Pesta pernikahan meriah di desa telah usai. Kini sepasang pengantin baru itu telah sampai di rumah dinas yang lokasinya cukup jauh dari desa tempat Ayu pernah dipasung.
Bayu sudah merencanakan membawa Ayu yang kini sudah berstatus sebagai istrinya itu pergi jauh dari wilayah tersebut. Sesuai anjuran dokter. Namun tidak bisa secepat itu.
Paling cepat satu minggu ke depan ia baru bisa pindah tugas ke Malang. Beruntung ada rekan yang mau membantunya sehingga pengganti dirinya di wilayah terpencil itu sudah ada. Alhasil dirinya bisa segera bersiap pindah memboyong Ayu ke Kota Malang, Jawa Timur.
Status pernikahan keduanya saat ini telah sah secara agama. Untuk peresmian secara negara dan kedinasan masih dalam proses. Sebab pernikahan yang mereka lakukan sangatlah mendadak. Bagi Bayu yang terpenting sah secara agama dan bisa membawa Ayu pergi jauh guna menyembuhkannya. Dirinya rindu dengan Ayu yang ia juluki si tidak peka.
Ceklek...
Derit pintu utama rumah dinas dibuka dan didorong oleh Bayu secara perlahan.
"Masuklah," titah Bayu menyuruh Ayu masuk.
Ayu pun masuk dan melangkah ke dalam rumah dinas Bayu dalam kondisi diam dan hanya menunduk sejak tadi. Bayu masih mengenakan setelan dinasnya secara lengkap dan Ayu memakai kebaya putih dengan jarik berwarna cokelat.
Bayu sangat memaklumi Ayu yang masih enggan berbicara dengannya. Dan ia tak mempermasalahkan hal tersebut.
Usai menutup pintu utama, Bayu mengajak Ayu berjalan ke arah sebuah kamar yang ada di lantai satu. Ada dua pintu kamar berdampingan di lantai tersebut.
Rumah dinas Bayu ada dua lantai. Di mana lantai satu terdapat ruang tamu, dua kamar tidur yang berdampingan dengan kamar mandi dalam di kamar masing-masing, sebuah dapur minimalis dan gudang kecil. Sedangkan di lantai dua, hanya ada satu kamar tamu dan tempat olah raga atau gym sederhana.
Salah satu pintu kamar tidur di lantai satu dibuka oleh Bayu. Lalu ia menyuruh Ayu untuk masuk. Tanpa banyak membantah, Ayu pun masuk.
"Baju dan keperluanmu sudah ada di kamar ini. Jika ada hal lain yang kamu inginkan atau butuhkan, ketuk saja pintu kamar sebelah. Aku tidur di sana. Hari sudah larut, lebih baik kamu segera istirahat. Jangan pikirkan apa pun. Cukup pikirkan kesehatan dan kesembuhanmu dulu," ucap Bayu.
Tiba-tiba Bayu melihat reaksi gelisah yang terjadi pada Ayu. Namun ia juga bingung harus berbuat apa.
"Kamu kenapa, Yu? Apa ada yang kurang atau kamu ingin mengatakan sesuatu padaku?" tanya Bayu yang juga ikut khawatir.
Jari-jemari Ayu sejak tadi bergerak gelisah tak jelas. Kedua matanya bergerak ke sana kemari seakan mencari sesuatu. Namun mulutnya terkunci dan tak bersuara apapun.
Akan tetapi Bayu yang seorang Kasat Reskrim di mana memiliki jam terbang cukup tinggi, akhirnya menebak sesuatu yang diinginkan oleh Ayu.
"Kamu mau nulis sesuatu?" tanya Bayu.
Ayu otomatis mendongak dan menatap wajah Bayu yang berdiri di depannya. Ia pun mengangguk tanda mengiyakan.
"Aku ambil dulu alat tulis dan papannya. Tunggu ya," ucap Bayu seraya tersenyum dan begitu telaten menghadapi Ayu yang dalam kondisi seperti ini.
Bayu sangat paham karena sebelumnya dokter sudah menjelaskan padanya. Bahwa menyembuhkan trauma pada Ayu tak akan mudah. Terlebih pasien tidak mengeluarkan suara maupun uneg-uneg di hatinya. Butuh ekstra kesabaran dalam merawatnya.
Walaupun Bayu telah mengetahui sebagian fakta yang terjadi sehingga menyebabkan Ayu seperti ini. Tetapi ia tidak akan membahas masa lalu tersebut selama bukan Ayu sendiri yang mulai bersuara.
Bahkan ia tak peduli dengan masa lalu Ayu yang dianggap sebagai wanita pembawa sial, wanita kotor hingga tidak waras. Baginya Ayu tetaplah Ayu. Wanita yang ia cintai tanpa syarat apapun.
☘️☘️
Bayu pun kembali ke kamar Ayu dengan membawa spidol, penghapus dan papan tulis khusus yang biasa disebut whiteboard.
"Ini," ucap Bayu seraya menyerahkan benda-benda tersebut yang dibutuhkan Ayu untuk berkomunikasi dengannya. Bayu letakkan di atas ranjang, di samping posisi tempat duduk Ayu.
Ayu pun lantas mengambil alat-alat tersebut dan menuliskan sesuatu.
"Maaf..."
"Terima kasih..."
"Tolong jangan beritahu apa pun mengenai diriku pada Bening, Arjuna dan Bude Lina. Aku tak mau membuat mereka semua khawatir." Bayu pun paham setelah membaca itu semua.
"Aku akan tutup mulut selama kamu memintanya. Apa ada lagi yang ingin kamu katakan?" tanya Bayu yang dijawab dengan gelengan kepala oleh Ayu.
Bibir Ayu masih terkunci rapat. Ia seakan menjadi wanita bisu walaupun secara medis tidak bisu.
"Ya sudah, aku pamit tidur dulu. Besok pagi aku masih ada dinas pagi. Satu minggu lagi baru kita bisa pindah dari sini. Enggak apa-apa kan nunggu satu minggu lagi?" tanya Bayu dengan sabar yang dijawab anggukan oleh Ayu.
Bayu merasa perlu untuk memberitahukan hal tersebut pada Ayu karena wanita ini telah menjadi istrinya. Semua keputusan rumah tangga dan informasi apa pun, dia juga harus meminta saran dan mengatakan pada Ayu. Sebab kini dirinya hidup berdua bukan sendiri alias membujang.
Kemudian Bayu pun pamit untuk istirahat di kamar sebelah. Ayu yang melihat Bayu keluar dari kamarnya, ada terselip rasa iba namun ia tak bisa berbuat apa-apa. Lelaki yang menjadi suaminya sekarang ini harusnya bahagia dengan malam pengantin, namun justru harus pisah kamar.
Trauma dalam dirinya membuatnya tak bisa bersentuhan dengan lelaki mana pun termasuk Bayu yang saat ini telah menjadi suaminya. Akhirnya malam ini keduanya pun tidur dalam kondisi pisah kamar. Dan sama-sama tidak bisa tidur dengan nyenyak.
"Maafkan aku," batin Ayu sendu.
Sedangkan di kamar sebelah, Bayu juga tengah bersedih kala mendengar untaian panjang kalimat dokter siang tadi setelah memeriksa kondisi Ayu. Sebelum dirinya resmi menikahinya.
"Ya Tuhan semoga istri hamba cepat sembuh seperti sediakala. Aku sungguh rindu dengan kepolosan si tidak peka," batin Bayu seraya memanjatkan doa pada Sang Pencipta.
Satu jam berselang mencoba tidur namun tak bisa tidur. Jam saat ini menunjukkan pukul dua dini hari. Akhirnya Bayu pun iseng membuka ponsel pribadinya yang ia letakkan di atas nakas dekat ranjangnya.
Ia hanya ingin mengecek cctv di kamar Ayu yang sengaja ia pasang sebelumnya secara dadakan dengan menyuruh Zaky guna berjaga-jaga dari hal-hal yang tak diinginkan.
Saat jarinya bergulir menyalakan cctv di ponsel pribadinya. Seketika...
Bersambung...
🍁🍁🍁
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!