NovelToon NovelToon

Mengejar Cinta Tuan Muda Elbara

Episode 1

Seorang lelaki berperawakan tinggi besar tengah membungkukan tubuhnya sembari menatap cermin besar dikamar mandi yang memantulkan paras tampannya. Masih dengan jubbah mandinya ia hanya terdiam seakan tengah berfikir keras untuk mencari solusi dari rentetan masalah yang sedang dihadapinya saat ini.

Sesekali jemarinya mengetuk ke pinggiran wasteful seiring dengan otaknya yang terus berkerja tanpa henti.

Sampai… tok.. tok.. suara ketukan pintu membuyarkan keheningan kala itu.

“Tuan muda! Sudah waktunya kita pergi, Tuan besar sudah menunggu di dek kapal,” serunya dari balik pintu setelah 3 kali mengetuk pintu kamar mandi majikannya.

“Ciih!!” namun lelaki yang berada dikamar mandi itu hanya berdecak kesal lengkap dengan lirikan tajamnya yang ia tujukan pada pintu kamar mandi seolah ia bisa melubangi pintu tersebut dengan sinar laser dari kedua bola matanya.

“Tuan muda!! Tuan muda!!” panggilnya lagi dengan nada paniknya sebab orang yang berada dalam kamar mandi itu tak juga menanggapi panggilannya.

Brugghh!! Brugggh!! Bruggh!! Ketukan itu berubah menjadi gedoran yang lebih agresif, membuat lelaki yang tengah merunduk dihadapan cermin itu kini menegakan tubuhnya dan lantas berjalan menuju pintu dengan langkah tegasnya.

“Tuan muda baik-baik saja?! Tuan muda!! Tuan muda!!” seru pelayannya yang makin menggila takut jika terjadi sesuatu pada majikannya didalam.

Ceklek! Pintu kamar mandi pun terbuka seiring dengan kemunculan lelaki yang masih memasang wajah dinginnya di ambang pintu.

“KATAKAN PADA KAKEK TUA ITU! BERHENTI MENGUSIK KEHIDUPANKU!

AKU TAK AKAN MENIKAH DENGAN SIAPAPUN!!” bentaknya sampai membuat sang pelayan pun dengan cepat menarik langkah ke belakang karena saking takutnya menghadapi amukan majikannya yang sudah seperti singa tengah meraung ganas.

“Tapi tuan muda…,”

“PERGI!!” bentaknya lagi hingga membuat sang pelayan mengerutkan tubuhnya berkali-kali karena terkejut mendapat teriakan yang bertubi-tubi.

“ba.. baik tuan,” dengan muka lemas ia pun pamit undur diri dari kamar tuannya.

...****************...

Usai mengenakan pakaiannya, lelaki yang penuh dengan aura hitam itu pun berjalan menuju pintu utama dan keluar meninggalkan kamarnya.

“Selamat malam tuan muda!” sambut para anak buahnya yang memang sedang berjaga didepan kamarnya.

Ia hanya melenggangkan kakinya dengan dagu terangkat, melewati para anak buahnya yang tengah berjejer dipinggir-pinggir lorong dengan setelan kemeja serba hitam.

“Sepertinya kakek tak ingin menyerah kali ini, dia bahkan sudah mengerahkan puluhan anak buahnya untuk membawamu pulang,” seorang lelaki tiba-tiba saja muncul dari belakangnya untuk melaporkan situasi terkini.

“Sial! Tua Bangka itu benar-benar tidak tahu malu sama sekali, beraninya dia mengatur kehidupanku setelah apa yang sudah dilakukannya pada kedua orang tuaku!” pekiknya seraya menghentikan langkahnya sejenak sembari mengepalkan kedua tangannya.

“Panggil Stevan kemari, dan alihkan semua perhatian mereka, aku akan pergi lewat pintu timur!” perintahnya yang kemudian langsung direspon anggukan patuh oleh lelaki yang tampak seumuran dengannya.

Lelaki yang memberikan perintah itu pun mengubah haluannya, kemudian mempercepat langkahnya ditengah situasi genting yang terjadi saat ini.

Segera setelah atasannya pergi ke arah lain, para anak buah yang tidak ikut melindungi atasannya, berpencar untuk mengecoh para anak buah utusan kakeknya yang kini tengah sibuk melakukan perburuannya.

Tak.. tuk.. tak.. tuk!! Terdengar suara langkah kaki yang ramai berlarian didalam lorong-lorong kapal, ketika para anak buah utusan sang kakek melihat sekilas cucu majikannya itu tengah berusaha kabur ke sisi lain.

Sontak saja suasana di dalam kapal pun menjadi kacau balau. Iya, melihat ada puluhan orang bersetelan jas hitam tengah berlarian dikapal membuat mereka semua ketakutan dan saling berlarian mencari tempat persembunyian. Belum lagi saat orang-orang utusan sang kakek menodongkan pistol yang berisikan jarum bius pada anak buah cucunya, hal itu membuat para penumpang semakin histeris dan tak terkendali hingga beberapa diantaranya pingsan tak sadarkan diri.

Ditengah kericuhan yang terjadi, seorang gadis dengan gaun putih yang dipenuhi noda darah bergegas keluar dari sebuah kamar, meski harus tertatih tapi ia tetap berusaha memacu langkahnya sembari berpegangan pada dinding kapal.

Tak hanya gaunnya yang tampak lusuh, keadaan wajah serta tubuh mungilnya saat ini pun terlihat sangat tragis, dengan luka lebam dan goresan disekujur tubuhnya membuat dirinya kesulitan bernafas kala tubuhnya terus saja memaksa berlari sekuat tenaga menjauh dari tempat sebelumnya ia disekap.

“Hikkksss.. hikssss.. tolong!! Tolong aku!!” ia mencoba memanggil siapapun yang tertangkap oleh mata kanannya, sebab kondisi mata kirinya saat ini cukup bengkak hingga membuatnya tak dapat melihat secara normal.

Namun orang-orang itu hanya berlarian kesana kemari melewati dirinya yang saat ini sudah tak sanggup lagi berjalan.

Alhasil dirinya hanya bisa menangis sejadi-jadinya ditengah hiruk pikuk orang-orang yang hanya mengabaikannya sedari tadi.

Padahal gadis malang itu berulang kali mencoba menahan serta mencengkram lengan baju orang-orang yang melintas dipinggirnya, tapi mereka hanya menepis dan pergi begitu saja lengkap dengan raut wajah ketakutannya seolah tengah diburu oleh seseorang.

“Kumohon tolong aku!! Hikkksss.. aku sangat takut!” pekiknya yang lagi-lagi mencoba mencengkram ujung kemeja seorang bapak-bapak.

“Kau fikir kami pun tidak takut huh?! Selamatkan dirimu sendiri, aku tak memiliki waktu untuk menolongmu!” serunya nyaring seraya mendorong tubuh malang gadis tersebut hingga membentur dinding kapal, bapak-bapak itu pun kembali berlari meninggalkan gadis tersebut tanpa ada rasa iba terhadapnya.

“Arrghh!” ringis gadis malang itu yang tak mampu menahan rasa sakit disekujur tubuhnya.

Tak ingin menyerah begitu saja, gadis tersebut kembali bangkit dan berjalan dengan kedua kakinya yang gemetaran.

Namun baru saja ia memijakan kakinya 2 langkah, telinganya kembali mendengar suara hentakan sepatu ke lantai kapal, berbeda dari yang sebelumnya, kali ini langkahnya cukup ramai hingga membuatnya sangat ketakutan dan lantas berjongkok ditepi dinding sembari memeluk tubuh mungilnya.

Tak.. tuk.. tak.. tuk.. langkah itu semakin dekat menuju ke arahnya membuat gadis malang itu hanya bisa menundukan kepalanya untuk menyembunyikan wajahnya, kalau-kalau mereka yang datang adalah segerombolan orang-orang yang sudah berbuat jahat padanya.

Meskipun begitu ia tetap ingin memastikan siapakah gerangan yang kini hendak melewatinya, ia pun mencoba mengintip dari celah kecil lipatan tangannya berharap jika mereka bukanlah orang-orang yang akan berniat jahat padanya.

Mengetahui ternyata mereka bukanlah orang yang sama dengan orang jahat yang menyekapnya, ia pun lantas kembali melakukan aksinya dengan mencengkram erat kaki seseorang yang berada diposisi kedua, setelah yang pertama terlewatkan olehnya.

“Tolong… tolong aku tuan, kumohon tolong aku!! Aku akan melakukan apapun untukmu sebagai gantinya! Kumohon…” rengeknya ditengah cengkraman kuatnya pada kaki jenjang lelaki tersebut.

Sontak para anak buahnya bergegas menarik paksa tubuh gadis malang itu yang menempel di kaki tuannya.

Sementara itu sang tuan hanya menatap tajam ke arah wajah gadis malang tersebut yang masih berusaha mencengkram kuat kakinya. 

...****************...

Bersambung...

Episode 2

“Tolong… tolong aku tuan, kumohon tolong aku!! Aku akan melakukan apapun untukmu sebagai gantinya! Kumohon…” rengeknya ditengah cengkraman kuatnya pada kaki jenjang lelaki tersebut.

Sontak para anak buahnya bergegas menarik paksa tubuh gadis malang itu yang menempel di kaki tuannya.

Sementara itu sang tuan hanya menatap tajam ke arah wajah gadis malang tersebut yang masih berusaha mencengkram kuat kakinya.

“Kumohon tolong aku hikkksss!! Aku benar-benar takut!! Hikkksss!!” rengeknya lagi bersamaan dengan raungan yang tak hentinya memekikan telinga.

Akhirnya para anak buahnya berhasil melepaskan cengkraman kuat gadis itu dari kakinya, namun entah kenapa, tampaknya bagian terdalamnya merasa terusik saat gadis itu masih meronta dan memohon dengan sisa kekuatan yang ia miliki.

“Helikopternya sudah berada diatas tuan, kita harus bergegas!” ujar ketua dari para bawahannya kala tuannya hanya terdiam menyaksikan gadis malang tersebut berusaha melepaskan diri dari cengkraman kuat para anak buahnya yang kini tengah memeganginya di belakang.

“Kumohon…” belum sempat gadis itu kembali merengek, dengan sigap salah satu anak buahnya membungkam mulutnya agar suaranya tidak kembali menggema mengisi keheningan saat itu.

“Lepaskan dia,” perintah lelaki tersebut usai memindai seluruh tubuh gadis malang tersebut dari atas sampai bawah.

Ia pun lantas menarik lengan gadis mungil tersebut dan membawanya berlari pergi dari lokasi menegangkan saat ini.

“tapi tuan…” cegah sang ketua, tak setuju dengan keputusan tuannya yang ingin membawa serta gadis asing tersebut.

“TETAP FOKUS!” bentak lelaki tersebut saat melihat para anak buah utusan kakeknya tiba-tiba muncul dari kejauhan dan melepaskan tembakan biusnya ke arah dirinya, namun dengan gesit ia menghindar hingga yang terkena adalah anak buah yang berada tepat dibelakangnya.

“Baik tuan!” serunya yang kemudian kembali memfokuskan dirinya pada serangan-serangan para anak buah utusan sang kakek ketimbang mengurusi gadis asing barusan.

“BENTUK BARACADE LINDUNGI TUAN MUDA!!” Perintahnya yang langsung dilaksanakan dengan baik oleh para anak buahnya.

Mereka semua berlari dengan tetap mempertahankan posisi barricade untuk melindungi tuan dan seorang gadis yang tengah berlari keluar dari kapal.

Begitu mereka telah sampai di dek kapal, sebuah helicopter telah menunggu disisi kapal lainnya dengan sebuah tali berbentuk tangga yang menjulur ke bawah, karena sulit untuk mendarat diatas kapal, lelaki itu memberi perintah untuk menurunkan sebuah tali guna membawanya pergi dari kapal tersebut.

Tanpa berfikir panjang lelaki tersebut merangkul pinggang sang gadis asing sebelum meraih tali yang berasal dari helicopter, dengan hitungan detik helicopter itu pun menjauh dari kapal membaut para utusan sang kakek bersiap mengarahkan pistolnya tepat ke arah dada tuan muda.

“Kau ingin membunuh tuan muda?!” pekik atasannya seraya menurunkan pistol para bawahannya.

“Apa kita akan membiarkannya pergi begitu saja?” jawabnya disertai kerutan didahi.

Belum sempat atasannya menanggapi pertanyaan anak buahnya, para anak buah tuan muda yang sebelumnya berdiri ditepi kapal, menyaksikan tuannya yang perlahan menghilang dari pandangannya. Mereka pun berbalik menyerang para utusan sang kakek untuk memberikan pelajaran pada mereka semua karena sudah mengusik atasannya.

Sementara itu lelaki yang tengah bergelantungan di tali helicopter hanya tersenyum menyeringai, kala pandangannya menangkap seorang kakek tua yang tengah berdiri di tepi pagar pembatas kapal, di sisi lain yang jauh dari kericuhan yang terjadi, bersama dengan 2 anak buah yang berdiri 1 langkah dibelakangnya.

“Siapa gadis yang dibawanya?” tanya kakek tua itu usai menghisap dan mengepulkan asapnya keluar dari mulut hitamnya, sedang 1 tangannya yang lain memegang tongkat untuk membantunya berdiri kokoh.

“Kami tak tahu tuan, saya rasa gadis itu hanya gadis asing yang baru ditemuinya, karena sebelumnya tuan muda hanya datang sendiri,” sahut salah satu bawahannya itu sembari menautkan tangan didepan dan menundukan kepalanya.

“Begitu? Fiuuuhh.. (lagi-lagi ia mengepulkan asap rokok ke udara ditengah 2 matanya yang masih memandangi cucunya yang tersenyum penuh kemenangan begitu berhasil kabur dari kejaran kakeknya yang hendak menangkapnya)

Selidiki gadis itu!” perintah sang kakek bersamaan dengan tarikan langkahnya menjauh dari tepi pagar pembatas dan hendak masuk kembali ke dalam kapal.

“BAIK TUAN!” seru kedua anak buahnya seraya membungkukan tubuhnya kala tuannya berjalan melewati keduanya.

...****************...

Beruntung lokasi kapal dan daratan saat itu tidak terlalu jauh, hanya butuh 10 menit kini mereka pun telah sampai didaratan.

Begitu keduanya memijakan kaki di dermaga, helicopter itu pun lantas kembali terbang tinggi dan meninggalkan keduanya. Bersamaan dengan kepergian helicopter sebuah mobil SUV berwarna hitam terparkir tepat dihadapan keduanya.

Salah seorang yang duduk dikursi samping pengemudi pun turun untuk membukakan pintu, segera setelah pintu terbuka lelaki tersebut pun mendorong gadis yang berada disampingnya untuk lebih dulu masuk ke dalam mobil sebelum akhirnya ia pun menyusul menempati posisi disebelahnya.

...****************...

Setelah melalui 1 jam perjalanan yang cukup melelahkan, mereka pun akhirnya sampai di mension yang letaknya berada di pusat kota Jakarta.

Bergegas bawahannya itu keluar dari mobil kemudian kembali membukakan pintu untuk tuannya.

“Kau tak akan turun?!” pekik tuan muda kala melihat sang gadis hanya terdiam dipojokan sembari menautkan kedua tangannya.

“I.. iya baik tuan,” responnya yang kemudian menggeserkan bokongnya ke sisi lain lalu turun perlahan.

Sang tuan muda pun menarik langkah lebih dulu sembari membenarkan jas nya.

Naasnya saat gadis malang itu mencoba melangkah ia tiba-tiba ambruk, dengan cepat bawahannya meraih tubuh mungil gadis itu serta mencoba membantunya kembali berdiri tegak.

Mendengar suara gaduh yang berasal dari belakangnya, sang tuan muda pun menolehkan kepalanya ke belakang, dilihatnya sang gadis tengah berusaha berjalan sembari berpegangan pada tangan kekar bawahannya.

Namun lagi-lagi tubuhnya terjatuh ke aspal sebab kedua kakinya sudah benar-benar tak sanggup melangkah.

“Maaf jika saya lancang, tapi ijinkan saya untuk menggendong nona,” ucap bawahan tuan muda lengkap dengan senyum ramahnya terhadap sang gadis yang tengah mencoba kembali bangkit.

Tidak seperti bawahannya yang dengan sopannya meminta ijin untuk menyentuh tubuh sang gadis, tuan muda itu lantas menarik langkah panjang menghampiri keduanya, kemudian tanpa ba bi bu ia berjongkok serta meletakan tangan sang gadis dibelakang tengkuknya, lalu mengangkatnya dan membawanya masuk ke dalam mensionnya.

Sang supir berjalan mendekat ke arah temannya yang kini terdiam membeku, sembari memandangi tuan mudanya yang tengah menggendong seorang gadis kucel, lusuh serta sekujur tubuhnya dipenuhi luka lebam dan goresan benda tajam layaknya pisau yang sengaja disayatkan ke kulit pucatnya.

“Ini pertama kalinya tuan muda tidak merasa jijik bersentuhan dengan seorang wanita, setelah konflik pelik yang terjadi beberapa tahun silam dengan nona Serena,” komen sang supir.

“Benar, aku bahkan hampir tak percaya, mungkinkah ini mimpi?” gumamnya yang masih tak dapat melepaskan pandangannya dari pemandanagn aneh didepannya.

...****************...

Bersambung...

Episode 3

Di dalam mension.

Usai melewati beberapa pelayan yang menyapanya begitu ia memasuki kediamannya, ia pun lantas berjalan cepat menuju ruang tengah, kemudian melemparkan tubuh gadis mungil itu ke atas sofa dengan kasar.

“Arghh,” rengek gadis malang tersebut yang lagi-lagi mendapat benturan disekujur tubuhnya yang terluka.

Sang kepala pelayan datang menghampiri tuannya yang tengah berdiri di tepi sofa sembari memperhatikan tubuh gadis malang itu secara seksama.

“Rawat, dan obati dia, setelah pulih, usir dia dari sini!” perintah sang tuan muda yang lalu pergi usai mendapat anggukan patuh dari kepala pelayan.

“Apa yang terjadi?

Nona, bagaimana nona bisa seperti ini?” racau salah satu pelayan wanita yang bergegas menghampiri gadis malang tersebut setelah tuan muda melenggang pergi dari ruang tamu.

“Panggil dokter Yesa kemari,” perintah kepala pelayan pada salah satu bawahannya yang kini tengah ikut bersimpati terhadap kondisi tragis yang menimpa gadis malang tersebut.

“Baik Bu,” patuhnya yang kemudian langsung merogoh ponsel yang berada dalam saku bajunya, ia pun lantas sedikit menjauh agar bisa berbicara dengan nyaman.

“Pras tolong gendong gadis ini, bawa dia ke kamarku,” perintah sang kepala pelayan lagi pada seorang lelaki yang sebelumnya ikut menjemput tuan muda dipelabuhan (temannya si sopir).

“Baik Bu,” patuhnya yang langsung dilaksanakan dengan baik olehnya.

“Maaf ya,” ijinnya sebelum mengangkat tubuh gadis tersebut.

Gadis malang itu hanya tersenyum tipis sembari menganggukan kepalanya tanda jika ia sudah memberikan ijin pada lelaki tersebut.

Dalam perjalanannya sekilas ia melihat sang tuan muda tengah berjalan menaiki anak tangga menuju lantai 2 dengan pandangan lurus dan 1 tangan yang ia masukan ke dalam sakunya.

“Aku bahkan belum sempat berterimakasih padanya,” gadis itu membatin sembari terus memperhatikan tuan muda.

Tepat ketika sang gadis memutus pandangannya pada lelaki yang telah menyelamatkannya, sang tuan muda pun menoleh sesaat ke arah bawahannya yang kini tengah membawa gadis malang itu pergi ke ruangan lain.

Sebelum akhirnya ia kembali mengalihkan atensinya ke depan, dan tetap menstabilkan langkahnya menuju kamar utama. Seakan tak perduli pada kondisi tragis sang gadis ia hanya memasang wajah datar tanpa perasaan emosional sedikitpun.

...****************...

Sesampainya di kamar kepala pelayan, gadis malang itu langsung dibaringkan diranjang milik kepala pelayan.

“Terimakasih kau boleh pergi Pras,” titah sang kepala pelayan yang kemudian mendudukan bokongnya ditepi ranjang.

“Baik Bu,” sahut Pras yang lantas pergi setelah melaksanakan tugasnya.

“Nina, tolong buatkan bubur dan teh,” perintah sang kepala pelayan lagi saat 1 bawahannya masuk ke dalam kamarnya.

“Baik Bu,” patuhnya yang langsung merubah haluannya.

“ahh iya, mau sekalian saya bawakan handuk dan air Bu?” ujar bawahannya seraya memutar tubuhnya dan menunggu respon dari sang kepala pelayan tersebut.

“Iya,” sahutnya yang langsung dibalas anggukan patuh sebelum pergi meninggalkan kamar.

“Terimakasih, kalian sangat baik padaku,” ucap gadis malang tersebut dengan nada lirihnya.

“Tidak perlu sungkan, kita hanya menjalankan perintah dari tuan muda, akan ku bantu kau melepaskan gaunmu,” ujar sang kepala pelayan sembari mencoba menarik tubuh gadis tersebut dan meraih risleting yang berada dibelakang tubuhnya.

“tu.. tunggu, biar saya saja, boleh saya meminjam baju ganti?” tolak gadis tersebut seraya kembali menarik tubuhnya dan menempelkan punggungnya disandaran ranjang.

“Kau malu padaku?” tebak sang kepala pelayan seraya menaikan 1 alisnya, merasa tidak suka mendapat penolakan dari gadis tersebut.

“bu.. bukan begitu, aku hanya takut tiba-tiba ada lelaki yang datang ke kamar ini,” dalihnya dengan nada penuh kehati-hatian karena takut menyinggung perasaan wanita paruh baya yang kini berada dihadapannya.

“Hmm..” sang kepala pelayan lantas bangkit dari ranjang kemudian membawa langkah tegasnya menuju pintu kamar.

Ia pun mengunci pintu kamar tersebut agar tidak siapapun lagi yang bisa keluar masuk sembarangan ke dalam kamar.

“Sudah kan?!” kata sang kepala pelayan, ia pun berjalan menuju lemari besar yang berada disudut ruangan untuk mengambil piyama tidur yang nantinya akan dipinjamkan pada gadis malang tersebut.

“Maaf, tapi saya tidak bermaksud…” lirihnya seraya menautkan kedua tangan diatas kakinya serta menurunkan pandangannya, lantaran merasa tak sanggup melihat langsung kedua mata tajam itu.

“Siapa namamu?” alih-alih menanggapi perkataan sang gadis, kepala pelayan itu malah membahas hal lain seraya menaruh piyama tidurnya diatas kedua kaki sang gadis yang dipenuhi luka.

“Valerie… Valerie Anatasya,” jawabnya.

“Namaku Megan, aku kepala pelayan disini, lelaki yang menggendongmu kemari adalah Pras, gadis muda barusan Nina, dan yang 1 nya lagi Laras, itu baru sebagain masih banyak yang belum kau temui, akan ku perkenalkan 1 1 nanti padamu,” papar sang kepala pelayan yang kemudian kembali mendaratkan bokongnya ditepi ranjang.

“I.. iya, senang rasanya masih ada yang memperlakukan gadis sepertiku dengan baik,” ungkapnya sendu yang membuat sang kepala pelayan pun merasa emosional.

“Dan semua luka yang ku dapatkan ini bukan karena tuan muda, aku hanya ingin memberitahu kalau-kalau kalian semua salah paham,” jelasnya lagi yang membuat sang kepala pelayan tersenyum tipis.

“Aku tahu, meski terlihat dingin dan kasar, tuan muda bukanlah orang yang tega menyiksa seorang gadis sampai seperti ini, lalu bagaimana kau bisa bertemu dengan tuan muda?” tanyanya yang mengawali cerita panjang diantara keduanya.

“Sebenarnya… aku sudah dijual oleh ayah angkatku untuk melunasi hutangnya para rentenir.

Malam itu ayahku bilang jika kita akan berlibur ke kota xxx, tapi entah kenapa saat sudah sampai dikapal aku langsung dibawa oleh seorang wanita, wanita itu tampak kasar sekali dan terus menarik tanganku, aku berusaha berontak dan meminta perlindungan pada ayahku.

Tapi.. ayahku berkata…,”

‘gak apa-apa ikut saja, kau akan mendapat gaun indah seperti yang kau impi-impikan selama ini, begitu juga dengan wajahmu yang akan dirias layaknya seorang putri dalam negeri dongeng.

Bukankah kau selalu menginginkan hal itu ?….

Ikutlah dengannya untuk mewujudkan impianmu nak,’ tutur sang ayah lengkap dengan raut wajah mendukungnya hingga perlahan hati sang gadis polos itu pun luluh, ia lantas pergi bersama dengan wanita tersebut untuk mengganti pakaian dan merias dirinya secantik mungkin.

“Namun setelah proses make up selesai begitu pun dengan pakaianku yang sudah berganti ke gaun putih yang indah ini, para lelaki bertubuh besar tiba-tiba masuk ke dalam ruang rias kemudian salah satunya memukul belakang leherku sampai aku pingsan tak sadarkan diri.

Saat terbangun aku sudah terbaring diatas ranjang dengan para lelaki yang berdiri setengah telanjang mengitari ranjang tempat dimana aku pingsan.

Aku sangat takut sekali, hikksss!!... hiksss!!... Sekuat tenaga aku berusaha menghindar dan berlarian kesana kemari dikamar besar itu, tapi mereka selalu berhasil menangkapku, karena aku yang terus berontak dan menggila mereka lantas memukuliku serta membanting tubuhku sampai aku kehabisan tenaga dan berhenti merengek. Hiksss!!... hiksss!!...

Aku benar-benar takut Bu, mereka terus berusaha menggerayangi tubuhku dan menanggalkan pakaianku, hiksss!!... hiksss!!...” raungannya menggema memenuhi keheningan malam kala itu.

Megan sang kepala pelayan pun menarik tubuh gadis malang tersebut dan membawanya ke dalam dekapannya.

“Kau sudah aman sekarang, maaf karena aku sudah membawamu kembali mengingat kejadian tragis yang telah kau alami,” katanya lembut seraya mengusap lembut punggung gadis yang tengah sesenggukan itu.

...****************...

Bersambung...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!