Di negara T seorang dokter yang sangat tampan rupawan dan sangat genius berumur 45 tahun yang bernama dokter William. Di usianya yang sudah berkepala 4 tapi wajahnya seperti berumur dua puluh tahun. Dokter William belum ada keinginan untuk menikah dikarenakan sibuk mengobati orang-orang yang membutuhkan dirinya.
Banyaknya pasien tentu saja uang mengalir terus hingga dokter William menjadi pria tampan yang paling kaya raya di negara T hingga suatu ketika pamannya ingin menguasai kekayaan dokter William.
"Ponakanku sangat kaya sedangkan kita hidup kesusahan." Keluh pamannya pada dokter William.
"Paman, Aku kan setiap bulan memberikan uang untuk paman, Tante dan anak paman juga Aku kasih uang." Ucap dokter William sambil memijat keningnya yang tidak pusing.
"Memang benar tapi kan kurang." Ucap pamannya dengan nada kesal.
"Makanya Paman itu kerja! Bukannya berjudi dan mabuk-mabukan." Ucap dokter William dengan nada ikut kesal dengan pamannya yang setiap hari selalu meminta uang dan uang belum lagi istri dan anaknya.
"Kamu itu ponakan yang tidak tahu terima kasih, Paman dan Tante yang merawatmu sejak kamu bayi." Ucap pamannya dengan nada sangat ketus.
"Justru Aku sangat berterima kasih dengan Paman dan Tante karena telah merawat ku, tapi maaf Paman Aku tidak bisa memberikan uang lagi karena uangnya sebagian sudah Aku sumbangkan ke panti asuhan." Ucap dokter William yang sudah mulai bosan memberikan uang ke Pamannya dan keluarga Pamannya.
"Huh, dasar ponakan tidak tahu terima kasih! Bukannya memberikan uang ke Paman malah memberikan ke panti asuhan." Ucap pamannya dengan nada ketus sambil pergi dari rumah William tanpa berpamitan.
Dokter William hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat sifat paman dan keluarganya yang selalu meminta uang padanya. Pamannya pulang ke rumah minimalis yang merupakan milik dokter William karena pamannya sudah menjual rumahnya untuk berjudi dan mabuk-mabukan.
Belum lagi Tante dan anaknya sekaligus ponakannya dokter William di mana ke dua wanita itu yang hobbynya menghambur - hamburkan uang untuk membeli barang - barang mahal padahal di rumahnya sudah penuh dengan barang - barang branded.
"Bagaimana sudah dapat uangnya?" Tanya istrinya tanpa basa basi.
"Tidak dapat." Jawab pamannya dengan nada masih kesal.
"Apa tidak dapat? Dasar ponakan tidak tahu berterima kasih di rawat dari bayi hingga dia bisa menjadi orang berhasil lupa sama kita. Seandainya saja Aku tahu kalau sifatnya seperti itu lebih baik kita kirim ke panti asuhan." Omel istrinya dengan nada ikut kesal.
"Aku juga sangat menyesal." Ucap suaminya sambil berfikir.
"Bagaimana ini pak besok rentenir datang menagih hutang kita." Ucap istrinya dengan nada frustrasi.
"Aku ada rencana, kamu memasak kesukaan William dan jika sudah matang kamu dan putri kita datang ke rumah William terus kamu berikan padanya." Ucap suaminya yang tiba - tiba mempunyai rencana jahatnya.
"Apa masakin buat ponakan yang tidak tahu berterima kasih? Enak saja Ibu tidak mau." Tolak istrinya dengan nada tegas.
"Dengarkan dulu ceritaku, masakan itu kamu berikan racun yang sangat kuat dan tidak berbau. Ketika kamu memberikan padanya otomatis ponakan kita..." Ucap pamannya menggantungkan kalimatnya sambil tersenyum devil.
Sepasang suami istri tahu kalau dokter William sangat genius dan bisa mencium bau apakah makanannya ada racun atau tidak tapi jika racun itu tidak mengeluarkan bau tentu saja mudah untuk meracuni dokter William. Terlebih dokter William tidak akan curiga dengan keluarganya karena terkadang Tantenya masak untuk dirinya ketika Tantenya datang ingin meminta uang.
"Meninggal... Hahaha... Aku setuju." Ucap istrinya sambil tertawa jahat kemudian berdiri dan berjalan ke arah dapur.
Setengah jam kemudian istrinya sudah selesai memasak dan sudah diberikan racun yang sangat kuat bersamaan kedatangan putrinya yang baru saja bangun dari tidur siangnya.
"Baunya enak, Bu, kebetulan Aku sangat lapar." Ucap putrinya sambil mengambil piring.
"Makan yang lainnya saja." Ucap ibunya sambil menepis tangan putrinya yang ingin mengambil makanan tersebut.
"Kok ibu gitu sih! Terus kenapa makanannya di bungkus kotak makanan?" Tanya putrinya dengan nada satu oktaf.
"Ini buat kakak sepupumu William." Jawab ibunya.
"Apa buat kak William, ibu kok pilih kasih!!" Bentak putrinya yang tidak terima Ibunya menyayangi William daripada dirinya.
"Kamu mau hidup enak tidak?" Tanya ibunya yang tidak memperdulikan putrinya membentak dirinya.
"Tentu saja aku mau." Jawab putrinya.
"Kalau begitu kita pergi ke rumah William dan memberikan kotak makanan untuk William." Ucap ibunya.
"Apa hubungan hidup enak dengan memberikan kotak makanan ini?" Tanya putrinya dengan nada masih ketus.
"Jika kakak sepupumu makan ini maka semua harta miliknya menjadi milik kita." Ucap ibunya sambil tersenyum menyeringai.
"Berarti makanan ini ada racunnya?" Tanya putrinya dengan wajah terkejut yang mulai mengerti kenapa Ibunya ingin memberikan makanan ke dokter William.
"Iya benar, sekarang kamu mandi setelah itu kita pergi ke rumah William." Ucap ibunya.
"Baik bu." Jawab putrinya sambil tersenyum bahagia.
Singkat cerita ibu dan anak sudah datang ke rumah William dan kedatangan mereka sama sekali tidak membuat dokter William curiga. Dokter William mempersilahkan mereka berdua untuk masuk ke dalam rumahnya yang sangat besar.
Sebenarnya dokter William ingin mengajak mereka tinggal bersama dengan dirinya namun karena sifat mereka yang tamak membuat dokter William mengurungkan niatnya.
"William sayang, sudah lama Tante tidak memasak makanan kesukaanmu. Jadi ini Tante membawakan makanan kesukaanmu kamu makan ya." Ucap Tantenya sambil menyerahkan kotak makanan.
"Terima kasih Tante." Ucap dokter William.
Dokter William tanpa curiga sedikitpun menerima kotak makanan tersebut kemudian mencium aroma masakan Tantenya di mana makanan tersebut merupakan makanan kesukaan dirinya.
"Tunggu sebentar." Ucap dokter William sambil berdiri.
Kemudian dokter William meletakkan kotak makanan tersebut ke atas meja lalu berjalan ke arah kamarnya. Hal itu membuat Ibu dan Anak terkejut dengan apa yang dilakukan oleh dokter William.
"Ibu, kenapa Kak William tidak langsung makan? Apakah kakak sepupu curiga?" Tanya putrinya dengan wajah cemberut.
'Ssttt .... Berisik nanti kedengaran.' Bisik ibunya sambil menahan kesal karena masakan buatannya tidak di makan.
Tidak berapa lama dokter William membawakan dua paper bag dan diberikan ke Tante dan adik sepupunya. Tentu saja dengan senang hati mereka menerimanya kemudian tanpa punya rasa malu sedikitpun mereka membuka paper bag tersebut.
"Seminggu yang lalu aku mendapatkan hadiah dari beberapa pasien di mana salah satu keluarganya berkerja di luar negri. Aku rasa hadiah itu cocok untuk Tante dan adik sepupu." Ucap dokter William.
Mereka berdua melihat isi di dalam paper bag lumayan banyak, hal itu membuat mereka tersenyum bahagia terlebih ada amplop tebal yang berisi uang untuk Tante dan adik sepupunya sedangkan dokter William menikmati makanan buatan Tantenya.
"Rasanya sangat enak Tante, Aku sangat suka masakan Tante." Ucap dokter William sambil menyuapkan sendok ke dua dan dimasukkan ke dalam mulutnya.
"Kalau suka makanlah sampai habis." Ucap Tantenya tanpa dosa dan tidak punya rasa bersalah sedikitpun.
"Iya Tante." Jawab dokter William.
Dokter William memakan makanan dengan lahap karena kebetulan dirinya belum makan hingga lima belas menit kemudian dokter William sudah selesai makan dan minum. Mereka bertiga masih mengobrol hingga lima menit kemudian dokter William merasakan sesak di dadanya.
"Dadaku sakit." Ucap dokter William sambil memegangi dadanya yang terasa sangat sesak.
"Uhuk... Uhuk... Uhuk.."
Dokter William terbatuk-batuk dan mengeluarkan darah segar membuat dokter William sangat terkejut.
"Kamu jangan terkejut makanan yang di buat Tante sudah Tante berikan racun." Ucap Tantenya sambil tersenyum devil.
"Tante, apa salahku." Ucap dokter William sambil berusaha untuk berdiri dari kursi.
Tubuh dokter William seperti tidak bertulang dan langsung terjatuh membuat Tante dan adik sepupunya tertawa lepas bersamaan kedatangan seseorang yang juga ikut tertawa.
"Paman, Tante kalian kenapa sangat jahat padaku?" Tanya dokter William dengan perasaan sangat kecewa sekaligus marah dalam waktu bersamaan.
"Karena kami menginginkan semua harta milikmu." Jawab Tantenya tanpa dosa.
"Kamu tahu, Paman yang merencanakan ini semua dengan Tantermu." Sambung Pamannya tanpa dosa dan tidak merasa bersalah sedikitpun.
"Jika seandainya Aku berinkernasi kembali Aku akan membalas perbuatan Paman dan Tante dengan cara yang tidak bisa Paman dan Tante bayangkan." Ucap dokter William sambil mencengkram dadanya yang terasa sangat sakit akibat racun.
"Asal kalian tahu semua harta milikku sudah Aku wariskan ke semua panti asuhan yang ada di sini jadi kalian tidak akan mendapatkan uang sepeserpun." Sambung dokter William dan perlahan menutup matanya.
"Dasar breng*ek." Ucap mereka bertiga dengan serempak.
Tanpa punya perasaan Paman dan Tantenya menendang dokter William yang sudah mulai sekarat. Tidak berapa lama dokter William menghembuskan nafas terakhirnya membuat mereka sangat bahagia karena rencana mereka berhasil.
Hingga lima menit kemudian dokter William membuka matanya dan dirinya sangat terkejut karena tubuhnya gendut dan jelek serta penuh dengan luka. Di dalam ingatan pemilik tubuh kalau pemilik tubuhnya sering di bully dan di siksa oleh ibu tiri dan ke dua adik tirinya.
Hal itu membuat dokter William membantu membalaskan dendam dan juga ingin mengubah pemilik tubuh untuk menjadi langsing, tampan dan menjadi pria yang tidak bisa ditindas oleh siapapun.
"Aku berinkarnarsi kembali dan nama pemilik tubuhku adalah William sama seperti namaku dan saat ini umurku dua puluh tahun." Ucap dokter William yang kebetulannya namanya sama.
"William tenanglah kamu di sana dan biarkan Aku membalas semua perbuatan mereka dan menjadikan dirimu pria yang sangat tampan agar kamu tidak di bully dan di tindas oleh Ibu tirimu dan juga ke dua adik tirimu." Ucap dokter William sambil bangun dan berjalan ke arah rumah pemilik tubuhnya.
Dokter William berjalan mengikuti kata hatinya hingga dirinya berhenti di sebuah rumah yang sangat megah lebih tepatnya di sebut mansion.
Dokter William yang awalnya berjalan biasa saja kini berubah berjalan terseok - seok agar orang lain tidak curiga hingga akhirnya dirinya berdiri di depan pagar yang menjulang tinggi.
"Selamat sore Tuan Muda." Sapa salah satu bodyguard dengan ramah sambil membuka pintu gerbang.
"Selamat sore Paman." Jawab dokter William dengan nada ikut ramah dan masuk ke dalam gerbang.
"Tuan Muda kenapa?" Tanya bodyguard itu sambil membantu memapah ke arah pintu utama.
Bodyguard itu terkejut melihat tubuh, wajah dan kaki William terluka membuat bodyguard tersebut tidak tega dan membantunya untuk berjalan.
"Waktu di jalan Aku di keroyok oleh orang tidak di kenal paman." Jawab dokter William berbohong.
"Siapa yang melakukannya Tuan Muda, biar Saya yang akan menghukumnya." Ucap bodyguard tersebut.
"Aku tidak kenal, siapa pelakunya." Jawab dokter William berbohong lagi.
'Pelakunya adalah ibu tiri ku dan ke dua adik tiri ku. Apakah Paman berani menghukumnya?' Tanya dokter William dalam hati.
Walau tubuh bodyguard tersebut terbilang tinggi dan besar dengan otot yang kuat tapi karena William sangat gemuk membuat bodyguard itu keberatan menahan beban dokter William hingga wajahnya mengeluarkan bulir - bulir keringat segede jagung.
Bodyguard itu masih dengan setia menahan tubuh dokter William menuju ke arah pintu utama sedangkan para bodyguard lainnya tidak memperdulikannya.
Bodyguard tersebut membuka pintu utama dan mereka berjalan dengan perlahan hingga mereka sudah sampai di ruang keluarga. Ibu tiri dan ke dua adik tirinya sangat terkejut karena ternyata dokter William masih hidup sedangkan dokter William pura-pura tidak tahu.
"Silahkan kamu keluar, biarkan William jalan sendiri!" Perintah ibu tirinya William dengan nada angkuh.
"Tapi nyonya..." Ucapan bodyguard tersebut terpotong oleh ibu tirinya.
"Pergi!! Apa kamu ingin di pecat hah!!!" Bentak ibu tirinya sambil menatap tajam ke arah bodyguard tersebut.
"Tidak apa - apa Paman, Paman kembali saja ke tempat tugas Paman." Ucap dokter William dengan nada lembut.
"Baik Tuan Muda, permisi Nyonya Besar, Tuan Muda Kelik dan Tuan Muda Moko." Ucap bodyguard tersebut dengan nada pasrah karena dirinya sungguh tidak tega melihat dokter William di siksa oleh ibu tirinya yang sangat jahat di tambah lagi dengan ke dua anak tirinya.
Bodyguard itupun pergi meninggalkan mereka berempat dan kembali ke tempatnya dirinya bertugas sedangkan dokter William bersiap berjalan ke arah anak tangga namun baru saja melangkahkan kakinya dirinya di panggil oleh ibu tirinya.
"Dari mana kamu?" Tanya ibu tirinya pura-pura tidak tahu.
"Bukankah Tante yang menyuruh orang untuk menindas ku hingga aku terluka seperti ini?" Tanya dokter William sambil membalikkan badannya dan menatap tajam Ibu tirinya.
"Dasar anak kurang ajar, beraninya menuduhku." Ucap ibu tirinya sambil mengangkat tangannya bersiap menampar dokter William.
"Akhhhh... Teriak adik tirinya yang bernama Moko.
Dokter William yang melihat ibu tirinya hendak menamparnya langsung menarik tangan adik tirinya yang paling bungsu dan menjadikan tubuh adik tirinya sebagai tamengnya membuat adik tirinya yang di tampar oleh ibu kandungnya.
"Mommy sakit." Ucap adik tirinya yang bernama Moko sambil memegangi pipinya yang terasa panas.
"Maafkan Mommy sayang. Mommy tidak sengaja melakukannya karena sebenarnya mommy ingin menampar si gendut itu tapi si gendut itu dengan cepat menarikmu dan menjadikanmu sebagai tamengnya." Ucap ibu kandungnya menjelaskan.
"Gendut lepaskan tangan kotormu!!" Teriak adik tirinya sambil menahan rasa sakit karena tangannya masih di pegang oleh dokter William.
"Gendut, lepaskan adikku!" Teriak Kelik.
"Akhhhh... Teriak Moko kembali ketika tubuhnya menabrak ibu kandungnya dan kakaknya yang bernama Kelik akibat di dorong oleh dokter William.
"Akhhhh..." Teriak ibu tiri dan Kelik dengan serempak ketika tubuhnya di timpa Moko.
William dengan sengaja mendorong Moko hingga terjatuh dan mengenai tubuh ibu tirinya dan Kelik. Mereka bertiga langsung terjatuh sambil menahan rasa sakit sedangkan dokter William tersenyum devil.
"Akhhhhhhhhhhh!!!" teriak mereka bertiga dengan serempak.
Dokter William pura-pura terpeleset dan menimpa tubuh Moko, awalnya ibu tirinya dan Kelik bisa menahan beban tubuh Moko namun ketika harus di tambah menahan berat tubuh dokter William, ibu tirinya dan Kelik tidak kuat hingga tubuhnya ambruk kembali dan di timpa oleh Moko bersamaan jatuhnya dokter William hingga posisi Moko berada di tengah - tengah mereka membuat ibu dan ke dua anaknya berteriak kesakitan.
"Gendut berdiri, berat!!! Teriak ibu dan ke dua adik tirinya dengan serempak.
"Ada apa ini?" Tanya seorang pria paruh baya yang tiba-tiba datang.
Dokter William memandangi wajah pria paruh baya tesebut kemudian di dalam ingatan pemilik tubuh kalau pria paruh baya itu adalah ayah kandungnya yang terkenal dengan sifat arogant dan suka menghukum siapapun yang bersalah tanpa melihat kejadian awal atau dalam arti tidak pernah menyelidiki terlebih dahulu siapa yang bersalah.
"Daddy.... Hiks... Hiks... Mommy dan ke dua adik tersayang ku terpeleset dan Aku ingin menolong mereka tapi hiks.... hiks... Mommy dan ke dua adik tersayang ku malah menarik ku hingga kami terjatuh kemudian mereka bertiga memakiku." Ucap dokter William sambil terisak dan bangun dari tubuh mereka bertiga.
"Daddy, William berbohong." Ucap istrinya sambil berusaha bangun begitu pula dengan ke dua anaknya.
Dokter William berjalan ke arah Ayahnya dengan tidak memperdulikan ucapan Ibu tirinya kemudian memeluknya sambil mengeluarkan air mata buayanya sedangkan Ibu tirinya dan ke dua adik tirinya perlahan berjalan dengan tubuh yang sangat sakit karena tertimpa badan dokter William seberat sembilan puluh sembilan kilo ke arah mereka.
"Ceritakan yang lebih detail, Daddy tidak mengerti." Ucap Ayahnya sambil mendorong putra sulungnya yang sangat gendut dan membuat dirinya tidak bisa bernafas.
"Seharian William membersihkan mansion ini dan ketika Mommy dan ke dua adik tercinta meminta dibuatkan juice jambu, Aku bilang kalau badanku sangat lelah tapi Mommy dan ke dua adik tercintaku malah memukulku seperti ini." Ucap dokter William sambil memperlihatkan tubuhnya yang penuh luka dan tidak berapa lama mengeluarkan air mata buaya.
Ayahnya menatap dari atas hingga ke bawah dan memang benar pakaian dokter William sangat lusuh dan kotor. Di tambah wajah dan kakinya terlihat bekas pukulan serta terlihat lebam membuat Ayahnya menahan amarahnya. Ketika istri dan ke dua putranya ingin protes tangannya langsung di angkat ke atas tanda mereka untuk diam.
"Lanjutkan." Perintah Ayahnya dengan nada dingin.
"Setelah puas memukulku, Mommy dan ke dua adik tercintaku tanpa sengaja terpeleset dan Aku di minta untuk menolong mereka. Tapi hiks.... hiks... Mommy dan ke dua adik tersayang ku malah menarik ku hingga akhirnya Aku jatuh menimpa tubuh mereka bukan itu saja mereka langsung memakiku." Ucap dokter William sambil terisak kembali.
"Daddy, si gendut berbohong. Justru si gendut yang sengaja mendorongku hingga mengenai Mommy dan ..... " Ucapan Moko terhenti ketika sebuah tangan melayang ke arah pipinya dengan sangat keras hingga wajahnya berpaling ke arah samping.
"Moko!!!!" Teriak Ayahnya dengan suara menggelegar.
Ayahnya selama ini tidak pernah menamparnya dan membentaknya membuat Moko sangat terkejut begitu pula dengan Ibunya dan kakaknya.
Selama ini Ayahnya sering menghukum dokter William dikarenakan mereka sangat pintar mencari muka dengan mencari kesalahan dokter William. Tapi kini untuk pertama dirinya di tampar dan di bentak hingga sudut bibirnya pecah dan mengeluarkan darah segar.
"Hiks... Hiks.... Daddy, kenapa menamparku?" Tanya Moko sambil terisak.
"Daddy, kenapa menampar Moko?" Tanya Kelik dengan perasaan kecewa.
"Kesalahan pertama William adalah kakak kalian dan mulai sekarang dan seterusnya panggil Kakak jangan si gendut lagi. Ke dua William bukan pelayan jadi sekali lagi Daddy melihat kalian memperlakukan seperti tadi maka Daddy akan menghukum kalian dan yang ketiga sekaligus yang terakhir jika Daddy melihat kalian memperlakukan William seperti memukul maka Daddy tidak segan-segan mencambuk kalian berdua." Ucap Ayahnya dengan nada tegas.
"Sayang, kamu mandilah biar segar nanti Mommymu akan membawakan makanan untukmu." Ucap Ayahnya dengan nada lembut berbeda tadi bicara dengan istri dan ke dua putranya.
"Baik Dad." Jawab dokter William.
Dokter William berjalan dengan tertatih-tatih seakan kakinya terluka sambil menyentuh lutut tangannya yang seakan - akan sakit karena di pukul oleh ibu tiri dan ke dua adik tirinya. Hal itu membuat Ayahnya merasa bersalah dengan putra sulungnya yang sering di hukum karena percaya dengan ucapan istrinya.
"Kenapa Daddy membela anak tidak berguna itu, hah!!! Bentak istrinya yang masih tidak terima karena putra bungsunya di tampar oleh suaminya.
"Apakah kamu tidak ingat apa perkataanku barusan hah!!! Bentak suaminya kemudian menampar istrinya untuk pertama kalinya kemudian pergi meninggalkan ruangan keluarga.
"Mommy, sakit." Rengek Moko.
"Ssttt.. sudah lebih baik kita ke kamarmu saja." Ucap Mommynya.
"Baik mom." Jawab Moko.
"Aku ikut." Ucap Kelik.
Mommynya dan kelik membantu Moko ke arah kamarnya dengan jalan perlahan karena tubuh mereka masih terasa sakit sekali setelah sampai di depan pintu, mereka masuk ke dalam dan menutupnya dengan rapat.
Mommynya membaringkan tubuh putra bungsunya dengan di bantu putra pertamanya ke arah ranjang dengan perlahan kemudian duduk di sampingnya.
"Mommy, kenapa si gendut pintar berbohong seperti kita?" Tanya Moko masih bingung begitu pula dengan Kelik.
Selama ini dokter William selalu berkata jujur namun mengatakan dengan suara keras sedangkan Ibu tirinya dan ke dua adik tirinya mengeluarkan air mata buayanya membuat suaminya percaya dengan ucapan mereka dari pada dokter William.
"Mommy tidak tahu dan yang Mommy bingung kan selama ini Daddy selalu mempercayai kita tapi kenapa sekarang Daddy mempercayai si gendut itu." Ucap mommynya dengan nada kesal.
"Oh ya mommy, aku ada ide." Ucap Moko tiba - tiba.
"Ide apa?" Tanya mommynya penasaran begitu pula dengan Kelik.
"Nanti kan Mommy antar makanan buat si gendut.... " Ucapan Moko langsung di potong oleh Mommynya.
"Mommy tidak sudi kalau harus membawakan ke kamarnya." Ucap Mommynya dengan nada kesal.
"Mommy dengarkan Aku dulu. Sebelum Mommy memberikan makanan buat si gendut Mommy berikan obat yang bikin sakit perut terlebih dahulu jadi ketika si gendut selesai makan maka.. " Ucap Moko menggantungkan kalimatnya.
"Si gendut akan bolak balik ke kamar mandi Hahahaha.." Ucap ibu tirinya sambil tertawa jahat.
"Hahahaha..." Tawa jahat Moko dan Kelik dengan serempak.
"Baik Mommy akan masak buat si gendut itu, biar Daddy mu tidak marah sama Mommy padahal sejujurnya Mommy masih kesal sama Daddy." Ucap Mommynya.
"Aku juga kesal sama Daddy karena baru kali ini Daddy memukul Mommy dan adikku gara-gara belain si gendut itu." Ucap Kelik sambil menahan amarahnya.
"Sama Kak. Aku juga masih kesal sama Daddy gara-gara si gendut Aku dua kali di tampar sama Mommy dan Daddy di tambah truk tronton menimpa badanku." Ucap Moko dengan nada kesal sambil meringis menahan rasa sakit pada sekujur tubuhnya.
"Maaf Sayang, Mommy sebenarnya mau menampar si gendut itu tapi Mommy tidak mengira kalau si gendut itu menarik tanganmu jadinya Mommy menamparmu." Ucap Mommynya merasa bersalah.
"Sudahlah Mom, sekarang Mommy masakin buat si gendut itu biar tahu rasa." Ucap Moko.
"Ok." Jawab Mommynya dengan singkat.
Mommynya membalikkan badan dan berjalan keluar kamar putra bungsunya sedangkan Kelik menemani adik bungsunya. Mommynya berjalan menuju ke arah dapur untuk menjalankan rencana jahatnya.
Di tempat yang sama dokter William kini sudah selesai mandi dan memakai pakaian santai sambil bercermin memperhatikan lekuk tubuhnya.
"Astoge, ini badan kenapa bengkak semua? Lengan dan kaki kayak kaki gajah, badanku juga mirip badan gajah malah lebih gendut dari pada gajah." Ucap dokter William dengan wajah super terkejut.
'Aduh ini juga wajahku kenapa seperti muka badak? Kasar dan tidak pernah terawat belum lagi jerawatnya aduh mengerikan sekali." Ucap dokter William sambil memutar-mutar tubuhnya.
Dokter William tiba-tiba mendapatkan penglihatan kalau dulu pemilik tubuhnya sering di bully oleh teman - temannya membuat dokter William berjanji untuk berusaha merubah penampilannya agar pemilik tubuh tidak di bully lagi.
"Badan William penuh luka dan lebam jadi Aku harus mencari obat agar tidak ada infeksi." Ucap dokter William sambil mencari kotak obat.
Setelah menemukan kotak obat dokter William mulai mengobati dirinya setelah lima menit kemudian dokter William sudah selesai dan menyimpan kembali kotak obatnya.
Dokter William memalingkan wajahnya ke arah samping dan melihat ibu tirinya membawa nampan yang berisi makanan dan minuman membuat dokter William menghembuskan nafasnya dengan perlahan karena dirinya ingin diet agar badannya tidak bengkak seperti gajah.
"William sayang, ini Mommy masak kesukaanmu." Ucap ibu tirinya dengan nada lembut.
Dokter William melirik sekilas ke arah ibu tirinya yang berbicara manis membuat dirinya curiga kemudian menatap ke arah pintu dan melihat Daddynya sedang bersembunyi di balik pintu membuat dokter William terpaksa berpura-pura tersenyum manis.
'Si*l, Aku ingin diet gagal deh, kalau Aku tidak makan pasti Daddy akan marah padaku dan membenciku karena wanita rubah ini sangat licik dan pintar membalikan kata-kata.' Ucap dokter William dalam hati sambil berpikir.
"Terima kasih Mommy cantik." Ucap dokter William sambil tersenyum manis walau dalam hatinya ingin muntah mengatakan hal itu.
"Sama-sama sayang." Jawab Mommynya sambil menatap tajam dan memutar bola matanya dengan malas karena posisinya membelakangi suaminya.
Dokter William hanya bisa tersenyum manis karena segala sikapnya dapat di lihat oleh Daddynya. Dokter William mengambil piring yang sudah berisi lauk pauk namun ketika sendok sudah hampir mau masuk ke dalam mulutnya dokter William mencium sesuatu kalau makanan yang akan dimakannya tidak beres membuat dokter William meletakkan kembali sendok nya ke piring.
"Kenapa tidak di makan sayang?" Tanya ibu tirinya sambil menatap tajam ke arah dokter William.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!