NovelToon NovelToon

BENIH TERTINGGAL Season 2

Candu

Di sebuah hotel seorang wanita berlari dengan wajah bercucuran air mata. matanya sudah sembab akibat menangis cukup lama.

Wanita yang memakai gaun pengantin itu berlari terus sampai dirinya tiba disebuah pintu yang terbuka sedikit, karena rasa takut dan panik wanita itu mendorong pintu yang terbuka sedikit dan menutupnya dari dalam lalu menguncinya.

Dadanya naik turun dengan kedua matanya terpejam melelehkan air mata. Wanita itu berdoa dalam hati agar dirinya tidak ditemukan oleh orang-orang yang mengejarnya di luar.

"Ya Tuhan selamatkan aku."

Terdengar derap langkah kaki yang berlarian diluar, dada wanita itu berdebar kencang dengan kedua matanya yang terpejam sambil memanjatkan doa.

Suara ketukan pintu di mana tempat tubuhnya bersandar membuat wanita itu berjingkat kaget, kali ini jantungnya benar-benar ingin lepas dari tempatnya karena ketakutan.

"Tolong buka pintunya!!"

Teriak seseorang dari luar, yang wanita itu yakini jika mereka adalah orang-orang yang mengejarnya tadi.

"Cari dia disekitar sini! aku yakin dia tidak akan pergi dari hotel besar ini!" Titah seorang pria dengan wajah menahan amarah dan tatapan mata memerah.

Dua orang yang langsung berpencar untuk mencari wanita yang kabur dari majikanya, sehingga membuat tuanya begitu marah.

Saat kembali mengetuk pintu tiba-tiba suara bariton dari belakang membuat pria itu menatap pria yang berdiri menjulang di depannya. Matanya terbelalak menyadari siapa pria yang berdiri didepannya ini.

"T-tuan Zack." Ucapnya dengan nada suara yang bergetar.

"Apa kau ingin mengakhiri hidup mu!" Sarkas pria yang berdiri dengan wajah datar dan dingin jangan lupakan tatapan tajamnya yang seakan mampu menguliti lawan bicaranya.

Pria itu menggeleng cepat, "T-tidak tuan, maafkan saya."

"Kalian ayo cepat pergi, wanita itu tidak ada di sini!" Titahnya lagi pada dua orang yang masih sibuk mencari wanita yang kabur.

"Tuan Zack, sekali lagi maafkan saya." Pria itu menunduk hormat dan berlalu pergi dengan wajah takutnya.

"Ck," Pria yang di panggil Zack berdecak kesal, "Jika tuan muda tahu pasti akan marah." Gumam pria itu sambil menatap pintu yang tertutup rapat.

Zack pun berlalu pergi, ia pikir tuan mudanya masih membutuhkan bantuannya tapi saat melihat pintunya tertutup pria bernama Zack memilih pergi.

Maureen yang menguping dibelakang pintu sejak tadi semakin menajamkan telinga, sudah tidak terdengar suara orang diluar sana membuatnya merasa lega.

Maureen yang ingin pergi justru tidak bisa membuka pintunya.

"Ya Tuhan kenapa ini."

Maureen terus mencoba untuk membuka pintu tapi tetap tidak bisa, karena untuk membukanya harus menggunakan kode.

"Siapa kau!"

Maureen yang masih berusaha membuka pintu tersentak kaget mendengar suara bariton di belakang tubuhnya.

Dengan tubuh gemetar Maureen membalikkan tubuhnya dan terkejut melihat seorang pria yang bertelanjang dada dengan hanya menggunakan handuk yang melilit pinggangnya.

Sontak Maureen langsung menutup matanya dengan kedua tangannya.

"M-maaf tuan, saya tidak sengaja masuk untuk bersembunyi." Kata Maureen yang masih menutup wajahnya.

Bukan hanya takut melihat tubuh tegap berotot pria yang berdiri menjulang tinggi di depannya, tapi juga takut dengan tatapan mata pria itu.

Maureen masih menutup wajahnya tanpa tahu jika pria didepanya menatapnya seperti seorang mangsa.

Pria itupun maju dan langsung menarik tangan Maureen membuat Maureen terjerembab di dada bidang itu.

"T-tuan." Suara Maureen tercekat saat melihat tatapan pria didepannya begitu berkabut gairah.

"Kau siapa! berani datang ke kamarku seperti maling." Napas pria itu memburu, tubuhnya semakin panas saat kulit tubuhnya saling bersentuhan.

Tatapan matanya begitu intens, apalagi melihat bibir ranum milik wanita yang tidak di kenal.

"Aku-" Maureen mengingat bibir bawahnya dengan tubuh bergetar, air matanya mengucur deras saat tatapan pria itu semakin bergairah.

Bruk

akhh

Maureen tersentak saat tubuhnya dilempar begitu saja di atas ranjang, belum sempat Maureen meloloskan diri, pria itu sudah merangkak di atas tubuhnya.

"T-tuan aku mohon." Tatapan Maureen begitu mengiba belas kasihan, Maureen benar-benar takut dan tidak memiliki tenaga lagi untuk melawan.

"Siapapun kau, aku harap kau adalah wanita bersih, tidak memiliki penyakit yang menular."

Hah

Mata Maureen terbelalak mendengar ucapan pria tampan di atas tubuhnya, memangnya dia punya penyakit yang menular?

"Ahhh Tuan!"

Maureen bergerak gelisah menahan rasa aneh yang menjalar disekujur tubuh saat pria yang tidak ia kenal sama sekali menyusuri bagian lehernya.

Maureen yang sudah kehabisan tenaga hanya bisa berontak sekuat yang dia mampu, tapi tetap saja tenaganya tidak sebanding dengan pria yang sedang dikuasi oleh obat tersebut.

Maureen sambil menangis merasakan tubuhnya meremang, tangannya meremas apa saja yang bisa ia pegang.

Rasa sakit luar biasa hinggap di tubuhnya saat sebuah benda tumpul dan keras melesak paksa memasukinya, seketika mata Maureen terpejam dengan lelehan cairan bening.

Rintihan kesakitan terdengar begitu pilu, tapi pria yang berada di atas tubuhnya tidak memperdulikan rintihan Maureen. pria itu terus bergerak membuat bibir Maureen yang merintih kini berubah menjadi desahann dan erangan kecil saat miliknya terasa ngilu.

"Ahh, Tuhan ini nikmat." Geram pria yang sedang berpacu maju mundur menumbuk lubang surgawi yang begitu nikmat.

Maureen hanya bisa memejamkan matanya dan terus mengeluarkan suara desahann yang terdengar merdu ditelinga pria yang sedang memanjakannya.

Hingga tubuh Maureen menegang saat merasakan gulungan ombak kenikmatan datang menghantam dirinya dengan kuat.

"Ahh t-tuan, aku mau sam-argghh!"

Maureen mendesahh keras dengan wajah mendongak, dadanya membusung bersamaan dengan ledakan dahsyat untuk pertama kali ia rasakan.

Napas Maureen memburu, wajahnya bercucuran keringat namun semua belum selesai, Maureen kembali merasakan terbang ke langit saat hentakan dibawah sana semakin kuat, Maureen merasakan tongkat pusaka pria itu semakin membesar dan sesak membuat Maureen kembali merasakan gelombang kenikmatan yang akan datang kembali.

"T-tuan Ahhh..ahhh."

"Yes.. oughh, aku samp-arrghhh!"

Tubuh keduanya sama-sama mengejang hebat, pria itu ambruk diatas tubuh Maureen.

Pelepasan yang luar biasa membuat pria itu begitu puas, rasanya begitu nikmat rasa panas ditubuhnya sedikit berkurang.

Maureen mendorong tubuh pria diatasnya, namun tenaganya tak bisa menyingkirkan pria itu.

"Tuan, cukup ahh." Lirih Maureen saat merasakan pusaka yang masih terbenam didalamnya kembali bangun.

Wajah Maureen berubah merah dengan bibir terbuka.

Tubuhnya kembali terguncang membuat melon kembarnya terombang-ambing, Maureen pasrahkan di bawah kendali seorang pria yang tidak ia kenali.

"Ya Tuhan, ini tidak benar. Tapi kenapa aku tidak bisa menolak sentuhan pria ini!!" Maureen berteriak dalam hati

"Siall, kenapa aku bisa secandu ini dengan tubuh wanita yang tidak aku kenal ini, obat sialan!" Rutuk seorang pria dalam hati.

*

*

Selamat datang kembali🤗

Jangan lupa Subscribe 👍 tinggalkan JEJAK kalian sayang 😘😘

Nasib yang menyedihkan

Maureen Coline wanita 22 tahun, membuka matanya setelah merasakan pria yang beberapa jam lalu menggagahi dirinya berulang kali dan kini sudah terkapar dengan suara dengkuran halus.

Maureen menyingkirkan tangan yang melingkar di perutnya yang terasa berat.

Dengan tubuh yang terasa sakit dan lelah, Maureen bangun dari ranjang dengan langkah kaki tertatih menuju kamar mandi. Rasanya begitu sakit, sakit fisik maupun hati. Maureen kembali menangis di dalam kamar mandi sambil menatap pantulan dirinya depan cermin.

Wajah menyedihkan dengan banyak tanda merah hampir disekujur tubuhnya, Maureen terlihat jijik hanya dengan melihat tubuhnya.

Dengan hati yang hancur dan air mata yang terus menetes, Maureen membersihkan diri dan keluar dari kamar mandi hanya dengan menggunakan handuk.

Melihat seorang pria yang terkapar di atas ranjang membuat dada Maureen kembali terasa diremas hingga meninggalkan sesak yang begitu nyata.

"Aku berdoa semoga di kehidupan mendatang tidak akan bertemu dengan pria seperti mu." Ucapnya sambil melihat gaun pengantinnya yang tergolek di atas lantai.

Melihat semuanya membuat hati Maureen kembali sesak, meskipun lolos dari tuan Fergu, tapi Maureen justru terjebak di dalam kandang singa yang menghancurkan masa depannya. Sungguh nasib buruk menimpanya.

Melihat gaun pengantin yang sudah terbelah, Maureen mengedarkan pandangannya dan melihat ada sebuah koper di sudut ranjang.

Dengan langkah yang masih tertatih Maureen mendekati koper dan membukanya.

"Entah sebesar apa rudal mu, sampai membuat milikku begitu sakit," Gumam Maureen sambil memikirkan rudal yang mengobrak abrik miliknya sampai ledes dan terasa masih mengganjal.

Matanya mencari pakaian yang bisa ia pakai, tapi otaknya justru memikirkan rudal yang memberikannya kenikmatan.

Dasar Maureen!

Maureen mengambil Cardlock yang ada di atas nakas, dan dirinya baru bisa keluar dari kamar hotel.

Meninggalkan kamar hotel mewah dan luas, Maureen memakai kemeja navi yang kedodoran, panjangnya kemeja bahkan menyentuh lutut Maureen, wanita itu meninggalkan hotel sambil membawa kemeja pria yang sudah menodainya.

*

*

Sang Surya pagi menunjukan sinarnya yang begitu terik, seorang pria yang masih tergolek di atas ranjang merasakan gangguan di wajahnya saat terasa silau.

Pria itu masih ingin tidur dengan nyenyak, ia merasakan kualitas tidur malam ini begitu baik hingga membuatnya enggan membuka matanya.

Selain sinar matahari, ternyata deringan telepon khususnya berdering nyaring, membuat tanganya meraba sekitar di mana letak bunyi suara yang sangat mengusik telinganya.

"Ya, Bu." Jawab pria itu dengan mata terpejam dan suaranya terdengar serak, tanpa melihat nama pemanggil deringan khusus itu sudah menjawab siapa yang menelpon.

"Kamu di mana, kenapa tidak pulang!"

Suara seorang wanita di seberang telepon yang terdengar nyaring membuat pria itu sedikit menjauhkan ponselnya dari telinga.

"Aku bukan akan kecil lagi Bu, yang tidak pulang dan harus melapor." Jawabnya dengan nada kesal masih betah dengan matanya yang terpejam.

"Noel, kau tau bagaimana kalau ibu mu sedang cemas."

Kali ini terdengar suara seorang pria yang jelas adalah ayahnya.

"Ck, bilang pada ibu ayah. Suruh ibu hamil lagi biar perhatiannya tidak lagi tertuju padaku."

"Noel, kau-"

"Ayah, di sana ada Celine dan Carlos yang butuh perhatian ibu, mereka juga anak-anak ibu." Desahhnya dengan sebal.

Pagi-pagi kedua orang tuanya sudah membuat mood nya begitu buruk.

Noel melempar ponselnya begitu saja di kasur.

"Menyebalkan." Gumamnya dengan kedua tangan menyentuh kepalanya yang terasa pusing.

Tiba-tiba tangan Noel menyentuh kasur disampingnya, merabanya tapi tidak ada siapapun membuat matanya langsung terbuka lebar.

"Di mana dia? apa aku hanya bermimpi." Ucapnya dengan wajah kebingungan.

Noel beranjak dari kasur, tapi melihat keadaan tubuhnya membuat matanya terbelalak.

"Siall!!"

Noel menarik selimut untuk menutupi tubuh polosnya, hingga tatapan matanya tertuju pada sprei putih yang sudah berantakan tapi masih terlihat jelas noda merah yang ada di sprei itu.

"Apa itu darah?" tanyanya pada diri sendiri.

Noel membuka selimut yang menutupi asetnya, ia melihat rudalnya bergantian dengan sprei bercak merah yang Noel yakini adalah darah.

"Kenapa milikku bisa berdarah-darah." Gumamnya dengan wajah linglung sambil melihat rudalnya yang terdapat bercak darah kering.

*

*

Maureen pulang dengan keadaan yang tidak baik-baik saja, tubuhnya terasa lelah dan juga sakit. Apalagi wajahnya yang pucat membuat Maureen seperti mayat berjalan.

Untung saja saat pulang orang tua Maureen sudah berangkat bekerja, kalau belum pasti dirinya di hajar habis-habisan karena kabur dari tuan Fergu.

Maureen memilih untuk masuk kedalam kamar, ia butuh istirahat untuk mengembalikan tenaganya, Maureen kini justru merasakan suhu tubuhnya memanas sepertinya ia demam.

"Kenapa sakitnya berlipat-lipat." Gumamnya sambil menelan obat penurun panas.

Maureen harus menyiapkan banyak tenaga untuk melawan amukan kedua orang tuanya nanti, jadi sekarang dirinya benar-benar butuh istirahat.

"Semoga nasib baik masih berpihak dengan ku." Katanya dengan mata yang mulai terpejam.

Maureen Coline, memiliki kehidupan yang sangat keras, wanita itu seperti sapi perah untuk kedua orangtuanya, hingga saat terlilit hutang dan tidak bisa membayar, mereka dengan tega menyodorkan Maureen untuk menebus hutang yang tidak bisa mereka bayar pada pria yang memiliki mata keranjang dan kejam. Istrinya tidak hanya satu.

Maureen memiliki seorang kakak perempuan, tapi sama saja kakaknya sama-sama gila seperti orang tuannya.

Dor...Dor...Dor..

Suara gedoran pintu kamar yang terkunci dari dalam membuat tidur lelap Maureen harus terganggu, padahal Maureen baru memejamkan matanya belum lama tapi gangguan yang memekakkan telinganya membuat Maureen mau tidak mau harus membuka matanya.

"Maureen buka pintunya!!"

Suara gedoran pintu di iringi teriakan ayahnya membuat Maureen mendesahh kasar.

Tubuhnya masih terasa sakit semua dan ia tidak tahu kejadian apa yang sebentar lagi menimpanya.

"Maureen!!"

Ceklek

Belum sempat pintu terbuka sepenuhnya, tiba-tiba tubuh Maureen langsung terhuyung kebelakang saat pintunya di dorong kuat dari luar.

"Beraninya kau kabur, anak sialan!!"

Akkhhh

"Ayah sakit!" Maureen meringis saat merasakan kepalanya perih, ia yakin jika sebagian rambutnya tercabut saat ini karena dijambak begitu kuat oleh ayahnya.

"Kau sengaja Ingin membuat kami mati, hah!!"

Ayah Maureen yang diliputi amarah semakin kuat menarik rambut Maureen sampai membuat wajah Maureen merah padam menahan rasa sakit yang menjalar disekujur tubuhnya.

"Dia sengaja Ingin membuat kita semua mati ditangan tuan Fergu sayang, dia memang anak tidak tahu diri!" Timpal ibu Maureen yang menambah kekesalan di hati ayahnya.

"Dengar anak sialan!"

"Ayah sakitt!" air mata Maureen sudah berlinang membasahi pipinya. Rasa sesak kembali menguasai menjalar di dadanya saat diperlukan seperti penjahat oleh orang tuanya.

"Rasakan, kau pantas mendapatkannya, hahaha!"

Di ambang pintu kakak Maureen tertawa puas melihat Maureen yang disiksa. Jaena kakak Maureen begitu puas melihat Maureen menangis merasakan sakit.

"Sebentar lagi tuan Fergu akan datang untuk menikahi mu, jangan coba-coba kau kabur lagi jika tidak ingin melihat mayat kami didepan matamu!"

Seluruh tubuh Maureen langsung melemas, tubuhnya ambruk ke lantai dengan wajah pucat berlinang air mata.

Sungguh menyedihkan nasibmu Maureen.

*

*

Tinggalkan JEJAK kalian, sebenarnya Karya ini mengikuti Loman tentang "Pernikahan Manis- Bersatu karena anak." Jadi Ons dulu biar menghasilkan anak 🤣🤣🤣

Bayimu

Maureen tampak nanar melihat kebawah sana, ia tidak bisa menikah dengan pria kejam, yang tidak bisa menghargai seorang wanita. Lebih baik Maureen mati dari pada harus menikah dan hidup dalam neraka dunia.

Maureen mengusap pipinya yang basah, ia menatap pintu dan jendela kamarnya bergantian.

"Aku tidak ingin berakhir menjadi wanita menyedihkan sampai mati, lebih baik aku pergi."

Perlahan Maureen menurunkan kakinya lebih dulu, ia yang sebenarnya takut akan ketinggian memilih untuk membuang jauh-jauh rasa takut itu, tangannya berpegangan dengan kuat Maureen benar-benar nekat kabur dari rumah orang tuanya untuk menghindari pernikahan sengsara yang akan ia alami.

Sedangkan di luar kamar tepatnya di lantai bawah, kedua orang tua Maureen begitu antusias dan bersemangat melakukan persiapan untuk menyambut kedatangan tuan Fergu yang akan menikahi Maureen. Tuan Fergu sangat kaya raya memiliki banyak usaha dan juga bar yang terkenal di kota. Kaya versi orang tua Maureen berbeda dengan orang kaya versi yang sesungguhnya. Bagi mereka tuan Fergu adalah pria yang sudah paling kaya.

"Ibu, pasti tuan Fergu akan memberikan banyak uang untuk maskawin Maureen." Jaena begitu senang saat memikirkan berapa banyak uang yang akan di dapat Maureen nanti, hanya membayangkan saja membuat Jaena sudah bahagia apalagi mendapatkan secara nyata.

"Kamu tidak usah pikirkan itu sayang, kamu boleh beli apapun jika Maureen sudah menikah dan kita bisa menikmati uang yang tuan Fergu berikan pada Maureen." Wanita yang di panggil ibu itu tertawa senang.

Begitu juga dengan Jaena, mereka berdua begitu bahagia di atas penderitaan Maureen.

Tapi mereka tidak tahu musibah apa yang akan mereka dapatkan jika tahu kalau Maureen sudah kabur.

*

*

Di sebuah pelabuhan Maureen duduk dengan helaian rambut yang terbang, angin laut yang menerpa wajahnya membuat rambut panjangnya terbang menutupi wajahnya.

Dengan bibir yang tersenyum tipis, dan tatapan mata yang memandang jauh penuh harap. Maureen meninggalkan kota kelahirannya untuk mengubur kehidupannya yang keras dan menyedihkan, berharap kehidupan mendatang akan jauh lebih baik dari kehidupannya yang sekarang.

"Selamat tinggal hidupku yang menyedihkan," Gumamnya dengan wajah sendu.

Satu tahun disebuah pulau yang memiliki keindahan panorama dan terkenal akan pantainya yang indah, hingga pulau yang dulunya biasa saja kini berubah menjadi pulau yang banyak disukai pendatang ataupun turis dari negara lain.

Tidak hanya pulau dan fasilitas yang cukup baik, pemandangan yang menyejukkan mata cocok untuk pengantin yang sedang berbulan madu.

Seorang wanita yang sedang mengendong bayi sekitar berumur dua bulan baru saja keluar dari sebuah hotel penginapan di pulau. Wanita itu tersenyum saat melewati lobby hotel karena ada yang menyapanya.

"Nona Maureen, kenapa buru-buru pulang?" Sapa seorang resepsionis wanita yang sedang berjaga.

Maureen yang di tanya berhenti sebentar dan menatap wanita berpenampilan modis itu.

"Putraku akan melakukan pemeriksaan bulanan, jadi aku pulang lebih awal." Jawab wanita yang di panggil Maureen.

Wanita yang bertanya mendekati Maureen dan melihat bayinya, "Apa dia sedang sakit?" tanya wanita itu.

"Aku belum tahu, tapi dokter menyuruh untuk melakukan pemeriksaan rutin." Ucap Maureen dengan tatapan sendu pada putranya.

"Semoga putra mu baik-baik saja, kamu yang kuat."

Maureen mengangguk saja, ia tidak tahu apa yang terjadi dengan putranya, tapi perasaanya sedang tidak baik-baik saja, Maureen merasakan ada sebuah batu besar yang menghimpit dadanya.

"Ibu akan melakukan apapun untuk mu sayang," Ucapnya dengan senyum penuh kesedihan.

Maureen pergi dari kota kelahirannya berniat untuk mengubah kehidupannya yang kurang baik. Tapi justru bukan nasib baik lagi-lagi yang menghampiri Maureen. Wanita itu ternyata positif hamil setelah satu bulan tinggal di sana, dan siapa lagi jika bukan dengan pria di malam itu, percintaan naas yang dia alami ternyata meninggalkan kehidupan benih aktif sehingga tumbuh subur di rahim Maureen.

Andai Maureen tidak memikirkan dosa, mungkin ia bisa membunuh janinnya waktu itu. Tapi pikiran sehat Maureen masih bisa bekerja dengan baik, Maureen yang tidak memiliki siapapun memiliki untuk mengandung benih pria yang tidak dia kenal, hingga kini benih itu lahir dengan selamat dan sangat tampan.

Maureen turun dari taksi yang membawanya ke rumah sakit umum tempatnya melahirkan dulu, Maureen begitu akrab dengan dokter yang menolong persalinannya dan saat ini ia juga menemui dokter yang sudah membantunya itu.

"Dokter Rafeal!" Maureen berjalan cepat mendekati pria berjas putih yang baru keluar dari ruanganya.

"Maureen," Pria yang di panggil Rafael tersenyum saat melihat seorang wanita mengendong bayi.

"Sebenarnya ada apa? kenapa bayiku harus melakukan pemeriksaan." Wajah Maureen terlihat begitu cemas, sejak menuju rumah sakit tadi dirinya selalu memikirkan bayinya.

Dokter Rafeal menghela napas sambil menatap bayi laki-laki yang sedang terlelap di gendongan Maureen.

"Nanti kita akan tahu hasilnya, semoga baik-baik saja." Ucap dokter Rafael dengan tatapan tak bisa diartikan.

Maureen menunggu di kursi tunggu, Maureen menunggu dengan sabar sambil memberikan asi untuk putranya, kemanapun dirinya pergi selalu membawa apron menyusuri agar nyaman saat menyusui di tempat umum, Maureen memberikan asi untuk putranya, ia berusaha memberikan yang terbaik agar putranya tumbuh dengan sehat.

Bibir Maureen mengulas senyum, dengan rasa sesak yang menyusup ke dalam dadanya.

"Ibu akan melakukan apapun yang terbaik untuk mu nak, hanya kamu yang ibu miliki."

Tak lama nama Maureen di panggil, wanita itu berdiri dan menuju pintu ruangan dokter spesialis Onkologi tersebut.

"Selamat sore nyonya Maureen." Sapa dokter pria yang tersenyum ramah pada Maureen saat masuk.

"Sore dokter," Maureen balas tersenyum.

"Dokter Rafeal merekomendasikan pemerikasaan untuk putra anda." Ucap dokter pria yang memiliki nama tag Dokter Dean.

"Em, sejujurnya saya tidak tahu apa-apa dok, tapi saya juga ingin memastikan putra saya baik-baik saja." Maureen tidak bisa menyembunyikan rasa cemasnya.

Dokter Dean tersenyum lalu mengangguk,sambil berjalan menuju ranjang pasien.

"Kita periksa bayi anda, untuk memastikan." Dengan perasaan gelisah Maureen menaruh bayinya di atas ranjang pasien, melihat begini saja hati Maureen seperti di sayat sembilu.

Dokter Dean melakukan tugasnya dengan teliti, memeriksa bayi yang terlentang dengan mata terpejam, dalam sepersekian detik wajah dokter Dean memiliki kerutan. Di ambilnya sebuah alat untuk mengambil darah yang digunakan untuk sempel, dokter Dean melakukannya dengan sangat hati-hati agar bayi yang tertidur tidak terganggu.

"Untuk memastikan kita tunggu hasil lab darah yang akan keluar nanti." Dokter Dean memberikan sempel darah pada perawatan untuk segera dilakukan pengecekan.

Maureen semakin terlihat cemas, wajahnya tampak kahawatir.

Hampir satu jam menunggu, kini di ruangan dokter Dean, tidak hanya ada Maureen, dokter Rafael juga menunggu hasil pemeriksaan bayi Maureen.

"Bagaimana?" tanya dokter Rafael setelah melihat dokter Dean selesai melihat hasilnya.

Dokter Dean menatap dokter Rafael sahabatnya dengan tatapan penuh arti, membuat dokter Rafael menelan ludah susah.

"Kamu baca sendiri." Dokter Dean memberikan kertasnya pada sahabatnya itu.

"Bagaimana dok?" tanya Maureen yang sejak tadi menunggu dengan gelisah dan cemas.

Jantungnya tak berhenti berdebar kencang apalagi melihat wajah dua dokter yang seperti menggambarkan kecemasan.

"Dokter Rafeal?"

Tubuh Maureen semakin gemetar, kedua matanya sudah berkaca-kaca.

"Bayimu-"

*

*

Bayimu???

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!