"Hoaammmm...." Seorang gadis baru saja bangun dari tidurnya, semalam ia melakukan video call dengan sang kekasih sampai lupa waktu. bahkan hampir menjelang subuh gadis itu baru menyambangi alam mimpinya
" Ya ampun anak perawan kok baru bangun jam segini, pasti enggak sholat subuh kan?" tegur bunda Sasa ketika melihat putrinya berjalan menuruni anak tangga
" Lagi enggak sholat bun" Jawab gadis yang masih mengunakan piyama tidurnya itu sambil menyengir
" Ayah mana bun?" tanyanya pada sang bunda karena tidak melihat keberadaan ayahnya yang biasanya sudah duduk manis di meja makan sambil sibuk dengan ponselnya
" Kayak tidak tahu saja setiap hari Minggu kan ayahmu selalu pergi joging " jawab bunda yang sedang menata masakannya di atas meja sedangkan putrinya tengah asik menggigit buah apel
Hari ini memang akhir pekan karena itulah semalam gadis itu mau menerima video call dari calon suaminya sampai pagi
" Semalam kamu memangnya tidur jam berapa sih?" tanya bunda Sasa ketika melihat Kinan putrinya menguap berkali-kali
" Hampir subuh bun" jawab Kinan sambil cengar-cengir dan bunda pun menanggapi dengan gelengan kepala
" Pantas dari tadi nguap terus, udah sikat gigi belum tuh kayaknya mandi juga belum kan?"
" He...He.... bunda tau aja kalau Kinan belum mandi, tapi tenang aja bun kalau soal sikat gigi sih udah ya!" jawab Kinan dengan wajah cerianya
Kinan adalah gadis berusia 23 tahun di usianya yang sekarang sudah memantapkan hatinya untuk menerima pinangan sang kekasih yang sudah menjalin hubungan dengannya selama 5 tahun
Kinan merupakan sosok gadis yang ceria ketika berada di lingkungan keluarga dan orang-orang terdekatnya saja tapi jika dilingkungan kerja Kinan termasuk gadis yang lebih banyak diam dan selalu bersikap profesional dalam mengerjakan pekerjaannya.
" Mandi dulu gih sana, bau acem ih!" ucap bunda sambil menutup hidungnya pura-pura kebauan
Kinan mencium ketiaknya kanan dan kiri bergantian
" Enggak ya bun, meskipun belum mandi Kinan masih wangi" protes Kinan dengan bibir yang mengerucut
" Siapa bilang, bau acem gitu" bunda kembali menutup hidungnya sambil terkekeh
" Kinan sendiri lah bun yang bilang, wangi tau " Tawa Kinan
" Ada apa sih ini ribut-ribut sampai kedengaran loh keluar gerbang" ucap seorang pria paruh baya tapi masih terlihat begitu bugar dan sehat
" Ihh... ayah hiperbola banget, dari sini sampai ke depan gerbang Kinan teriak aja belum tentu tuh si mang Ujang denger apalagi sampai kedepan gerbang" protes Kinan yang langsung membuat ayah dan bundanya tergelak
Kini Kinan dan kedua orangtuanya sedang menikmati sarapan paginya dengan suasana yang begitu hangat
" Bagaimana persiapan pernikahan kalian?" tanya ayah Akbar kepada sang putri disela-sela sarapannya
" Alhamdulillah yah sudah hampir 90%" jawab Kinan setelah menelan makanan yang ada di mulutnya
" Masalah gedung sama ketringnya bagaimana?" kali ini gantian bunda yang bertanya
" Sudah beres bun, pokoknya ayah sama bunda tenang aja deh , semuanya sudah Kinan dan Mas Arya yang urus, bunda sama ayah nanti hanya tinggal duduk manis aja" jawab Kinan dengan senyum yang terus mengembang diwajahnya membuat kedua orangtuanya pun ikut tersenyum merasa bangga pada putrinya yang tidak pernah mau menyusahkan mereka
" Kamu ini kan putri kami satu-satunya, setidaknya izinkan kami selaku orang tuamu ikut andil dalam mempersiapkan hari pernikahan mu" keluh bunda Sasa yang sebenarnya ingin ikut serta dalam membantu mempersiapkan segala keperluan dalam acara pernikahan putri satu-satunya itu
" Bunda, dengan memberikan restu, doa dan support untuk Kinan itu sudah jauh lebih dari cukup membantu Kinan bun. Kinan itu enggak mau membuat ayah sama bunda capek karena memikirkan urusan pernikahan Kinan, lagi pula Kinan dan mas Arya masih bisa mengurus semuanya kok bun apalagi Melinda juga ikut bantu-bantu Kinan kok bun" tutur Kinan panjang lebar
Ayah menghela napas panjang lalu menatap putrinya dengan lekat
" Nak apa kamu tidak keberatan jika Melinda ikut mempersiapkan segala urusan pernikahan kamu dengan calon suami mu itu, mereka terlalu dekat" ucap ayah Akbar yang entah kenapa tidak suka melihat kedekatan antara keponakan dari sang isteri yang dekat-dekat dengan calon suami putrinya
" Tidak apa-apa yah, mereka itukan satu kantor jadi wajar jika mereka dekat, lagipula setiap mereka pergi pun selalu bilang kok yah sama Kinan" Kinan mengusap lengan sang ayah yang ia tahu sangat mengkhawatirkan dirinya
" Tapi sayang_!"
" Sudahlah yah, Kinan percaya kok sama mas Arya dan Melinda" potong Kinan lagi dengan memasang senyum diwajah cantiknya
" Ayah kenapa sih kok jadi curigaan gitu sama Melinda?" Tanya bunda Sasa yang tidak terima dengan ucapan sang suami
" Bukan begitu bun, ayah hanya enggak mau Kinan kecewa nantinya mah" ucap ayah Akbar mengungkapkan kegelisahan hatinya yang akhir-akhir ini mengganggu pikirannya
" Ayah ini bicara apa sih? kecewa bagaimana maksud ayah? jangan bicara sembarangan kayak gitu dong yah, ingat ucapan itu adalah doa" tegur bunda Sasa sedikit meledak
" Astaghfirullah bun, bukan begitu maksud ayah, enggak ada orang tua yang menginginkan anaknya merasakan kekecewaan bun, ayah hanya ingin mengingatkan putri kita aja bun agar tidak terlalu percaya begitu saja meskipun dengan saudara sendiri apalagi mereka berlainan jenis" terang Ayah panjang lebar
" Sudah....sudah... ih kok malah jadi bertengkar sih!" ucap Kinan menengahi
" Ayah...bunda... udah jangan ribut lagi ya, u
Kinan percaya kok ayah sama mereka terutama mas Arya, kalau seandainya memang mas Arya dekat dengan Melinda ya Kinan percaya karena mungkin mas Arya pun sudah menganggap Melinda seperti adik sendiri sebagaimana Kinan menganggap Melinda seperti adik Kinan" tutur Kinan dengan senyum yang tidak pernah luntur di wajah cantiknya
" Tapi Kinan_"
" Ayah, jika mas Arya suka sama Melinda untuk apa dia melamar Kinan bahkan mempersiapkan semua keperluan pernikahan kami sampai sejauh ini yah" potong Kinan
" Maafin ayah Kinan" ucap ayah Akbar dengan sendu
" Ayah ini kenapa sih pulang joging kok jadi aneh gitu ?" keluh bunda Sasa
" Enggak kenapa-kenapa bun, mungkin ini hanya ketakutan seorang ayah yang sulit melepaskan putrinya yang segera menikah" jawab ayah sedikit berkaca-kaca
Bunda seketika terhenyak, melihat wajah sendu sang suami barulah ia menyadari akan kekhawatiran dan kesedihan perasaan sang ayah yang akan melepas putrinya menikah
" Maafin bunda ya yah, bunda_!"
" Sudah Bun, enggak apa-apa ayah aja yang sedikit sensitif" aku ayah Akbar
Kinan tersenyum tipis lalu beranjak dari tempat duduknya dan memeluk kedua orangtuanya dari belakang
" Terima kasih ya ayah.. bunda, terima kasih karena sudah begitu menyayangi Kinan, doakan saja yang terbaik buat Kinan, karena kalian adalah sumber kekuatan Kinan" ucap Kinan lalu mencium pipi ayah dan bundanya
" Kinan sayang ayah dan bunda" ucapnya lagi
" Kami juga menyayangi mu sayang" ucap bunda yang di angguki oleh ayah
Mereka pun kembali berpelukan dan kembali ceria kembali
___
Sementara di tempat lain seorang gadis tengah merengek manja pada seorang pria yang tengah duduk di sampingnya
" Mas jika kamu nanti menikah lalu bagaimana dengan nasibku?" gurat kesedihan pun terpancar di mata wanita itu
" Sejak awal aku sudah mengingatkan mu tapi kau terus menggodaku padahal kau tahu aku ini calon suami kakakmu" jawabnya dengan santai
" Menggoda kata mu mas?" marah sang wanita melepaskan rangkulannya
" Bahkan malam itu kau yang sengaja mendekati ku dan merayuku" ungkapnya dengan dada yang bergemuruh
Pria itu beranjak dari tempat duduknya dan menyorot tajam pada wanita yang menjadi kekasih gelapnya itu
" Omong kosong, jelas-jelas malam itu kau yang sengaja meminta ku mengantarkan mu pulang bahkan kau sendiri yang mengajakku mampir ke apartemen mu" elak pria tersebut tidak ingin mengakui kesalahannya sendiri
"Karena kau yang terus mengatakan hal-hal yang manis padaku mas, kau bahkan bilang pacaran dengan Kinan sangat membosankan" wanita itupun dengan cepat menyanggah ucapan sang kekasih
" Dan kau mengambil kesempatan itu kan?" ucapnya sedikit merendahkan
" Jika kau tidak memberiku peluang untuk masuk mana mungkin aku bisa dengan mudah masuk ke dalam hubungan kalian mas!" ungkap wanita itu
" Kau saja yang mudah di rayu!" lagi-lagi ucapan pria itu sungguh menyakitkan
" Cukup mas, cukup kau merendahkan harga diriku!" wanita itu mengusap air matanya dengan kasar
" Kenapa sekarang kau bersikap seperti ini kepadaku mas? padahal kemarin-kemarin kau masih terus meyakinkan aku agar tetap bertahan disisimu tapi sekarang kau bahkan merendahkan harga diri ku, jahat kamu mas, tega kamu" Sentak wanita yang bernama Melinda pada pria yang sangat dicintainya itu
" Kau yang memaksaku bersikap seperti ini Melinda" jawab Arya yang merupakan calon suami Kinan sepupu Melinda sendiri
" Aku hanya takut mas, aku takut setelah kau menikah kau akan mengabaikan ku dan mencampakkan ku seperti sampah, habis manis sepah kau buang" ungkap Melinda yang sudah tak kuasa lagi menahan air matanya
Arya menghela napas panjang ia menyadari kebersamaannya bersama Melinda adalah sebuah kesalahan besar tapi ia akui dengan adanya Melinda hidupnya terasa lebih berwarna dibandingkan dengan gaya pacaran Kinan yang tidak pernah mau disentuhnya membuat Arya terkadang bosan dan akhirnya memutuskan untuk mendekati Melinda yang ternyata diam-diam wanita itupun menaruh hati padanya
" Maafkan aku Melinda" ucap Arya lirih
" Apa maksud mu mas?" tanya Melinda yang kini sudah berdiri tepat dihadapan Arya
Arya menelan salivanya kasar saat melihat wajah Melinda yang sudah basah dengan air mata
Perasaan bersalah pun seketika menguar begitu saja
" Apa kau benar-benar akan mencampakkan aku begitu saja mas setelah kau mendapatkan apa yang kau mau?" geram Melinda
" Tidak akan aku biarkan semua itu terjadi mas, jika kau sampai berani mencampakkan ku maka Kinan pun tidak akan aku biarkan mendapatkan mu" ancam Melinda lalu mengambil tasnya yang berada di atas sofa dan berlalu pergi
" Melinda tunggu!" Arya yang juga takut akan kehilangan Kinan akhirnya kembali membujuk dan merayu Melinda dengan kata-kata manisnya
Melinda yang sudah dibutakan oleh cinta dengan mudahnya langsung luluh begitu saja setelah mendapat rayuan maut dan sentuhan lembut dari pria bermulut manis itu
" Tenanglah sayang, aku tidak akan mungkin meninggalkan mu asal kau janji padaku kau tetap akan merahasiakan kebersamaan kita ini dari siapapun termasuk Kinan" ucap Arya berbisik di telinga Melinda
Melinda mengangguk pelan dan entah siapa yang lebih dulu memulai keduanya pun kembali mengulang perbuatan yang tidak seharusnya mereka lakukan
3 hari menjelang hari pernikahannya Kinan semakin sibuk dengan segala rangkaian acara yang akan diadakan di kediaman orang tuanya
Bahkan Kinan pun sudah mengambil cuti kerjanya sebelum acara berlangsung agar apa yang dibutuhkan tidak ada yang terlewatkan dan berharap semua berjalan dengan lancar
Dari rangkaian persiapan acara siraman sampai acara pengajian pun Kinan turut serta dalam mengurus segala keperluannya tapi Kinan tidak sendiri, bunda Sasa dan juga beberapa kerabat dekat lainnya termasuk Melinda ikut membantunya
Hari ini rumah Kinan telah di dekor sedemikian rupa, ruangan dan tenda yang sudah terpasang pun di dominasi dengan warna putih dan hijau Sage, hiasan bunga pun tidak terlalu banyak tapi cukup indah dipandang mata membawa kesan mewah dan elegan
Bahkan di halaman depan rumah itupun sudah nampak ramai para jamaah ibu-ibu pengajian yang hadir, karena hari ini tepat diadakannya acara pengajian sebelum acara pernikahannya dengan Arya berlangsung esok hari
Kinan duduk di samping bundanya dengan menggunakan gamis berwarna putih senada dengan warna pakaian yang digunakan oleh kedua orangtuanya
Calon pengantin itu pun nampak begitu cantik apalagi dengan senyum manisnya yang tidak pernah luntur menyapa para jamaah yang hadir menambah nilai kecantikannya berkali-kali lipat
Satu persatu rangkaian acara pun telah dimulai, dari acara pembukaan, pembacaan ayat suci Al-Quran, ceramah, sambutan dari pihak keluarga lalu ditutup dengan doa
Setiap jamaah yang hadir nampak begitu kagum dan memuji kecantikan dan keramahan dari seorang Kinan Amelia Putri dan hal itu tentu saja membuat seseorang yang sejak awal acara dimulai berdiri di salah satu sudut ruangan mendengus kesal dan menatap sinis ke arahnya apalagi terlihat acara pengajian yang berlangsung cukup terkesan mewah apalagi nanti saat acara resepsi pernikahan yang sesungguhnya, Melinda tidak dapat membayangkan bagaimana rasa sakit hatinya ketika hari itu tiba
" Kamu kenapa?" tanya salah satu sepupu Kinan yang juga masih kerabat dekat dengan Melinda ketika melihat Melinda yang sedang berdiri di sudut jendela sambil menatap ke arah Kinan yang sedang menyalami para jamaah yang hendak pamit pulang
" Kenapa apanya?" bukannya menjawab Melinda justru balik bertanya
Wanita yang usianya lebih tua 2 tahun dari Kinan dan sudah memiliki satu orang anak itupun tersenyum
" Kamu itu kenapa diam aja disini dan enggak ikut gabung di acara pengajiannya tadi?" tanya wanita yang bernama mbak Pipit itu pada Melinda
" Enggak kenapa-kenapa, lagi capek aja" jawab Melinda sekenanya
" Capek?"
" Iya, aku tuh dari tadi udah capek bolak-balik terus mbak ngurusin acaranya si Kinan"keluh Melinda
Mba Pipit mengangguk pelan " Oh gitu, kirain kamu iri gitu melihat Kinan yang akan segera menikah besok" seloroh mba Pipit namun siapa sangka malah membuat Melinda tersinggung dan marah kepadanya
" Mba Pipit ini ngomong apa sih, jangan ngaco deh kalau ngomong ya mbak, bagaimana kalau sampai ada yang dengar aku jadi enggak enak nantinya sama Kinan dan keluarganya disangka benar aja" sarkas Melinda membuat mbak Pipit tercengang
" Benar apanya Mel?" tanya Mbak Pipit nampak bingung
" Ya itu tadi yang mbak Pipit bilang, bagaimana kalau ada yang dengar menyangka aku ini iri dengan Kinan karena dia akan menikah dengan mas Arya besok" sahut Melinda berapi-api
Mba Pipit menarik satu sudut alisnya keatas merasa aneh dengan respon Melinda yang seketika berapi-api apalagi sampai menyebutkan nama Arya padahal wanita itu hanya mengatakan jika Melinda iri karena Kinan akan menikah besok sedangkan dia belum menikah bukan dengan siapa Kinan akan menikah
" Ya maaf aku kan tadi cuma bercanda, dan enggak bermaksud menyindir kamu karena Kinan bisa menikah dengan Arya tapi kenapa kamu bisa sampai semarah itu?"
Melinda menatap garang " Bercanda mba Pipit keterlaluan, enggak lucu" sinisnya lalu pergi begitu saja meninggalkan mba Pipit yang masih tercengang dengan sikap Melinda yang sedikit kurang mengenakkan baginya
Melinda berjalan tergesa-gesa keluar dari rumah Kinan, ia melimpir ke tempat yang cukup sepi lalu menelpon seseorang
" Kamu dimana?"
" Ya dirumah lah, memang dimana lagi"
" Bisa kan kau ke apartemen ku sekarang?"
" Apa kamu sudah tidak waras, besok acara pernikahan ku dengan Kinan bagaimana mungkin aku bisa keluar dari rumah, mau bilang apa aku pada orang tuaku"
" Aku tidak peduli apapun alasan mu, yang jelas aku ingin kita bertemu sekarang"
" Aku tidak bisa"
" Ayolah mas aku ingin kita bertemu sebelum hari pernikahan mu dengan Kinan berlangsung besok, setidaknya sebelum kau sah menjadi suami Kinan aku ingin kita bersama karena setelah kau menjadi suaminya aku tidak tahu apakah kau masih bisa meluangkan waktu untukku"
" Tentu saja akan aku usahakan untuk tetap menemui mu sayang"
Melinda berdecak " Jika kau benar-benar sayang kepadaku maka temui aku sekarang!" tekan Melinda
"Atau kau ingin malam pertama mu dengan Kinan justru berakhir dengan ku yang pastinya akan membuat Kinan kecewa dan membencimu?"
" Kamu jangan keterlaluan Melinda!"
" Kau yang keterlaluan mas, kau tidak tahu mas aku sudah tak kuat lagi menahan kesabaran ku sejak kemarin bahkan dengan seenaknya Kinan menyuruhku untuk ini dan itu dalam mempersiapkan acara pernikahan kalian, kau pikir aku tidak sakit hati mas?"
" Bahkan hari ini aku pun merasa sangat capek mas, Kinan meminta ku untuk membantunya untuk mempersiapkan acara pengajian yang diadakan sebelum acara pernikahan kalian berlangsung besok"
" Aku capek mas rasanya tuh sangat menyiksa hatiku, sakit mas sungguh sangat menyakitkan ketika aku diminta untuk membantu Kinan menyiapkan segala kebutuhan dalam acara pernikahan laki-laki yang sangat aku cintai"
" Aku hanya ingin kau di sisiku setidaknya mengurangi rasa sakit hatiku ini mas"
" Baiklah, aku akan menemui mu sekarang tapi ingat kau jangan berbuat macam-macam, aku tidak mau kalau Kinan sampai tahu hubungan kita dan merusak acara pernikahan ku dengannya"
" Iya, kau tenang saja. Selama kau tidak mencampakkan ku maka akupun akan terus menjaga rahasia hubungan kita "
" Aku pegang kata-kata mu"
Sambungan telpon pun terputus, Melinda kembali memasukkan benda pipih yang ada ditangannya ke tas kecil yang melingkar di bahunya lalu kembali bergabung dengan keluarganya yang lain.
Sementara Kinan yang hari ini merasa cukup lelah memilih untuk beristirahat di kamarnya
Setelah mandi dan bersih-bersih Kinan kini sudah berganti pakaian lalu setelah itu ia pun membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur yang ukurannya cukup besar
Ponsel Kinan yang ia letakkan di atas nakas berdering, gadis tupun langsung menyambarnya dan melihat nama yang tertera di layarnya
Kinan tersenyum lalu menscroll layar ponselnya yang berwarna hijau
" Hallo, Assalamualaikum!" ucap Kinan
" Wa'alaikum salam"
" Sedang apa kamu sayang, bagaimana acaranya apa berjalan dengan lancar?"
" Alhamdulillah mas semua berjalan dengan lancar ya tinggal menunggu hari esok mas"
" Alhamdulillah kalau semua berjalan lancar, mas juga rasanya sudah tidak sabar menunggu hari esok sayang, ingin cepat-cepat halalin kamu"
" Sabar mas hanya tinggal menunggu hari esok"
" Iya sayang, tapi menunggu satu hari saja rasanya seperti menunggu satu abad"
" Alah gombal kamu mas" keduanya sama-sama terkekeh
" Semoga acara pernikahan kita besok berjalan lancar ya mas tidak ada hambatan dan halangan melintang"
" Amin"
" Sudah dulu ya mas, aku mau istirahat dulu"
" Iya sayang, selamat istirahat calon isteri "
" Assalamualaikum"
" Wa'alaikum salam"
Setelah sambungan telepon terputus, Kinan meletakkan kembali ponselnya ke atas nakas dan memilih untuk beristirahat sejenak sebelum waktu ashar tiba
Sementara Arya dengan tergesa-gesa menuruni anak tangga berharap kedua orang tuanya Tidak melihat bepergiannya siang ini yang akan pergi ke apartemen Melinda
Tap
" Mau kemana kamu Arya?" Langkah Arya yang sudah berada di ambang pintu pun seketika terhenti ketika mendengar suara wanita paruh baya yang sedang ia hindari dari arah belakang tubuhnya
Dengan perlahan Arya membalikkan badannya
" Eh mama" ucapnya dengan sesantai mungkin padahal jantungnya sudah deg-degan
" Mau kemana kamu Arya ? mama kan sudah bilang kamu itu tidak boleh pergi kemana-mana " omel Mega mamanya Arya
" Aku hanya keluar sebentar aja kok mah!" jawab Arya memberi alasan
" Pergi kemana memangnya? jika tidak ada yang penting lebih baik di rumah. ingat Arya kamu itu akan menikah besok dengan Kinan masa malah mau keluyuran kalau kata orang dulu pamili calon pengantin bepergian" tutur mama Mega
" Ya ampun mah, itukan tradisi zaman dulu sekarang sih udah jarang di pakai kali mah, udah ah Arya mau pergi sebentar doang kok mah enggak akan lama" kekeh Arya karena jika tidak pergi Melinda bisa saja berbuat nekat
" Memangnya kamu itu mau pergi ke mana sih Ar?"
" Ada urusan pekerjaan yang penting mah" dusta Arya
" Urusan pekerjaan apa? bukannya semua pekerjaan kamu itu sudah di handle Miko?"
Arya menghela nafasnya dalam-dalam sungguh merasa kesulitan untuk mencari alasan agar mamanya tidak curiga dan dia bisa segera pergi dari rumah
" Udah ya mah nanti pasti aku jelasin, sekarang aku pergi dulu ya mah ini darurat "
Cup
Arya dengan cepat mencium pipi mamanya dan dengan gerakan cepat pria itupun langsung melesat pergi meninggalkan rumah
Mama Mega hanya bisa geleng-geleng kepala melihat kepergian putranya yang langsung kabur begitu saja
" Dasar anak nakal!" umpat mama Mega seraya menatap punggung putranya yang sudah hilang di balik pintu
Arya mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang. Entah bagaimana perasaan pria itu saat ini hanya author yang tahu
Pria itu tiba-tiba saja teringat dengan awal mula kebersamaannya dengan Melinda yang awalnya hanya karena rasa iseng dan jenuh dengan hubungannya bersama Kinan yang terkesan kolot dan monoton, Arya sesekali ingin merasakan sensasi menjalin hubungan yang berbeda
Tapi akibat keinginannya itu kini malah berakhir menjadi cinta segitiga, dan yang parahnya lagi wanita yang dijadikan orang ketiga itu masih memiliki ikatan hubungan keluarga dengan kekasihnya
" Melepaskan Melinda begitu saja juga rasanya berat apalagi sudah hampir 2 tahun kami menjalin hubungan ini"
" Bagaimana caranya ya agar Kinan tidak mengetahui hubungan ku dengan Melinda, apa aku harus memintanya untuk pergi sementara waktu ke luar kota saja ya?"
Di sepanjang perjalanan menuju apartemen milik Melinda Arya nampak berpikir keras, pria itu kini begitu egois ingin memiliki keduanya, Kinan dan juga Melinda
Melinda memang tidak secantik Kinan tapi bentuk tubuhnya yang seksi dan cukup berisi membuat Arya begitu tergoda apalagi jika Melinda sudah berada di bawah Kungkungan nya membuat pria itu harus berpikir berkali-kali untuk melepaskannya
Selain karena Arya menyukai bentuk body Melinda yang bak gitar spanyol Arya juga tidak mungkin bisa terbebas dari Melinda begitu saja, karena bisa jadi Melinda akan membongkar hubungan gelap mereka berdua yang selama ini mereka jalin kepada Kinan
Malam ini keluarga besar Kinan hampir semuanya sudah berkumpul, kesibukkan pun nampak terlihat jelas di rumah yang terbilang cukup besar tersebut
Tawa renyah dan obrolan hangat pun menghiasi seisi rumah bahkan canda dan tawa anak-anak kecil yang merupakan anak dari sepupu-sepupu Kinan pun yang asik bermain dan berlarian kesana kesini ikut meramaikan suasana di rumah kedua orang tua Kinan tersebut
Mereka semua sangat antusias dan ikut bergembira menyambut hari pernikahan Kinan dengan Arya yang mereka kenal memang pemuda yang baik dan sopan
Bahkan ibunya Melinda yang merupakan adik dari bunda Sasa yang bernama Vela pun sangat menyukai Arya dan pernah berharap laki-laki itulah yang menjadi menantunya tapi apa mau dikata karena laki-laki yang cukup dekat dengan putrinya karena bekerja di kantor yang sama ternyata adalah kekasih dari keponakannya sendiri Kinan
" Makanya Lin, kamu tuh jangan sibuk kerja terus kalau bisa cari calon suami, tuh lihat aja si Kinan besok sudah mau nikah terus kamu kapan?" ibu dan anak itu sedang berada di ruangan dekat dapur, Melinda sedikit kesal dengan ucapan ibunya sendiri yang selalu saja membandingkan dirinya dengan Kinan apalagi kalau sudah membahas tentang pernikahan
" Mah jangan bicara hal itu terus bisa enggak? Linda bosan mah" marah Melinda lalu pergi begitu saja meninggalkan mamanya seraya menghentakkan kakinya
" Melinda kenapa tante?" suara mba Pipit yang tiba-tiba muncul dari arah belakang seketika membuat Vela terkejut
" Huss... kamu ini bikit kaget aja"
Mba Pipit terkekeh " Maaf tante enggak sengaja" sahutnya tanpa dosa
Vela menghela napas panjang dan menghembusnya perlahan
" Tante mah bingung sama Linda Pit" jawab wanita paruh baya itu dengan sendu
" Bingung kenapa tante?"
" Ya bingung aja sama tuh anak yang selalu aja sibuk kerja dan kerja terus yang dipikirin, kalau diajak ngebahas tentang menikah ya gitu selalu aja emosian padahal kamu saja sudah menikah dan besok Kinan juga akan menikah, saudara-saudaranya yang lain juga sudah pada nikah lah tuh anak tetap aja betah ngejomblo" keluh tante Vela
" Alasannya sibuk enggak ada waktu buat mikirin pacaran, setiap hari kerja terus sampai lembut-lembur, gimana nyari pacarnya coba?" ungkapnya lagi menceritakan tentang anaknya kepada Mbak Pipit
" Yang sabar aja tante, mungkin memang belum waktunya aja tante, atau bisa saja Melinda sebenarnya sudah punya calon tapi masih malu dan belum siap untuk dikenalkan kepada keluarga" ucap Mbak Pipit berusaha untuk menghibur tantenya yang nampak sedih
" Bagaimana mau punya pacar Pit, hampir setiap hari dia bekerja, akhir pekan pun tuh anak juga tetap sibuk sama kerjaannya dan kalau pun dia pergi keluar paling juga sama nak Arya calon suaminya Kinan dan itupun katanya tentang kerjaan, terus kapan dia cari pacarnya?" tutur Vela panjang lebar tentang keseharian putrinya namun entah kenapa tiba-tiba Mbak Pipit justru menangkap ada sesuatu yang mengganjal dari ucapan tante Vela
" Jadi maksud tante Melinda itu sering lembur dan bahkan hampir setiap hari gitu sampai-sampai dia enggak ada sedikit pun waktu buat bergaul dengan teman-temannya dan berusaha untuk mencari pasangan begitu maksud tante?" tanya Mbak Pipit yang sebenarnya cukup penasaran dengan kedekatan antara Melinda dengan Arya calon suami Kinan sepupunya
Tante Vela pun mengangguk dan mengiyakan membenarkan ucapan Mbak Pipit
" Iya Pit, dia bilang sih disuruh lembur terus sama nak Arya karena mereka sedang menangani proyek baru " terang tante Vela dan mbak Pipit pun hanya menanggapi dengan anggukan kepala
Melinda adalah sekretaris Arya diperusahan milik papanya, Arya kini menggantikan papanya menjabat sebagai CEO tapi meskipun Arya sudah menjabat sebagai CEO tetap saja papanya yang masih memegang kendali dalam kepemilikan perusahaan tersebut
___
Saat ini semua anggota keluarga sedang berkumpul, ada yang berkumpul di ruang keluarga, ada yang di ruang tamu, ditaman belakang dan sebagian lagi ada yang berkumpul di depan rumah, tapi sang calon pengantin justru sedang berada di dalam kamarnya
Kinan baru saja menyudahi panggilan dari sang calon suami walaupun sudah dilarang oleh ibunya ternyata Arya tetap saja bandel dan menghubungi Kinan dengan alasa kangen
" Mas Arya ini ada-ada saja, padahal besok juga kita akan menikah " gumam Kinan mengingat pembicaraannya dengan Arya di telpon
Kinan meletakkan ponselnya di atas nakas lalu calon pengantin itu memutuskan untuk keluar kamar hendak bergabung dengan anggota keluarganya yang lain
Acara seperti ini memang momen yang paling membahagiakan karena bisa berkumpul dengan sanak saudara yang lain, para saudara yang tinggal di beberapa daerah bahkan kota yang jarang sekali mereka bertemu
Langkah kaki Kinan tiba-tiba terhenti ketika sayup-sayup ia mendengar seperti ada suara orang yang sedang menangis karena penasaran dia pun mencari arah sumber suara tangis tersebut Kinan yang awalnya ingin bergabung dengan para sepupunya yang tengah berkumpul di taman belakang pun urung, ia memutar langkah kakinya berbelok
dan ternyata di balik pintu samping yang menghubungkan ke taman belakang ada seorang wanita yang tentu saja sangat Kinan kenali meskipun dalam posisi memunggunginya sedang berbicara dengan seseorang yang Kinan dengar wanita itu menyebut-nyebut nama calon suaminya Arya melalui sambungan telepon
" Hiks... Hiks.... aku harus apa mas Arya, mama ku selalu saja mendesak ku untuk cepat-cepat menikah"
(....)
" Apa maksud mas Arya?"
" Sudah sejauh ini hubungan kita dan mas Arya menyuruhku untuk menikah dengan laki-laki lain dan melupakan hubungan kita?"
(....)
" Enggak mas aku tidak bisa, aku hanya cinta sama mas Arya meskipun mas Arya sudah menikah dengan Kinan sekalipun aku tidak peduli, aku tidak mau mas Arya mencampakkan aku begitu saja setelah apa yang sudah kita lewati bersama mas"
Jlep
Hati Kinan bak tertusuk belati yang langsung menghunus tepat di jantungnya
Kinan nampak limbung dan hampir saja terjatuh jika tidak ada seseorang yang menangkap tubuhnya yang mendadak lemas bak tak bertulang
Mata Kinan sudah berkaca-kaca namun tatapan wanita itu terlihat kosong ketika pandangannya terus terarah pada sosok wanita yang sedang sibuk dengan sambungan telponnya bahkan tidak menyadari keberadaan Kinan dan seseorang yang berdiri di belakangnya dengan tangan yang masih memegangi punggung Kinan yang masih bergeming dan tak menghiraukan tangan kekar yang menyangga tubuhnya
Kinan sungguh tidak menyangka kepercayaan yang dia berikan kepada Melinda sepupunya sendiri dan juga Arya calon suaminya ternyata telah dikhianati
Kinan ingin pergi karena tidak sanggup mendengar pembicaraan yang sangat menyakitkan itu tapi rasa penasaran dan ingin tahu sampai sebatas mana kedekatan mereka membuat Kinan diam ditempat
" Bukankah tadi kita sudah sepakat mas, kenapa sekarang mas Arya berubah pikiran lagi"
(....)
" Iya mas, aku bersedia aku sama sekali tidak keberatan . asalkan kita tetap bersama menjadi isteri kedua pun aku tidak masalah mas"
(...)
" Iya mas, Aku mencintaimu mas Arya"
Sambungan telpon pun terputus, Melinda nampak melebarkan senyumnya hatinya begitu bahagia ketika sang kekasih mengatakan akan menikahinya juga, walaupun menjadi isteri kedua Melindas tidak akan mempermasalahkan itu asalkan selamanya bisa bersama Arya laki-laki yang sangat dicintainya
Tapi justru sebaliknya untuk Kinan apa yang ia dengar bak petir yang menyambar, belum menikah saja laki-laki itu sudah berencana untuk menikah lagi bahkan yang akan menjadi madunya adalah sepupu Kinan sendiri
Tubuh Kinan seketika melorot ke lantai namun dengan cepat seseorang yang sejak tadi berdiri di belakang Kinan dengan sigap melingkarkan tangannya di lutut gadis yang sudah terkulai lemas itu dan menggendongnya ala bridal style dan membawanya pergi
Kinan kini sudah berada di dalam mobil di sebuah taman kota, pria itu sengaja diam-diam membawa Kinan pergi keluar agar gadis itu bisa meluapkan semua perasaannya karena bila berada di rumah yang pria itu yakini Kinan pasti akan berpura-pura kuat dan seolah tidak terjadi apa-apa, Kinan pasti akan menjaga perasaan kedua orang tuanya
" Menangislah jika ingin menangis!" ucap seseorang yang sejak tadi diam menemani Kinan di dalam mobil
Seorang pria yang baru saja tiba di rumah besar orang tua Kinan begitu terkejut ketika melihat Kinan sedang berdiri dengan raut wajah sedih dan marah sambil menatap ke arah depan
Pria yang hendak mengejutkan Kinan pun urung apalagi ketika mendengar pembicaraan wanita yang sedang di tatap oleh Kinan pria itupun mengeraskan rahangnya dengan tangan yang terkepal kuat
" Apaan sih ngaco" Ucap Kinan yang pura-pura tidak mengerti padahal dia tahu pria yang ada disampingnya sudah tahu apa yang sebenarnya telah terjadi
" Kapan datang kok enggak kasih kabar?" tanya Kinan seraya tersenyum dan berusaha mencairkan ketegangan didalam mobil tersebut karena sang pria hanya diam saja tak menjawab pertanyaannya
" Cih" Kinan berdecak kesal lalu mengerucutkan bibirnya karena pria tersebut masih saja menatapnya tanpa bicara
" Kenapa kau membawaku kesini, bagaimana kalau orang rumah mencari ku?"
Pria itu bergeming dan tidak menghiraukan pertanyaan Kinan
" Cepat antar aku pulang, aku tidak mau semua orang cemas karena calon pengantinnya menghilang dari rumah nanti dikira aku kabur lagi" ucap Kinan sambil tertawa kecil namun pria yang kini sudah bergeser duduknya hingga posisinya kini sudah menghadap Kinan pun masih tidak menanggapi ucapan Kinan
Kinan kembali berdecak karena pria yang membawanya pergi dari rumah masih diam dengan tatapan mata yang sulit di artikan
" Kau ini kenapa sih, datang-datang langsung menculik calon pengantin bagaimana kalau mereka mengiranya kau membawaku kawin lari!" Kinan masih berusaha untuk terlihat baik-baik saja walaupun sebenarnya hatinya sangat rapuh
Grepp
Mata Kinan terbelalak ketika pria tersebut tanpa aba-aba langsung menarik tubuh Kinan kedalam pelukannya
" Menangislah jika ingin menangis!" ucap pria tersebut mengulang kata-katanya
Kinan memberontak " Apaan sih siapa juga yang mau menangis, cepat lepaskan aku!"
Bukannya melepaskan pria tersebut justru semakin mengeratkan pelukannya
" Jangan sok kuat, jangan memendam luka itu sendirian. Aku sudah kembali dan kau sudah berjanji disaat aku kembali kau pasti sudah bahagia, lalu ini apa?"
" Dasar gadis bodoh dan sok kuat, menangislah sepuasnya sekarang jangan memendam rasa sakit hatimu itu sendirian yang ada hanya akan membuat luka itu semakin dalam, aku mengizinkan mu menangis malam ini tapi setelahnya kau harus berjanji untuk selalu tersenyum bahagia" tuturnya yang seketika membuat tubuh Kinan bergetar hebat
Wanita itu tidak kuasa lagi menahan air matanya yang sejak tadi ditahannya agar tidak menetes
Kinan terisak dan tangisnya terdengar begitu memilukan, pria tersebut mengusap punggung Kinan dan berusaha menenangkannya
Setelah puas menangis Kinan pun mengurai pelukannya
" Terima kasih... hiks... hiks" ucap Kinan sambil menghapus sisa air matanya
Kinan menunduk malu saat melihat kemeja yang dikenakan pria tersebut sudah basah karena terkena air mata Kinan
" Maaf ya!"
Pria tersebut mengerutkan keningnya " Kenapa minta maaf?"
Kinan menunjuk baju pria yang ada di hadapannya itu dengan wajah tertunduk
" Oh ini, tidak masalah karena besok kau harus bertanggung jawab untuk mencucinya" ucapnya dengan santai
Kinan langsung mendongak dengan kening yang mengkerut
" Besok acara pernikahan ku kenapa kau meminta ku untuk mencuci bajumu?"
Bukan menjawab pria tersebut malah tersenyum tipis lalu menyalakan mesin mobilnya
" Keputusan ada di tanganmu, pikirkan baik-baik secara rasional jangan gegabah, masa depan mu kau sendiri yang menentukan, jangan pikirkan perkataan orang karena yang menjalaninya kau sendiri, cinta boleh tapi jangan buta karena cinta"
Kinan bergeming ucapan pria yang kini sudah berdiri di hadapannya saat mereka berdua kini sudah berada di depan gerbang rumah Kinan membuat gadis itu berpikir keras
" Masuklah, mereka pasti sedang mencari mu!" ucapnya lagi yang langsung menyadarkan Kinan dari lamunannya
" Terima kasih!"
" Hemmm!" pria itu lalu masuk ke dalam mobilnya dan bergegas pergi
Kinan sendiri berjalan gontai memasuki rumahnya
Baru hendak membuka pintu ternyata pintu sudah lebih dulu terbuka, apa yang dipikirkan ternyata benar kegaduhan pun terjadi di rumah tersebut setelah Kinan pergi tanpa ada seorang pun yang tahu
Mbak Pipit yang hendak bicara dengan Kinan pun dibuat terkejut ketika memasuki kamar calon pengantin tersebut ternyata tidak ada siapapun di dalamnya
Semua penghuni rumah sudah kalang kabut karena setelah dicari keseluruh penjuru rumah tidak ada yang menemukan Kinan bahkan saat nomor ponselnya dihubungi pun ternyata ponselnya berada di dalam kamar
" Ya ampun Kinan kamu tuh pergi kemana sih?" tanya bunda yang nampak jelas begitu mengkhawatirkan keadaan putrinya
Kinan menunduk sejenak lalu memperlihatkan senyum cerianya seperti biasanya " Kinan tidak pergi kemana-mana kok bun, cuma habis cari angin doang kok diluar, Kinan duduk di taman pojok sana eh ketiduran!" bohong Kinan
" Dasar kamu ini ya, bikin panik semua orang aja!" ucap mbak Pipit sambil menggendong anaknya yang baru saja tertidur karena sang mama sibuk mencari Kinan
" Maaf ya sudah bikin semuanya khawatir!" ucap Kinan merasa bersalah
" Besok sudah mau jadi pengantin tapi bikin orang panik, nyusahin aja sih!" ucap seseorang yang seketika membuat hati Kinan memanas namun sebisa mungkin Kinan menekan perasaannya tidak mau membuat kedua orangtuanya kecewa karena saat ini mereka berada di tengah-tengah keluarga besarnya
Kinan menatap Melinda dengan tatapan yang sulit diartikan, Melinda yang ditatap oleh Kinan pun seketika bungkam dan merinding karena baru kali ini ia melihat tatapan Kinan tidak seperti biasanya yang selalu teduh dan menenangkan
Saat ini tatapan Kinan kepada Melinda seperti tatapan yang ingin mengulitinya hidup-hidup
" Nak!" ayah Akbar menepuk bahu putrinya
Kinan replek menoleh " Iya ayah!"
" Istirahatlah!"
" Iya ayah" Kinan menghela napas berat sebelum melangkahkan kakinya berjalan menaiki anak tangga namun ketika ia melewati Melinda gadis itu tersenyum kecut
Sesampainya di dalam kamar, Kinan segera menutup pintu kamarnya lalu tubuhnya seketika melorot ke lantai
Kinan menangis dalam diam, dia tidak ingin kedua orangtuanya tahu masalah yang sedang ia hadapi apalagi dia tidak bisa membuktikan perselingkuhan yang dilakukan oleh calon suaminya dengan sang sepupu
Kinan sungguh tidak ingin melanjutkan pernikahannya besok dengan Arya apalagi laki-laki selain sudah selingkuh ternyata sudah berniat untuk menikah kembali dengan Melinda sepupunya sendiri
" Hiks...Hiks.... aku harus apa?" Setelah lelah menangis Kinan pun beranjak berdiri
Gadis itu masuk ke dalam kamar mandi lalu mengambil air wudhu
Kinan tidak tahu harus berbuat apa selain meminta petunjuk kepada sang pemilik kehidupan
Kinan mengerjakan sholat di sepertiga malam memohon petunjuk dan jalan keluar untuk keputusan yang harus ia ambil
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!