Hari yang cerah, langit berwarna biru tanpa dihiasi gumpalan-gumpalan putih. Cahaya matahari menyinari Bumi dengan leluasanya tanpa ada yang menghalangi. Sesekali angin berembus menerpa penduduk Bumi, debu-debu ikut berterbangan di mana-mana. Cuaca saat ini memasuki musim kemarau di Indonesia, tak heran jika itu sudah menjadi makanan sehari-hari di saat musim kemarau. Musim yang akan berganti setiap enam bulan sekali.
SMA NEGERI 1 XXX
Hari senin merupakan hari yang dianggap hari paling lama bagi para pelajar di sekolah. Banyak yang tidak suka hari senin, mereka pasti punya alasan-alasan tersendiri. Sehari sebelumnya mereka bisa bersantai di rumah, bisa jalan-jalan bersama keluarga atau teman-teman bahkan ada yang bersama dengan pasangan. Di hari senin itulah awal mulanya dipusingkan dengan buku-buku, latihan soal, dan ulangan. Dan jangan lupa satu rutinitas sekolah yang selalu menyambut senin pagi yaitu Upacara, kegiatan yang wajib dilakukan semua siswa. Berdiri di bawah terik matahari menjadi sarapan pagi yang spesial.
KELAS 11 IPS 2
Jam pembelajaran masih berlangsung menuju menit-menit terakhir. Seorang siswi mengibas-ngibaskan buku di depan wajahnya. Buku tersebut sudah beralih fungsi menjadi sebuah kipas. Cuaca cerah yang cukup panas membuat dia kegerahan. Sesekali dia mengelap keringat yang mengalir di dahi.
Asma Almira Musthafa, dia gadis yang kegerahan sedari tadi. Meski sudah setahun sekolah dengan mengenakan hijab, dia masih tidak terbiasa dengan yang namanya GERAH.
Asma tidak bisa fokus belajar dengan keadaan seperti itu, apalagi kipas yang berada di tengah kelas bagian atas tidak bisa digunakan karena mati lampu. Jam pembelajaran belum juga usai, sejujurnya Asma ingin segera pulang berendam air dingin demi menyegarkan tubuhnya kembali. Asma hanya bisa menggerutu dalam hati.
"*H*uffhhh panas, kayak siput nih jam. bel kok belum bunyi sih! lama banget," membuang nafas dengan kasar, "Bu Yasmin kok gak gerah, khimarnya panjang banget. ck ck ck." Asma berdecak sambil geleng-geleng kepala.
Seketika terlintas dipikiran Asma membayangkan bagaimana panasnya api neraka. Asma jadi bergidik ngeri.
"Ya ALLAH, selamatkanlah hamba dan kedua orang tua hamba dari siksa api neraka," Asma berdo'a di dalam hati sambil membuang nafas dengan kasar.
Sonia sesekali menoleh memperhatikan raut wajah sahabat dan teman sebangkunya. Sonia heran melihat Asma mengerutkan dahi dari tadi. Sonia mencolek lengan Asma, ketika Asma menoleh, Sonia mengangkat dagunya sedikit. Asma mengerti maksud Sonia menanyai tentang dirinya, hanya menggeleng-gelengkan kepala sambil fokus kembali menatap bu Yasmin.
Jam pembelajaran pun telah usai setelah bel berbunyi tiga kali. Senyum tipis terlintas di bibir Asma sambil memasukkan beberapa buku ke dalam tas.
"Asma, yuk keluar aja. aku udah kebelet nih," Sonia merengek sambil menarik tangan Asma.
"Tunggu nia, di depan pasti masih rame," Asma belum beranjak dari tempat duduk, seperti biasa ia akan menunggu di koridor sepi dari siswa yang hendak pulang.
"Ayolah... please... udah gak kuat nahan nih, entar aku ngompol lho, kamu yang tanggung jawab ya!"
"Ish... enak aja," Asma tidak tega sekaligus tidak mau bertanggung jawab jika sahabatnya ngompol di dalam kelas gara-gara menunggu dirinya.
Mereka berjalan sambil bergandengan tangan. Cukup erat persahabatan yang mereka jalin, sudah setahun lamanya semenjak awal masuk sekolah.
Terdapat empat bangunan besar di sekolah ini, di antara keduanya bangunan besar bertingkat yang saling berhadapan. Bangunan bagian depan diperuntukkan untuk ruang guru, perpustakaan & UKS. Dua bangunan bertingkat digunakan untuk kelas, satu bangunan dua jurusan. Lantai satu dipergunakan untuk kelas 12. lantai dua kelas 11, dan lantai tiga kelas 10. Dan satu lagi bagunan besar yang dijadikan Aula,
Kini Asma dan Sonia menuruni anak tangga. Mereka melangkah dengan perlahan, karna kondisi yang cukup ramai. Asma tidak suka keramaian dan harus berdesak-desakan apalagi berisik. Itulah kenapa Asma lebih suka menunggu di dalam kelas, dan keluar ketika keadaan mulai sepi.
Terdengar suara beberapa cowok tertawa di belakang, membuat Asma risih. Bahkan ada di antara mereka yang sengaja mencolek bahu Asma. Di depannya ada segerombolan cewek yang menuruni tangga juga. Namanya cewek ya, yang pasti kalo udah ngumpul pasti rame terus jalannya lelet lagi.
"Asma bukannya kelas 12 di bawah ya? Kok mereka bisa di belakang kita sih?" Sonia tau yang berada di belakang mereka saat ini kakak seniornya.
"Entahlah, mungkin dari ruang komputer kali," Asma menjawab sambil mengangkat bahu.
"Sekarang kan mati lampu, terus ngapain di ruang komputer," Sonia penasaran.
"Ya belajar komputer lah, masak mau main bola. hehehe," Jiwa ngeselin Asma sudah keluar, sejujurnya sekarang ia menahan emosi.
"Iiihhh ... Asma gak lucu tau. Mana bisa hidup itu komputer kalo listrik mati!"
"Hidup kok."
Sonia hanya menatap Asma, seolah dia meminta jawaban lebih dari Asma.
"Tinggal masukin aja colokannya ke lubang hidung mereka," sambil memperagakan dua jari yang dimasukkan ke lubang hidung, seolah-olah itu colokan.
"Asma nyebelin deh, beneran gak lucu," Asma hanya tertawa melihat Sonia yang mulai kesel dengan sikapnya, "Bukannya hidup tuh komputer, malah taik hidung yang nyangkut di colokan," mereka tertawa bersama, geli plus bergidik jijik mengingat perkataan Sonia yang terakhir.
BRRUUKKK.....
Tawa mereka terhenti seketika. Asma terdorong ke depan. Sontak tanggannya mendorong yang di depannya. Dua pijakan terakhir hampir membuat Asma hilang kendali. Beruntung dengan sigab Asma mengambil langkah yang pas sehingga kakinya tidak sampai terkilir.
Asma membalikkan badannya, menatap sinis cowok yang sudah berada di depan matanya, "Apasih maunya, kak Ilham, udah nyolek-nyolek, sekarang dorong-dorong, untung aku gak jatuh." Asma menggerutu di dalam hati, mengetahui yang mendorongnya tadi adalah Most Wanted di sekolah. Ilham.
Ilham diam menatap Asma dengan muka datar tanpa ekspresi.
"Apa maksud kakak dorong aku!" suara Asma agak meninggi menahan emosi.
Ilham hanya nyengir tanpa berusaha meminta maaf atas perbuatannya tadi. Asma tambah kesal. Asma mengepalkan tanganya geram.
BUGGHHH....
Asma memukul lengan Ilham. Yang dipukul hanya diam tidak membalas. Ilham tersenyum menyeringai sambil memegangi lengannya yang terkena pukulan. Mereka saling bersitatap tanpa memperdulikan orang di sekitarnya yang menjadikan mereka bahan tontonan.
Asma mengalihkan pandangannya saat merasakan lengannya digoyang-goyang bahkan ditarik oleh Sonia. Sonia takut jika mereka harus berakhir di ruang BK. Sonia ingin segera pergi membawa Asma.
Asma tersadar kemudian beristigfar, "Astagfirullah," Asma membalikkan badannya ingin melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti. Namun baru dua langkanya harus berhenti lagi.
Asma mematung tubuhnya menegang, terasa seperti tersengat aliran listrik tegangan tinggi. Untuk pertama kali Asma berada dalam pelukan seorang pria. Meskipun hanya dalam hitungan menit.
Tanpa pikir panjang Asma membalikkan tubuhnya dan....
BUUGGHHHH
.
.
.
ASSALAMMUALAIKUM. TERIMA KASIH YANG SUDAH MAU MAMPIR, JANGAN LUPA LIKE DAN KOMEN YA. VOTE BIAR TAMBAH SEMANGAT.
JIKA ADA YANG SUDAH MEMBACA KARYA YANG SAMA. ITU KARYA SAYA JUGA, BERHUBUNG ADA PROBLEM DENGAN FB YANG LAMA JADI SAYA MENGUBAH AKUN DENGAN FB YANG BARU.
HAPPY READING.
Beberapa pohon berjejer mengelilingi taman sekolah. Terik matahari hanya mampu menembus celah-celah kecil di daun yang rimbun. Hembusan angin menerpa dedaunan, memaksanya untuk menari-nari. Sesekali ranting ikut bergoyang mengikuti alunan angin yang berhembusan.
SEJUK
Duduk di bawah pohon menikmati semilir angin yang berhembusan, menghirup udara segar tanpa polusi. Betah duduk berlama-lama demi menikmati Ciptaan Sang Maha Pencipta yang hanya bisa dirasakan.
Disalah satu bangku yang tersedia di taman, Ilham duduk bersama anggota clubnya yang berjumlahkan 11 orang. Mereka belum beranjak untuk pulang, mereka masih penasaran dengan apa yang telah terjadi dengan kapten mereka. Ya Kapten, mereka memanggil ketua club dengan sebutan Kapten.
Lebam berwarna biru di bawah mata menahan mereka untuk segera pulang. Marah dan emosi menjadi satu. Mereka ingin segera melampiaskan kemarahan mereka, karena telah berani mengusik kaptennya.
Justru mereka keheranan setelah mendapatkan penjelasan dari Dika yang telah menyaksikan kejadian secara langsung.
FLASHBACK ON
"Cewek bening Kapten, Cantik," Bima berbicara sambil mencolek bahu cewek di depan Ilham yang menuruni tangga bersama.
"Ck, Bima, Bukan muhrim!" Ilham berdecak melihat kelakuan Bima.
"Kebiasaan kamu Bim, gercep liat cewek bening dikit, tapi sayang," Dika menjeda kalimatnya, "Masih JOMBLO" penuh penekanan dikata terahkir.
"Cih, ini juga usaha kali, siapa tau dapet rejeki. gak usah sok ngatain aku jomblo. Padahal kamu lebih parah, JONES!" Bima menjawab tak kalah sengit.
"Udah gak usah rebutin Jomblo, gak penting,"
Ilham mendengus kesal mendengarkan perdebatan kedua temannya yang tidak berfaedah.
Bima mencolek kembali bahu cewek di depan Ilham namun tidak ada respon.
"Kalo cara kamu kayak gitu Bim, Gak bakal dapet rejeki, yang ada dapet cakaran!" Dika berbicara sambil mencakar udara di depannya.
"Iiihhhhh Cucok deh," Bima meledek Dika yang bertingkah seolah wanita jadi-jadian. Setelah itu dia tertawa melihat muka masam temannya.
Ilham malas merespon kedua temannya yang memang ada-ada saja yang mereka perdebatkan. Gak penting.
"Mau coba?"
Dika berusaha mencakar Bima dari balik punggung Ilham, Ilham memang berjalan di tengah diantara mereka berdua.
Dika dan Bima saling membalas, cakar-mencakar. Hingga akhirnya ....
BRRUUUKKK
Ilham terdorong dan terhuyung ke depan. Reflek Ilham pun mendorong cewek di depannya. Ilham sempat melihat cewek di depannya hampir saja oleng, tapi dia masih bisa mengatasi hingga tidak sampai terjatuh.
Semua yang berada di tangga berhenti melangkah, mereka memperhatikan Dua pasang manusia yang sekarang saling bertatapan.
"Cantik," Ilham berguman di dalam hati melihat cewek berhijab berdiri di depan matanya.
"Apa maksud kakak dorong aku!" cewek di depannya berbicara dengan nada tinggi.
Satu sudut bibir Ilham terangkat melihat tatapan cewek tersebut. Sinis, tapi aura kecantikannya tak berkurang bahkan terlihat imut di mata Ilham.
Ilham diam malas harus meladeni sosok yang bernama perempuan. Memang sejatinya Ilham gak suka ribet orangnya. Lagi pula ini juga bukan salahnya.
BUGH
"Cih, kayak Singa Betina aja. Diam tapi berbahaya."
"Boleh juga nih cewek," Ilham tersenyum menyeringai sambil memegangi lengan, tempat mendaratnya sebuah kepalan tangan yang dilayangkan oleh cewek di depannya.
Agak ngilu, tapi Ilham masih bisa menahannya. Ilham masih setia dengan diamnya, masih malas harus meladeni.
Tak berlangsung lama cewek di depannya balik badan hendak melanjutkan langkahnya. Ilham pun tak ingin berlama-lama diam di depan tangga, ia pun melangkahkan kakinya.
Namun naas.
Ilham terhuyung bahkan memeluk cewek di depannya lagi. Gara-gara salah satu tali sepatunya terlepas dan terinjak. Hampir terjatuh namun terselamatkan oleh tubuh di dalam pelukannya.
Dalam hitungan menit Ilham tersadar, dilepaskan pelukannya, lalu mundur selangkah.
BUGH
Dengan gerakan cepat, sebuah pukulan berhasil mendarat di pipi bagian atas. Ilham tidak sempat menghindar, bahkan tubuhnya sampai oleng. Ilham mengerjab-ngerjabkan matanya, pandangannya sedikit buram.
Ilham masih tidak percaya apa yang terjadi barusan. Dipukul? Sama cewek? Ini cewek loh yang mukul, sampek oleng! Masak sih?
Memang kenyataan seperti itu.
Dika dan Bima yang diam dan hanya menonton sedari tadi, tidak bisa menahan emosi. Ini sudah kelewat batas. Kapten mereka dipukul, sama cewek sampek oleng lagi. Harga diri mereka terasa diinjak-injak. Hanya karena kesalah pahaman yang tidak disengaja. Namun mereka juga enggan untuk menjelaskan.
Mereka maju selangkah hendak memberi pelajaran cewek di depannya, agar dia tau sedang berhadapan dengan siapa sekarang.
Tapi tangan Ilham menghadang tubuh Dika dan bima, mengagalkan rencana mereka.
"Cih, SOK SUCI!" Ilham berkata dengan suara tinggi. Kemudian berjalan sambil menyenggol bahu cewek di depannya.
********
"What!" Seluruh anggota club kaget.
"Ciwi kapten?" Rian salah satu anggota Club bertanya.
"Iya, tuh! Gadis kecil," Ilham menunjuk seorang gadis yang berdiri di depan toilet. Memang gadis tersebut tingginya hanya sedagu Ilham.
*
Asma melotot, merasa dirinya yang ditunjuk oleh Ilham. Dan sekarang dia sudah menjadi pusat perhatian anggota Club Ilham.
Sedari tadi Asma memang tau Ilham memperhatikannya, sesekali dirinya pun memandang Ilham yang tak pernah beralih menatap dirinya. Tatapan yang dingin seperti ingin membunuh seseorang, sungguh mengerikan.
"NIA, CEPET! Kamu ngapain di dalem?" Asma berteriak sambil mengedor pintu.
Asma risih harus berdiri terlalu lama di depan kamar mandi, menunggu Sonia yang tak kunjung keluar. Anggota Club yang dipimpin Ilham masih memperhatikan dirinya.
Asma menunduk meratapi bagaimana nasib ke depannya. Kenapa juga dia tidak ingat dengan siapa dia berhadapan barusan. Memang dirinya lah yang terlalu cuek tak pernah memperhatikan hal-hal di sekitarnya.
Selama ini dia selalu mencegah datangnya masalah, dia ingin sekolah dengan tenang. Namun sudah terlambat, malah barusan dirinya lah yang telah membuat masalah.
*
"Asma!" Rian kaget, "beneran dia yang mukul kapten?"
Rian tak percaya, dia terus memandangi Asma dari kejauhan. Rian heran karena mengerti sifat Asma yang cenderung pendiam dan tidak suka bikin ulah. Justru sekarang Asma lah yang menjadi pelakunya.
Anggota Club tidak bisa berbuat apa-apa, mereka hanya mendesah untuk menyalurkan emosi yang tertahan. Salah satu dari prinsip Club mereka, 'Dilarang Melakukan Kekerasan Terhadap Wanita'. sebab itulah mereka hanya bisa mengumpat kesal di dalam hati.
"Kamu kenal?" Ilham penasaran, tanpa menjawab pertanyaan terakhir Rian.
"Iya, dia tetanggaku satu komplek," Rian menjeda sebentar, "sepertinya dia ikut extra Bela Diri di sekolah Kapten. Tingkat sabuk pertama Perguruan XX."
"Kok aku gak tau kalo dia adik seperguruanku."
Ilham heran karena dirinya yang sudah berada di tingkat sabuk terakhir yaitu yang ke-empat, tapi dia tidak pernah melihat Asma di tempat latihan.
"Bener kapten, dia baru bergabung sebulan yang lalu," Hendrik yang merupakan seperguruan dengan Ilham menjelaskan, karena memang dipertemuan hari jum'at kemaren dia melihat Asma.
Pantas saja Ilham tidah pernah melihat, dirinya sudah dua bulan tidak hadir di tempat latihan. Pertemuan yang hanya sekali selama seminggu di hari jum'at.
Ilham tersenyum menyeringai, sambil memandangi Asma yang mulai berjalan dengan temannya meninggalkan kamar mandi.
"Asma, gadis kecil. Tunggu saja pembalasan dariku. Dasar SINGA BETINA!"
.
.
.
.
.ASSALAMMUALIKUM READER.
BERJUMPA LAGI DENGAN KARYA AUTHOR.
MAAF TYPO MASIH BERTEBARAN DIMANA-MANA.
AUTHOR UCAPKAN TERIMAKASIH YANG SUDAH BERKENAN UNTUK HADIR.
LIKE, KOMEN DAN VOTE YAH, BIAR SEMANGAT.
KRITIK DAN SARAN YANG MEMBANGUN DIHARAPKAN AUTHOR, AGAR KEDEPANNYA BISA BUAT CERITA YANG LEBIH MENARIK LAGI.
Sebuah scooter klasik Vespa Super (VBC), memasuki pintu gerbang besar bercat putih. Memasuki pelataran rumah megah berlantai dua yang berada di kawasan elit. Ilham memarkirkan motor di garasi yang cukup luas, bersebelahan dengan Motor Ninja 250 FI kesayangannya. Di sebelah juga terdapat sebuah mobil mewah terparkir, dan ruang yang masih kosong biasanya tempat parkir mobil Abinya.
Ilham lebih suka menaiki scooter ke sekolah dari pada motor Sport kesayangannya. Naik scooter saja ILham menjadi pusat perhatian, apalagi dia menaiki motor kesayangannya. Mungkin banyak siswa yang histeris bahkan pingsan saking terpesonanya dengan ILham. Ganteng, kendaraannya keren, sungguh idaman wanita jaman sekarang.
"Assalammualaikum," Ilham masuk ke dalam rumah. "Umi," mengeraskan suaranya.
"Waalaikum salam," Umi Halimah menghampiri anak bungsunya.
Ilham hendak mencium tangan Umi namun tertahan.
"Ilham kamu berantem lagi. Umi kan sudah sering memperingatkan, kamu ini bandel, gak pernah dengerin nasehat Umi," Umi marah ketika melihat lebam biru di bawah mata anaknya. Umi meneliti semua bagian tubuh anaknya, khawatir ada lebam di bagian tubuh yang lain.
"Umi jangan marah, istigfar dulu. Ilham capek, baru dateng sudah dimarah-marahin. Nanti Iham jelasin, Oke," berbicara dengan nada manjanya.
Jika di rumah Ilham termasuk anak yang manja dan penurut. Berbanding terbalik jika di luar rumah, Ilham menjadi sosok yang dingin bahkan arogan.
"Astagfirullah, ya udah cepet jelasin"
"Iya, iya."
Ilham mulai menjelaskan dari awal kejadian, dari kejadian dorong-mendorong, berpelukan (cih kayak teletubis aja berpelukan 🤣), lebih tepatnya Ilham yang memeluk. Hingga kejadian kepalan tangan yang mendarat dengan mulus di pipinya sudah diceritakan dengan begitu dramatis.
" Hahahahaha," Umi tertawa terpingkal-pingkal.
"*H*uffhhh, umi kok gak prihatin sih, emang lucu ya," Ilham menggerutu di dalam hati.
"Umi gak kasian ya lihat Ilham teraniaya?.
"Aduh. Kasihan ya anak Umi. Sakit ya sayang," menjeda sebentar, "Hebat juga ya gadis itu bisa buat lebam pipi Ilham," Umi senyam-senyum sendiri. "dia cantik ya?" Umi menggoda
"Asma memang cantik," di dalam hati. "Cantik apanya, galak dibilang cantik, yang bener kayak Singa Betina,, hiiiii, SEREM!" Ilham menyangkal perkataan Umi.
"Tadi siapa namanya?" Umi pura-pura lupa setelah mendengarkan penjelasan Ilham tadi.
"ASMA A.S.M.A, Umi?" Ilham mengucapkan nama Asma dengan penuh penekanan.
"Asma, kalo dilihat dari namanya pasti dia cantik," Umi terus mengoda Ilham.
"Terserah Umi, Ilham mau mandi, Mau sholat Dzuhur," Ilham berlalu meninggalkan Umi yang masih mernertawakan dirinya.
"Heh, Singa Betina," Ilham tersenyum tipis sambil menaiki tangga.
***********
6.05 WIB
"Sekolah nggak?, sekolah nggak?, sekolah pa nggak ya?"
Asma mondar-mandir di dalam kamarnya. Pakaiannya sudah lengkap dan rapi. Namun rasa khawatir menyelimuti hati Asma, khawatir jika harus berhadapan dengan Ilham lagi. Mengingat perkataan Sonia di parkiran kemarin siang.
"Asma, aku gak habis pikir deh sama kamu. Kamu tau kan Kak Ilham itu siapa. Dia itu gak bakal diam, jika ada yang mengusik dia. Meski selama ini dia gak pernah kasar sih sama perempuan. Tapi jujur, aku takut liat kamu seberani gitu sama kak Ilham.
Tadi kamu memang keren banget sih, kayak pendekar wanita yang jago beladiri, Sekali pukul musuh langsung klepek-klepek. Tapi yang kamu pukul itu kak Ilham loh, Most Wanted di sekolah.
Gimana coba, reaksinya para fans kak Ilham kalo denger idolanya dipukul sama kamu?" Sonia merasa frustasi, jika terjadi sesuatu dengan Asma yang pasti dia akan terkena imbasnya.
"Sudahlah, gak usah nakut-nakutin aku. Kita berdo'a saja semoga dia lupa kejadian tadi," terbesit rasa menyesal di hati Asma. Namun ditepisnya jauh-jauh mengingat perilaku Ilham yang memang menurut dia pantas mendapatkan itu.
"Bismillahhirrohmanirrohim, aku harus bisa melewati hari ini, harus bisa, pasti Asma bisa," Asma menyemangati diri sendiri.
"Ya ALLAH tolong selamatkanlah Asma dari manusia-manusia yang TERKUTUK," Berdo'a dan berlalu kaluar kamar.
* * *
"Selamat pagi Bunda, Selamat pagi ayah. Asma kangen sama ayah," mencium pipi bunda dan ayah bergantian. Lalu tersenyum cerah, secerah mentari di pagi ini.
Asma merupakan anak semata wayang pasangan Arifin Mustofa dan Aisyah Az-Zuhra. Asma kerap dimanjakan oleh kedua orang tuanya, namun masih diambang batas wajar. Kedua orang tua Asma Over Protektif dalam mengawasi pergaulan anaknya, mereka khawatir jika terjerumus ke dalam pergaulan bebas.
"Lebih baik mengucapkan Salam terlebih dahulu nak!" Arifin mengingatkan sambil tersenyum gemas melihat tingkah anaknya.
Asma tak menjawab, hanya nyengir menunjukkan sederetan gigi yang terjajar rapi.
"Ayo sarapan dulu sayang," Aisyah menyerahkan sepiring nasi ke Asma.
"Terima kasih bunda."
"Ayah, ayah dapet proyek dimana sekarang?."
Profesi Arifin yaitu Kontraktor rumah dan bangunan, sehingga sering berpindah tempat kerja. Terkadang juga memperoleh proyek di luar kota, yang mengharuskan menginap di dekat lokasi proyek.
"Di jalan XX. Rencananya di sana mau dijadikan Restoran Mewah. Pembangunannya dimulai pagi ini," Arifin berbicara lalu menyuapi nasi ke mulutnya.
"Alhamdulillah, jadi gak usah jauh-jauhan lagi sama ayah kayak kemaren. Kan jadinya Asma rindu. Rindu itu berat loh ayah. Bunda aja gak kuat," Asma berbicara dengan nada manja sambil cengar-cengir.
Aisyah kaget dirinya disebut-sebut, pipinya seketika merah merona.
"Kok Bunda?"
"Emang Bunda gak rindu ya sama Ayah?" Arifin malah tambah menggoda Aisyah.
"Udah-udah makan aja, gak usah ngobrol," Aisyah menyudahi pembicaraan mereka di pagi hari.
Aisyah memang pemalu meski sudah bertahun-tahun hidup dengan Arifin, dia masih malu jika harus menyatakan perasaan dirinya terlebih dahulu.
***
"Hmm aman," clingak-clinguk mengamati siswa yg berlalu-lalang di sekitarnya.
Masih cukup pagi Asma sampai di sekolah. Tapi siswa yang berdatangan sudah lumayan banyak. Jarak rumah Asma dengan sekolah hanya memakan waktu 15 menit.
"Alamak! mati aku," Asma terkejut dari kejauhan melihat orang yang ingin dihindarinya, langkahnya terhenti. Tubuhnya mulai menegang.
Ilham bersama 3 anggota Clubnya sudah standby di lorong depan tangga, mereka berdiri berjejer bersandar di tembok. Ilham terus memandangi Asma dengan muka datar, tanpa ekspresi. Entah bagaimana suasana hati Ilham sekarang, tidak bisa didefinisikan.
Asma berusaha tenang dan mulai berjalan tanpa menghiraukan keberadaan mereka.
Jalan Asma terhenti, Ilham menghadangnya, Sontak Asma mengalihkan jalannya ke sebelah kanan Ilham. Namun dihadang lagi. Pindah kesebelah kiri, Ilham diam tidak ada pergerakan. Asma melanjutkan jalannya.
Namun.........
DBUUGGGHH....
"Aww." Asma terhuyung dan terjatuh bersimpuh di lantai.
Dengan sekuat tenaga Asma bangun, rasa sakit ia tepis jauh-jauh. Kini ia behadapan dengan si empu yang kakinya telah menghadang langkahnya.
"Heh kasihan," Ilham tersenyum kemenangan, puas rencana berhasil,
"Itu belum seberapa, lihat INI!" menunjuk lebam di pipinya yang sudah menghitam. Kemudian berlalu pergi meninggalkan Asma.
"DASAR KEJAM, BERANINYA SAMA PEREMPUAN," Asma berteriak, yang diteriaki tak menghiraukan. "huffhhh, sabar Asma," Asma berjalan dengan lunglai menaiki anak tangga.
"Untung gak ada yang lihat tadi," Asma duduk di kursinya, melamun memikirkan kejadian barusan. "Kenapa aku teriak-teriak, kalo dia tambah marah gimana?"
GUBRAAAKKKKK..
Asma kaget dan langsung terbangun dari lamunannya, matannya terbuka lebar melihat sekelompok kakak kelas mengelilingi mejanya,
Semua perhatian teman sekelasnya yang sudah datang dari tadi tertuju kepadanya. Namun tak ada yang ingin membantu Asma. Mereka takut jika berurusan dengan Clara Sang Primadona di sekolah sekaligus pelaku yang sering membuly siswa lainnya.
"Cih, ini dia, cewek yang sudah berani memukul pacarku!" diangkat dagu Asma, diperhatikan wajahnya, lalu tersenyum miring.
"Maksud kakak apa?"
"Gak usah ngeles kamu," Clara membentak.
PLAKKK....
akkhhh
.
.
.
.
ASSALAMMUALAIKUM
BERJUMPA LAGI DENGAN KARYA AUTHOR.
MAAF JIKA MASIH ADA TYPO DIMANA-MANA.
JANGAN LUPA LIKE, KOMENTAR DAN VOTE YA.
MENURUT KALIAN SIAPA YANG TERANIAYA DIATAS, YANG SESUAI DENGAN JUDUL BAB'NYA?
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!