NovelToon NovelToon

Aku Dijodohkan Dan Diselingkuhi

bab 1 dijodohkan

 " Pokoknya kamu harus nurut apa kata Ayah dan Ibu" bentak ibu Endang pada Gendis anak gadisnya yang sedang menolak perintahnya untuk dijodohkan dengan atasan Ayahnya.

"Ibu,,aku gak kenal dengan dia" keluh Gendis dengan raut wajah sedih.

"Memang gak kenal,namanya juga di jodohkan. Tapi nanti kan kamu kenal juga dengan beliau" jelas ibu berpendapat.

"Kenapa Ibu tega sama aku?,apa Ibu punya hutang dan akhirnya menjaminkan aku?" tanya Gendis menyelidik.

"Sembarangan kamu kalau ngomong" hardik Ibu Endang kesal.

Gendis menatap ibunya dengan tatapan kekesalan. Tapi dia gak mampu untuk melawan.

"Danar itu bercerita sama Ayah,beliau ingin mencari istri karena orang tuanya mendesaknya untuk cepat- cepat menikah,dan Ayah bilang pada Danar kalau punya anak gadis yang cantik ehh tanpa berpikir panjang Danar langsung setuju" jelas Ibu panjang.

"Kenapa sih Ayah gak diskusi dulu sama aku? Gak bertanya dulu apa aku setuju atau enggak" keluh Gendis lagi.

"Ya jelas kamu gak setuju,makanya kami gak perlu diskusi sama kamu" jawab ibu enteng sekali.

"Itu namanya egois Bu,gak memikirkan perasaan anaknya" protes Gendis sambil berlalu meninggalkan ibunya dan masuk kedalam kamarnya kemudian menutup pintu dengan keras. Gendis hempaskan tubuhnya keatas kasurnya,air matanya sudah keluar tanpa bisa dibendung lagi. Hatinya kecewa sekali kepada kedua orang tuanya,sungguh tega dan egois sekali mereka.

"Aku pikir hanya ada di sinetron kisah perjodohan ini,tapi ternyata aku harus mengalami" batin Gendis sedih.

"Laki -laki seperti apa yang akan dijodohkan denganku? baik kah dia,mengerti agama gak ?

"Aku jadi benci dengan hidupku sekarang,begini ya nasib beban keluarga,harus menerima perlakuan seperti ini" hati Gendis masih berdebat.

Gendis terbangun saat sudah senja,dia segera saja mandi,berwudhu dan sholat

Mengambil handuk yang dia sampir kan dibelakang pintu kamarnya,kemudian bergegas membuka pintu kamar dan berjalan kearah kamar mandi yang ada diruangan dekat dapur. Beberapa menit Gendis selesai mandi dan juga berwudhu. Sampai dikamar adzan maghrib terdengar. Gendis bersiap siap,memakai mukena dan mempersiapkan sajadah diatas lantai.

Saat adzan usai Gendis segera melaksanakan sholat dengan khusyu.

Gendis menengadahkan kedua tangannya keatas dan berdoa,memohon ketenangan dan kesabaran atas ujian yang sedang dia jalani saat ini. Selesai sholat dia merapikan kembali mukena dan sajadahnya,dan kembali berbaring diatas kasur. Dia malas untuk keluar kamar.

Tetapi terdengar ketukan pintu dari luar. Gendis beranjak dari tidurnya dengan malas,kemudian melangkah kearah pintu dan membukanya,. Tampak ibunya sudah berdiri tepat diambang pintu.

"Ayo keluar,Ayah mau bicara sama kamu" kata Ibu memberitahu Gendis.

"Pasti soal yang siang tadi ibu bahas kan?" tanya Gendis.

"Ya apalagi? Cepat keluar,ditunggu di ruang makan sekalian kita makan malam" jelas ibu lagi dengan sedikit gak sabar,kemudian pergi meninggalkan Gendis. Gendis keluar kamar mengikuti ibunya yang sudah berjalan dengan langkah cepat menuju keruang makan. Disana sudah ada Ayahnya yang menunggu. Mereka duduk bertiga dimeja berbentuk persegi yang tidak begitu panjang. Gendis dan Ibu berhadapan,sedang Ayah berada diposisi diantara mereka berdua.

"Selamat malam anak Ayah yang cantik" sapa Ayah dengan sedikit candaan.

"Sapaan yang ada maunya" celetuk Gendis.

Tampak ibu menajamkan matanya pada Gendis karena gak suka mendengar kalimat Gendis tadi. Gendis tersenyum kecut mendapat tatapan seperti itu,tatapan tajam penuh makna alias tatapan khas Ibu kepada anaknya yang suka membantah.

"Kok ada maunya? Memangnya Ayah mau apa dari Gendis?" tanya Ayah kemudian sambil mulai menikmati makan malamnya,begitu juga Ibu dan Gendis.

"Ya Ayah bilang aja langsung,tadi Ibu bilang katanya Ayah mau bicara sama aku"

"ohhh,,,hehehehe yaa,Ayah mau menyampaikan hal penting sama Gendis,Gendis dengerin Ayah" jelas Ayah kemudian dan dengan hati-hati sekali.

"Ya,,,aku dengarkan Yah" jawab Gendis sambil menyuapkan sesendok makanan kedalam mulutnya.

"Gendis,,Ayah itu mau kenalin kamu dengan atasan Ayah"

"Mau dijodohkan intinya" potong Gendis.

"Gendissss " bentak Ibu marah.

"Kamu kalau ada orang tua bicara itu didengarkan dulu sampai selesai,jangan dipotong seperti itu,seperti gak diajari Tara Krama aja kamu itu" omel Ibu lebih panjang.

"Maafff,,," ucap Gendis pelan.

"Hemm,,,pasti kamu sudah mendengar hal itu dari Ibu kan?,yaa benar nak,Ayah mau menjodohkan kamu dengan atasan Ayah,namanya Danar" lanjut Ayah..

"Danar cerita sama ayah kalau dia sedang mencari calon istri,orang tuanya sudah mendesaknya untuk menikah. Ya Ayah iseng aja cerita soal kamu,ternyata dia tertarik"

"Makanya gak usah iseng cerita soal aku Yah,kenapa Ayah gak carikan aja perempuan lain,kenapa harus aku?" tanya Gendis mulai emosi.

"Ayah juga gak bermaksud seperti itu nak,spontan aja Ayah cerita kalau Ayah punya anak gadis,dan Danar tertarik,beliau bilang sama Ayah,kalau kamu saja yang dia lamar"

"Ayah sempat menolak,tapi Danar berjanji pada Ayah akan menjaga kamu baik baik" jelas Ayah lagi.

Gendis menundukkan kepalanya,dan selera makannya pun jadi hilang.

"Nak,,Ayah hanya ingin yang terbaik buatmu,apalagi kalau memang ada laki laki yang siap dan berjanji akan menjaga kamu,Ayah jadi tenang" jelas Ayah mencoba meyakinkan Gendis.

"Apa Ayah merasa aku hanya beban aja makanya Ayah segera ingin menikahkan aku?" Gendis memberanikan diri bertanya seperti itu.

"Jangan bicara seperti itu nak,hati ayah kecewa dengar kata kata itu. Anak itu bukanlah beban bagi orang tuanya,kamu mau bersama kami sampai kapanpun,kami bahagia nak. Hanya saja mungkin jodoh kamu sudah datang,dan harus melalui cara seperti ini. Jadi jangan pernah beranggapan kami sengaja menjodohkan mu dan menikahkan mu karena kamu kami anggap beban" jelas Ayah dengan wajah sedih.

"Maaf Ayah" ucap Gendis menyesal.

Ayah tersenyum dan menggenggam tangan kanan Gendis.

"Kamu anak kami satu satunya,dan orang tua pasti selalu mengupayakan yang terbaik buat anaknya,Ayah juga gak ingin salah pilih menentukan jodohmu"

"Iya Yah,,,Gendis akan mendengarkan Ayah,dan menuruti permintaan Ayah"jawab Gendis kemudian sambil memaksakan sedikit senyum pada Ayahnya.

"Trimakasih nak,kamu memang anak Ayah yang baik dan manis,yang gak pernah mengecewakan orang tuanya" Ayah memuji Gendis. Dan Gendis lagi- lagi hanya tersenyum meski terpaksa.

"Kalau kamu melanjutkan kuliah kemarin mungkin Ayah sama sekali gak berminat untuk menjodohkan kamu"

Gendis menundukkan kepala,dan terbersit rasa penyesalan dihatinya,andai saja dia kuliah pasti dia akan terhindar dari drama perjodohan ini.

"Oh ya kapan rencananya Danar melamar Gendis Yah?" tanya Ibu kemudian setelah mereka lama terdiam.

"Semua tergantung Gendis,apakah sudah siap?,karena Danar hanya menunggu keputusan Gendis" jelas Ayah.

"Nah,,gimana Gendis?" tanya Ibu pada Gendis.

"Ehh,,,terserah saja" jawab Gendis pasrah.

"Baiklah,besok Ayah bicarakan dengan Danar di kantor", jelas Ayah kemudian.

"Makanku sudah selesai,aku masuk duluan kekamar" pamit Gendis sambil berdiri dari duduknya dan melangkah kembali masuk kedalam kamarnya. Lagi Gendis menghempaskan tubuhnya keatas kasur dan air matanya kembali keluar,tapi dia menahan isakannya karena takut Terdengar sampai keluar.

bab 2 bertemu Danar

"Gendis,,," suara ayah terdengar memanggil Gendis.

Gendis yang berada dikamarnya bergegas keluar untuk menemui Ayahnya.

"Ada apa Yah?" tanya Gendis saat sudah ada didekat Ayahnya.

"Ayah ganggu kamu ya?"

"Enggak Yah,aku gak lagi ngapa ngapain kok" jawab Gendis.

"Malam ini Danar mau datang bersama kedua orang tuanya. Mereka ingin kenalan sama kamu" jelas Ayah kemudian.

"Nanti malam ya?" tanya Gendis sedikit bingung.

"Iya,,kamu siap?"

"Ya,,aku siap Yah"

"Baguslah nak. Tapi kamu baik-baik aja kan?" tanya Ayah lagi.

"Iya,,aku baik-baik aja"

"Kamu marah sama Ayah?"

"Enggak Ayah,,,aku tau yang Ayah lakukan ini untuk kebaikanku,aku percaya sama Ayah" jawab Sofia berusaha membuat Ayahnya tenang.

Ayah tersenyum kemudian berlalu meninggalkan Gendis diruangan tengah sendiri. Gendis kembali lagi kekamarnya. Perasaannya saat ini gak bisa dia gambarkan lagi seperti apa,yang pasti dia hanya ingin orang tuanya bahagia meski dia harus mengorbankan kebahagiaannya sendiri.

Malam ini di rumah Gendis ayah dan ibunya sedang menanti kedatangan calon besannya. Gendis ikut duduk bersama mereka di ruang tamu. Ibu sudah mempersiapkan menu untuk makan malam dan juga beberapa hidangan kue juga minuman. Gak berapa lama tamu yang mereka tunggu datang. Tampak keluar dari mobil seorang laki - laki tua dan juga wanita yang kurang lebih usianya dengan laki-laki itu,dan dari arah kursi kemudi keluar seorang laki- laki muda dan gagah.

"Mungkin itu Danar" bathin Gendis.

Ayah dan Ibu menyambut mereka,mereka saling bersalaman dan mempersilahkan masuk. Tampak semua tamu tersenyum,mereka sepertinya sangat ramah bukan seperti orang orang kaya yang kebanyakan bersikap angkuh.

"Mari silahkan duduk " Ayah mempersilahkan para tamu untuk duduk.

"Trimakasih "jawab mereka hampir bersamaan.

"Oh yaa,,ini Gendis?" tanya laki- laki tua itu,bisa jadi dia adalah Ayah Danar,dan yang wanita ibunya.

"oh iya,ini Gendis anak saya" jawab Ayah.

"Hallo Gendis,,kenalkan saya Suryo Kusumo,saya Ayahnya Danar" laki- laki tua itu memperkenalkan diri sambil mengulurkan tangannya pada Gendis. Gendis menyambutnya.

"Saya Gendis"

"Dan ini istri saya,ibu Nungki Suriyani,dan ibunya Danar" jelas bapak Suryo lagi memperkenalkan istrinya pada Gendis,dan Gendis segera menyalami ibu Nungki,tampak ibu Nungki tersenyum manis pada Gendis.

Setelah selesai bersalaman giliran Danar mengulurkan tangannya pada Gendis,dan Gendis menyambutnya dengan sedikit rasa canggung.

"Oh yaa,sudah berapa lama hubungan kalian?" tanya Ayah Danar kemudian. Tentu saja Gendis terkejut mendapat pertanyaan seperti itu. Atau jangan jangan orang tua Danar belum tahu kalau dirinya dan Danar gak pernah pacaran.

"Saya meminta pada Danar untuk segera melamar kekasihnya,dan kami ingin berkenalan juga"

Tampak Danar menatap Gendis,dan Gendis memalingkan wajahnya. Apa yang sudah Danar katakan kepada kedua orang tuanya selama ini,bukankah Danar yang meminta dicarikan calon istri,tapi kenapa dia malah membuat cerita kalau hubungan ini seolah olah sudah terjalin sebelumnya.

"Danar,pernah memiliki seorang kekasih tapi kami melarangnya,kami mengharapkan wanita baik-baik. bukan masalah bibit bobot dan bebet,tapi kami hanya ingin keluarga kami selalu berketurunan baik- baik" jelas Ayah Danar lagi.

"Tapi setelah itu Danar belum memperkenalkan kami lagi kepada wanita yang dekat dengan dia. Saat kami mendesak nya untuk segera menikah,barulah dia bercerita soal nak Gendis"

"Ternyata cantik dan manis sekali" ibu Danar menimpali sambil terus memberi senyuman pada Gendis.

"Sepertinya saya kok malah jatuh cinta pada pandangan pertama sama nak Gendis ini" celetuk ibu Danar lagi,kemudian terdengar riuh tawa dari ke 4 orang tua ini,tidak dengan Gendis dan Danar,mereka berdua hanya diam seperti patung.

"Yaa,kami sudah setuju sekali,feeling kami sebagai orang tua itu pasti tepat" timpal Ayah Danar.

"Bagaimana kalau kita lanjutkan obrolan kita di ruang makan?" Ayah Gendis mulai mempersilahkan tamu untuk makan malam.

"Wah kenapa repot repot sekali" Ayah Danar tampak ber basa basi.

"Ohh,,tidak pak,kami justru senang bisa menjamu keluarga nak Danar,mari silahkan" kali ini ibu yang berbicara sambil mempersilahkan mereka keruang makan. Kemudian mereka sudah berkumpul di meja makan dan duduk saling berhadapan satu sama lain. Mereka melanjutkan obrolan lagi dan terkadang sembari meledek pada Danar atau Gendis. Tampak orang tua Danar begitu senang pada Gendis.

"Trimakasih jamuannya sangat luar biasa" puji Ayah Danar setelah mereka semua selesai makan malam.

"Kami juga berterimakasih,karena sejak berkunjung kami selalu mendapatkan respon yang sangat baik sekali" ucap Ayah Gendis gak mau kalah memuji.

"Ya,ya,ya semoga rencana kita nanti berjalan dengan baik,saya gak sabar menyambut anak gadis dirumah kami" kata ibu Danar berharap dan lagi lagi memuji Gendis.

"Oh yaa perasaan dari tadi Gendis dan Danar saling diam? Kenapa,gak biasa ya ngobrol didepan orang tua ya?" celetuk Ayah Danar,dan sepertinya Ayah Danar adalah orang yang senang bercanda dan humoris.

Terlihat Danar tersenyum meski dipaksakan,begitu juga Gendis.

"Dan,,bagaimana dengan anak-anak? kapan kalian akan menentukan hari lamaran dan juga pernikahan?" tanya Ayah Danar setelah mereka kembali bersantai di ruang tamu.

"Danar ingin yang sederhana saja Yah,,gak perlu acara mewah" tiba tiba Danar bersuara.

"Kenapa?" tanya ibu Danar heran.

"Gak apa apa Bu,Danar dari dulu memang berniat kalau menikah hanya ingin yang sederhana saja"

"Tapi kan kalian berdua sama-sama anak tunggal,sayang sekali kalau gak buat pesta" protes ibu Danar.

"Enggak Bu,,ini sudah kesepakatan antara aku dan Gendis" jawab Danar berbohong. Tentu jawaban itu juga membuat kedua orang tua Gendis terkesiap,mereka bingung sejak kapan mereka sudah membicarakan hal ini,kenal saja mereka tidak. Orang tua Gendis saja bingung apalagi Gendis,dia sama sekali gak tahu menahu soal ini semua.

"Yaa,,baiklah kalau memang seperti itu keinginan kalian,kami sebagai orang tua hanya mengikuti dan merestui"

"Dan soal lamaran bagaimana?. Masa semua gak dibuat pesta?" tanya ibu Danar lagi.

"Yaa terserah ibu saja" jawab Danar.

"Bagaimana bapak dan ibu? Apakah bapak dan ibu tidak keberatan kalau anak- anak tidak menginginkan pesta pernikahan?" tanya ibu Danar kepada kedua orang tua Gendis.

"Yaa,kami juga terserah kepada anak-anak saja,yang penting nanti acara berjalan dengan lancar" jawab Ayah Gendis dan disertai anggukan setuju dari Ibu Gendis.

"Dan mengenai lamaran? Apakah hanya acara biasa juga?" tanya Ibu Danar lagi pada keluarga Gendis.

"Meski sederhana tetapi kita tetap harus mengundang sanak keluarga,dan juga beberapa tetangga dekat" jawab Ibu Gendis.

"Yaa kalau keluarga memang harus Bu,begitu juga tetangga dekat,soalnya anak- anak ini permintaannya bener- bener yang sederhana"

"Iya Bu,,kita tetap sederhana saja"

"Baiklah kalau begitu kita tentukan kapan kami bisa melamar nak Gendis?" kali ini Ayah Danar yang bertanya.

"Bagaimana kalau Minggu depan saja" jawab Ibu Gendis lagi.

"Gimana Danar,kamu sedang tidak ada pekerjaan kan Minggu- Minggu ini?" tanya Ayah pada Danar.

"Gak ada Yah,,ya Danar setuju saja Yah"

"Baiklah,,kalau begitu Minggu depan kami kembali lagi kemari dengan tujuan melamar nak Gendis" kata Ayah Danar lagi dengan wajah berseri seri. Terlihat kedua keluarga ini lebih bahagia dibandingkan calon pengantinnya.

"Alhamdulillah" ucap Ayah dan Ibu Gendis hampir bersamaan mengucap rasa syukur.

"Kalau begitu kami permisi dulu,dan trimakasih atas jamuan malam ini,,benar- benar luar biasa,kami sekeluarga merasa dihormati sekali disini" ucap Ayah Danar sembari berpamitan.

"Trimakasih juga buat Bapak dan Ibu,kami juga merasa terhormat karena kedatangan Bapak sekeluarga di rumah kami"

Kemudian kedua keluarga sama-sama berdiri saling bersalaman dan berpamitan. Tapi tidak dengan Danar dan Gendis sikap mereka masih sama-sama dingin.

Akhirnya keluarga Danar pun pergi dari rumah Gendis bersama dengan mobil mereka yang sudah mulai menghilang dari pandangan.

bab 3 Danar meminta nomor telpon Gendis

Pintu ruangan Danar terdengar diketuk dari luar.

"Masuk,," perintah Danar.

Kemudian pintu terbuka dan masuklah seorang pria setengah baya yang tak lain adalah Ayah Gendis.

"Ada apa nak Danar memanggil ?" tanya Ayah Gendis sopan.

"Maaf,,saya lupa menanyakan nomor telpon Gendis,bisa saya minta sama bapak?" tanya Danar.

"Oh bisa nak" jawab Ayah Gendis sambil mengeluarkan ponsel dari saku celananya,kemudian mulai mencari kontak putrinya Gendis. Setelah menemukan ayah Gendis yang bernama bapak Haryo mengirim ke nomor ponsel Danar.

"Sudah saya kirimkan ke nomor nak Danar" kata pak Haryo memberitahu.

Danar mengecek ponselnya.

"Oh iya pak,trimakasih" ucap Danar

"Kalau begitu saya kembali keruangan saya lagi nak Danar"

"Silahkan pak" jawab Danar. Pak Haryo pun segera berlalu meninggalkan ruangan Danar.

Danar segera menyimpan nomor ponsel Gendis dikontak nya.

"Gendis,,,nama yang cantik" gumam Danar.

Tiba tiba pintu ruangan Danar terbuka dengan kasar,Danar spontan menatap kearah pintu dan ternyata muncullah Lalita pacar Danar,wajahnya tampak sedang menahan amarah,dan Danar hanya menanti apa yang akan Lalita perbuat.

"Danar,,apa benar kabar yang aku dengar?" tanya Lalita kasar. Danar mengerutkan keningnya karena gak tahu maksud pertanyaan Lalita.

"Kabar apa?" tanya Danar kemudian.

"Kamu akan menikah? Dengan siapa? "

"Siapa yang memberitahumu?"

"Aku tadi bertemu ibu kamu di butik,dan ibu kamu memintaku untuk menjauhi mu,ibumu bilang kalau kamu akan menikah dengan seorang wanita yang katanya itu pacar kamu,benarkah itu Danar?" jelas Lalita dengan emosinya.

"Kamu gak pernah cerita soal itu,apa kamu tutupi selama ini? kamu selingkuh?"

"Tega kamu Danar,,aku sudah setia selama ini sama kamu,aku bersedia menunggu sampai orang tuamu merestui kita,tapi apa sekarang? Kamu akan menikah dengan wanita lain?" Lalita semakin memojokkan Danar dengan tudingan tudingannya.

"Lalita sayang,,,dengarkan aku,duduklah disini" pinta Danar berusaha menenangkan kekasihnya itu. Danar menuntun Lalita menuju ke sofa dan mereka duduk berhadapan.

"Dengarin aku sayang,,aku akan jelaskan"

"Yaa,apa yang dikatakan ibuku kekamu itu benar,aku akan menikah dengan wanita lain. Maaf aku belum sempat memberitahumu"

"Apa Danar??? Kamu tega Danar,,ke apa kamu berbohong? Kamu khianati aku" Lalita mulai histeris. Dan Danar mencoba menenangkan Lalita.

"Sayang,,dengar dulu,diam lah dulu. Lalita,,aku hanya menjalankan apa yang orang tuaku minta,mereka gak setuju dengan hubungan kita,tapi mereka minta aku segera menikah,akhirnya aku memutuskan untuk menikahi wanita lain. Tapiiii bukan berarti aku akan meninggalkan kamu,aku gak mencintai wanita itu,aku juga baru mengenalnya" jelas Danar panjang pada Lalita.

"Meski nanti aku menikah dengannya hubungan kita tetap berjalan,kamu akan tetap menjadi kekasihku,menjadi wanita satu-satunya dalam hidupku" Danar menyakinkan Lalita.

"Tapi Danar,aku tetap merasa cemburu,memang hatimu milikku,tapi ragamu selalu bersama dia"

"Aku akan sering menemui mu,kita tetap seperti sedia kala,gak ada yang berubah. Gak akan ada yang bisa melarang ku untuk menemuimu,sekalipun dia"

"Kenapa kamu gak mau berusaha Danar untuk hubungan kita?" tanya Lalita kemudian dan mulai sesenggukan menahan tangisnya.

"Aku gak bisa Lalita,orang tuaku keras apalagi memang dari awal mereka gak menyukaimu,terutama penampilanmu" jelas Danar terus terang.

"Ada apa dengan penampilanku?,aku berpenampilan layaknya seorang wanita,aku berpakaian seksi,terbuka karena aku menyukainya" Lalita berusaha membela diri.

"Kamu menyukainya,aku juga tapi orang tuaku sangat membencinya Lalita"

"Kenapa kuno sekali mereka?" cibir Lalita.

Danar menghela nafas merasa perkataan Lalita gak sepenuhnya benar. Mereka hanyalah orang orang yang menjaga adat ketimurannya.

"Sudahlah sayang,kamu gak perlu khawatir. Dia gak akan bisa menyingkirkan kamu dari hatiku. Dan aku rasa dia juga gak mencintaiku" Danar berusaha menenangkan Lalita lagi. Tangannya membelai lembut pipi Lalita.

"Siapa nama gadis itu?" tanya Lalita kemudian.

"Gendis" jawab Danar singkat.

"Hemmm,baiklah aku percaya sama kamu,dan aku mohon berjanjilah padaku,kamu gak akan pernah jatuh cinta dengan dia" Lalita memohon pada Danar.

" Iya sayang,aku janji" jawab Danar.

Lalita pun tersenyum mendengar janji Danar.

"Kita makan siang yuk" ajak Lalita kemudian.

"Hemmm baiklah,tapi kamu keluarlah lebih dulu dan tunggu aku dibawah" perintah Danar.

"Kenapa?"

"Gak apa apa,aku masih ada pekerjaan sedikit lagi,dari pada kamu jenuh menungguku lebih baik kamu tunggu saja aku dibawah,di lobby"

"Emm,,oke,," jawab Lalita. sebelum keluar dari ruangan Danar Lalita memberikan ciuman terlebih dulu dibibir Danar.

Danar sengaja meminta Lalita untuk menunggunya dibawah,karena dia gak ingin terlihat berjalan berdua didepan ayahnya Gendis.

Tapi entahlah apakah Ayah Gendis tahu atau tidak kalau Lalita itu kekasihnya,karena pasalnya Lalita sering sekali mengunjunginya di kantor.

Beberapa menit kemudian Danar turun menemui Lalita. Bergegas mereka menaiki mobil yang sudah tersedia dihalaman kantor. Danar mulai mengemudikan mobilnya dijalanan yang tampak ramai,karena memang ini adalah jam makan siang para pekerja.

Selesai makan siang Danar kembali kekantor. Ternyata di dalam ruangannya sudah menunggu pak Haryo ayah Gendis.

"Maaf,bapak ada perlu sama saya?" tanya Danar kemudian setelah mendekat kearah ayah Gendis.

"Maaf kalau saya lancang masuk ke ruangan nak Danar tanpa ijin. Saya hanya ingin memberitahu kepada nak Danar,kalau nanti nak Danar sudah menjadi suami dari anak saya Gendis,saya mohon sekali nak Danar untuk benar-benar menjaganya,mencintainya,menghargainya dan jangan menduakannya" jelas Ayah Gendis tiba tiba,tampak ada kekhawatiran diraut wajah tua itu.

"Saya tahu nak Danar masih berhubungan dengan gadis itu. Saya harap nak Danar menikahi anak saya bukan untuk menghindari tuntutan kedua orang tua nak Danar,dan nak Danar pun sudah berjanji pada saya waktu itu akan benar-benar menjaga anak saya"

Danar tersenyum

"Pak Haryo jangan khawatir,saya akan menjaga anak bapak dengan baik" jelas Danar kemudian.

"Trimakasih nak Danar,dan saya harap nak Danar pegang kata- kata nak Danar "

"Pasti pak"

Kemudian pak Haryo berpamitan keluar dari ruang kerja Danar.

Danar menyandarkan punggungnya kekursi kerjanya,pikirannya mulai melayang kepada dua wanita yaitu Lalita dan Gendis,dan kali ini ditambah dengan tuntutan ayah Gendis.

Danar teringat pada nomor ponsel Gendis,entah kenapa dia ingin menghubunginya. Danar meraih ponsel yang tergeletak begitu saja diatas meja kerjanya. lalu dia membuka aplikasi hijau dan mencari kontak Gendis.

Danar menekan nomor Gendis saat sudah menemukannya. Sekilas dia melihat foto profil yang terpampang.

"Hemm,,memang cantik" gumam Danar. Tapi dia buru- buru menepis perasaannya.

Danar mengetikkan pesan

*Simpan nomor aku Danar*

Hanya itu yang Danar ketikkan. Dan langsung mendapat balasan dari Gendis.

*oke*

Ya hanya itu kalimat yang mereka kirimkan.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!