"DIAM DISITU!!! JANGAN MELOMPAT!!!!" teriak Andromeda sesaat sampai di lantai paling atas sebuah gedung tua.
Awalnya dia hendak melakukan tugasnya untuk mengamati seseorang, melakukan pengintaian seseorang yang diduga melakukan perselingkuhan. Seharusnya ini bukan tugasnya tetapi Lukman salah satu anak buah di tim nya. Tetapi karena ada urusan mendadak terpaksa Andra menggantikannya.
Andra tidak menyangka di depan matanya ada seorang gadis yang putus asa tengah berdiri di tembok pembatas. Tanpa dia sadari gadis itulah yang akan merubah takdirnya.
"DIAM DISITU!! JANGAN MENDEKAT, BIARKAN AKU LOMPAT DAN MATI BEGITU SAJA!!" pekik Titania, dia sudah lelah menjalani kehidupan nya yang menyedihkan setelah meninggal nya sang ayah tercinta.
Andra memijit ruang diantara alisnya, menghadapi gadis itu tidak semudah menghadap musuh paling berbahaya. Apalagi Andra tidak memiliki pengalaman dengan wanita manapun apalagi gadis. Dia harus memikirkan cara lain untuk membujuk gadis itu. Jika melihat musuh mati depannya itu hal biasa, tapi melihat gadis yang tengah putus asa mati karena bunuh diri pasti akan menjadi mimpi buruk baginya.
"Okey dengar dulu ucapan ku baik-baik setelah ini terserah kamu jadi lompat atau enggak. Apa kamu pikir dengan kamu lompat ke bawah semua masalah akan selesai begitu saja? Bagaimana setelah kamu lompat ternyata kamu tidak mati justru sekarat? Bayangkan kamu hidup tetapi tangan dan kaki kamu lumpuh. Bukankah itu sangat terasa menyakitkan??"
Andra berusaha untuk membujuk gadis itu dengan cara menakut-nakutinya. Andra berharap otak gadis itu masih sehat dan berpikiran jernih.
Angin malam berhembus begitu kencang, dinginnya menusuk hingga ke tulang. Tania menengok sekilas kebawah dan membayangkan bagaimana jika yang diucapkan oleh Andra itu benar adanya. Dia tidak mati tetapi lumpuh, hidup tapi diambang sakitnya kematian. Itu akan terasa lebih sakit daripada kehidupannya setelah kematian ayahnya.
Tak terasa bulir air mata menetes di pipinya, hidupnya sungguh sulit. Tangannya meraba perutnya yang tengah kelaparan, meronta hendak ingin di isi sesuatu. Sudah dua hari perutnya dibiarkan kosong karena sang ibu tiri tidak memberinya makan.
"Jadi dia bunuh diri karena hamil?? Berarti lelaki yang menghamilinya kabur dan tidak mau bertanggung jawab makanya gadis itu nekat untuk bunuh diri," gumam Andra dalam hati.
"Sekarang kamu turun okey, aku yang akan bertanggung jawab untuk menikahimu. Aku akan menganggap anak yang kamu kandung sebagai anakku sendiri. Aku janji akan menikahimu segera. Kamu turun dan kita pulang ya??" Celetuk Andra tiba-tiba.
Entah setan mana yang melintas membuat otaknya yang jenius tiba-tiba kepikiran untuk menikahi gadis yang belum dia kenal sama sekali. Bahkan namanya dia juga tidak tau. Yang terpenting sekarang gadis itu harus dia selamat kan.
"Menikah???" Gumam Tania.
"Turun ya gadis manis, kita pulang. Sementara kamu bisa tinggal di rumah saya jika kamu takut pulang kerumah," bujuk Andra, dia masih bersikeras untuk menyelamatkan gadis itu dari tindakan bodoh.
Titania melamun, memikirkan apa yang baru saja dikatakan oleh Andra.
Grep
Tanpa aba-aba Andra langsung memeluk dan menurunkan Titania dengan kasar. Pengalamannya selama ini membuat Andra begitu cepat mengambil langkah terbaik.
"Aaahhhh!!!" Pekik Tania saat tubuhnya terasa melayang begitu saja.
Deg
Deg
Deg
Jantung Andra tiba-tiba terpacu lebih cepat saat dirinya memeluk tubuh gadis itu. Ada sesuatu hal aneh yang menjalar pada tubuhnya.
"Kamu baik-baik saja??" tanya Andra penuh kekhawatiran.
Tangannya tak sengaja bersentuhan dengan kulit Tania, terasa panas.
"Ba-baik Om," jawab Tania dengan gugup.
"Om??" gumam Andra sambil mengangkat salah satu alisnya, cukup aneh dirinya di panggil oleh gadis tak dikenal dengan sebutan Om.
Tubuh Tania melemah apalagi dia belum makan apapun selama dua hari. Hanya mengganjal perutnya yang lapar dengan sepotong roti tadi pagi dan beberapa gelas air. Matanya tak sanggup lagi menahan, tanpa dia sadari terpejam begitu saja dalam pelukan pria asing yang baru saja menjadi penyelamat kehidupannya yang baru .
"Heii.. bangun.. heii bangun!!! Kamu kenapa???"
Andra berusaha membangunkan Tania dengan menepuk -nepuk pipinya, tetapi nihil gadis itu tak kunjung bangun juga. Dia juga tak bisa meninggalkan gadis itu dalam kondisi seperti ini, dia demam dan harus mendapatkan pertolongan sebelumnya semakin memburuk.
Andra tak bisa tinggal diam. Merogoh saku jaketnya dan mengambil ponsel nya.
"Ferdi tolong gantikan tugasku di gedung sektor sembilan. Untuk detail misi bisa tanyakan kepada lukman. Atau kau bisa baca berkas dengan kode 228. Aku ada urusan mendesak berhubungan dengan hidup dan mati seseorang ini perintah. Jangan ada bantahan!!" seru Andra kepada Ferdi Asistennya
Ferdi selalu menjadi tumbal untuk setiap tugas yang tidak bisa dilakukan oleh Andromeda dan tak bisa membantah jika sudah memberi perintah.
"Ta-tapi Boss"
"Tak banyak cakap datang data ke lokasi. Semua peralatan sudah aku siapkan. Setelah selesai akan aku transfer seribu dollar ke rekeningmu, paham!!!"
Tut
Tut
Tut
Andra memutuskan telepon nya secara sepihak. Semuanya sudah jelas jadi tak perlu banyak penjelasan. Segera saat itu juga Andra membawa Tania ke apartemen miliknya. Dia tidak bisa membawa kerumah sakit karena pasti akan ditanyakan perihal kartu identitas dan segala macamnya.
.
.
Sedangkan yang baru saja di telepon baru saja bangun dari tidurnya yang panjang. Padahal dia sudah mengajukan cuti beberapa hari karena ingin menikmati tidur dengan lelap. Tuntutan pekerjaan tidak bisa membuat malam-malam Ferdi seperti manusia normal kebanyakan. Hidup Ferdi bagaikan kelelawar yang beraktivitas di malam hari.
Terakhir dia baru saja pulang dari kepulauan Natuna, menyelesaikan misi menjadi pengawal rahasia seorang nona besar pengusaha terkenal yang menghabiskan bulan madunya bersama suaminya. Hampir saja dia kecolongan jika matanya tak awas melihat sesuatu yang mencurigakan bersembunyi diantara pada pedagang. Seorang pembunuh bayaran. Mata elangnya langsung menyergap musuh yang diam-diam ingin mengambil kesempatan.
Ferdi berhasi menyergap dan membuat musuh menghilang begitu saja tanpa jejak. Itulah slogan organisasi dragon red eyes, bukan sembarang organisasi. Meskipun dikalangan beberapa pengusaha hebat lebih dikenal dengan organisasi yang bergerak dibidang jasa mengamanan atau bodyguard tetapi dibalik sepak terjangnya, ada rahasia besar yang tersimpan dan tidak sembarang orang bisa mengetahui apa saja yang dilakukan di dalam sana. Dan Ferdi salah satu yang sukses menjadi pembunuh berdarah dingin.
"Aaaihhh baru saja mau bermimpi dan menikmati hidup sebagai manusia normal tetapi boss Andra menelepon. Tak apa lah demi bonus seribu dolar, aku akan giat bekerja. Semangat!!!"
Ddrruuummmmm
Ddrruuummmmm
Deru suara knalpot mobil Andra terdengar begitu nyaring membelah kesunyian malam. Aktivitas yang lengang di jalan raya membuat Andra dengan mulus melajukan mobilnya dengan kecepatan yang cukup tinggi. Memang Andra suka dengan otomotif, karena memang hobby knalpot mobilnya sengaja dirubah dengan mode racing tetapi juga untuk mode kamuflase ketika sedang melakukan persembunyian saat di kejar musuh.
Ya.. musuh memang tak akan pernah menyangka jika seseorang yang mereka tengah kejar akan sengaja membunyikannya knalpot nya dengan keras. Musuh pasti berfikir jika yang tengah mereka kejar pasti tidak akan melakukan kegiatan yang mencolok. Selain itu juga, warna dari body mobil milik Andra dapat berubah warna. Hal tersebut menambah kesempurnaan Andra setiap kali melakukan kamuflase.
Sudah gila memang Andra nekat membawa Tania ke apartemen miliknya. Lebih gila lagi jika dia membawa gadis itu kerumah orang tuanya, sudah pasti keesokan harinya pak penghulu sudah nangkring di pagi hari hendak mengawinkan dua anak manusia yang berlainan jenis.
Segitu ngebet kah orang tua Andra ingin anaknya segera menikah?? Tentu saja, karena Andra adalah putra sulung sudah pasti nasibnya sama seperti Galaksi. Hanya saja dia tidak terlalu menanggapi ocehan sang ayah ketika bertanya kapan membawa calon istri.
Pekerjaannya yang cukup berbahaya membuatnya enggan untuk memikirkan perihal wanita atau istri meskipun diusianya yang hampir 39 tahun. Dia juga enggan berdekatan dengan seorang wanita yang akan membuat repot dan mengalami kesulitan.
Dengan perlahan Andra membaringkan tubuh Tania diatas ranjangnya. Belum pernah ada seorang wanita selain bundanya dan adiknya Aurora yang masuk apalagi tidur diatas ranjang milik Andra. Hanya Tania seorang, gadis yang belum Andra ketahui sama sekali yang bisa masuk dan tidur diatas ranjang milik Andra.
Melihat pakaian Tania yang sedikit terbuka, hanya memakai kaos dan celana pendek Andra berinisiatif untuk memakaikan sebuah hoddie miliknya. Andra berfikir Tania pasti kabur dari rumahnya karena dia hanya memakai pakaian rumahan dan tidak membawa barang apapun termasuk kartu identitas..
Sebelum memakaikan hoddie miliknya terlebih dahulu Andra membersihkan bagian tubuh Tania yang kotor, hanya bagian tangan dan kaki. Jika menganggap Andra mengambil kesempatan, jelas tidak mungkin. Andra tak pernah tergoda dengan tubuh wanita meskipun dia telanjang sekali pun. Andra membersihkan tangan dan kaki Tania dengan sangat baik.
"Apa dia kerap kali mendapatkan kekerasan fisik??" gumam Andra saat melihat bekas kebiruan di beberapa bagian tubuh Tania. Terutama di bagian paha, bulatan biru sebesar koin, dia mengira itu bekas sebuah cubitan. Belum lagi di pergelangan tangannya ada guratan kemerahan seperti bekas ikatan tali yang cukup kuat.
Andra memandang wajah polos Tania yang terlihat pucat, bibirnya jelas sedikit putih dan kantung mata hitam di kedua matanya. Entah mengapa Andra menjadi kasihan melihat gadis itu.
"Apa dia menjadi korban pelecehan??" pikir Andra, sekilas saat meletakkan kompresan pada dahi Tania.
Demamnya masih belum turun, Andra pun tak bisa memberikan obat pereda panas karena Tania masih tidak sadarkan diri. Sepanjang malam Andra berjaga di samping Tania takut gadis itu tiba-tiba terbangun dan merasa asing di tempat nya sekarang. Hingga tak terasa Andra merebahkan kepalanya disamping Tania sambil melipat kedua tangannya guna menahan kepalanya.
"Eeeuuuggghhhhh"
Tania tiba-tiba terbangun karena merasa tenggorokannya sangat kering. Andra yang memang sensitif terhadap suara ikut terbangun mendengar suara lenguhan Tania.
"Heii.. kau sudah sadar??" tanya Andra khawatir.
Matanya mengerejap, tak dapat melihat dengan jelas. Kepalanya juga terasa sangat sakit, belum lagi perutnya terasa perih karena belum sempat di isi makanan.
"Aku dimana??" tanya Tania dengan lirih.
Meskipun belum bisa melihat dengan jelas tetapi Tania tahu dia berada di tempat asing. Aroma parfum yang maskulin membuat Tania tahu dia berada di tempat yang bukan kamarnya.
"Kamu ada di apartemen ku, tepatnya di kamar. Kamu setelah ingin bunuh diri ternyata pingsan. Kamu juga dalam kondisi demam, makanya aku terpaksa membawamu ke sini. Maaf jika saya lancang. Kamu tidak usah khawatir, aku tidak akan berbuat macam-macam," sahut Andra dengan dingin. Suaranya terdengar jelas dan tegas.
Ahh, Tania ingat suara itu, suara yang sama dengan lelaki yang memaksanya untuk tidak melompat dari atas gedung. Lelaki yang sama yang memeluk nya mencegah dirinya melakukan tindakan bodoh.
Mata Tania mulai bisa melihat jelas, meskipun dengan pencahayaan yang terbatas Tania bisa melihat wajah tegas lelaki yang telah menyelamatkan hidupnya dari tindakan konyol.
"Uhuk... uhukk... uhukkk."
Tenggorokannya yang kering membuat Tania terbatuk, dan itu sangat gatal
Andra dengan sigap memberikan segelas air hangat untuk Tania minum.
"Terima kasih," ucap Tania dengan lemah.
Tangan Andra terulur untuk memeriksa dengan Tania apakah sudah turun atau belum.
Deg
Deg
Deg
Tepat saat telapak tangan Andra menyentuh kening Tania, dia merasakan jantungnya terpacu dengan cepat. Apalagi wajah Andra yang lebih dari tampan sangat dekat dengan kedua matanya, jakunnya yang naik turun seiring dengan deru napasnya membuat detak jantungnya semakin tak karuan.
Tania tiba-tiba meringis kesakitan, perutnya sudah di ambang batas kelaparan. Andra yang melihat perubahan raut wajah Tania mulai sedikit cemas.
"Kenapa?? Ada yang sakit??"
"Emmmmm...bolehkah aku minta sedikit makanan? A-aku lapar," ucap Tania dengan ragu -ragu.
Tanpa banyak bicara Andra langsung pergi meninggalkan Tania begitu saja. Tanpa sepatah kata Tania dibuat melongo dengan sikap Andra yang cuek. Tak tau yang di lakukan oleh Andra, membuat Tania lebih baik memejamkan matanya sambil menahan rasa perih di perut nya dan berharap Andra memberinya sedikit makanan.
Sebuah tepukan ringan di lengan Tania membuat dirinya membuka matanya. Ternyata Andra kembali dengan membawa semangkuk bubur dan segelas teh hangat.
"Makanlah, aku barusan keluar sebentar membeli bubur di depan Untung saja masih buka. Makan selagi hangat, apalagi kamu sedang sakit. Setelah ini minum obat dan kembali beristirahat," ucap Andra panjang lebar
Percayalah, jika saat ini ada Ferdi di dekat nya dia pasti akan melakukan sujud syukur. Andra seseorang yang terkenal dengan pria irit bicara, kadang hanya memberikan jawaban berupa hemm, anggukan kepala atau angkatan bahu. Dengan Tania, Andra mengucapkan beberapa kali kalimat panjang. Ferdi pasti akan tercengang.
Tania berusaha untuk duduk dengan sedikit sisa tenaganya setelah beristirahat beberapa jam. Andra masih menunggu Tania nyaman dengan posisinya tanpa ada keinginan untuk membantunya sama sekali.
Klontang
Sendok yang hendak di pegang oleh Tania terjatuh, tangannya gemetaran hebat, lemas. Andra mengambil sendok yang terjatuh dan membersihkannya dengan tisu.
"Aaaaakkkk..."
Andra menyuapi Tania dengan sesendok bubur yang telah dia tiup sebelumnya. Andra tau kondisi Tania lebih buruk dari yang dia kira. Tanpa ragu Tania membuka mulutnya dan memasukkan bubur tersebut. Meski hambar Tania tetap memakannya, mulutnya terasa pahit karena sebagian asam lambung mulai naik ke tenggorokan. Dia mesti makan, tak lucu rasanya harus mati karena kelaparan.
Hangat, perutnya terasa hangat saat suap demi sesuap bubur tersebut masuk kesana. Baru kali ini Tania kembali menerima perlakuan baik setelah ayahnya meninggal. Tinggal bersama ibu tiri dan saudara tirinya membuat kehidupan Tania seperti di neraka. Dia hanya dianggap sebagai pembawa sial, karena Tania secara tidak langsung menyebabkan ayahnya meninggal menjadi korban tabrak lari saat membelikan obat untuk Tania.
Buburnya telah habis tak bersisa, sebenarnya masih lapar tetapi Tania malu untuk meminta lagi makanan. Setidaknya itu cukup untuk mengganjal perutnya hingga esok hari. Dia berharap lelaki yang di hadapannya ini berbaik hati memberinya makanan. Lagi pula masih ada segelas air teh, bisa mengisi kekosongan lambungnya hingga penuh.
"Terima kasih Om," ucap Tania, dia sudah selesai meminum obat yang diberi Andra, obat demam.
"Heemmm," jawab Andra dengan deheman. Dia kembali kedalam mode normal.
"Bolehkah Tata tau nama om siapa?" tanya Tania ragu -ragu. Sedikit takut dengan pembawa Andra yang seperti bunglon, berubah-ubah. Kadang perhatian, kadang hangat, kadang sedingin es balok ahh seperti itu lah, sulit untuk di gambarkan secara nyata.
"Andromeda, panggil saja Andra," jawabnya singkat.
"Aku Titania Om, tetapi bisa dipanggil Tania atau Tata," balasnya dengan senyuman.
Andra membereskan bekas peralatan makan dan hendak membawanya ke dapur. Sebelum meninggalkan kamarnya, Andra membenarkan selimut yang digunakan oleh Tania.
"Tidurlah, aku ada diluar jika kau butuh sesuatu," ucapnya datar, matanya sama sekali tak melihat ke wajah Tania.
Tania memandang wajah Andra dengan lekat, baru kali ini dia berhadapan langsung dengan pria dewasa selain ayahnya. Sedikit merasakan kasih sayang meskipun Tania tau itu sebatas rasa kasihan. Dia tahu apa yang harus di lakukan.
"Terima kasih Om An."
"terima kasih Om An"
Hampir dua jam Andra di buat gelisah, hanya berbolak balik badan tak jelas. Matanya memang terpejam tetapi tak bisa tidur dengan nyenyak. Suara lembut nan indah itu terus berputar-putar dalam otaknya seperti sebuah rekaman yang diputar tanpa jeda.
Terpaksa Andra tidur di sofa depan karena di kamar digunakan sementara oleh Tania. Andra tak ingin terjadi sesuatu yang diinginkan mesti pun mustahil itu akan terjadi.
"Om An" gumam Andra mengulang panggilan dari Tania kepadanya. Entah mengapa dia merasakan suatu chemistry dengan panggilan tersebut. Andra mengacak -acak rambutnya sendiri, bangun dan menyambar ponselnya yang ada di atas meja.
"Ferdi, tolong cari tau data -data gadis yang saya kirimkan ke email potonya. Dia bernama Titania. Saya ingin mendapatkan hasilnya satu jam kedepan. Saya akan datang ke markas sebentar lagi," ucap Andra memberikan perintah, lagi -lagi Ferdi yang dipercaya melakukan semuanya.
"Ba-baik Tuan," ucapnya dengan suara seraknya, khas bangun tidur
Ditutupnya telepon begitu mendapatkan jawaban dari Ferdi. Andra kemudian bersiap-siap untuk pergi menuju markas Dragon Red Eyes. Tak lupa Andra meninggalkan sebuah pesan di kertas jika nanti Tania sudah bangun sebelum Andra pulang.
*
*
Dengan langkah gontai, Ferdi terpaksa bangun dari tidurnya yang baru beberapa jam setelah mengerjakan misi yang diberikan oleh Andra. Sebelum melakukan apa yang diperintahkan oleh Andra, Ferdi berjalan menuju dapur untuk mengambil segelas air minum, tenggorokannya terasa kering.
"Wooi cok, ga jadi ambil cuti Lo??" tanya Satrio.
"Ahhh sia-lan Lo, kirain gue dedemit. Tiba -tiba muncul, Untung gue ga punya penyakit jantung. Ga, gue ga jadi cuti, Tuan Andra ngasih gue job. Mayan lah seribu dollar bonusnya, anjim banget kan?? Tapi gara-gara misi malam ini mata gue ternoda," seru Ferdi sambil mengelus dadanya.
"Ternoda gimana, emang Lo dapet misi apaan??" tanya Satrio
"Gue harus jadi mata-mata buat dapetin bukti perselingkuhan suaminya. Lo tau ga, mata gue ternoda sama adegan indehoy. Ahh gila-gila!!!" umpat Ferdi
"Buahahahahahaha, tumben lo dapat misi ecek-ecek kayak gitu. Biasanya lo dapet tugas paling sudah,"ujar Satrio
"Ini tuh sebenarnya tugas Lukman, cuma cewenya doi lagi ngidam, ngamuk kalo di tinggalin Lukman sendiri. Makanya sama Tuan Andra yang gantiin, ehh ga taunya Dia mendadak ada urusan juga," ucap Ferdi.
"Tumben banget, urusan apanya??" tanya Satrio.
Ferdi hanya menjawab dengan mengangkat kedua bahunya, dia juga tidak tahu urusan apa yang membuat tuan mudanya itu meninggalkan pekerjanya.
Setelah dari dapur, Ferdi kembali ke ruang kerja untuk mengerjakan tugas yang baru saja diberikan oleh Andra untuk mencari tahu informasi tentang Titania. Satu lagi keahlian Ferdi yaitu sebagai hacker terbaik yang dimiliki oleh Dragon Red Eyes. Baginya mencari data -data seseorang sangatlah mudah apalagi orang yang di cari bukanlah orang penting yang informasi pribadinya dilindungi dengan ketat. Hanya butuh tiga puluh menit semua informasi tentang Titania berhasil Ferdi dapatkan.
Tak berselang lama Andra sampai di markas dan langsung menemui Ferdi di ruang kerja.
"Apa sudah dapat??" tanyanya langsung.
"Sudah Tuan, ini hanya informasi umum," jawab Ferdi.
"Baiklah tolong bacakan!!"
Andra menopang kepalanya dengan kedua tangannya di atas meja. Siap mendengarkan informasi tentang Tania, gadis yang dia selamatkan malam tadi.
"Nama lengkapnya Titania Miera Arkhana berusia 18 tahun. Merupakan siswa aktif di SMA Negeri 23, mendapatkan beasiswa penuh. Kedua orang tuanya sudah meninggal dan kini tinggal bersama ibu tirinya dan adik tiri. Pernah bekerja di sebuah kafe sebagai freelance. Almarhum ayah Titania bernama Rizwan Arkhana, memiliki sebuah usaha toko grosir, meninggal karena menjadi korban tabrak lari. Sedangkan almarhum ibunya bernama Deviana Kharisma, seorang designer lepas meninggal beberapa saat setelah melahirkan. Tita-"
"Cukup. Terima kasih Ferdi," ucap Andra, langsung meninggalkan Asisten nya begitu saja.
"Kebiasaan!!!!" umpat Ferdi.
Sebenarnya banyak hal yang ingin ditanyakan oleh Ferdi, apalagi yang baru saja di cari informasi olehnya membuat nya cukup penasaran. Titania hanyalah warga biasa, catatan kehidupannya bersih tapi mengapa Andra mencari tahu tentang gadis itu.
"Apa ini berhubungan dengan keluarga ibunya gadis itu ya??" gumam Ferdi, matanya melihat foto Titania yang terpajang disebuah website sekolahnya.
"Cantik dan manis," gumam Ferdi.
Bagi Andra informasi tentang Tania lebih dari cukup, hal tersebut menentukan langkah selanjutnya yang harus Andra lakukan. Janjinya kala berusaha menyelamatkan gadis itu,membuat Andra harus mencari tau tentang Tania beserta keluarganya.
Tak ada hal lain yang akan di lakukan, Andra memutuskan kembali ke apartemen apalagi jam sudah menunjukkan pukul enam pagi. Pasti sebentar lagi Tania akan segera bangun.
"Eeeuuuggghhhhh."
Tania melenguh kemudian mulai membuka matanya. Tubuhnya sudah terasa lebih enak meskipun rasa lemas masih ada. Di kepalanya masih menempel feverpach yang Andra tempelkan sebagai pengganti kompresan.
Tania terkekeh saat mencabut feverpach dari keningnya. Merasa lucu dengan apa yang dilakukan oleh Andra kepadanya.
"Emangnya Tata ini anak kecil, pake di tempelin beginian," gumam Tania sambil menggelengkan kepalanya
ceklek
Andra masuk kedalam kamarnya untuk melihat kondisi Tania.
"Kamu sudah bangun??" tanya Andra
Tania tengah duduk bersandar, masih mengenakan hoddie milik Andra.
"Sudah om. Terima kasih sudah berkenan merawat Tania. Maaf merepotkan," ucap Tania.
"Jika ingin mandi, di kamar mandi ada air panas tinggal nyalakan alatnya saja. Ini ada pakaian ganti, semoga cukup. Jika sudah aku tunggu di dapur, kita sarapan."
Setelah mengucapkan hal tersebut Andra menyimpan paperbag yang berisi pakaian kemudian keluar kamarnya dan meninggalkan Tania begitu saja.
Tania berusaha untuk bangun meskipun tubuhnya masih lemas. Dia mengambil paperbag tersebut dan melihat isinya. Wajah Tania berusaha bersemu merah setelah melihat didalamnya terdapat pakaian dalam lengkap.
"Apa Om itu juga yang membeli kedua benda keramat ini???" Gumam Tania sambil mengangkat sem--pak dan bra dengan warna senada, hitam.
"Pas"
Tania mencoba sekilas bra tersebut takut kebesaran atau kekecilan sehingga dia akan menggunakan lagi bra yang dia pakai saat ini.
"Ahh..mungkin hanya kebetulan," ucapnya, tak ingin berpikiran buruk tentang Andra.
Lekas Tania pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri, perutnya juga sudah memanggil -manggil untuk di isi.
.
.
"Om An," sapa Tania.
Dia sudah selesai membersihkan diri dan memakai pakaian baru. Sebuah dress panjang sederhana namun cantik, sesuai dengan postur tubuh Tania yang memang tidak terlalu tinggi tapi tidak terlalu pendek juga.
Andra melirik sekilas kemudian mulai menghidangkan menu sarapan yang sudah dia buat. Karena ada sisa nasi semalam Andra memutuskan untuk membuat nasi goreng dari pada sayang jika di buang begitu saja. Dia bukan seseorang yang suka membuang-buang makanan. Ajaran bundanya sangat melekat di pikiran nya.
"Makanlah," ucap Andra dengan dingin.
Tania melongo melihat porsi nasi goreng di piring nya lebih banyak dari yang ada pada piring Andra. Andra mengerenyitkan dahinya saat melihat ekspresinya Tania.
"Ga suka??" tuduh Andra
Tania menggeleng kepalanya lalu mencebikkan bibirnya.
"Kau sedang hamil, perlu banyak makan!! Anakku juga butuh makan!" celetuk Andra, dia masih salah paham dengan kondisi Tania.
"Aku tidak ha-"
"Habiskan. Jangan bicara saat makan!!" tegas Andra.
Membuat Tania kaget dan terdiam. Dengan kasar menghembuskan napasnya, lalu mulai masukkan sesendok nasi goreng kedalam mulutnya.
Kedua mata Tania melotot, nasi goreng buatan Andra sangat enak. Mungkin baru kali ini Tania bisa memakan makanan yang layak dan enak. Jika di rumah Tania hanya di beri nasi dingin sisa semalam, nyaris basi itu pun dengan sisa lauk atau sayur yang ada. Jika tidak ada sisa nasi dan lauk, maka Tania tidak akan sarapan dan berangkat sekolah dengan perut yang lapar.
Tak terasa suap demi suap nasi goreng yang ada di piring Tania habis dan berpindah ke perut nya. Dua porsi yang Andra siapkan untuk Tania. Melihat wajah dan tubuhnya yang kurus, Tania terlihat seperti seseorang yang jarang makan. Tapi emang kenyataannya seperti itu, hanya makan jika ibu tiri bersedia memberikan nya makan.
"Nanti siang kita pergi kerumah orang tua ku. Akan aku perkenalkan kamu kepada mereka. Besok kita akan melangsungkan pernikahan. Karena usia mu masih delapan belas tahun maka kita akan menikah di bawah tangan atau nikah siri terlebih dahulu. Tahun depan tepat di ulang tahun mu yang kesembilan belas, aku akan mengurus peresmian pernikahan kita. Kita kamu mau mengadakan resepsi aku akan mempersiapkannya, " ucap Andra tiba-tiba
Tania membeku tak tau harus melakukan apa. Ini adalah sebuah kesalahpahaman. Meskipun Tania tidak menolak jika Andra mengajak menikah karena ingin lepas dari ibu tirinya tetapi Tania tidak ingin memulai semua dengan kebohongan.
"Ta-tapi om aku-"
"Ini demi kebaikanmu juga Tania. Bayi dalam kandungan mu butuh sosok ayah. Semakin lama perut mu akan membesar. Menurut saja dan jangan melakukan tidak bodoh seperti semalam," tegas Andra.
Tania hanya menghembuskan napasnya dengan kasar dan menghirup udara sebanyak-banyaknya. Tak ingin banyak berdebat dengan Andra, Tania akan bisa pasrah. Mungkin setelah bertemu dengan kedua orang tua Andra, dia akan berbicara yang sebenarnya.
"Baik Om An "
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!