NovelToon NovelToon

TERHALANG RESTU HANYA KARENA SEORANG SPG

#1

Hangatnya sinar mentari di pagi ini.

Memeluk setiap bagian tubuhku dan menjadi teman dalam setiap perjalanan ku.

Ingin terasing dengan alam bebas terasing dalam sebuah lamunanku.

Melihat hamparan Padang Savana yang luas hingga aku terlelap bersama sang malam.

Hidup hanya sekali aku tak ingin menyia-nyiakan hidupku bersama sifon pagiku.

Sebelum berangkat kerja pagi ini aku awali aktifitas ku dengan menyiram tanaman yang berada di halaman kamar kost kebetulan mulai kelihatan layu, entah sudah berapa lama tak di siram oleh sang empunya.

Setelah selesai dengan menyiram tanaman aku bergegas masuk untuk melaksanakan ritual mandi, tiga pulu menit berlalu selesai dengan ritual mandi ku aku keluar dari kamar mandi sambil mengeringkan badan dari sisa air yang masih menempel di badan dan langsung menggunakan seragam kerja tak lupa aku memoles wajahku dengan make up yang mungkin kelihatan menor tapi gak dempulan.

Yah aku hanyalah seorang karyawati yang bekerja di salah satu pusat perbelanjaan di kota ini sebagai SPG, entah mengapa sebagian orang menganggap pekerjaan itu hal yang rendah padahal halal lho guys.

Aku melirik sekilas ke cermin untuk memastikan kembali make up ku sudah sesuai dengan standar, aku berbalik berjalan ke arah tempat tidur meraih tas hitam milikku dan bergegas keluar kamar tak lupa pula menguncinya, selain aku seorang SPG di kota ini aku ngekost dan hanya sebatang kara.

Aku menempuh perjalan dari kost ke tempat aku bekerja hanya memerlukan 20 menit dengan berjalan kaki, aku sengaja mencari tempat tinggal tak jauh dari tempat aku kerja agar setiap waktu makan siang aku bisa pulang, klau makan di rumah kan gak boros amat sayang duit harus hemat.

Kini aku berada tepat di depan gedung tempat aku bekerja, suasana setiap paginya selalu ramai dengan karyawan dari berbagai departemen, aku membawa kaki ini terus melangka memasuki gedung itu dan berhenti tepat di depan livt yang entah sejak kapan mereka berdiri di depan sana, jika aku mengikuti mereka menggunakan livt aku bisa ikut terlambat, lantai tempat kerja kami berada tepat di lantai empat dan untuk naik ke atas bisa menggunakan livt atau tangga darurat.

Aku berbelok berjalan kearah pintu terbuka yang menunjukan tangga darurat berada di sebelah sana, melihat para pekerja berdesakan ingin memasuki livt aku mengurungkan niat ku untuk menggunakan livt, kerja aku yakin jika berdesakan seperti itu akan menimbulkan sesak dan hawa panas.

Aku bergegas menaiki anak tangga secara perlahan agar tidak mengeluarkan keringat dan tentunya tidak merasa capek juga karena klau tergesa-gesa bisa basah kuyup aku sampai atas di sebabkan oleh keringat, sesampainya aku di lantai empat tepat di ruang locker aku meraih cermin kecil yang memang sengaja aku membawanya untuk memastikan make up ku baik-baik saja.

Sambil menunggu pintu ruangan menuju akses perbelanjaan di buka oleh sekuriti, para pekerja lainya mengobrol ada yang bergosip ringan ada yang memperbaiki make up ada juga yang memainkan ponsel miliknya  seperti aku saat ini, duduk di pojokan sambil memainkan ponsel milikku sesekali aku membuka aplikasi untuk memastikan apakah ada pesan masuk untukku ngarep dikit gapapa.

Waktu menunjukan pukul delapan Am, kini pintu telah di buka semua para pekerja memasuki ruangan, sebelum aktifitas inti di lakukan kami para karyawan harus membersihkan area terlebih dahulu menata kembali barang yang mungkin sedikit berantakan.

Setelah di rasa semua sudah cukup bersih dan rapi, aku gegas mengambil buku laporan bulanan di laci dan memeriksanya kembali, maklum sif malam bukan tugas aku dan untuk memastikan kembali aku harus mengecek keseluruhan barang yang tersisa saat ini.

Keseriusanku dalam bekerja tak perlu di ragukan lagi, ketika sedang bekerja aku selalu profesional aku tak ingin ada kesalahan sedikit pun, saking serius aku sampai tak sadar klau sahabatku sedari tadi berada tepat di sampingku sambil mengamati apa yang ku lakukan.

Aku sekilas menoleh ke lantai aku di kagetkan dengan bayang yang berdiri tepat dekat dengan bayangan milikku, sebelum sekuriti membuka toko dengan sempurna lampu ruangan di nyalakan dengan posisi remang-remang, buat yang pacaran satu tempat kerja bisa pegangan tangan sambil beberes kan.

Kembali ke bayangan tadi sebelum aku menjerit aku melihat bayangan itu ingin menyentuh pundak ku, aku bergerak perlahan niat hati ingin menghindar dari bayangan itu malah tangan aku yang di tarik aku kaget dong gumamku

"kok bayangan bisa nyentuh",

Aku langsung  membalikan badan untuk memastikan itu bukan hantu atau dedemit ya kan, karena terdengar kabar burung di ruangan ini selalu terjadi hal-hal aneh.

Setelah aku membalikan badan ternyata yang sedari tadi dengan aku itu Rinda ingin rasanya aku marah dan ngomel karena udah mengganggu aktifitas ku tapi aku urungkan karena melihat dia hanya cengengesan gak jelas, yang menjadi pertanyaan di benakku sejak kapan dia datang perasaan di belakang tadi gak kelihatan biasanya klau di masuk pagi pasti ngumpul bareng ngegosip yang gak penting dulu baru masuk, lah ini udah kaya jailangkung datang tak di undang malah gak mau pergi, eh tunggu mau pergi ke mana orang counter dia berada tepat di samping aku kan aneh juga aku ini.

Tak berselang lama lampu-lampu ruangan di nyalakan dengan sempurna itu menandakan toko akan segera di buka, kami para karyawan karyawati segera maju dan berdiri  tepat di mana yang sudah di tentukan oleh pengawas, setelah pintu terbuka lebar satu persatu para pengunjung pusat perbelanjaan mulai berdatangan, memilih dan memilah barang yang mereka butuhkan atau hanya sekedar tanya-tanya doang.

Entah mengapa perhatianku tertuju ke Rinda yang sedari tadi tak mau pindah dari posisinya berdiri perasaan di sana bukan counter dia deh, semakin aku perhatikan aku semakin penasaran di buatnya, ada yang gak beres dengan anak itu, mumpung lagi sepi aku berjalan menuju tempat di mana Rinda berada dan ikut berdiri di sampingnya.

Aku berbisik dan bertanya

" ngapain gak balik ke counter udah selesai Nerima pengunjung juga udah kaya manekin ajha berdiri di sini,"  sekilas dia menoleh ke arah ku lalu kembali menoleh ke depan, dan melepas senyum yang di mataku itu sangat aneh banget tanpa menjawab pertanyaan ku, aku mengikuti arah pandangannya yang aku lihat lelaki berparas rupawan, aku paham sekarang mengapa dia tetap berada di sini, dia lelaki itu karyawan di departemen sebelah aneh saja menurutku ganteng tapi aaah entah lah.

Aku mengajak Rinda untuk balik ke counter lagi karena jikalau ketahuan bakal kena sangsi dari pengawas, Rinda yang kutarik tangannya itu hanya menuruti dan mengikuti ku dari belakang.

Tak berselang lama waktu menunjukan pukul dua belas menandakan waktu istirahat makan siang, aku yang memang sengaja tak membawa uang di karenakan ingin pulang makan di kost ajha, aku melangkah menuju pintu belakang meninggalkan area, di susul dengan Rinda berlari kecil menghampiri aku dan berjalan tepat di sampingku, dia menawarkan untuk makan berdua di kantin atas, belum sempat aku mengatakan bahwa aku ingin balik ke kost, dia malah melanjutkan niatnya mentraktir ku karena baru mendapatkan durian Runtu.

Jujur ingin rasa menolak ajakan takut nanti pikiran malah di manfaatin, sesampai di kantin Rinda berpesan ambil sesuka hati, nih anak klau lagi punya pasti boros banget gak mikir gajian masih lama, dia bukan hanya sekedar teman atau sahabat dia melebihi dari saudara, tempat berbagi suka duka, kita berdua memang slalu seperti ini jika sala satu di antara kami mendapat rezeki aku atau dia pasti mentraktir, klau tak makan di kantin ya makan di luar.

#2

Selesai menyantap makan siang kami, aku dan Rinda gegas keluar meninggalkan kantin menuruni anak tangga dengan perlahan sambil membahas soal dari mana uang yang ia pakai buat mentraktir aku barusan, aku tak begitu ikut campur masalah pribadinya selagi dia tidak merugikan aku, aku cukup menyimak semua penuturannya sambil sesekali aku merespon dengan berucap ya atau anggukan kepala saja,dia menceritakan semua dengan antusias.

Sesampai di lantai yang kami tuju, di mana ruang locker berada gegas aku dan Rinda mengambil alat tempur ( make up ) dan langsung mengabadikan di wajah tak lupa menambahkan sedikit lipstik agar terlihat fresh kembali, aku melirik kearah cermin memastikan klau make up ku tidak dempulan.

Ting bunyi suara notifikasi nada pesan dari ponsel ku yang memang sejak tadi tak tersentuh, aku masih mengabaikan benda tersebut, dan Ting bunyi kedua dan itu pasti saja dari orang yang sama tak lain tak bukan dia lah Andre pacar online ku beberapa bulan lalu yang kini sudah menjadi pacar dunia nyata, aku melirik ponsel itu sekilas dan berfikir mungkin saja ajha yang penting ku putuskan untuk mengambil benda pipih itu dan langsung membuka pesan singkat tersebut,

" yang hari ini aku pulang agak telat masih berada di luar kota " itu pesan pertama yang masuk

" yang kok gak di balas ?" Pesan kedua dari sang pacar

Setelah membaca semua pesannya aku hanya menanggapi dengan singkat " Ya gapapa "

benar saja tebakan ku pesan itu dari Andre.

Aku meletakkan gawaiku kemudian merapikan alat make up milikku dan memasukannya kembali ke dalam locker, Rinda aaah ya aku sampai melupakan anak itu, dia masih berkutat dengan bulu mata anti badainya entah sudah berapa kali ia mencabut dan memasangnya kembali, sambil sesekali membalas pesan yang entah dari siapa karena setau aku ia pernah mengatakan belum mempunyai pasangan/pacar.

Selesai dengan per make up an kami berdua bangkit dan berjalan menuju arah pintu karyawan, dan berdiri tepat di hadapan sekuriti wanita untuk mempersilahkan agar sekuriti itu memeriksa tubuh kami, dengan memakai alat.

Tak berselang lama kami memasuki area berjalan santai bak manager eh angan terlalu tinggi dah lah, sampai di counter masing-masing dan menunggu jam pulang tiba aku langsung kepikiran untuk mengambil buku laporan bulanan mencatat beberapa barang yang terjual dan juga no serinya tak lupa aku menyimpan nota penjualan juga, untuk di jadikan laporan akhir bulan nanti karena data yang ada di kasir harus sesuai dengan data dari counter kami.

Baru juga selesai dengan mengisi laporan harian/bulanan tiba-tiba supervisor gudang datang menghampiri ku mengatakan bahwa ada barang yang baru sampai dari brand aku harus di ambil di lantai basement tepatnya di ruang expedisi,aku yang mendengar hal itu gegas turun kebawa mengunakan livt, tak butuh waktu lama menggunakan livt kini aku telah sampai di lantai basement, pintu livt pun terbuka aku keluar berjalan menyusuri koridor yang memang terlihat sepi, di area ini memang jarang terlihat karyawan karena area ini di khususkan untuk menerima atau mengeluarkan barang dari supplier saja.

Sampailah di ruang yang aku tuju, aku mengetok pintu terlebih dahulu yang memang terbuka sepenuhnya agar mereka mengetahui keberadaan ku, dan juga bentuk dari kesopanan juga, agar tidak di katakan main nyelonong saja.

Mendengar ada yang mengetok pintu supervisor ( pak Rendi ) menoleh ke arahku menyuruhku untuk masuk dan menanyakan apa kepentinganku, aku yang di beri pertanyaan dari pak Rendi langsung mendekat ke meja di mana pak Rendi berada mengatakan klau aku ingin mengambil barang dari brand milik aku, seperti yang di katakan supervisor gudang ( pak Hendra ) barusan, tanpa menanggapi pak Rendi langsung memberikan surat jalan yang berisi laporan barang " cari barang punya brand kamu di tumpukan barang itu pastikan barangnya sesuai dengan apa yang tertulis di kertas itu," perintahnya.

Aku langsung saja mengambil kertas tersebut dan melakukan perintahnya, tak berselang lama aku menemukan barang milik brand ku dan menyusunnya keatas troli yang memang di khususkan untuk mengangkut barang, setelah aku rasa semua sudah naik ke troli aku berpamitan " pak semua sudah lengkap saya permisi terimakasih pak " ucapku tanpa menunggu jawaban dari pak Rendi karena udah pasti gak bakal di jawab, aku lalu meninggalkan ruangan tersebut dengan mendorong troli yang berisi tumpukan kardus menggunung.

Aku mendorong troli itu sepanjang koridor menuju livt yang kebetulan pintunya masih terbuka entah aku tak ingin ambil pusing dengan hal itu, aku masuk dan mendorong troli agar masuk dengan sempurna ke dalam livt, segera mungkin aku memencet tombol berangka empat pintu livt pun tertutup rapat dan langsung menuju lantai empat, setiba di lantai empat pintu livt terbuka dengan lebar aku mendorong troli keluar livt membawanya masuk melewati pintu karyawan menuju gudang yang berada di area tempat aku kerja, sesampai di gudang aku menyusun kardus berisi entah barang apa itu terasa begitu berat tanpa bantuan siapa pun karena posisi gudang saat ini lagi sepi.

Aku melirik jam yang berada di pergelangan tangan ku, waktu kini sudah menunjukan pukul lima lewat tiga puluh menit, itu menandakan waktu jam pulang sudah dari setengah jam lalu, dan aku tidak menyadari hal itu, aku meninggalkan barang-barang yang sudah aku susun dengan rapi barusan, belum juga aku menutup pintu  gudang dengan rapi Rinda datang menghampiri ku mengatakan klau dia sedari tadi mencari ku ingin mengajakku pulang bareng, dah lah udah kaya prangko ajha nempel mulu, ya kita memang seperti itu tiap harinya.

Aku mengangguk kan kepala tanda mengiyakan ajakannya, tetapi sebelum keluar area aku menyempatkan diri ke counter terlebih dahulu, rindah pun mengekor dari belakang udah kaya mak ayam sama anaknya, sampai di counter aku membuka laci dan mengambil buku laporan berniat aku bawa pulang untuk aku kerjakan di kost nanti agar akhir bulan tidak tidak terlalu menumpuk laporannya dan tidak menguras waktu dan juga tenaga, setelah mengambil apa yang aku perlu aku menitipkan counter ke pada partner kerjaku

" titip counter ya klau ada penjualan simpan barcode beserta nota penjualan yang di berikan oleh kasir nantinya, karena buku laporan akan aku bawa pulang untuk menyusun semua laporan yang ada. " ucapku panjang kali lebar hasilnya bikin pusing." Yang di balas anggukan dan senyuman oleh partner ku itu.

Aku dan Rinda pun berlalu menuju pintu karyawan meninggalkan area dan menghampiri locker mengambil tas dan juga ponsel lalu menutup dan mengunci locker itu, kami turun menggunakan tangga darurat jikalau memakai livt bisa di pastikan keluar dari tempat ini selepas magrib nanti, karena yang menggunakan livt karyawan bukan cuma kami  ada banyak karyawan, dan kapasitas livt juga tidak begitu banyak mengangkut penumpang. Mang angkot hedeh

#3

Tak butuh waktu lama untuk menuruni tangga darurat ini, tibalah kami di lantai bawah yang terlihat masih padat penduduk ( para karyawan/i) ada yang terlihat masih Engan untuk balik ada pula yang masih menikmati rok*k sambil berbincang.

      Kami berdua melanjutkan langkah Rinda berbelok arah berjalan menuju rak di mana ia menyimpan helem miliknya, dan aku berjalan menuju arah pintu keluar memutuskan untuk menunggunya di luar saja, jika aku tetap berada di dalam bisa di pastikan aku susah bernapas karena begitu sesak, mereka yang masi berada di sana kelihatannya sangat betah, hawa tubuh manusia terasa panas sampai kipas yang Segede gaban gak terasa anginnya, padahal sedari tadi jelas-jelas kipas itu terus berputar dengan sangat kencang.

     Tak berselang lama sahabatku itu keluar dengan menenteng helem dan berlalu begitu saja tanpa menoleh sedikitpun sampai aku yang di lewatinya mematung tak percaya, baru saja kita bersama beberapa menit lalu kini dia mendiamkan ku seolah tak mengenalku ketika melewati ku, aku masih berdiri di tempat yang sama memperhatikan Rinda dengan seksama yang kini langkahnya semakin jauh meninggalkan aku yang sedari tadi terpaku dengan tingkahnya yang berubah drastis, tak berselang lama dari kejauhan aku melihatnya membalik kan badan melangkah kembali ke arahku entah, mungkin ia melupakan sesuatu aku tak tau aku pura-pura tak melihat dan langsung memainkan ponsel milikku padahal aku tak membuka satu aplikasi pun, aku hanya memperhatikannya lewat ekor mata saja, ia berjalan menuju tempat aku berdiri saat ini, setibanya di sampingku sahabatku itu tanpa rasa bersalah ia lalu memukul lenganku, jika aku tak menggenggam erat ponselku mungkin sudah menjadi ponsel terbang di buatnya.

" astaga Dewi aku sampai lupa klau kita pulang bareng " ucapnya.

Sontak saja aku membuka mulut membentuk huruf o tak percaya dengan apa yang aku dengar barusan dan seketika aku menutup mulut kembali sembari  menggelengkan kepala.

" gini amat ya punya temen pelupa " gumamku dengan suara yang sangat pelan tapi itu mampu membuat Rinda menoleh kearah ku, bukannya marah ia malah menggaruk kepalanya yang aku rasa itu tidak gatal dan tersenyum tanpa dosa.

   

      Oh iya dari awal sampai detik ini aku belum memperkenalkan diri ya, nama aku Dewi Yulfiana putri umur aku 18 tahun baru saja tamat SMA setahun yang lalu, 18 tahun itu masih terbilang remaja ya ?? aku gak tau juga.

      Lanjut cerita, iya menarik pergelangan tangan ku menuntunku mengikuti langkahnya, dengan perlahan tapi pasti aku yang tadinya berada di belakangnya kini sudah mensejajarkan langkah tepat di sampingnya dan melepaskan pegangan tangannya yang sedari tadi menarik ku udah kaya emak-emak marahin anaknya yang kedapatan pacaran di kegelapan malam haduh, kami berjalan menuju eskalator yang berada di parkiran bawa gedung ini, mau di katakan lantai basement takut salah karena masih ada lagi lantai paling bawa. 

       Kali ini kami tak langsung pulang karena bentar lagi menunjukan waktu magrib kata orang tua terdahulu klau waktu magrib tiba jangan berkeliaran di jalanan tepatnya di luar rumah, aku dan sahabatku itu memutuskan untuk tetap berada di mall ini, yang tentu saja berada di luar area tempat kerja kita berdua, sore ini terlihat sangat begitu ramai pengunjung mall di tambah lagi bertepatan dengan waktu weekend, jadi wajar saja klau terlihat sangat ramai sekali.

      Para pengunjung terlihat sangat antusias, ada yang memboyong anak dan istri serta orang tua mereka, pasangan remaja dan juga kumpulan para geng sosialita, entah hanya untuk sekedar jalan-jalan melepas penat kala berada di rumah, atau datang berbelanja kebutuhan sehari-hari sambil menikmati kuliner yang berada di area mall ini dan mungkin juga menemani anak-anak mereka di wahana permainan.

      Puas dengan mengelilingi dan mengomentari hal yang tidak penting, dari segi penataan atau penampilan yang entahlah namanya juga ciwi-ciwi julit, dan belum tentu komentar itu akan di dengar oleh sang empu karena komentar itu yang dengar hanya kami berdua saja. 

       Setelah kami rasa waktu magrib telah usai, kami berdua memutuskan untuk kembali turun ke bawah, sebelum menuju parkiran motor dan benar-benar meninggalkan area mall ini Rinda menyempatkan diri untuk membeli cemilan yang tak pernah absen jika aku dan dia mengelilingi mall ini, tak lupa ia mengajakku menghampiri kedai tersebut, aku yang di ajaknya hanya mengikuti saja kemana arah langkahnya, berbeda klau aku membawa uang udah pasti aku antusias mensejajarkan langkahku dengan langkahnya.

      Ya kedai ini sudah menjadi langganan kami berdua lihat saja ketika Rinda menghampiri mbak-mbak yang berada di kedai itu tanpa harus sahabatku itu  menyebut apa yang ia mau mbak kedai itu langsung membuatkan, mbak itu hanya bertanya

" berapa porsi  " sambil melirikku sekilas, yang langsung di balas oleh Rinda 

" seperti biasa mbak 2 "

Yang di balas lagi oleh mbak kedai dengan anggukan.

        Dengan cekatan mbak kedai itu sangat lihai membuat cemilan, yang dalam penglihatan ku itu sangat rumit yang belum tentu aku bisa membuatnya sendiri, karena semenjak aku bekerja aku hanya memasak makanan yang menurutku gampang di buat dan tidak membuat ku kesusahan atau menguras waktu, cukup tenaga dan juga waktu ku tersita di tempat kerja, karena menjadi SPG itu tak semudah/segampang yang terlihat di depan mata saja, yang di benak orang cuman berdiri seperti patung manekin berdandan menor, sayangnya di belakang layar harus menyelesaikan laporan harian/bulanan belum lagi menghitung barang dan klau ada barang yang datang harus kita sendiri yang mengambilnya dari expedisi, belum lagi klau ada barak reject aku harus mengeluarkan tenaga ekstra untuk naik turun bolak balik dari ruang spv ke ruang HRD dan manager terakhir ruang expedisi lagi, baru memikirkannya saja sudah membuatku sakit kepala apa lagi klau mengerjakannya terkadang harus lembur, aku memang memiliki partner kerja tapi tak bisa aku harapkan, setiap kali aku alihkan ke partner kerjaku pasti semuanya berantakan dan harus mulai dari awal lagi.

         Lanjut ke cemilan tadi, tak berselang lama mbak kedai selesai membuat dua porsi cemilan yang di pesan, dan memberikannya ke Rinda yang langsung di sambut oleh sahabatku itu sambil memberikan dua lembar uang berwarna biru, tak lupa ia menunggu kembalian dari sisa uang miliknya.

        Selesai bertransaksi aku dan Rinda mencari tempat duduk agar dengan mudah menyantap cemilan tersebut, setelah mendapatkan tempat aku mendaratkan bo*k*ng ku di kursi di ikuti dengan Rinda yang duduk di sampingku, tak lupa iya menyimpan tas dan juga helem miliknya di meja yang tepat berada di hadapan kami.

Ia tak hanya membeli cemilan tapi juga membeli minuman entah kapan aku sendiri tak sadar hal itu, ya beginilah kami klau salah satu di antara kami lagi ketimpa durian runtuh walau pun tak mahal asal ikhlas, itu ajha udah senang.

Setelah cemilan yang kami santap  bersih tak tersisa udah kayak orang kelaparan, kami berdua gegas keluar mall menuju parkiran kali ini aku dan sahabatku itu benar-benar pulang, meninggalkan parkiran mall menuju jalanan yang begitu ramai, jika menggunakan motor begini ke tempat aku tinggal memakan waktu tak kurang dari 45 menit lamanya aneh kan bukan cepat sampai malahan lambat, sahabatku itu terlebih dahulu mengantarku pulang, setelah itu ia berbalik arah roda dua miliknya dan melajukan motornya menghilang di balik keramaian jalanan malam.

      Aku kembali menaiki anak tangga, tiap hari rasanya kaki ini gak henti-henti naik turun tangga, aku berjalan ke arah kamar membuka pintu menggunakan kunci yang sedari tadi aku genggam setelah pintu kamar terbuka aku gegas masuk dan menutup pintu kembali, tanpa berganti pakaian terlebih dahulu aku langsung membaringkan badan ku di kasur yang berukuran kecil hanya muat satu orang saja.

Baru juga aku menutup mata aku langsung teringat akan Rinda seharian ini dia mentraktirku tapi tak ada ucapan terimakasih sekalipun dariku, aku menepuk jidat dan dengan gerakan secepat kilat aku langsung mengambil ponselku kubuka aplikasi B**

" Rin maaf ya aku lupa bilang makasih, makasih banyak ya untuk hari ini, klau aku dapat rejeki nanti gantian aku yang traktir " tanpa menunggu balasan aku langsung mematikan cahaya ponsel milikku dan melanjutkan aksiku menutup mata, sungguh hari-hari ku di penuhi dengan kepenatan.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!