Minggu Pagi di Bandara...
“Sayang, jangan lari-lari!” pesan seorang wanita cantik yang berjalan elegan. Melihat anak gadisnya terus berlarian sampai pintu kedatangan. Sikapnya yang tak hati-hati selalu membuatnya terlibat dalam suatu masalah. Seperti saat ini, Ia tak mengindahkan ucapan Mamanya, membuat hal yang tak diinginkan pun terjadi.
Brak!!
Terdengar suara benda jatuh dari arah belakangnya.
Hari ini adalah hari yang paling ditunggu oleh Angel. Pasalnya Papanya baru saja pulang dari luar negeri guna keperluan dinas. Ia terus bertanya kepada sang Mama kapan Papanya akan pulang. Tujuh hari dalam satu Minggu, satu kali dua puluh empat jam, Angel terus merecoki Mamanya. Membuat wanita cantik itu juga merindukan suaminya setelah satu tahun harus menjalani Long Distance Relationship (LDR) Jakarta- London.
Setelah mengetahui tanggal kepulangan Papanya adalah hari Minggu dan itu adalah hari ini, Angel segera bersorak dan tak sabar untuk menjemputnya. Energi yang tak pernah habis membuat Angel, selalu bersemangat. Sampai Ia tak sadar tengah menabrak sesuatu.
Seorang pria tengah mengambil kopernya yang tergeletak oleh gadis muda yang powerfull. merasa ada yang salah, gadis itu menoleh untuk menghampiri pria itu dan segera meminta maaf.
“Sorry Om, Saya buru-buru.” ucapnya. Tanpa menatap sang pemilik koper. Sambil mengusap benda kotak berwarna biru untuk membersihkannya dari debu. Gadis itu tersenyum canggung, sambil menunjukkan deretan gigi putihnya yang berbaris rapi dan cantik.
“Hehe, nih udah bersih. sekali lagi Sorry ya Om!” Setelahnya Angel pergi begitu saja. Padahal pria itu hendak memberitahu jika Ia telah menjatuhkan sesuatu miliknya. Pria itu tersenyum sambil menatap gelang lucu yang bertuliskan sebuah nama, mengingatkannya dengan seseorang.
“Papa...!” teriak Angel dengan melebarkan kedua tangannya. Saat melihat pria gagah tengah tersenyum dari kejauhan. Memeluk pria dengan mantel tebal lengkap dengan kaca mata hitam sangat erat. Senyumnya sangat terang, melihat anak gadisnya yang tumbuh dengan cepat.
“Sayang, gadis cantik Papa, kebiasaan kamu selalu seperti itu.” keduanya pun berjalan beriringan sambil bercerita saling mencurahkan rindu. Tinggi gadis itu bertambah cukup banyak, semakin dewasa, anak gadisnya semakin mirip dengan istrinya, cantik dan selalu membuat perhatian di sekelilingnya.
“Di mana Mama dan adikmu?”
“Ada Pa, Mama masih di belakang karena nggak mau diajak lari-larian mengejar Angel. Adek nggak ikut, biasalah mau main katanya.”
“Ck, Kamu! Ayo kita cari Mama nanti hilang lagi diambil orang! Kan Papa yang susah.”
Haha...
...
Ansara Jelita Ardiano, gadis belia enam belas tahun. Putri pertama pasangan Vicky Ardiano dan Distanika Fadila. Gadis yang di panggil Angel karena singkatan namanya, selalu membuat kehebohan di mana dirinya berada. Tak di rumah, di sekolah ataupun di tempat umum.
Gadis yang memiliki kecerdasan akademik dan fisik sempurna di dapat dari kedua orang tuanya. Tak heran jika Angel selalu memiliki pencapaian luar biasa. Sayangnya, gadis itu juga sering mendapat hukuman dari guru karena perbuatannya yang selalu seenaknya sendiri dan melanggar peraturan.
Vicky yang baru pulang dari perjalanan dinasnya, yang harus menetap selama satu tahun lamanya ke Inggris untuk membesarkan perusahaannya. Kini Ia pulang untuk memenuhi janji dari persahabatannya dulu dengan pentolan geng tampan dari keluarga Wijaya. siapa lagi jika bukan Dion Wijaya.
“Sayang, lama menunggu?” sapa Vicky kepada istrinya. Keduanya pun berpelukan untuk melepas rindu. Membuat Angel berdecak dan menelusup diantara Kedua orang tuanya.
“Ma, kangen-kangenan nya nanti saja di rumah, kasihan Papa pasti capek.” protes Angel yang terus menggamit lengan Papanya. Vicky mengacak rambut anak gadisnya, juga mengusap pipi lembut Dista yang mengerucutkan bibirnya.
“Dasar anaknya Vicky!”
Mereka bertiga pun meninggalkan bandara. Di dalam mobil, Angel baru sadar jika Ia telah kehilangan sesuatu setelah bercanda dengan kedua orang tuanya. Ia melihat benda kesayangannya tak ada. Ia mencari sampai ke sudut-sudut jok mobil.
“Pa, tolong geser sedikit!” pinta Angel, tak cukup mengganggu Papanya, kini Ia beralih ke Mamanya yang tengah bermain sosial media.
“Apa lagi sih Nak, nggak bisa lihat Mama senang sebentar!”
“Mama lihat gelang Aku nggak?”
“Bukannya tadi pagi masih kamu pakai? Coba cari lagi siapa tahu tersangkut.”
Raut panik Angel membuat Papanya bertanya. Gelang seperti apa sampai membuat anaknya nyaris menangis seperti itu. Angel terus berdecak, Ia khawatir akan terjadi sesuatu padanya nanti.
“Besok Papa belikan kalau memang gelang kamu nggak ketemu. Jangan di tekuk begitu wajahnya Nak, jelek tahu!”
“Ck, Papa mana tahu sih, itu bukan sembarang gelang. Itu jimat pemberian teman Angel dari luar negeri.”
Seketika suasana dalam mobil itu hening. Lalu keduanya tertawa, menertawakan tingkah anaknya yang ada-ada saja.
“Yang, memangnya benar ada yang seperti itu?” tanya Vicky.
“Katanya sih iya Pa, kalau gelang itu di temukan sama orang lain bisa celaka bagi pemilik sebelumnya.”
“Celaka? Masa sih, kok seram?” tanya Vicky lagi masih belum mengerti.
“Maksudnya, kalau yang menemukan laki-laki, maka si pemilik gelang itu akan tergila-gila sama dia, begitu kata teman Angel kemarin.” Imbuh gadis ayu itu.
“Ma, gimana nih nasib Aku?”
Vicky tertawa. Di jaman modern seperti ini masih saja percaya takhayul seperti itu. bicara tentang tergila-gila kepada anaknya, Vicky jadi mengingat sahabat lamanya yang tergila-gila dengan istrinya. Sungguh membuatnya sakit kepala sepanjang waktu.
“Sudah, nggak akan ada yang naksir kamu. Karena kamu sudah ada yang punya, bahkan saat kamu belum lahir.” goda Vicky yang mendapat cubitan dari Dista.
“Papa!”
...
Beberapa bulan lagi, Angel akan berulang tahun. Genap di usia sweet seventeen itu, Sahabatnya akan datang untuk meresmikan perjodohan. Sebuah perjodohan yang sudah di gadang-gadang bahkan saat anak mereka masih di dalam kandungan.
Bahwa Dion harus berbesan dengannya, untuk mempererat persahabatannya di masa depan. Beruntungnya, Sahabatnya memiliki anak laki-laki tak Cuma satu. Melainkan dua anak laki-laki kembar identik. Tentunya Angel maupun Vicky bisa membuat pilihan bukan?
Setibanya di rumah, Angel segera masuk ke kamarnya dan merebahkan diri. Pikirannya dihantui macam-macam perasaan. Segera Ia menekan nomor temannya dan memberitahukan jika gelang pemberiannya telah hilang.
Bukannya menenangkan dirinya, justru Anjel mendapat gelak tawa dari line seberang.
Angel
[Gimana kalau yang nemuin itu jelek, tua, dekil, buluk, om-om...,]
Deka
[Ya, jodoh Lo Om-Om, haha... sabar ya cantik. Nanti Gue beliin lagi deh, semoga aja nggak ada yang nemuin jimat itu.]
Angel
[Ish, Gue serius Deka! Nanti malam jemput gue dong! Gue stres gara-gara omongan Lo tadi.]
Deka
[Oke my Angel, awas nanti malam di impiin Om-om, haha...]
“Sial, gara-gara si Deka gue nggak bisa tenang, tapi Om-om yang dibicarakan Deka...” Gadis dengan tahi lalat di bawah mata itu berpikir, jika Ia masih memakai gelang itu di bandara. Sampai saat Ia menabrak seseorang
“Oh, Sial!”
...
“Apa ini Pa?”
Sambil mengambil sebuah gelang yang terbuat dari sterling silver dari tangan papanya. Di tengah-tengah rantai gelang itu tersusun sebuah alfabet. Jika dibaca akan membentuk sebuah nama, ANGEL. Juga ada sebuah bentuk hati yang membuat tampilan benda itu semakin menarik perhatian salah satu bocah laki-laki.
“Kenapa Zayn? Kamu tertarik?”
“Haha, Nggak lah. buat apa beginian, apalagi ini kayak punya cewek.” ejek Zayn.
Sambil memasang kembali headphone ke telinganya dan memejamkan mata. Perjalanan yang sungguh membosankan baginya. Ia sudah merasa nyaman tinggal di Aussie bersama Sigit dan Gio. Kenapa Papanya tiba-tiba menjemput mereka berdua kembali ke Jakarta. padahal kelulusan sekolah juga tinggal setahun lagi.
“Memang ini punya cewek, tadi seorang gadis menabrak Papa dan tak sengaja menjatuhkan barang miliknya. Serius kamu nggak mau?” tanya papanya. Dan bocah tampan itu menggeleng.
Zayn lahir enam belas tahun lalu. Uniknya dia lahir tidak sendirian, karena berselang lima menit, saudara laki-lakinya pun turut lahir ke dunia, dia adalah Gio.
Ya, Zayn Marco Wijaya dan Giovan Nicholas Wijaya adalah putra kembar dari Dion Wijaya dan Kania Dinara. Mereka harus kembali ke Jakarta, karena Papanya telah berjanji akan menjodohkan salah satu dari mereka berdua untuk anak sahabatnya yang usianya beberapa bulan lebih dewasa.
Merasa hening, Zayn membuka matanya. Ternyata benda pemberian papanya yang ditolaknya, telah berpindah tangan kepada saudara kembarnya, Gio.
Tiba-tiba remaja manis yang duduk di jok depan merasa terkejut, karena Zayn tiba-tiba merampas gelang yang hendak dipakainya.
“Balikin Zy, enak aja itu punya Gue!” protesnya, hendak meraih benda itu, namun di genggam erat oleh Zayn.
“Zy... Zy... enak aja, panggil Gue Marco! jangan pernah pakai nama itu lagi, ingat ya Gue nggak suka!” protes Zayn yang sedikit pemarah.
“Tapi Balikin dulu!” pinta Gio, yang hendak melayangkan tinju kepada saudaranya dan terjadilah keributan di dalam mobil.
Dion merasa kewalahan, mengurus dua bocah kembar itu, apalagi saat memperebutkan sesuatu. terlebih sekarang ini, Ia harus menjemput si kembar sendirian. Karena Kania sedang mempersiapkan kamar dan acara penyambutan untuk kedatangan dua putranya. Kadang Dion merasa bersalah kepada Kania, yang setiap hari harus berurusan dengan mereka.
Kania terlampau sabar, bisa mengasuh si kembar yang badungnya berkali lipat dari kelakuannya semasa muda. Lantas, Dion mengurungkan niatnya untuk menambah anak, melihat kelakuan dua jagoannya suka sekali berbuat keributan. Kadang akur, kadang ribut. Sesekali saling mendukung, sesekali adu otot. Bahkan Sigit harus sering datang ke sekolahnya untuk menerima aduan dari kepala asrama Zayn dan Gio selama tinggal Aussie.
“Hentikan, Zayn, Gio!” suara bariton Dion menghentikan mereka berdua.
Namun, kedua bocah itu hanya menatap papanya dan tertawa kecil, tanpa mempedulikannya. Membuat sang sopir tertawa. Dalam hati pria tua itu pasti Tuan Dion merasakan perbuatannya dulu kepada orang tuanya.
“Eh, Zayn, bukannya tadi kamu menolaknya? Bilang apa kamu tadi? Kenapa sekarang berebut dengan Gio!” sindir Dion, yang tak mau kalah dengan anaknya.
Wajah Gio tersenyum mengejek saudara kembarnya kena marah papanya yang galak. Sedangkan Zayn tak peduli. Bocah tampan itu memasukan gelangnya ke dalam saku jaketnya.
“Pokoknya ini punya Gue titik! Karena Gue yang lihat lebih dulu.”
“Eh Zayn Satu lagi, kenapa mengatakan namamu itu jelek?”
Dion mengintimidasi Zayn dan melepas headphone nya untuk menjewer telinganya yang bebal. Zayn meringis meminta ampun. Sambil tertawa mengejek.
“Pokoknya Papa, Mama, Lo Gio kalau di sekolah kalian harus panggil Gue Marco titik!”
Sepanjang perjalanan ke rumah, telinga Dion merasa kebas dengan ocehan kedua anak laki-lakinya. Apakah iya, dulu dirinya seperti itu. sampai para sahabatnya mengatai dirinya adalah pria banyak bacot, dan sekarang terbukti menurun kepada dua bocah tampan itu.
“Astaga, gadis mana yang akan betah dengan kelakuan kalian berdua, terutama kamu Zayn! Papa baru sadar, ternyata Papamu ini dulu menyebalkan sekali, apalagi setelah melihatmu.”
Dion berbicara sambil mengelus dada. Gio tertawa cekikikan sambil memegangi perutnya, karena tingkah Zayn memang sangat menyebalkan, sangat.
...
“Ayo turun! Semua sudah menunggu kalian.”
Dion terus menggerutu, Ia jadi yakin kenapa dulu sahabatnya sangat ingin sekali anak perempuan, ternyata begini rasanya. Satu rumah isinya laki-laki semua.
Melihat sebuah mobil berhenti di depannya, seorang wanita cantik telah menyambutnya dengan perasaan gembira. sudah dua tahun lebih,mereka terpisah. Karena Dion sengaja menyekolahkan si kembar di luar supaya bisa hidup mandiri. Namun kenyataanya justru merepotkan saudaranya.
“Mama,” sapa Zayn dan Gio. Keduanya memeluk wanita cantik itu lalu mengajaknya masuk dan meninggalkan Dion sendirian mematung di depan pintu dengan barang bawaan mereka berdua.
“Ma, di sini tempat paling rame buat nongkrong di mana?” tanya Gio.
“Heh, baru juga sampai rumah, sudah mau main saja. Mama kalian itu kangen, temani dulu dong Zayn, Gio!”
Kania mengusap wajah Dion yang frustrasi. “Sabar Mas, namanya anak-anak juga begitu.”
“Anak-anak dari mana? Mereka sebentar lagi tujuh belas tahun Kania, kamu nggak lihat jakun mereka udah sebesar biji jambu monyet.”
Kania meminta Dion untuk istirahat, karena sejak kedatangan si kembar, suaminya menjadi uring-uringan. Lain dengan si kembar yang sudah merencanakan sesuatu setibanya di rumah.
“Nah Zayn, Gio, ini kamar kalian sudah Mama siapkan. Oh iya satu lagi...”
Gio yang hendak pergi mendadak menghentikan langkahnya begitu juga dengan Zayn yang sudah tak sabar merebahkan diri di ranjangnya yang empuk.
“Oma kalian baru saja memberikan hadiah sambutan kedatangan kalian, mungkin sebentar lagi akan sampai...” belum juga selesai ucapan Kania, suara berisik di halaman besar Wijaya membuat perhatian mereka teralihkan.
“Wah panjang umur... mereka sudah datang.”
...
Pukul Tujuh, Deka sudah menunggu di depan gerbang pintu rumah Angel. Gadis itu tak mengizinkannya masuk, karena pasti akan mendapat interogasi dari Mamanya. Apalagi sekarang Papanya berada di rumah, mungkin akan lebih sulit lagi mencari alasan untuk keluar.
Dengan kaos bahu terbuka dan jins skinny, Angel sudah siap untuk hang out. Tak lupa jaket denim dan sneakers putih favoritnya, membuat gadis dengan pipi pink merona alami itu tampak memukau. Saat sedang mengoleskan lip tint di bibirnya terdengar suara ketukan pintu.
“Jelly, dipanggil Mama!” ucap adiknya.
“Tunggu sebentar!” Angel membuka pintu. Sosok remaja puber di depannya tampak memandanginya dengan mata tak berkedip.
“Mau kemana Lo jel? Bilangin Mama nih!”
“Nggak perlu, terima kasih. Gue bisa bilang ke Mama sama Papa sendiri, dasar ember!”
Angel menuruni tangga, dan segera berpamitan kepada kedua orang tuanya. Gadis remaja itu menengadahkan tangan, seakan memberi kode.
“Mau kemana Angel?” Vicky melihat anak gadisnya sudah rapi. Bahkan aroma parfumnya menguar di meja makan.
“Angel mau keluar sebentar Pa, boleh minta uang jajan nggak? hehe...” rayunya.
“Jawab Papa dulu, kamu pergi sama siapa, kemana, dan akan pulang jam berapa? Papa baru sampai rumah Lho Nak, masa mau kamu tinggal pergi,hm?”
Angel terdiam. Lantas Ia menoleh kepada mamanya. Tatapannya memohon untuk dimudahkan mendapat surat izin keluar sembari mengatupkan kedua tangannya. ‘Mama please...’
Dista pun merayu suaminya untuk kali ini. mungkin Angel sudah membuat janji dengan temannya dan tidak bisa dibatalkan. Apalagi mengingat kejadian tadi pagi yang membuat perasaannya tak karuan, dengan sebuah anggukan lembut dari istrinya, suaminya pun tersenyum.
“Angel pergi dengan teman sekolah Pa, sebentar lagi dia datang. Cuma mau nonton bioskop kok Pa, jam sembilan sudah sampai rumah. ya, ya, boleh ya Ma, Pa... ”
Belum mendapat jawaban dari Papanya, ponsel Angel terus berdering. Notifikasi pesan juga panggilan tak terjawab cukup banyak untuknya. Setelah memikirkan masak-masak, akhirnya Vicky mengizinkan Angel keluar, dengan syarat ponselnya harus selalu aktif dan tepat waktu.
“Ya sudah, karena Mama kamu yang minta Papa kasih izin. Hati-hati, jangan pulang malam-malam, Sayang!”
“Ya!!”
‘Asli, Bokap gue di rumah udah ngalahin guru BP yang sadis banget.’ Gerutunya. Angel keluar gerbang, dan mendapati Deka sudah hampir mati kebosanan.
“Lama banget sih Lo?” protes Deka, saat Angel memasuki mobilnya.
“Haha, sorry... Bokap gue baru balik, gue diinterogasi dulu Deka, gila sih ngeri-ngeri sedap.”
“Jadi nih kita nonton balap liar?”
“Oh, jadi dong!”
...
Angel menyalakan pemutar musik di mobil Deka, irama musik hip hop membuat keduanya menggerakkan kepalanya sembari menatap jalanan Jakarta pada Minggu malam. Deka terus tersenyum melihat kelakuan Angel.
‘Angel, kapan Lo bisa melihat perasaan Gue ke Lo?’
Setibanya di arena balap, Angel meminta Deka untuk menunggunya dan menyemangatinya. Deka pun tak mengerti dengan maksud gadis yang disukainya sejak lama.
“Lo tunggu di sini Oke!”
Angel berlalu, menghampiri kedua pria dan satu wanita yang telah menunggunya. Sebuah motor besar berwarna merah terang dengan helm full face.
“Aman kan? Lo udah service semua kan?” tanya Angel yang mulai mengenakan pakaian dan atribut pelindung juga masker hitam sebelum mengenakan helmnya.
“Jel, gila Lo ya! Lo nggak bilang kalau mau turun ke jalan!” Deka mulai khawatir, saat gadis itu mulai menaiki motor dan melakukan pemanasan. Tatapan Angel mengatakan kepada Deka jika semua aman terkendali.
“Lo tenang aja Deka, Ini anak lama semua dan Gue udah yakin akan menang lagi kali ini.” tangan Angel mencolek dagu Deka yang membeku. Melihat gadis nekat itu menjalankan motornya bersama dua motor besar yang lainnya.
Deka bertanya kepada teman Angel pemilik motor itu, apakah gadis nekat itu sering melakukan balapan seperti ini? dan mereka semua mengiyakan. Hadiah yang di menangkan Angel untuk perbaikan motor dan acara makan-makan mereka semua.
“Sial, kenapa Gue baru tahu hal ini.” Deka semakin terkejut saat ponsel gadis itu berdering. Melihat sebuah motor besar yang lainnya datang dan berhenti di sisi tempat Angel berada. Gadis itu menoleh ke arahnya begitu juga sebaliknya.
‘Siapa dia? Bukannya Cuma tiga orang saja ya yang akan turun ke jalan?’ batin Angel.
“Cih, Who care?” senyumnya tersungging dari balik helm.
Hitungan berjalan, seorang gadis berdiri di tengah arena, mengibarkan bendera dan menghitung mundur. Suara knalpot empat motor besar membuat arena semakin panas.
“Three, Two, One... Go!”
“Good luck Angel!!” pekik Deka.
Angel dan ke tiga pebalap lainnya, harus melintasi lintasan sepanjang 4,12 kilometer dengan lebar lintasan 10 meter dan lintasan lurus sepanjang 700 meter. Angel berusaha mengalahkan ketiga pebalap lainnya. Namun, kali ini ada keraguan dalam hatinya karena jimat keberuntungannya tak menemaninya dirinya dalam pertandingan kali ini.
Angel berada di posisi pertama, setelah mengalahkan saingannya, tetapi sayangnya tak bertahan lama. Pendatang baru itu berhasil menyalipnya dan menoleh ke arahnya, seolah mengejek.
‘Brengsek!’
Dengan fokus yang Ia punya, bagaimanapun caranya Ia harus menang dalam balapan kali ini. jika tidak, teman-temannya tak akan mengizinkannya lagi bermain dengan motornya. Saat tikungan terakhir mulai terlihat dan tersisa lintasan lurus, Angel mengerahkan kemampuannya.
‘Ma, Pa maafin Angel ya jika nanti terjadi sesuatu.’
Sraaaahhhhsss....
Sorak soray para penonton menyambut juara lintasan minggu ini. sayangnya, itu bukan Angel. Deka berlari menghampiri teman cantiknya itu. entah mengapa Deka begitu kasihan saat melihat Angel begitu lemas. Saat Angel hendak melepas helm, sang juara baru menghampiri Angel dan teman-temannya.
“Lumayan, tapi Lo harus gedein badan Lo dulu biar nggak terbang kebawa angin!” ucapnya.
“Sialan Lo Brengsek! baru menang sekali aja sombong!” balas Angel.
Deka menahan gadis itu untuk berkelahi, karena sejak tadi ponsel gadis itu terus berbunyi. Teman-teman Angel pun juga merasa hasil waktu yang dikalahkan gadis SMA itu tidak buruk, hanya saja Ia bertemu lawan yang lebih tangguh.
“Sudah sekarang Lo pulang aja, di cari Nyokap Lo tuh! Tapi Sorry Jel, kita nggak bisa kasih kesempatan buat Lo tanding lagi, Gue nggak mau terjadi apa-apa sama Lo mengingat Lo cewek sendiri di sini!”
Ucapan itu di dengar oleh pebalap yang masih duduk di atas motornya. Ia membuka helmnya, dan menoleh ke arah Angel masih mematung di depan Deka dan ketiga temannya yang lain.
“Oh, ternyata Lo cewek! Sorry, harusnya Gue ngalah tadi buat Lo! pantes aja body Lo kecil ternyata cewek!”
Mendengar hal itu hati Angel mendidih, sudah menahan kesal dengan kejadian di bandara, berikutnya Ia harus kalah balapan hanya karena orang baru. Angel melepas atribut yang melekat di tubuhnya. Hingga rambut panjangnya tergerai dan membuat pria itu membelalakkan matanya tak percaya.
“Turun Lo! Jangan omong doang, terus kalau gue cewek memangnya kenapa?”
Dengan menarik jaket kulit hitam itu untuk turun dari motor besarnya. Sedangkan salah satu yang lain baru datang dengan membawa segelas kopi untuk saudaranya.
“Kemana si Zayn?”
...
Dari arah kejauhan di mana Gio berdiri, Ia melihat sebuah keributan. Gio pun berlari menuju ke tempat itu. banyak yang berkerumun melihat sesuatu yang menarik.
“Jel sudah Jel, itu anak orang Lo hajar sampai babak belur begitu!” pinta Deka
“Salah siapa mulutnya nggak bisa dijaga!”
Deka menarik tubuh gadis itu yang sudah berada diatas tubuh lawannya. Dada Angel naik turun, seakan menyalurkan semua amarahnya pada pria yang terbaring di tanah. Wajah tampan itu penuh hasil karya seorang Ansara Jelita, merah, biru dan sedikit robek di bibirnya.
“Untung Lo cewek, Kalau Nggak udah Gue balas perbuatan Lo!” maki Zayn. Pria dengan jaket kulit itu adalah Zayn, pria yang sama yang berhasil mengalahkan Angel dalam balap liar malam ini.
“Gue tunggu, Gue nggak takut sama Lo!” Angel berlalu, bersama Deka.
...
Gio meletakan kopinya dan melihat saudara kembarnya terbaring di jalanan. Bukannya segera menolong bocah manis itu tertawa.
“Ngapain Lo, Gue cariin malah rebahan di sini. Bangun!” ledek Gio.
“Siapa yang berani sama saudara Gue?” imbuh Gio lagi, melihat Zayn juga akhirnya tertawa.
“Haha, sial! Untung aja Lo nggak melihat kejadiannya. Mau balik sekarang? Lama-lama perih nih.”
Zayn bangun dan membersihkan dirinya. Ia memeriksa di jalanan itu, memastikan tak ada yang tertinggal. Saat memeriksa saku jaketnya, benda itu ternyata masih ada. Zayn menyentuh bibirnya yang robek, tak menyangka tenaga gadis yang Ia katai kecil itu rupanya sangat bertenaga. Bahkan dengan mudah menarik tubuhnya dan membantingnya di aspal.
“Lo mau diomelin Papa semalam suntuk? Sini Gue beliin obat dulu. Buat siapa pun yang bikin wajah ganteng si Zayn berantakan, Gue berterima kasih banget, haha...”
Gio membawa Zayn ke sebuah minimarket untuk membeli plester, kapas dan alkohol. Saat menunggu di atas motor, Zayn melihat tangan Angel yang sedang diobati seorang pria. Kemudian mereka berdua memasuki sebuah mobil. Tanpa mengatakan sepatah kata apa pun Zayn menghampiri mobil itu, sayangnya mobil itu segera berlalu.
“Gue pastikan jika kita bertemu lagi, Gue nggak akan membiarkan Lo Lolos begitu saja!”
...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!