Beberapa bulan menjalai hidup normal sebagai pasangan suami istri. Rama dan Ayra hidup bahagia tanpa ada masalah.
"Uueek ... ueekk!" Ayra merasa mual.
Rama yg masih terbaring ditempat tidur, langsung terbangun saat mendengar istinya muntah-muntah. "Sayang ... kamu kenapa?" tanya Rama sembari menghampiri Rea ke dalam kamar mandi.
"Nggak tahu, Mas. Perutku mual dan tenggorokanku juga terasa pahit," lirih Ayra sambil memegang kepalanya yang juga terasa berputar-putar.
"Jangan-jangan kamu ...." Rama menghentikan ucapannya lalu merangkul Rea untuk membantunya kembali ke kamar.
"Kenapa?" tanya Ayra.
"Nggak. Gapapa, Sayang." Rama tak ingin menduga-duga karna dia tak ingin kecewa.
"Mas, aku mau es kelapa muda," lirih Ayra.
"Sayang, ini masih pagi. Mana ada yg jualan es kelapa muda." Ahir-ahir ini Ayra memang selalu meminta yang aneh-aneh.
"Aku mau es kelapa muda, sekarang!" ucap Ayra dengan sedikit mengeraskan suaranya.
Rama menggaruk kepalanya yang tak gatal. "Iya-iya, aku beliin sekarang ya!" Raka mulai berjalan ke luar kamar dengan menggenggam dompet dan kunci mobilnya.
Setelah Rama pergi, Ayra menunggu Rama di kamar, tetapi sudah beberapa jam menunggu Rama belum kembali juga.
"Duh, kok kepalaku pusing," lirih Ayra sambil bejalan sempoyongan. Saat itu dia hendak ke luar untuk menunggu sang suami di depan rumahnya.
Bruk!
Tiba-tiba Ayra terjatuh kelantai dan kini dia tergeletak tak sadarkan diri di atas lantai.
Para pelayan yang melihatnya segera berlari menghampiri Rea.
"Nyonya ... nyonya!" seru si pelayan yang saat itu sudah memeluk Ayra agar tidak terjaring di lantai.
"Ayo cepat bawa kerumah sakit!" ucap Jhon panik. Jhon segera menghubungi Raka dan mengabarkan bahwa Rea pingsan dan akan segera dilarikan ke rumah sakit.
*******
Dirumah sakit. Di depan ruangan pemeriksaan, para pelayan dan bodyguard sedang menunggu kabar dari dokter.
Rama berlari menghampiri ruangan tempat Ayra ditangani oleh dokter.
"Jhon ... gimana keadaan istriku?" Tanya Rama penuh kekhawatiran.
Belum sempat Jhon menjawab, seorang dokter yang menangani Rea keluar dari ruangan itu.
"Dokter, bagaimana keadaan istri saya, apa dia baik-baik saja?" tanya Rama pada dokter. Raka yang panik dan khawatir langsung menyerang dokter itu dengan pertanyaan.
"Istri, Anda baik-baik saja Pak. Selamat ya, istri Anda sedang mengandung 4 minggu," jelas dokter.
Rama sangat bahagia dengan kabar ini. Dia segera menemui Rea yang masih terbaring lemas. Raut bahagia juga terpancar diwajah para playan dan bodyguar tak trkecuali Jhon.
"Sayang ... jaga baik-baik kandunganmu ya," ucap Raka sembari mengelus perut datar milik Ayra.
"Apa ... aku ... aku hamil, Mas?" tanya Ayra tak prcaya.
Rama tersenyum, lalu mengelus pucuk kepala Ayra dengan lembut. "Iya. Sayang,"
"Alhamdulillah." Ayra menangis bahagia, "terimakasih, ya Allah," sambung Ayra.
Rama memangku Rea yg masih lemas menuju mobil, dia tak ingin istri tercintanya kenapa-napa.
*******
Setibanya di rumah, Rama langsung bersiap untuk pergi ke kantor karena hari ini ada meeting penting bersama kliennya.
"Mas, mau kemana?" tanya Ayra manja.
"Ke kantor, Sayang," jawab Rama sambil memakai dasinya.
Grep!
Ayra memeluk Rama. "Jangan. Disini aja temenin aku," ucap Ayra sembari membenamkan wajahnya di punggung Rama.
"Tapi .... "
"Nggak. Mas, gak boleh kekantor. Aku kangen sama suamiku," ucap Ayra. Aneh memang setiap hari Rama di rumah tapi Ayra merasa rindu pada Rama.
Wanita hamil memang suka meminta yang aneh-aneh dan kadang diluar dugaan, seperti yang terjadi pada Ayra saat ini yang merasa rindu padahal setiap hari hidup bersama.
Dari pagi sampai siang Ayra terus bersikap manja pada suaminya. Entah kenapa dia selalu ingin dekat-dekat dengan Rama.
Cup!
Ayra mengecup pipi Rama lembut.
"I love you! selamanya," bisik Ayra ditelinga sang suami.
Rama tersenyum manis pada Ayra. "Aku juga. Aku janji, aku akan mencintaimu selamanya."
"Janji yang terucap dari mulut kamu, akan jadi janjiku juga," ucap Ayra, "Mas, aku bosan di rumah. Kita ke taman belakang yuk! liat kupu-kupu!" ajak Ayra.
Rama menurut saja pada istrinya karna mau menolak pun Ayra pasti akan memaksanya. Mereka pun berjalan menuju taman yang ada di area rumahnya.
Di taman belakang rumah mereka, terdapat berbagai hewan, bunga dan pepohonan. Taman ini sengaja dibuat khusus untuk Ayra, karnea Ayra sangat suka dengan alam.
"Lihat, Sayang bunga yang kita tanam, sudah mekar!" ucap Rama sembari menunjuk ke arah bunga tersebut.
Ayra menoleh kearah yang ditunjuk suaminya! lalu tersenyum lebar.
"Waw! cantik," lirih Ayra sembari menghampiri bunga mawar itu.
"Seperti yang menanamnya," goda Rama.
Seharian penuh mereka berduaan dengan kemesraan yang tak ada habisnya.
********
Di penjara.
"Raka. Aku nggak akan biarin kamu hidup bahagia. Lihat saja setelah aku keluar dari sini, aku akan buat kamu menyesal karna udah giniin aku," lirih Lisa dari balik jeruji besi.
Lisa adalah mantan kekasih Rama yang pergi meninggalkan Rama karena dia tidak mencintai Rama dan hanya mencintai uangnya saja.
Lisa memang dipenjara karena pernah mencuri uang dari perusahaan Rama dan tanpa sepengetahuan Rama, Ayra melaporkan Lisa ke polisi dan sampai kini dia masih dalam sel tahanan itu.
******
Keesokan harinya.
"Pagi sayang," sapa Ayra pada Rama yang baru bangun tidur.
"Ayra ... kamu mau kemana, pagi-pagi gini udah kayak bidadari jatuh dari langit?" ucap Rama yang kebingungan melihat sang istri yang sudah rapi dan cantik padahal sebelumnya Ayra tidak terlalu suka merias wajahnya dengan make_up.
Ayra duduk dipangkuan Rama! lalu mengalungkan kedua tangannya di leher Rama dan bergelayut manja.
"Sayang, Ini buat kamu. Aku dandan secantik ini ya untuk kamu. O,ya. Aku udah bikin sarapan buat kamu! sekarang kamu mandi terus kita sarapan bareng!" Ayra langsung beralih posisi setelah berbicara pada sang suami.
Rama hanya diam dan terheran-heran. Kenapa sikap istrinya jadi seperti ini, padahal dia tidak pernah semanja ini.
Selesai mandi. Rama sudah siap dengan pakaian kantornya. Dia segera menghampiri Ayra di meja makan!
"Sayang. Duduk disini!" ucap Ayra sembari menarik kursi makan untuk Rama duduk.
Ayra mengambil piring lalu mengisinya dengan nasi dan lauknya, lalu memberikannya pada Rama.
"Terimakasih. Sayang!" ucap Rama sembari menerima piring berisi makanan dari tangan sang istri.
Selesai sarapan Rama hendak pergi ke kantor. Ayra membiarkan Rama pegi meski sebenarnya dia tak ingin jauh dari suaminya itu.
"Aku, ke kantor dulu ya," ucap Rama lalu mengecup kening Ayra.
Ayra mengangguk pelan lualu memeluk erat tubuh suaminya! "Hati-hati," ucap Ayra singkat lalu menyalami tangan sang suami.
"Kamu jangan cemberut gitu, nanti cantiknya ilang," goda Rama yang tak dihiraukan sedikit pun oleh Ayra.
Grep!
Rama memeluk Ayra dari belakang.
"Aku nggak jadi ke kantor hari ini," ucap Rama.
Bersambung
Tak terasa waktu berjalan begitu cepat. Kini usia kandungan Ayra menginjak 5 bulan dan perutnyapun sudah terlihat buncit.
Saat ini Ayra sedang berdiri didepan cermin, dia mengamati perutnya yang terlihat gendut. Rama yang sedari tadi memperhatikan tingkah istrinya, hanya bisa tersenyum menyaksikan tingkah sang istri
Tak tahan hanya memandangi. Rama beranjak dari tempat duduknya, lalu memeluk Ayra dari belakang! seraya mengelus perut buncit itu dengan lembut.
"Kenapa, diliatin terus? kamu tetap cantik walaupun gendut," bisik Rama lalu mencium daun telinga Ayra.
Ayra memutar badannya! Hingga kini dia menghadap suaminya, dia mengalungkan kedua tangannya dipundak Rama lalu bergelayut manja.
"Aku mandangin perutku bukan karena aku takut jadi jelek, tapi aku lagi mandangin anak yang ada di dalam perutku," ucap Ayra.
******
Ditempat sel tahanan. Lisa sudah bebas dia mulai bisa lagi menghirup udara segar.
"Ayra, kamu adalah orang pertama yang akan aku cari," lirih Lisa membari mengepalkan tangannya.
*******
Seminggu berlalu. Kini Lisa mulai menjalankan rencananya. Dia mulai memata-matai kehidupan Rama dan keluarganya.
Di salahsatu mall ternama di jakarta. Rama dan Ayra sedang berbelanja kebutuhan bayi. Mereka terlihat sangat mesra.
"Lihat, Sayang peralatan bayi ini lucu-lucu sekali," ucap Rama sembari memilih perlengkapan bayi berupa pakaian.
"Iya, rasanya aku ingin membeli semuanya," ucap Ayra.
"Bayi kitakita perempuan atau laki-laki?" tanya Rama sembari menatap perut buncit milik Ayra.
"Manaku tahu, kita belum melakukan USG," sahut Ayra.
"Kalau gitu kita USG dulu biar kita bisa beli kebutuhan sesuai jenis kelamin anak kita," ucap Rama lagi.
Disatu tempat Lisa sedang mengamati gerak-gerik Rama dan Ayra, perempuan itu terlihat sangat marah dan begitu panas karena terbakar api cemburu.
Dulu Lisa memang tidak mencintai Rama sepenuhnya karena dirinya memiliki laki-laki idaman lain tetapi itu tidak berlangsung lama, laki-laki itu pergi setelah dirinya tak bisa memoroti Rama lagi karena dia ketahuan mencuri uang perusahaan Rama. Setelah laki-laki idamannyaidamannya pergi, Lisa pun baru menyadari bahwa dirinya mulai mencintai Rama. Namun, sayang, Rama sudah mempunyai perempuan lain bahkan sudah dinikahi oleh Rama tanpa sepengetahuannya.
"Sialan ternyata perempuan itu sudah hamil," lirih Lisa sembari mengepalkan tangannya.
Tak lama senyuman licikpun terukir dari bibir Lisa. Wanita berusia dua puluh lima tahun itu tiba-tiba berpikiran jahat pada Ayra demi merebut Rama kembali.
Selesai hampir setengah hari menghabiskan waktu untuk berkeliling di Mall itu, Ayra dan Rama pun sudah puas berbelanja dan kini mulai meninggalkan tempat perbelanjaan itu.
Ayra dan Rama tak langsung pulang, mereka memilih pergi ke suatu tempat yang disukai Ayra. Tempat yang sengaja Rama beli untuk istri tercintanya itu.
Setelah berkendara selama sepuluh menit, mereka pun tiba di lahan luas yang disekelilingnya dihiasi oleh bunga dan pepohonan yang tumbuh subur. Dengan senyuman yang terus membingkai di wajahnya, Ayra langsung berjalan ke tengah-tengah lahan kosong nan indah itu.
"Mas, kok kita ke sini?" tanya Ayra sembari mengedarkan pandangannya ke semua arah.
Rama tersenyum lalu menggenggam tangan Ayra. "Sayang ..., " Rama menggantung ucapannya karena sedikit ragu dengan apa yang ingin dia bicarakan.
"Apa," sahut Ayra sembari menatap Rama.
"Gimana kalo kita bangun Villa di sini?" tanya Rama.
"Jangan menghambur-hamburkan uang untuk hal-hal yang gak penting. Mending uangnya di tabung aja," sahut Ayra sembari terus berjalan.
"Ayra, sayang. Uangku banyak gak akan habis sekali pun dipakai buat beli pegunungan," ucap Rama penuh keyakinan.
Ayra menatap Rama dengan tatapan misterius lalu mencubit perut Rama dengan sedikit keras. Ayra merasa tidak suka dengan kesombongan suaminya itu.
"Sombong," ketus Ayra.
"Aww! ... aww! sakit Ay," ringis Rama sembari menegangi perutnya yang terasa panas akibat terkena cubit dari sang istri.
"Makannya jangan sombong, Sayang. Lagian buat apa bikin Villa?"
"Buat kita, buat anak kita juga," ucap Rama. "Aku pengen punya banyak anak. Nanti kita bikin tim sepak bola," sambung Rama.
Ayra terkejut dengan ucapan Rama. Dia bersiap menghujani Rama dengan pukulan atau cubitan. Namun, sebelum itu terjadi Rama segera berlari.
"Mas! sini kamu. Awas ya!"
Ayra bejalan menghampiri Rama! tak mungkin dia berlari karena kini dirinya sedang mengandung anak pertama mereka.
Bruk!
Ayra pura-pura terjatuh, agar Rama menghampirinya.
"Ahh, Mas tolong!" teriak Ayra.
"Ayra!" seru Rama.
Merasa khawatir pada sang istri. Rama segera berlari menghampiri istrinya yang saat itu masih duduk di atas hamparan rerumputan hijau itu.
"Sayang, maaf tadi aku cuma bercanda. Kamu gak apa-apa 'kan?" tanya Rama penuh kekhawatiran.
"Tidak. Aku hanya ingin mencubit kamu," ucap Ayra lalu mencubit pipi Rama.
"Ah, aduh! Aduh! Ampun, Sayang," ucap Rama yang mengaduh kesakitan.
"Lagian kamu pengen punya anak banyak, memang melahirkan gak sakit apa," ucap Ayra kesal.
"Aku cuma bercanda, Sayang."
Asyik bermain dan bercanda, tidak teras hari sudah sore. Mereka pun langsung bersiap pulang karena tak ingin kemalaman di tempat itu.
*******
Malam semakin larut, Ayra sudah tidur dengan nyenyaknya mungkin karena dia kelelahan karena seharian tidak beristirahat tapi Rama, tak seperti biasanya. Malam ini dia tak dapat tertidur. Entah kenapa perasaannya tak enak, dia juga merasa gelisah hingga pagi sudah tiba, sedikit pun Rama tak memejamkan matanya.
Pagi hari sudah tiba dan Rama pun mulai merasa mengantuk. Dia menutup matanya dan mulai tertidur.
"Pagi. Sayang," ucap Ayra lalu mencium pipi Rama lembut.
Rama yang baru menutup mata, dapat merasakan ciuman lembut Ayra tapi karena terlalu mengantuk, Rama tidak membuka matanya sedikit pun.
Rama malah menarik Ayra kedalam pelukannya! "Peluk aku, sebentar saja," ucapnya sambil mendekap Ayra kencang.
"Sayang. Sudah pagi aku mau mandi," ucap Ayra.
"Sebentar, saja. Ku mohon," pinta Rama.
Karena Ayra tak dapat menolak suaminya. Akhirnya dia membalas pelukan sang suami dan membiarkannya memeluknya sesuka hatinya.
"Sayang ... kamu kenapa?" tanya Ayra saat mendapati detak jantung Rama berdetak sangat kencang dan tak beraturan.
"Aku, nggak apa-apa, Sayang," ucap Rana menyembunyikan kegelisahannya.
"Mas, ayo bangun! Kamu mau ke kantor nggak?" tanya Ayra setelah sepuluh menit mereka hanya diam dalam posisi saling memeluk.
Rama membuka matanya lalu duduk di tepi tempat tidurnya. Setelah rasa pusingnya hilang, dia pergi ke kamar mandi untuk membersihkan badan.
Selesai dengan urusan mandi Rama segera berpakaian ala kantor dan setelah itu langsung menyantap sarapan yang sudah disiapkan oleh istrinya itu.
Setelah selesai sarapan, Rama langsung berpamitan pada Ayra karena dirinya sudah sedikit terlambat berangkat ke kantornya.
"Ay, aku ke kantor dulu. Kamu hati-hati, jangan keluar rumah sendirian ya!" titah Rama pada Ayra. Entah mengapa dia begitu khawatir dengan keselamatan Ayra padahal dirinya tahu rumahnya sangat aman dan selama ini tidak pernah ada orang asing yang masuk ke dalam rumahnya itu.
"Sayang. Aku di rumah ngga sendirian, jangan khawatir gitu," ucap Ayra.
Rana hanya tersenyum lalu mengecup kening Ayra. Entah kenapa dari semalam dia merasa takut kehilangan istrinya.
Rama pun mulai melajukan mobilnya menuju kantor, meski dalam hatinya ada rasa kekhawatiran yang luar biasa tapi dirinya mencoba untuk menepis prasangka buruknya.
"Mungkin ini hanya perasaanku saja," batin Rama.
Kini di rumah hanya ada Ayra dan para pelayan wanita dengan 4 bodyguard yang berjaga di halaman.
Diseberang jalan.
Lima mobil terparkir di sana, mereka sedang mengintai Rumah Rama.
Setelah Rama sudah tak terlihat lagi barulah mereka turun dari mobilnya dan menyerang bodyguard yang berjaga di luar rumah itu tanpa ampun.
Empat orang bodyguard Rama itu tak dapat melawan mereka karena jumlah mereka yang banyak dan juga bersenjata.
Bersambung
Lisa sengaja membayar orang-orang itu untuk menculik Ayra. Dia berpikir untuk menyingkirkan Ayra dari hidup Rama, dengan begitu dia akan lebih mudah masuk kembali ke dalam kehidupan mantan kekasihnya yang pernah dia manfaatkan itu.
Perempuan itu tidak rela jika Rama hidup bahagia dengan Ayra, sedangkan dirinya harus menderita karena kekasihnya pergi meninggalkan dirinya.
Saat ini di rumah mewah Rama terdengar begitu berisik, suara para pelayan yang berteriak histeris dan beberapa kali terdengar suara tembakan di ruangan utama rumah itu.
Mendengar suara kegaduhan di rumahnya, Ayra pun keluar dari dalam kamarnya lalu menghampiri tempat keributan tersebut.
"Ada, apa, ribut-ribut?" tanya Ayra sembari menuruni anak tangga. Ayra belum menyadari bahwa bahaya sedang mencintainya karena dirinya tak dapat melihat kondisi ruangan lantai utama rumahnya itu.
"Jangan keluar, Nyonya! Diluar berbahaya!" seru pelayan, mengingatkan Ayra.
Ayra penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi dia melihat sedikit dari tangga itu dan alangkah terkejutnya dia saat melihat para pelayannya sudah disandera oleh orang-orang tak dikenal.
Ayra berlari kembali masuk ke dalam kamar lalu mengunci pintunya rapat-rapat. Dia ketakutan karena rumahnya telah dimasuki orang-orang jahat.
Sementara itu di lantai utama rumahnya. Lisa segera masuk kedalam rumah untuk mencari Ayra. Dia berjalan cepat sembari melihat ke semua ruangan yang ada di dalam rumah itu.
"Ayra! Ayra! keluar kamu!" teriak Lisa sembari terus berjalan memasuki setiap ruangan di lantai utama.
Saat hendak pergi ke ruangan lain, tiba-tiba Lisa melihat pintu ruangan yang tertutup rapat yang terdapat di lantai dua rumah itu. Dia pun berjalan menaiki satu per satu anak tangga itu untuk sampai di ruangan tersebut.
"Ayra! ... Ayra, aku tahu kamu ada di rumah!" seru Lisa lagi.
Di dalam kamarnya. Ayra sangat panik dan mencoba untuk menghubungi Rama akan tetapi, belum sempat Rama mengangkat telponnya, Lisa sudah lebih dulu mendobrak pintu kamarnya hingga membuat Ayra terkejut dan ponselnya terlempar ke semarang tempat.
"Lisa," gumam Ayra sembari menatap Lisa dengan beberapa orang bodyguard yang berdiri di belakangnya.
"Main petak umpetnya cukup sampai di sini saja, Ayra yang malang," ucap Lisa dengan semirik menakutkan
Lisa mencengkeram rambut Ayra lalu menyeretnya! "Aaa! sakit. Lisa, lepasin aku," ringis Ayra sembari berjalan mengikuti langkah Lisa.
"Diam kamu perempuan sial. Kamu 'kan yang melaporkan aku ke polisi lalu kamu merebut Rama dariku, dasar perempuan licik," ucap Lisa sembari terus menyeret Ayra menuruni anak tangga.
Tak ada yang dapat menolong Ayra karena semua pelayan sudah di ikat oleh orang suruhan Lisa.
Pelayan perempuan yang terikat iru hanya bisa menangis melihat majikannya diperlakukan tidak baik oleh orang tak dikenakan. Dia tidak bisa berteriak karena mulutnya dililit oleh lakban.
Sementara itu dengan cepat Lisa membawa Rea pergi dari Rumah sebelum ada orang yang curiga padanya dan akhirnya rencana yang sudah dia bangun berantakan begitu saja.
"Lisa, aku mau dibawa kemana?" tanya Ayra sembari meronta menolak untuk masuk ke dalam mobil milik Lisa.
*******
Di kantor Rama terus merasa gelisah. Sebelum waktu makan siang, Rama pulang ke rumah untuk mengajak Ayra makan di luar. Rama mengemudi dengan kecepatan tinggi karena tak sabar ingin segera tiba di rumahnya, perasaannya mengatakan bahwa dirinya harus segera tiba di rumah. Meski begitu, dia tidak tahu apa yang membuatnya segelisah itu hanya perasaannya saja yang terus tertuju pada Ayra yang berada di rumah.
Setelah kurang lebih dua puluh menit, Rama mengemudi akhirnya dia tiba di depan gerbang rumahnya. Dia merasa ada yang aneh karena bodyguardnya tidak membukakan gerbang itu untuknya. Akhirnya Rama turun dari mobilnya dan membuka gerbang itu sendiri.
Dia berjalan menghampiri pintu utama, dalam hatinya ada rasa yang aneh mengapa bodyguardnya tidak terlihat dan pintu masuk pun terbuka lebar. Saat sudah berada di dalam rumah rumah. Alangkah terkejutnya Rama saat melihat bodyguardnya tepar dilantai.
"Astaga! apa yang terjadi?" tanya Rama.
Dia segera berjalan cepat memasuki rumahnya yang luas sambil berteriak memanggil Ayra!
Di ruangan utama rumahnya, Rama mendapati dua pelayannya tewas tertembak, dan yang lainnya terikat dengan mulut terlilit lakban.
Rama segera membuka lakban dari mulut salasatu pelayannya lalu membuka tali yang mengikat tangan dan kakinya!
"Apa yang terjadi, Bik? siapa yang melakukan ini? dimana Ayra?" tanya Raa penuh kekhawatiran.
"Tuan. Nona Lisa yang melakukan ini," ucap pelayan itu sambil menangis.
"Tuan, cepat kejar Lisa karena Nyonya Ayra dibawa oleh Lisa dengan paksa," ucap si pelayan lagi
Rama mengepalkan tangan! "Sialan, ... awas kamu Lisa," gumam Rama dengan nada penuh emosi.
Rama pergi meninggalkan rumah dengan emosi yang memuncak. Dia langsung menelpon Jhon lalu memerintahkannya untuk segera mencari Lisa dan menyelamatkan Ayra.
*******
Di dalam mobil Lisa.
Perempuan itu membawa Ayra ke perkampungan dan menaiki perbukitan. Dia sengaja membawa Ayra ke tempat yang jauh dari perkotaan agar Rama tak gampang menemukannya.
Lisa memang tergolong wanita berdarah dingin yang tak segan menyakiti orang yang dia benci. Selama ini Lisa tidak pernah menerima penolakan dan juga tidak pernah menerima kekalahan, segala yang dia inginkan harus tercapai dan harus dikabulkan dengan cara apa pun juga.
"Aaaw ... sakit, Lisa. Tolong lepasin aku," lirih Ayra sembari memegangi tangan Lisa yang sedari tadi terus menjambak tangannya.
"Dengar baik-baik, Ayra. Gak ada yang boleh menggantikan posisi aku di hatinya Rama, kamu dengar itu!" ucap Lisa dengan suara tinggi.
Tanpa ampun. Lisa menampar pipi Ayra sampai berkali-kali. Sebelum dirinya merasa puas, Lisa belum menghentikan aksinya.
"Aaah ... hiks ... hiks." Ayra menangis karena kesakitan.
Ayra terus menangis sembari menahan sakit karena pukulan dari Lisa. Darah segar kini mengucur dari sudut bibirnya, tubuhnyapun penuh dengan luka akibat pukulan keras yang dilakukan Lisa padanya. Tak ada yang bisa dilakukannya untuk melawan Lisa karena Lisa lebih kuat darinya selain itu Lisa juga didampingi oleh bodyguardnya sehingga dirinya tak memiliki sedikitpun kesempatan untuk melawan.
*******
Di tengah kota, Rana dan bodyguardnya sedang berkeliling mencari keberadaan Ayra. Dia mengemudikan mobilnya sendirian sedangkan beberapa orang anak buahnya mengemudi menggunakan mobil lain.
"Ay, kamu di mana? semoga kamu baik-baik aja, Sayang," lirih Rama sembari melihat kiri-kanan berharap dirinya bisa menemukan Ayra.
Dua jam berlalu, akan tetapi Rama tak kunjung menemukan titik terang. Tak lama kemudian Jhon memberi tahu lewat pesan whatsaap jika Lisa ada di suatu tempat.
Rama dan para bodyguardnya langsung menuju tempat itu!
**********
Setelah mengemudi selama beberapa jam. Lisa dan orang-orangnya tiba di sebuah tempat tinggi yang di sekelilingnya hanya ada pepohonan dan semak belukar.
Mobil Lisa berhenti disebuah hutan yang sangat lebat itu. Lisa menyeret Ayra ke luar dari mobilnya dan membawanya ke sisi tebing yang tinggi.
"Lisa, ku mohon jangan lakukan ini," lirih Ayra.
Sayangnya Lisa adalah wanita berhati iblis, dia tak pernah mengasihani siapapun sekali pun wanita yang sedang hamil seperti Ayra saat ini.
"Gak boleh ada yang memiliki Rama selain aku. Jadi aku akan lempar kamu ke jurang ini agar hanya aku yang bisa memiliki Ayra," ucap Lisa seraya tertawa terbahak penuh kemenangan.
"Lisa! jangan!" teriak Rama yang baru tiba ditempat itu.
Lisa dan beberapa bodyguardnya menoleh ke arah suara dan mereka langsung melihat sosok Rama dan orang-orangnya Rama.
"Rama, sayang. Kamu di sini?" tanya Lisa.
"Lisa, hentikan ini. Jangan nekat kamu," ucap Rama mencoba menghentikan Lisa.
"Kamu gak usah memperdulikan dia, 'kan masih ada aku yang siap nemenin kamu," ucap Lisa dengan suara lembut.
"Jangan Lisa, Ayra lagi hamil anakku. Kamu mau apa? rumah, uang atau apa? aku akan kasih semuanya. Asal jangan sakiti Ayra," ucap Rama.
"Mas, tolong aku," ucap Ayra lirih. Ayra yang sangat ketakutan hanya bisa menangis di tepi jurang itu.
"Aku mau kita nikah!" pinta Lisa dengan suara keras.
Bersambung
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!