NovelToon NovelToon

Wanita Kesayangan Keluarga Millan

prolog

Di sebuah meja di restoran terkenal, duduk tiga orang dengan dua laki-laki menatap tajam seorang wanita dengan pakaian yang kurang bahan sedari tadi mengoceh sesuatu yang tidak berfaedah.

Salah seorang laki-laki yang lebih muda menatap wanita yang tengah mengglayut di lengan ayahnya.

Dia ,ZAIN ARSENICO MILLAN , Cowok dengan mulut pedasnya berhasil menjatuhkan mental semua orang tanpa pandang bulu. Terutama untuk seorang pengganggu dalam circle keluarganya, sudah arsen gilas sampai ke akar-akar nya,

Seperti saat ini, seorang wanita dengan pakaian kurang bahan juga make up dempul setebal 5 cm tengah bergelayut bagai ular di lengan daddy ny, dia menatap jengah pada wanita itu begitu juga biyan daddy arsen . Biyan hanya diam saja walau risih dengan wanita itu , karna dia ingin menikmati pertunjukan yang sebentar lagi akan outranya itu tunjukkan .

" Dad, milih ****** yang berkelas dikit napah? Gak dapet kelas atas sampai nyewa ****** harga 100 ribu per malam ?" tanpa biyan menoleh dia sudah tau mulut pedas itu berasal dari siapa .

Tentu yg disindir menoleh dan seketika naik pitam. Rasanya dia ingin menampar bibir milik pria di depanya yg senantiasa bermain dengan ponselnya jika tidak mengingat dengan siapa dia bersama saat ini.

Sedangkan biyan, berusaha melepas tangan yg sedari tadi bergelayut di lengan nya tapi tak bisa , bahkan saat ini tatapan tajam putranya sudah menghunus sejak tadi .

BRAKKKK!!

Semua pengunjung di restoran yang mereka tempati saat ini mengalihkan perhatian ke arah wanita yang kini telah berdiri di depan arsen dengan penuh amarah setelah menggebrak meja.

"kamu yg sopan sama saya! Saya yg bakal jadi mama kamu nantinya!" bentak rini, wanita yg sudah terpancing amarahnya karena kesal dengan ucapan nyelekit arsen .

Satu alis arsen naik dengan tatapan remeh mengarah pada dua orang di depanya . "PD banget lu mau jadi mama gue, impossiblle . Dad, kalo milih calon buat mama arsen yg berkelas dikit napa? Jangan yg kaya badut lah , tante-tante lah , sampe ***** pun daddy jabanin. Situ belum gila kan dad?" cercanya

krieeeeeeetttt.....

Kursi di sebelah arsen bergerak dan sudah di isi oleh seorang pria tampan yg sangat mirip denganya. Dia, ZAYN SAVARO MILLAN , kembaran arsen. Pria tampan itu menatap calon ibu baru mereka dengan tatapan datar kemudian menatap daddy nya yg jengah dengan pilihan pria yg sial dia bagian darinya.

"skip, Dad. Ai paling benci dengan modelan tante girang pinggir jalan kayak dia." aro berdecih pelan setelah menggelutuk permen dalam mulutnya. Yg di maksud Aro adalah Zaqueenne aiora millan, gadis kecil berumur 5 tahun yg merupakan permata keluarga millan.

"sayang, tolong bantu aku," rengek rini berusaha mencari pembelaan juga perhatian dari biyan. Matanya sudah berkaca-kaca saat di sudutkan oleh dua remaja kembar didepanya.

"SHUT UP *****! gosah cari pembelaan , daddy gue juga gak bakal nolongin lu sama seperti spesies sebelumnya." Arsen kembali bersuara.

"Dasar kamu-"

Baru saja rini hendak melayangkan satu tamparan pada arsen tapi sebuah tangan kekar menahan lengan kurusnya membuat wanita itu terkesiap. "sayangg.."

"Kamu tidak pantas menjadi ibu anak-anak saya . Begini saja kamu sudah menjelekkan diri kamu sendiri tanpa sadar. Silahkan angkat kaki dari sini. Kamu di black list, rini ." ucapan final biyan yg sedari tadi di tunggu oleh dua remaja kembar itu.

Dengan langkah angkuh dan kesalnya , rini pergi dari sana. Tidak lupa segala sumpah serapah di lemparkan pada ketiga pria tampan itu yg kini tengah tersenyum miring satu sama lain.

Namu, Senyuman mereka tidak bertahan lama saat biyan mendapati tatapan death lerge dari dua anak kembarnya itu.

"sudah berapa kali Aro bilang sama daddy, kalo mau cari calon mama buat kami itu yg keibuan, natural sama gak berlebihan. Malah yg daddy tawarin kekita wanita kurang belaian semua dan gold digger ." kata Aro sembari memakan permen ketiganya.

"yg tadi itu model da-"

"shut up, Dad. Don't judge a book by its cover .Okey? Daddy lagi calon istri dan calon mama buat kami, bukan buka peternakan ular sama monyet . Apa susah nya sih Dad, cari perempua yg normal, bukan siluman seperti mereka?" kali ini arsen yg berbicara membuat daddy-nya itu memijit kepala pusing .

Ternyata sangat sulit mencari tipe wanita yg diinginkan oleh ketiga anaknya. Arse,Aro, dan Ai menginginkan kriteria mama idaman sperti; ' baik, tulus, cantik, setia , penyayang,' yg berhasil membuat biyan sakit kepala.

Sangat sulit mendapatkan wanita sperti diciri-cirikan oleh ketiga anaknya belum lagi dirinya duda 3 anak membuat banyak wanita yg mendekatinya malah mengincar hartanya, bukan menjadi wanita seperti dikriterikan oleh anak-anaknya.

"Rasanya Daddy mau nyerah aja kalo kalau gini." gumam biyan.

Yup, selama hampir 14 tahun berumah tangga dengan mantan istrinya, selama itu pula biyan dibutakan oleh cinta pada wanita yg telah melahirkan 3 anak untuknya. Ternyata selama 14 tahun, wanita laknat itu menutup semua rahasia yg di simpat rapat - rapat darinya.

Dimana wanita itu telah berselingkuh dan memiliki dua orang anak di balik perselingkuhanya dengan seseorang yg tidak pernah dia duga sebelumnya.

Dia juga baru tau jika mantan istrinya selalu menyiksa ketiga anak mereka saat dia tidak ada di rumah juga berusaha bersama selingkuhanya untuk menguasai seluruh hartanya. Beruntung dia menyadari lebih awal sehingga dia tidak semakin dibutakan oleh cinta yg membuatnya buta dengan kondisi anak-anaknya yg sangat memperhatikan kala itu.

Biyan masih mengingat jelas saat Ai kecil berumur sebelas bulan, dia mendapati lebam di punggung bayi kecil itu di karenakan Ai yg pada saat itu rewel sehabis imunisasi. Beruntung biyan langsung mengetahui siapa pelaku dari tindak kekerasan yg di alami oleh anak-anaknya , siapa lagi jika bukan mantan istrinya yg dengan tega memukul anaknya sendiri hanya karena terganggu tidurnya akibat tangis si keci.

Selapas kepergian wanita jadi-jadian seperti Rini tadi, arsen dan Aro menatap malas Daddy mereka. " kalau Daddy terus mencari calon mama yg gak sesuai kriteria kita bertiga, biarin aja Arsen, Aro dan Ai yg cari. Pilihan Daddy gak ada yg beres semua. " sinis Arsen kemudian beranjak pergi dari sana diikuti oleh kembaranya.

"sial!" Umpatnya biyan saat lagi lagi gagal memilih calon mama untuk ketiga anaknya.

***

Pranggggg

Brakkkkkk

Bughhh

Seorang gadis berumur 23 tahun menutup matanya guna menahan rasa sakit di sekujur tubuhny juga rasa takut pada dua orang yg kini berdiri dengan angkuhnya sambil berkacak pinggang setelah puas menyiksanya dan berakhir menyeretnya keluar dari rumah.

"Pergi lo anak pembawa sial!"

makian dengan nada tinggi itu kembali membuatnya terkejut.

Dia menatap ibu dan saudara tirinya dengan mata yg siap menitikan bulir beningnya. "Tapi ini rumah ku jug-"

"gak ada! Rumah dan seluruh aset peninggalan papa kamu sudah atas nama saya dan anak saya.

Sekarang kamu pergi dari sini." Bentak wanita paruh baya yg merupakan ibu tirinya. Dengan tega wanita itu kembali menendangnya dengan keras kemudian menutup pintu dengan kasar.

Gadis itu masih terduduk diam di teras rumahnya, menikmati rasa sakit di sekujur tubuhnya akibat dari penyiksaan yg setiap hari dia dapatkan dari perempuan tadi.

Part 1

Nama nya Aeris ghafishan Nara , Gadis yg selalu mendapat perlakuan kasar dari keluarga tirinya dan berakhir di usir dari rumahnya sendiri setelah ayahnya meninggal dunia karena kecelakaan beruntun saat hendak ke bandara.

Dia menyeret koper berukuran sedang berisi pakaian dan barang - barang penting yg sempat dia ambil. Berjalan tertatih tatih menuju gerbang rumah besar nya.

"Non aeris!" panggilan itu berhasil membuat nya menoleh, tidak jauh darinya berdiri salah seorang wanita paruh baya berlari pelan menghampirinya.

Aeris tersenyum saat kepala pelayan sekaligus wanita yg dulu merawatnya sejak bayi kini membawa tubuhnya kedalam pelukan hangat wanita paruh baya itu.

"Maaf Non, bibi gak bisa halangin mereka waktu ngusir Enon." wanita paruh baya itu menangis setelah melepas pelukanya dari anak majikanya itu.

"Gak papa, Bi. Ini udah takdir Aeris keluar dari rumah ini. Bi Asri, Aeris titip taman bunga bunda ya, Itu satu satunya tempat berharga peninggalan bunda." pintanya pada bi asri.

Bi asri mengangguk mantap. " pasti itu ,Non." wanita itu mengelus pelan lengan aeris sebelum mengingat sesuatu, "Oh iya, Non. Ini Ada barang peninggalan nyonya yg dititipkan ke bibi dulu."

Aeris menerima sebuah kotak hitam berukuran sedang dengan pikiran bertanya-tanya.

"Sebelum nyonya meninggal, kotak itu di titipkan ke bibi. Buat enon katanya kalau ada kejadian mendesak. Seperti nyonya sudah tau akan ada yg terjadi nantinya sama enon." Jelas bi asri.

"Makasih banyak bi." Aeris mengusap pelan kotak di tanganya. " yasudah bi, aeris pergi dulu. Sehat-sehat ya bi, kalau misalkan bibi udah gak tahan, bibi bisa pulang kampung." pesanya yg di angguki bi asri.

Bi asri menatap sendu saat aeris pergi dan tak trrlihat dari gerbang. Wanita itu menoleh kebelakang, menatap rumah yg berukuran besar yg tampak mewah tapi tak ada lagi kebahagiaan di dalamnya. "Maaf nya, saya gak bisa jaga enon lagi."

Krieeeettttt....

Aeris membuka pintu sebuah rumah minimalis milik mendiang bundanya dulu. Dia mengetahuinya dari isi di kotak hitam yg di berikan bi asri.letak rumah mendiang bundanya berada di sebuah perumahan kelas menengah yg warganya masih saling menyapa dan berkumpul bersama tetangga.

terbukti saat dia datang barusan, banyak ibu ibu yg menanyainya dan ternyata kenal baik dengan mendiang bundanya .

Gadis itu mendudukan dirinya di set sofa yg sedikit berdebu, dia mengamati seisi rumah dengan perabotan yg bisa di bilang lengkap. Terdapat dua kamar tidur, dapur, Wc, Ruang tamu dan Ruang tengah sebagai ruang keluarga. Mungkin besok ia akan mulai membersihkan rumah ini ,pikirnya.

Ateringat akan sesuatu, dia membuka koper yg sedari tadi ada di sampingnya kemudian mengambil kotak hitam itu. Dibukanya dengan mendapati beberapa benda yg membuat matanya berkaca-kaca.

Terdapat lembar tiga foto dirinya bersama kedua orang tuanya saat dia berumur 5 tahun. Beberapa sertifikat penting, tabungan khusus untuk dirinya dari bundanya dulu, 3 lembar surat juga sebuah kalung dengan bandul berbentuk bumi yg sangat cantik.

Setelah membaca beberapa lembar kertas tadi. Mata nya berkaca-kaca kembali saat mengetahui bahwa bundanya sudah merencanakan masa depanya dengan baik walau sosoknya sudak tidak ada lagi.

Terbukti dirinya berhasil lulus kuliah dengan predikat cumlaude sesuai yg diharapkan kedua orang tuanya. Mereka diam-diam membiayai sekolahnya meskipun seluruh data pengeluaran tentang dirinya di pegang oleh ibu tirinya, ya. Memang sepelit dan sekikir itu ibu tirinya jika menyangkut biaya hidupnya padahal pewaris harta yg sah adalah dirinya.

Lupakan tentang harta warisan, aeris sudah mengikhlaskan harta itu. Dia tidak mau memusingkan sesuatu yg nantinya membuat repot di kemudian hari. Biarlah itu menjadi urusan mereka.

Karena lelah, Aeris memutuskan untuk beristirahat setelah menbersihkan diri.

******

Di kediaman Millan,

"Ai, buka pintunya. Jangan buat kami khawatir, Dek!" seruan itu berasal dari luar kamar seorang gadis kecil yg kini meringkuk di atas ranjang. Setelah mendapat kabar bahwa daddah-nya lagi-lagi gagal memilih calon ibu untuknya dia kembali mengurung diri seperti sebelum-sebelumnya.

Sedangkan di luar, Aro dan Arsen mendengus kesal saat lagi lagi adik mereka merajuk. "Ambil kunci cadangan gih, di laci nakas kamar gua." suruh arsen pada kembaranya.

Tidak protes, Aro langsung saja masuk kekamar sebelah, kamar Arsen. Setelah mendapat kunci yg di maksud, Dia memberikanya pada Aro.

"Ai," panggil Aro dan Arsen setelah pintu terbuka.

Ai tidak terkejut lagi saat kedua abangnya itu bisa masuk . Gadis kecil itu semakin menyembunyikan tubuhnya di dalam selimut, menghindari dua abangnya walau akan berakhir sia-sia.

"Daddy payan," ucap Aro sembari membuka selimut yg menutupi tubuh adiknya. "jangan ngambek, dek, kita cari sama-sama bunda yg Ai mau, " Tambahnya.

Langsung saja mata Ai berbinar cerah. Akhirnya dia bisa mencari sendiri sosok ibu yg yg diinginkanya.

"Beneran, bang?"

Arsen dan Aro mengangguk. "Besok kita mulai cari."

"Yes!" Ai berseru senang.

****

Aeris mengelap dahi nya yg terus mengeluarkan keringat. sejak 3 jam yg lalu , dia membersihkan seisi rumah hingga akhirnya benar-benar bersih sesuai keinginanya.

Bertepatan dengan selesainya kegiatan beberesnya, perutnya minta untuk di isi. Saat kedapur hendak membuka kulkas, ternyata tidak ada apapun disana.

"Yah, kosong."

kalau begini mau tidak mau aeris harus belanja. Ditambah bahan dan bumbu dapur juga belum tersedia.

Tanpa berlama-lama , Aeris langsung saja membersihkan dirinya dan berangkat ke mini market terdekat kompleks nya.

"Eh, nak Aeris . Mau kemana?"

Tanya seorang wanita yg merupakan tetangganya sekaligus menyapa.

Aeris tersenyum ramah. "mau kemini market depan, bu. Mau beli bahan dapur." jawabnya.

"Ooh, hati-hati ya nak, "pesan wanita itu dan di angguki oleh aeris.

"Kalau gitu saya lamit ya, bu." pamit nya saat taksi yg di pesanya sudah datang.

"Dia sangat mirip sama kamu, kasih." gumam wanita itu saat kembali teringat dengan mendiang ibu aeris saat melihat anak dari sahabatnya itu.

Saat ini, aeris sedang berada di minimarket, memilih berbagai bahan makanan yg di belinya. Setelah merasa semuanya lengkap, dia langsung ke kasir untuk membayar belanjaanya.

"Totalnya satu juta lima ratus ribu kak." ucap kasir itu.

Segera Aeris membayar sesuai yg di sebutkan kasir tadi kemudian keluar setelah berterima kasih.

Aeris mendudukan dirinya di kursi yg tersedia di depan minimarket. "kayak nya ada yg kurang deh." monolignya.

Lama berpikir, akhirnya matanya membulat saat sudah tau barang apa lagi yg kurang "P3 K".

Beruntung, tidak jauh dari minimarket, terdapat apotek. Dia hanya perlu menyebrang jalan yg sedikit ramai. Setelah cukup beristirahat, dia lalu berjalan menuju apotek yg berada di sebrang jalan.

Aeris memberikan sebuah kertas pada apoteker untuk mencari obat apa saja yg di pesanya. Setelah semua pesananya lengkap, dia langsung membayar semuanya.

"Astaga!!!"

Saat akan menyebrang jalan, Aeris di kejutkan dengan sebuah mobil yg menabrak sebuah pengendara motor hingga terpental beberapa meter. Sedangkan si pengendara mobil langsung kabur dari sana.

Semua itu berlangsung begitu cepat dan terjadi tepat di depanya. Seandainya dia langsung menyebrang tadi, sudah di pastikan dia juga bisa menjadi korban.

Setelah menguasai dari keterkejutanya, Aeris lantas berjalan cepat menghampiri kerumunan yg melingkari seorang pemuda yg menjadi korban tabrak lari tadi.

Orang-orang disana hanya mengerumini dan memvideo tanpa membantu membuat Aeris menatap sedikit kesal dibuat nya. Biasalah, warga +62, bukanya membantu malah memviralkan terlebih dahulu.

Aeris mencoba memasuki kerumunan dan menghampiri seorang pemuda yg terduduk sembari meringis pelan "Hey minum dulu." dia langsung menyodorkan sebotol air dan lansung di terima oleh pemuda itu.

"Makasih." Aeris menangguk.

Aeris meneliti penampilan pemuda yg masih SMA itu. Terdapat name tag dengan nama 'Zayn savaro millan'

dan luka di kedua lututnya terbukti celana pemuda itu robek juga lenganya baret karena pergesekan dengan aspal panas di siang hari. beruntung kepala pemuda itu baik-baik saja karena terlindungi helm.

"Kamu baik-baik saja?"

Pertanayaan bodoh menurut Aeris

setelah melihat tampilan pemuda itu .

Pemuda itu mengangguk kemudian menggeleng membuat aeris bingung. Belum terjawab kebingunganya, dia kembali dikejutkan dengan tindakan pemuda itu yg menyenderkan kepalanya di bahu aeris.

"Pusing." cicit pemuda itu.

Aeris pun mulai panik saat bahu nya mulai terasa berat mau tak mau dia harus menahan pemuda itu agar tidak limbung. "kerumah sakit ya."

Lagi aeris di buat bingung dengan pemuda itu menggeleng tanda bahwa dia tidak mau di bawa ke rumah sakit . "tapi luka kamu nanti infeksi." bujuknya.

Lagi dan lagi gelengan yg di rasakan di pundaknya "maunya kamu gimana kalau gitu?" tanyanya.

Belum sempat pemuda itu menjawab, sebuah celetukan dari ibu-ibu mengintrupsi. "Bawa pulang aja dulu.dek, kasian itu kalau dia gak mau di bawa ke rumah sakit."

dan sahutan setuju dari yg lainya.

Aeris di buat gusar, membawa anak orang kerumah nya padahal dia masih orang baru di kompleks perumahan yg dia tempati. apa kata tetangga dan orang-orang saat dia membawa seorang laki-laki ke rumahnya?

"Pulang ke rumah Bunda aja."

Suara lirih itu lagi berhasil mengembalikan aeris ke dunia nyata .

"Rumah bunda kamu dimana." Tanyanya.

"Kamu, Bunda ku."

Jawab pemuda tersebut dan berhasil membuat mata aeris membola. Sejak kapan dia melahirkan anak yg sekarang sudah SMA?

Saat aeria ingin protes, salah seorang laki-laki menyela . "Dek, taksinya udh nunggu. Yg lain , tolong bawa masuk anak ini ke dalam taksi!" perintah laki-laki itu.

"Dek, buruan masuk, itu adeknya udh ada di dalam taksi," seru ibu-ibu yg kembali menyadarkan aeris dari lamunanya .

"Eh, Iya bu. Makasih semuanya."

Ucap aeris kemudian menyusul pemuda tadi ke dalam taksi.

"Pak, ke komplek taman sentosa blok G2 ya." Setelah mengatakan arah tujuanya, aeris menatap wajah pemuda yg menumpangkan kepala di paha nya. Nanti saja dia bertanya mengapa pemuda itu memanggil nya dengan sebutan 'BUNDA'.

******

Maaf banget ya author nya masih baru ini karya pertamaku semoga kalian suka ...

part 2

         Aeris dan pemuda tadi yg bernama Aro kini sudah sampai di rumah gadis itu. Disana juga ada bu asih, tetangganya yg tadi menyapa ikut membantu membersihkan luka Aro juga meminjamkan sepasang baju , kebetulan anak bu asih juga seumuran dengan Aro.

        Setelah memastikan Aro istirahat, bu asih ikut memasak bersama Aeris dan berbincang-bincang tentang kecelakaan tadi.

      "Wah. kalo bu asih ya, udah ibu sleding ke dinding kalo pelakunya udah ketangkep. Bisa-bisanya dia kabur setelah nabrak anak orang." ujar bu asih menggebu gebu.

        Aeris tertawa pelan mendengar komentar bu asih tentang kecelakaan tadi. Dia juga setuju dengan pendapat bu asih, hati ibu mana yg tidak sakit jika mendengar kabar anaknya kecelakaan. Mana pelakunya tidak bertanggung jawab lagi.

        "Do'ain aja supaya pelaku nya segera ketangkep ya, bu." balas Aeris.

         Bu asih mengangguk. "Amiin paling serius pokoknya." lagi-lagi ucapan bu asih membuat Aeris tertawa.

         "Nah Udah jadi . Sok atuh bangunin dulu si Aro nya, kasian dia belum makan. Ibu mau pulang dulu, kalau ada apa-a0a teriak aja panggil ibu." ujar bu asih dan di angguki oleh Aeris.

        Tapi sebekum bu asih meninggal kan dapur, Aeris mencegahnya dan memberikan satu mangkok soto ayam yg di buat tadi.

        "Eh, gak usah, Nak." tolak bu asih.

        Aeris menggeleng. "Untuk anak ibu, pasti dia juga laper pulang sekolah, makasih juga bu, udah bantuin Aeris."

       "Kamu ini, kaya sama siapa saja. Yudh, makasih loh ini." Bu asih menerima satu mangkok soto ayam tadi.

       "Makasih kembali, Bu."

 "ya udah kalo gitu ibu pamit dulu , Assalamualaikum." pamit bu asih.

       "Waalaikumsalam."

    Selepas kepergian bu asih, aeris berjalan menuju kamar tamu yg terletak di sebelah kamarnya. Di sana, Aro tampak masih tertidur setelah berganti pakaian.

    Beruntungnya dia sudah membersihkan rumah sebelum kedatangan Aro dan bu asih. Melihat tidur Aro yg begitu lelap, Aeris tak tega untuk membangunkan pemuda itu. Nanti sajalah, pikirnya.

     "Bunda..."

      Gerakan tangan Aeris terhentu hendak menutup pintu saat mendengar panggilan Aro. Dilihatnya pemuda itu menatap kearahnya membuat Aeris mengurungkan niat untuk meninggakan pemuda itu.

Aeris berjalan mendekati Aro yg saat ini hendak bangun dari tidur nya. Dengan pelan Aeris membantu Aro duduk, memberikan bantal di belakang punggung pemuda itu agar lebih nyaman.

"Bun." panggil Aro pelan.

"Saya?" Aeris menunjuk dirinya sendiri. "saya bukan bunda kamu." kemudian menggeleng mengoreksi panggilan Aro padanya.

"No. kamu bunda Aro." Lagi, Pemuda itu tetap keukeh menganggap Aeris sebagai bundanya.

Lagi, Aeris menggeleng. "Dengar ya, Saya bukan bunda kamu. Saya orang yg bantu kamu tadi, Bunda kamu mungkin sedang mencarikan kamu di rumah." jelasnya dengan nada lembut, takut menyinggung Aro yg kini menatap nya dengan sendu.

Apa kepala Aro terbentur dengan keras tadi sehingga menganggap dirinya sebagai ibu pemuda ini? Pikirnya.

"Tapi ibu kandung aro udah gak ada, kamu bunda nya aro sekarang." Rupanya pemuda ini tak mau menyerah.

Haaaaaahhhh..... Ingin rasanya Aeris menggeplak kepala pemuda pemuda ini dengan seenak dengkul dengan mengklaimnya sebagai bundanya. Mana bisa Aeris mempunyai anak sebesar Aro yg sudah SMA sedangkan dia baru saja 23 tahun ini.

"Jadi bunda nya Aro, ya. Aro gak tau rasanya punya seorang ibu." Cicitnya dengan wajah sendu menatap selimut yg menutupi sebagian tubuhnya.

Hati Aeris tersentil mendengar ucapan Aro, Dia tau rasanya yg di rasakan pemuda di depanya ini ketika seorang anak tidak mendapatkan figur sekaligus peran seorang ibu dalam hidupnya. Beruntung Aeris masih merasakan peran seorang ibu walau hanya sebentar.

Mengumpulkan tekad dan segala konsekuensi yg berdemo di otaknya. Aeris tersenyum lembut sembari mengelus rambut aro yg kini tertundduk enggan menatapnya.

"Ya, Sudah. Kamu bisa panggil saya bunda.

Anggap saya bunda kamu." ucapnya membuat Aro seketika menatapnya.

"HUG? Tawarnya.

Tanpa berpikir dua kali. Aro langsung memeluk Aeris, Bunda barunya. Matanya terpejam menikmati elusan lembut di rambutnya juga wangi tubuh bundanya yg menenangkan.

"Bunda." Cicitnya sembari mendusel di cekuk leher Aeris.

"Ya, Sayang?" Jawab Aeris.

seoertinya tidak buruk mempunyai anak sebesar Aro.

Sedangkan Aro mendengar panggilan Bundanya tersenyum haru. Akhirnya dia dapat merasakan figur dan peran seorang ibu yg dia impikan.

"Mau makan atau lanjut istirahat dulu?" Tanya Aeris.

Aro terdiam sejenak. Sebenarnya dia merasakan sedikit lapar,Tapi juga tidak mau melepaskan pelukan bundanya ini. "Mau istirahat di temani bunda." Jawabnya.

Aeris terkeukeh pelan. " Baik, rebahan gih, Bunda temani."

Aro tidak dapat menyembunyikan senyumanya. Dengan hati-hati dia merebahkan tubuhnya disusul Aeris yg juga ikut berbaring. Tanpa perlu di perintah, Aro langsung masuk kedalam pelukan nyaman Aeris dan mulai tertidur sambil menikmati elusan lembut di kepalanya.

Mendengar dengkuran halus Aro pertanda pemuda itu sidah tertidur lelap membuat Aeris tersenyum tipis. Menikmati wajah polos putranya yg sedang tertidur.

CUP

Sebuah kecupan mendarat di dahi Aro sebelum Aeris juga menyusul ke alam mimpi. Sebenarnya banyak yg ingin dia tanyakan pada Aro, Tapi mungkin bisa nanti setelah mereka istirahat.

****

"Jadi, Bisa kamu jelaskan pada bunda sekarang?" Tanya aeris, setelah mereka makan malam. Dia ingin tau apakah aro masih punya keluarga atau tidak.

Saat ini dia sedang berada di ruang keluarga menonton TV,

Dengan kepala aro yg menumpang di pahanya.

"Aro masih punya Daddy dan dua saudara." kata aro kemudian terdiam sejenak,merangkai kata demi kata di kepalanya untuk menjelaskan kepada bundanya.

Aeris terdiam menunggu Aro menjelaskan. Dia tidak ingin menyela sampai aro selesai menjelaskan.

"Aro anak pertama dari tiga bersaudara, adek Aro yg pertama namanya Zartra Arsenico Millan. Dia kembaran Aro, yg bungsu namanya Zaqueenni Aiora millan. Nama Daddy Biyan Aztara Millan."

"Daddy cerai sama mama empat tahun lalu karena selingkuh dengan teman bisnis Daddy. Bukan hanya itu, Ternyata mama sebelum menikah dengan daddy lebih dulu berhubungan dengan selingkuhanya sampai punya dua orang anak." Aro memejamkan matanya saat kilas balik kejadian empat tahun yg lalu berputar di kepalanya.

"Gak usah cerita kalo gak kuat, Ya." Ucap Aeris merasa bersalah saat melihat raut wajah putranya yg mulai berubah.

Aro menggeleng dan menatap manik mata jerni bundanya. "Gak papa kok, bun. Bunda berhak tau asal usuk anak bunda sendiri."

"Lanjut ya,"Aro berdehem pelan. "Selama pernikahan Daddy sama mama, gak ada hari tanpa bertengkar sampai imbasnya ke kami bertiga. Tapi anehnya saat itu daddy gak ada niatan untuk ceraiin mama. Selama itu pula mama gak pernah sekalipun nunjukkin rasa sayangnya ke kami. Bahkan di depan Daddy. Gak tau dulu pelet apa yg di pakai mama sampai-sampai daddy buta kalo rumah tangganya gak baik-baik aja saking cintanya ke mama."

"Sampai Ai lahir mama gak pernah mau ngasih Asi nya untuk Ai dan gak pernah peduli kalau Ai kelaparan sampai nangis-nangis. Waktu Ai lahir papa ada di Prancis sampai usia Ai delapan bulan baru daddy pulang. Sekalinya pupang, Daddy liat Ai terus rewel dan sakit-sakitan, setelah diperiksa, Ternyata Ai dapat kekerasan dari mama karena rewel sehabis Imunisasi sampai punggungnya lebam karna pukulan mama yg gak main-main."

"Sampai di situ, Daddy marah besar karna baru pertama kali melihat anaknya mendapatkan kekerasan dari ibunya sendiri. Dari situ Daddy mulai sadar, ada yg gak beres dengan mama. Daddy telat banget ya bun, Sadarnya?"

Aeris terkeukeuh pelan tak urung mengangguk, Bisa-bisanya ada irang seperti Daddy-nya aro.

"Oke, Lanjut. Daddy cari kebusukan mama sampai Daddy schok sendiri setelah tau apa yg telah mantan istrinya lakukan di belakangnya. Daddy kira mama hanya gak pedulu sama anaknya ternyata lebih dari utu, mama main dibelakang dengan daddy dan sialnya selingkuhan mama rekan bisnisnya yg mau ngehancurin daddy dari lama. Dan parahnya mereka sudah punya dua anak dari hubunganya itu."

"Sampai Daddy benar-benar ceraiin mama dan hak asuh jatuh ke tangan dadd. Tamat."

Selepas Aro bercerita, Aeris terdiam beberapa menit hingga akhirnya mengeluarkan suara. "jadi kamu bohong dong sama bunda kalau ibu kandung kamu udah meninggal?"

Aro meneguk ludahnya kasar, untuk pertama kalinya mendapati tatapan tajam dan intimidaasi dari bundanya. Jujur, Aro bertaruh, Tatapan daddy nya tidak ada apa-apanya dibandingkan bundanya.

"Jawab Bunda Aro. Bunda gak mau ya punya anak yg suka bohong." Ujar aeris menatap dengan lembut dan tersirat peringatan tajam untuk Aro di baliknya.

"Maaf, bunda. Aro gak bermaksud seperti itu, Aro udah anggap mama gak ada setelah mengingat perbuatanya kepada kami."

Aeris mendengus kemudian membantu aro untuk duduk. Menangkup rahang sempit putranya agar netra abu-abu itu menatapnya.

"Liat bunda, Aro. Sebenci bencinya kamu sama mama kamu, gak ada yg namanya mantan ibu dan anak. Darah kamu mengalir karna dia, kamu hidup itu karna di. Bukan bunda mau membela mama kamu dan membenarkan kamu membencinya. Samapai kapan pun mama kamu tetep ibu kandung kamu, itu yg perlu kamu ingat. Tapi bunda tidak membenarkan perlakuan dia terhadap kamu dan saudara-saudara kamu yg lain. Benci sifatnya, Bukan pribadinya."

"Bunda gak tau yg kamu alami selama ini, tapi bunda mengerti perasaan kalian. Bukanya bunda mau adu nasib sama kamu ya, Tapi bunda juga merasakan sama seperti kamu. Tapi bedanya kalau kamu ibu kandung , sedangkan bunda ibu tiri dan saudara tiri bunda sendiri.

"Perlahan memaafkan, maka hidup kamu akan tenang. Sampai sini paham?"

Aro mengangguk kemudian memeluk bundanya. "Makasih bun,"

"Terimakasih kembali. Oh iya-"

****

Maaf ya author nya masih baru .. Maaf bila banyak salah di typo atau kata-kata nya

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!