NovelToon NovelToon

Ketika Aku Dituduh Selingkuh

KADS 1.

Seperti biasa, setiap malam saat semua sudah terlelap, Renata kembali melakukan rutinitasnya. Yaitu mengetik sebuah novel yang ia terbitkan di salah satu platform.

Tapi siapa sangka di saat Renata baru mengetik beberapa kata, Rendy sang suami justru terbangun dan berusaha merampas ponselnya. Hal itu membuat Renata terkejut dan berusaha mempertahankan ponselnya.

Karena merasa gagal merebut ponsel Renata, akhirnya Rendy memukul dinding di dekat wajah Renata.

Bough!

"Apa yang kamu lakukan tiap tengah malam? Kenapa kamu sibuk sekali dengan ponselmu? Apa benar yang dibilang orang-orang kalau kamu berselingkuh selama ini?" cecar Rendy dengan tatapan tajam. Ia benar-benar terlihat emosi. Dadanya naik turun dan tangan mengepal erat.

Sedangkan Renata, ia berusaha mengatur nafasnya. Ia tak menyangka jika ternyata suaminya belum tertidur. Padahal tadi ia sudah sangat yakin jika Rendy sudah sangat pulas. Bahkan dengkuran halus juga terdengar.

"Ak-aku... aku hanya membaca berita saja, Mas," dusta Renata. Ia berharap jika suaminya akan percaya dengan alasannya.

"Bohong! Sini aku lihat ponselmu. Biar aku pastikan sendiri kalau kamu memang sedang membaca berita seperti yang kamu bilang tadi." hardik Rendy dengan suara cukup lantang. Tangannya menegadah tepat di depan wajah Renata.

Akibat suara Rendy yang sangat lantang, membuat Keyra, putri mereka yang baru berusia 2,5 tahun terjaga dari tidurnya. Keyra menangis ketakutan. Renata, gegas memeluknya dan berusaha membuatnya tenang kembali.

"Mas, tolong jangan teriak-teriak begitu. Kasihan Keyra jadi ketakutan," lirih Renata memohon. Di dalam hati, ia mengucap syukur. Karena dengan Keyra terbangun, maka Rendy pasti akan berhenti mencecarnya.

Benar saja, Rendy gegas keluar dari dalam kamar. Sepertinya malam ini ia memilih untuk tidur di ruang tamu.

"Apakah aku sebaiknya jujur dengan Mas Rendy soal aku menulis ini? Karena aku melakukan ini kan juga awalnya karena Mas Rendy nggak pernah ngasih aku uang jajan lagi? Bahkan uang tabunganku juga sudah habis karena sering di pinjam oleh Mas Rendy tapi nggak pernah di balikin lagi. Kalau aku minta balik pasti jawabnya, 'kan uangnya dipakai buat bayar kontrakan, toh kamu kan juga tinggal disini kan? Jadi apa salahnya kalau uang tabunganmu di pakai? Lagipula uang tabunganmu itu kan dulunya juga dari aku' . Huh, sebal rasanya kalau dia sudah berucap seperti itu." gerutu Renata.

Renata mencoba mempertahankan pendapatnya. Hingga ia memutuskan untuk melanjutkan tidur malam ini.

Namun hingga keesokan paginya, Rendy tak kunjung kembali ke dalam kamar. Renata sendiri juga bangun kesiangan. Lantaran tiba-tiba semalam badannya terasa meriang dan kepalanya terasa sakit.

Jam sudah menunjukkan pukul 09.00, Keyra juga masih tidur pulas di sampingnya. Dengan kepala yang masih sakit, Renata keluar kamar untuk mencari keberadaan Rendy. Tapi sayangnya, ia tak menemukan Rendy baik di depan rumah, atau pun di dapur.

Akhirnya ia memutuskan untuk mulai bersih-bersih rumah. Selagi Keyra masih belum bangun. Selesai menyapu dan mencuci piring sisa semalam, Keyra terlihat berjalan keluar kamar. Ia berjalan ke arah Renata yang mulai sibuk mengupas sayur-mayur.

"Duh, anak Mama sudah bangun, ya? Yuk kita mandi dulu," ajak Renata sembari menciumi anak tersayangnya itu. Bau badan Keyra menjadi candu bagi Renata.

"Ela, dak mau mandi. Ela mau main aja," rengeknya dengan bergelanyut manja.

"Iya, nanti abis mandi kita main sama-sama ya. Sekarang Keyra harus mandi dulu, terus gosok gigi. Biar bau harum dan gigi Keyra tetap sehat." bujuk Renata, lalu mencium pipi gembul Keyra. "Kalau sekarang Keyra bau acem," sambungnya lagi sambil pura-pura menutup hidungnya.

Keyra pun akhirnya mau menuruti ajakan Renata. Ya, Keyra termasuk anak yang sangat penurut dengan kedua orang tuanya. Perkembangan Keyra sangat bagus, meskipun sedari kecil Renata mengurusnya seorang diri tanpa bantuan dari siapapun. Rendy hanya membantunya sesekali di saat tak ada pekerjaan di luar rumah.

Tapi untuk urusan mencuci baju, belanja, Rendy lah yang mengerjakannya. Jadi Renata lebih sering berada di dalam rumah. Ia keluar rumah jika ada kegiatan dari warga kampungnya saja.

Tepat pukul 12.00 siang, terdengar suara motor Rendy parkir di teras rumah kontrakan. Ingin rasanya Renata menyambut, tapi rasa kesal akibat tuduhan selingkuh semalam, masih menyelimutinya. Akhirnya Renata memilih untuk tetap duduk di ruang tamu sambil menyuapi Keyra makan siang.

"Papa, pulang!" seru Keyra seraya berjalan ke arah Rendy.

"Keyra makan dulu sana!" ucap Rendy sedikit tegas, lalu berjalan masuk ke dalam. Hingga membuat Keyra beringsut mundur.

Renata yang melihat putrinya di cuekin, semakin kesal dengan Rendy. Tapi untuk bicara, rasanya bibirnya kelu.

"Keyra, sini Sayang. Kita makan dulu ya, nanti kita main. Keyra mau main apa abis ini?" bujuk Renata agar putrinya itu tak menangis karena di cuekin papanya.

"Ela mau es kim, Ma." rengek Keyra dengan tatapan memohon.

Inilah yang Renata takutkan. Keyra meminta beli jajan, tapi Renata tak memiliki uang sepeserpun. Biasanya Keyra selalu minta langsung ke Rendy. Tapi karena tadi Rendy mengabaikannya, akhirnya Keyra meminta pada Renata.

"Keyra, beli eskimnya besok aja ya? Gimana kalau kita bikin kue aja setelah ini? Atau Keyra mau mama bikinin es buah?" lagi-lagi, Renata hanya bisa membujuk Keyra.

"Ela mau inum cucu dele aja, Mama."

"Okeh, abis ini kita bikin susu kedelai. Sekarang makan dulu ya, Nak."

Di saat bersamaan, Rendy kembali memakai helmnya. Entah mau ambil kerjaan apa lagi di jam siang-siang begini. Rendy adalah pegawai freelance. Semua kerjaan akan dia kerjakan asal bisa menghasilkan uang yang halal untuk anak istrinya. Rendy tipikal lelaki yang pekerja keras, tapi anehnya uang itu selalu terasa kurang. Padahal Rendy hampir seharian kerja. Berbeda saat keuangan Renata yang pegang. Rendy lebih sering berada di rumah, tapi Renata bisa punya banyak tabungan dan perhiasan. Sekarang? Boro-boro tabungan, Renata minta uang jajan aja sudah di bilang boros.

Dulu Rendy sempat memiliki sebuah usaha, namun semua hanya tinggal kenangan karena di tipu oleh temannya sendiri.

...****************...

Malam harinya, tepat pukul 23.30, Rendy baru kembali pulang. Sedangkan Renata dan Keyra masih asik bermain di dalam kamar. Keyra juga terlihat enggan menghampiri Papanya. Mungkin ia masih trauma dengan kejadian tadi siang.

Renata juga mengabaikan Rendy yang terlihat sibuk mengambil baju ganti.

"Ren, aku mau bicara soal kita!" celetuk Rendy saat ia sudah duduk di hadapan Renata.

"Tapi selama aku bicara, tolong jangan kamu sela sedikitpun sampai aku selesai bicara. Kamu hanya cukup mendengarkannya saja. Setelahnya, kalau kamu juga mau bicara silahkan, nggak juga nggak masalah."

Renata hanya melirik sekilas. Dalam hatinya tiba-tiba merasa risau.

"Okeh!" sahut Renata malas.

"Aku ingin kita pisah tempat tinggal!" ucapnya penuh penekanan di setiap kata.

KADS 2.

Renata membulatkan matanya. Ingin ia menjawab, tapi Renata mencoba menunggu hingga Rendy selesai bicara. Sesuai dengan permintaan Rendy di awal.

"Aku ingin kita pisah tempat tinggal, karena aku pikir mungkin ini yang terbaik buat kita berdua. Sebelumnya aku tak ada niat buruk sama kamu. Aku hanya mencoba mencari jalan tengahnya saja. Ada beberapa alasan yang membuat aku ambil keputusan ini.

Yang pertama, aku pernah mendapati Keyra menyebut 'om ganteng' saat sedang bicara berdua sama kamu. Entah itu hanya kebetulan aja, atau memang benar Keyra pernah kamu ajak bertemu dengan laki-laki itu. Hanya kamu yang tau jawabannya.

Yang kedua, aku sering mendapatkan kabar dari ibu-ibu sini kalau kamu sering pegang ponsel saat aku lagi kerja. Kata mereka kamu jarang berbaur dengan ibu-ibu di kampung ini. Bahkan pernah saat mereka lewat dan ingin menyapamu, kamu sampai tak dengar. Mungkin itu karena kamu lagi asik chatingan sama laki-laki itu.

Yang ketiga, soal semalam saat aku ingin melihat ponselmu. Tapi kamu justru nggak mau kasih lihat sama aku kan? Itu sudah sangat membuktikan kalau kamu memang sedang menyembunyikan sesuatu dariku di dalam ponselmu. Apalagi aku juga pernah dengar kamu sedang mengirim voice note. Entah dengan siapa, yang jelas saat itu juga malam hari. Tapi saat itu aku belum terlalu curiga sama kamu. Jadi aku mengabaikannya.

Yang keempat, aku merasa kalau kamu itu nggak bersyukur sama sekali punya suami sepertiku. Padahal aku sudah kasih segalanya buat kamu. Kamu hanya tinggal diam saja di rumah. Urusan belanja sudah aku yang penuhi. Makanya agar kamu bisa bersyukur, aku ingin kamu instrospeksi diri dengan cara kita pisah tempat tinggal.

Yang kelima, pantas aja kamu nggak mau hamil lagi. Dengan alasan Keyra masih kecil. Padahal banyak kok anak seumuran Keyra tapi sudah punya adik bayi lagi. Mungkin itu hanya alasanmu, karena kamu takut jika hamil lagi, kamu nggak akan bisa selingkuh!

Oh iya satu lagi, dulu sebelum kita menikah kamu kan sering banged gonta ganti pasangan. Bahkan kamu sering pacaran dengan lebih dari satu laki-laki. Kata orang seperti itu tuh sebuah penyakit yang bisa menjadi kebiasaan. Susah di hilangkan sampai kapanpun. Jadi aku curiganya saat ini penyakitmu itu sedang kambuh! Jadi kamu nggak bisa cukup dengan satu laki-laki!" cibirnya dengan wajah mencemooh.

Renata melirik sinis. Tangannya mengepal kuat. Ingin melempar mulut Rendy yang sudah seperti emak-emak itu dengan mainan Keyra, tapi Renata takut jika itu nanti akan di tiru oleh Keyra.

"Kamu juga tenang aja, kalau kita pisah tempat tinggal, kamu bisa pilih kok. Kamu mau tetap tinggal di kontrakan ini, atau mau pindah? Kalau kamu mau tetap tinggal di sini silahkan, berarti aku yang akan cari kos lain. Dan untuk uang kontrakan di sini, aku akan tetap tanggung jawab untuk membayarnya. Kebutuhan dapurmu juga akan tetap aku penuhi termasuk uang jajan Keyra. Tapi nggak untuk uang jajanmu!

Dan jika kamu mau pilih pindah dari kontrakan ini juga silahkan. Mungkin kamu mau pilih kontrakan yang jauh lebih bagus. Tetap aku juga yang akan bayarin kontrakan barumu itu kok. Terus kalau kamu nanti mau pasang AC dan WIFI lagi, akan aku kabulkan. Asal kita pisah tempat tinggal."

Rendy membuang nafas kasar, seraya mengusap wajahnya.

"Sudah ngomongnya?" tanya Renata yang mulai geram mendengar kalimat demi kalimat yang menuduhnya tanpa bukti yang jelas.

"Belum! Nanti kalau sudah aku bakal bilang!" sahut Rendy sinis.

"Sekarang gini aja deh, aku juga kasih kamu pilihan lain. Aku bakal kasih kamu kesempatan buat cari laki-laki yang jauh lebih baik dari aku. Nanti kalau kamu sudah dapat, silahkan kalau kamu mau cerai sama aku.

Kamu juga boleh bawa Keyra, tapi kalau nanti kamu hamil lagi sama suami barumu itu, kasih Keyra balik sama aku. Biar aku yang rawat Keyra. Aku nggak mau kalau Keyra tetap sama kamu, tapi dia bakal kurang kasih sayang. Tapi kalau kamu belum hamil lagi, kamu boleh rawat Keyra sampai kapanpun kamu mau."

Namun tiba-tiba ucapan Rendy terhenti lantaran Keyra mulai merengek minta tidur, mungkin karena sudah cukup lelah bermain. Apalagi jam juga sudah menunjukkan pukul 01.30 dini hari.

"Sudah ngomongnya? Kalau belum silahkan di lanjutkan nanti! Karena aku mau nemenin Keyra tidur dulu. Kamu tunggu aku di ruang tamu. Nanti aku nyusul kesana setelah Keyra tidur!" tegas Renata. Rendy pun menuruti.

Tiga puluh menit kemudian, Keyra sudah tertidur. Renata menatap wajah teduh putri mungilnya itu. "Nak, apapun yang akan terjadi nanti, Mama janji kalau kita akan tetap bersama. Mama juga janji bakal bikin kamu selalu bahagia tak kurang kasih sayang sedikitpun," lirih Renata seraya membelai lembut pipi Keyra.

Netranya kembali terasa memanas, ingin rasanya ia berteriak sekencang-kencangnya malam ini. Pernikahan yang baru ia bagun 3 tahun belakangan ini, kemungkinan besar akan segera berakhir begitu saja. Semua yang telah ia lakukan dan berikan di dalam rumah tangga ini, ternyata tak berharga sama sekali di mata Rendy, suaminya.

Renata mengusap kasar pipinya yang telah basah oleh air mata. Dengan langkah berat, ia berjalan keluar kamar. Rendy juga telah menunggunya di ruang tamu sambil meminkan ponselnya.

"Keyra sudah tidur?" tanya Rendy datar. Raut wajahnya sudah tak semarah tadi. Kini ia jauh lebih tenang.

Renata duduk tepat di hadapan Rendy. "Sudah!" sahut Renata sedikit ketus.

"Baguslah. Aku juga sudah selesai bicara. Sekarang kalau kamu mau bicara, silahkan. Aku akan dengarkan semua ucapanmu."

Renata kembali menghela nafas panjang sebelum memulai bicara. "Okeh, makasih sebelumnya. Di sini aku bukan mau melakukan pembelaan. Tapi aku hanya bicara tentang apa yang sudah terjadi. Dan jujur, aku sangat kecewa sama kamu, Mas!"

Rendy menatap Renata dengan alis terangkat satu.

"Aku akan jawab tuduhanmu satu per satu. Tapi sebelumnya, ayo kita berdoa dulu. Aku nggak mau, ada setan yang menghasut otak dan hati kita," pinta Renata.

Tanpa menunggu jawaban dari Rendy, Renata pun sudah mulai melipat tangannya dan berdoa. Renata berharap Tuhan bisa membimbingnya dalam setiap ucapan yang akan keluar dari mulutnya. Agar ia tak salah berucap dan bisa mengambil keputusan yang tepat.

Selesai berdoa, Renata menatap nanar ke arah Rendy. Laki-laki yang sangat ia cintai, hormati dan selalu ia banggakan di depan semua orang ternyata begitu mudahnya terhasut oleh ucapan orang lain dan pikirannya sendiri. Sikap saling percaya ternyata hanya omong kosong.

KADS 3.

"Aku harap setelah aku menjelaskan semuanya, kamu akan tetap dengan keputusanmu agar kita pisah tempat tinggal, Mas! Karena aku juga sudah di fase yang sangat lelah!" tutur Renata dengan suara bergetar. Sebab ia berusaha menahan tangisnya.

"Tentu! Karena aku yakin jika feelingku nggak pernah salah!" angkuhnya menatap tajam Renata.

"Okeh! Untuk alasan pertamamu yg bilang soal kamu pernah dengar Keyra nyebut nama 'om ganteng'. Apa kamu lupa saat ponakanmu main kesini? Dia selalu menyebut dirinya sebagai om ganteng di depan Keyra! Jadi yang di maksud Keyra om ganteng itu ya keponakanmu sendiri. Terus apakah kamu pikir aku akan berselingkuh dengan ponakanmu, Mas? Selama ini aku keluar kemana-mana juga selalu sama kamu kan? Mana pernah aku keluar berdua aja sama Keyra? Uang di dompetku kan nggak pernah terisi lagi!"

Rendy hanya bergeming, ia sama sekali tak menunjukkan ekspresi apapun. Hanya tatapan datar yang ia perlihatkan pada Renata.

"Yang kedua, kamu bilang ibu-ibu di sini sering bilang kalau aku nggak mau berbaur sama mereka? Ya jelas lah, Mas! Kalau aku berbaur sama mereka, dikit-dikit bakal keluar uang buat di ajak rujakan lah, rekreasi lah, dan lain sebagainya. Kamu tau kan gimana kebiasaan ibu-ibu di sini? Uang dari mana aku, Mas? Apa kamu mau kalau aku bilang ke ibu-ibu aku nggak berani kumpul karena nggak punya uang? Nggak mau kan? Jadi lebih baik kamu jangan protes soal ini.

Kalau soal aku sering main ponsel, itu karena aku lagi buka youtube. Aku ingin belajar beberapa resep masakan. Siapa tau nanti aku punya modal, aku mau jualan kue dari rumah aja. Biar bisa sambil ngerawat Keyra! Dan nggak perlu ngemis uang jajan dari kamu lagi!" Renata sengaja menekan kalimat terakhirnya soal uang jajan. Berharap ada respon dari Rendy. Tapi ternyata nihil.

"Yang ketiga, kamu mau tau apa yang aku lakuin setiap malam?" tanya Renata sambil meletakkan ponselnya di atas meja. "Coba kamu lihat kesini dengan seksama! Aku nggak mau kamu fitnah aku lagi."

Rendy mencondongkan badannya agar lebih dekat ke meja. Perlahan ia memperhatikan jari lentik Renata yang menari di atas layar ponselnya.

"Aku tiap malam itu ngetik novel! Nih buktinya!" Renata menunjukkan bukti ketikannya. "Dan voice note yang kamu dengar itu, mungkin pas aku lagi males ngetik. Jadi aku pakai voice note! Bukan aku lagi chatingan sama orang lain!" tandas Renata.

"Sejak kapan kamu nulis novel?" alis Rendy berkerut. Rendy sedikit tak percaya dengan kemampuan Renata yang berani menulis novel.

"Yang jelas sejak kamu semakin pelit sama aku!" balas Renata cepat.

"Aku bukan pelit, Ren! Kamu tau kan kalau kerjaanku sekarang lagi sepi. Toh yang penting kamu kan sudah aku sediain beras, telur, dan minyak." kilah Rendy yang tak mau salah.

"Iya, aku tau. Tapi aku juga sesekali pengen jajan, Mas! Aku juga pengen jalan-jalan keluar sama kamu dan Keyra. Meskipun nanti hanya sekedar jajan gorengan, nggak masalah. Tapi nyatanya? Kamu selalu sibuk sampai nggak punya waktu buat aku dan Keyra!

Sebenarnya aku nggak masalah sih Mas kalau kamu sibuk kerja, tapi yang jadi pertanyaanku, kemana uang hasil kerjamu selama ini? Masa semenjak kamu nggak pernah kasih aku pegang uang penghasilanmu lagi, kita sudah nggak bisa nabung sedikit pun? Bahkan semua tabungan dan perhiasanku juga sudah habis buat nombokin kita bayar kos dan cicilan tiap bulannya."

Lagi-lagi Rendy hanya bergeming. Entah apa yang sedang ia pikirkan.

"Kalau seperti ini, harusnya aku yang curiga dong sama kamu! Jawab jujur kemana uangmu selama ini, Mas?" Renata menyipitkan kedua matanya. Ia mencoba mencari titik kebohongan di mata Rendy.

"Ngapain kamu curiga sama aku? Uangku ya habis untuk mencukupi kebutuhan keluarga ini! Nggak bersyukur banged jadi istri! Hargai aku sebagai suamimu!" sunggut Rendy tak terima.

"Apa kamu bilang? Aku nggak bersyukur dan nggak ngehargai kamu, Mas? Harusnya aku yang bilang begitu! Kamu jadi suami kenapa nggak bersyukur punya istri aku? Kamu juga nggak pernah menghargai saran yang aku beri!

Aku selama nggak kamu kasih pegang uang lagi, apa aku pernah nuntut yang aneh-aneh sama kamu? Paling aku cuma minta di ajak jalan-jalan muter-muter sekitar komplek sini aja kan? Masalah tiap hari kita hanya makan lauk telur, tahu, tempe, aku juga nggak protes!

Soal skincare aku juga udah lama nggak pakai. Bahkan sekedar bedak aja aku rela pakai bedak bayinya Keyra!

Sedangkan kamu? Tiap hari bisanya nuntut aku harus bisa ini, harus bisa itu! Jadi kamu sekarang sudah tau kan siapa yang nggak bersyukur? Yang harusnya instrospeksi itu kamu, Mas!"

Renata menjeda omelannya. Ia butuh waktu sekian detik untuk mengatur nafasnya yang memburu saking kesalnya.

"Terus kalau soal hamil, jujur aku memang belum siap jika harus punya anak lagi. Aku trauma, soal mengurus bayi seorang diri. Aku takut gila, Mas! Mungkin nanti kalau Keyra sudah usia 5 tahun lebih, aku bisa memikirkan soal ingin hamil lagi atau tidak."

"Berarti kamu mau ngatur Tuhan! Soal kamu hamil sekarang atau nanti, itu semua terserah Tuhan! Siap nggak siap, kalau Tuhan sudah kasih kamu hamil, ya kamu harus mau!" sela Rendy lantang.

"Iya kalau Tuhan memang mengijinkan aku hamil sebentar lagi ya aku terima! Tapi yang jelas, aku tetap berdoa agar jangan hamil dulu dalam waktu dekat ini. Apalagi melihat sikapmu yang seperti ini. Semakin malas aku buat hamil lagi! Jadi sudah jelas ya, soal hamil itu nggak ada hubungannya sama orang lain. Tapi dari diri kamu sendiri yang bikin aku takut untuk hamil lagi!

Dan tadi kamu bilang aku dulu suka gonta-ganti pasangan? Terus nggak pernah bisa berhubungan hanya dengan satu laki-laki? Kamu pikir aku perempuan murahan?

Tapi aneh juga sih, kamu sudah berpikir kalau aku ini perempuan murahan, terus buat apa kamu nikahin aku, Mas? Bukankah dulu sebelum nikah kamu sendiri juga yang bilang kalau kamu siap nerima baik burukku? Lalu ini apa maksudmu? Kamu mau merendahkan aku?

Sadar, Mas! Dulu yang ngebet biar kita nikah itu ya kamu! Kalau sekarang kamu ngebahas masa laluku, itu kayak salah wktu kamu!" ungkap Renata panjang lebar. Dadanya naik turun seiring dengan emosinya yang meluap.

"Dengar, ya Mas! Aku akuin, dulu aku memang nakal. Tapi setelah kita menikah, dan aku mengucap janji suci di altar, aku sudah berubah, Mas! Aku sudah janji di hadapan Tuhan untuk setia sama kamu sampai maut memisahkan kita!

Benar katamu, sepertinya kita memang harus pisah tempat tinggal! Aku butuh waktu untuk sendiri. Silahkan kamu aja yang keluar dari kontrakan ini, Mas! Untuk masalah bayar bulanannya, kamu juga nggak perlu pusing. Aku bakal usahain untuk bisa membayarnya sendiri.

Dan masalah pasang AC plus WIFI, kamu lupakan! Nggak perlu kamu membual, karena kenyataannya sampai saat ini aja kamu masih belum bisa mengembalikan semua uang tabunganku yang katanya kamu pinjam!"

"Kamu punya uang dari mana untuk membayarnya? Kamu kan nggak kerja? Atau begini aja, aku akan kasih kamu kesempatan lagi.

Misal dalam jangka waktu 6 bulan ke depan kamu bisa hamil, maka aku nggak akan ninggalin kamu dan Keyra. Tapi jika dalam waktu 6 bulan ke depan kamu nggak hamil juga, ya aku bakal tinggalin kamu sampai aku benar-benar yakin kalau kamu itu berarti buat aku!"

Renta bangkit berdiri, tangannya menggepal kuat. "Nggak perlu nunggu waktu 6 bulan! Sekarang juga kamu bisa tinggalin aku dan Keyra! Karena aku pun sudah sangat kecewa sama kamu, Mas! Percuma kita masih bersama jika kamu sudah tak ada rasa percaya padaku.

Satu lagi, jika kamu ingin kita bercerai juga nggak masalah. Jangan kamu pakai alasan kalau aku yang ingin cari laki-laki yang jauh lebih baik darimu, tapi yang benar adalah kamu yang ingin cari perempuan yang jauh lebih baik dari aku kan, Mas?" ujar Renata cukup tegas.

Meski air mata telah membasahi pipinya, dan hatinya terasa sakit, namun ia sangat yakin dengan keputusan yang diambilnya malam ini.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!