Lana hanya bisa melihat setiap sudut rumahnya yang dipenuhi dengan bunga warna warni yang melambangkan hari bahagianya . Sungguh berbanding terbalik dengan hidupnya yang terasa sangat gelap. Dia tak menyangka jika ini benar benar terjadi pada hidupnya , ia sudah menjadi istri dari seorang pria arogan yang sangat di bencinya !
Pria yang membuat perusahaan keluarganya diambang kebangkrutan , dan kemudian pura pura mau menolong dengan syarat yang paling tidak masuk akal untuknya . Sean Jayde Alexander , pemilik sekaligus pemimpin dari Jayde Corporation memaksa Lana untuk menjadi istri keduanya padahal pria itu sudah mempunyai istri dan seorang anak .
" Sayang , apa kau yakin akan menjalaninya ? Jika tidak maka ayah akan membawamu pergi dari sini apapun resikonya ! Tidak apa apa jika harus kehilangan perusahaan , tapi ayah tidak mau melihatmu menderita " ujar Felix Jensen pada putrinya , dari awal dia dan istrinya sudah menolak keras rencana pernikahan ini .
Tapi Lana berkeras tak mau membuat keluarganya kehilangan segalanya , gadis itu tahu perusahaan ini adalah segalanya untuk ayahnya . Perusahaan yang merupakan amanat dari kakeknya . Perusahaan turun temurun yang merupakan identitas dari keluarga Jensen itu sendiri .
Lana tidak akan membiarkan perusahaan itu hancur karena banyak nyawa yang bergantung di dalamnya . Ribuan pekerja menggantungkan nasib mereka pada perusahaan keluarganya dan tidak mungkin ia membuat mereka semua menjadi pengangguran atau bahkan gelandangan jika kehilangan sumber penghasilan .
" Aku tidak apa apa ayah ! Aku hanya harus berlakon menjadi istri yang baik dan menurut , aku rasa cukup mudah untuk dilakukan . Dan aku yakin Tuan Sean juga akan bersikap baik padaku " getir Lana dengan senyum yang dia buat semanis mungkin agar mampu menyembunyikan sedikit rasa takutnya menghadapi malam ini .
Beruntung tadi seorang teman datang hingga ia punya alasan untuk sedikit menjauh dari pria yang selalu membuatnya seperti sesak nafas dengan hanya melihat wajahnya . Aura dingin suaminya membuat seluruh sendi ditubuhnya terasa lemas .
Malam ini adalah malam pertamanya sebagai istri seorang iblis bernama Sean Jayde , dan sebagai wanita dewasa ia tahu apa yang akan terjadi malam ini . Malam yang pasti akan mengubah semuanya .
Mata berwarna hijau emerald itu terlihat melihat sinis pria bertubuh tegap yang terlihat masih berbicara dengan pria yang sepertinya adalah bawahannya . Sean sedang berbicara pada pria yang sering mengikuti kemanapun pria itu pergi . Tubuhnya tak kalah besar dari tubuh Sean hanya saja wajah pria itu tampak sedikit mengerikan karena ada bekas luka sayat memanjang di pipi kirinya .
" Pulanglah jika kau sudah benar benar tidak sanggup bersamanya , selamanya ini akan menjadi rumahmu sayang !! " Seyra memeluk erat tubuh putrinya , sangat berat ketika menyadari jika mulai malam ini Lana akan pergi dan tinggal bersama suaminya .
" Hei ... Seharusnya kalian mendukungku , memberiku semangat agar aku bisa menjalani semuanya !! Aku adalah putri kalian , dan selamanya akan tetap seperti itu . Aku bukan pergi untuk selamanya , aku akan sering berkunjung Bu "
" Kami tahu ... Maafkan kami belum bisa menjadi orang tua yang terbaik untukmu Nak !! "
Felix dan Seyra memeluk putri mereka dengan haru , mereka berharap Tuhan memberikan keajaiban pada Lana . Mereka ingin putri mereka akan benar benar bahagia nantinya bersama keluarga barunya . Tanpa mereka sadari jika kebersamaan mereka sedang menjadi perhatian dua pria dengan tatapan elangnya .
" Siapkan mobilnya , sepertinya cukup basa basinya ! Udara disini terlalu pengap untukku , beritahu padanya jika sudah waktunya untuk pergi ! Jika menolak maka kau boleh menyeretnya ! "
Damian hanya mengangguk pelan dengan kepala masih tertunduk ketika tuannya berbicara sedikit keras . Pria yang merupakan tangan kanan dari Sean Jayde itu baru mendekat pada keluarga Jensen ketika atasannya sudah melangkah pergi .
" Maaf Nyonya Lana tapi sudah waktunya kita pergi , Tuan Sean menunggu anda di mobil "
Felix dan istrinya mengangguk ramah pada pria yang melihat mereka dengan tatapan datar itu . Tak.ada ekspresi apapun yang Lana temukan di wajah berparut itu . Sepertinya semua orang yang lama hidup disekitar Sean akan ikut berubah menjelma menjadi monster dingin yang menyebalkan .
" Pergilah sayang , kami akan selalu berdoa untuk kebahagiaanmu ! Jadilah istri yang baik untuk suamimu "
Dengan langkah terseok Lana mengikuti Damian yang sepertinya melangkah terlalu cepat . Gaun panjang berwarna putih yang dikenakannya pun tidak membuatnya leluasa bergerak , enyah tapi semua yang menempel ditubuhnya tidak membuatnya nyaman .
Hingga langkah mereka terhenti ketika sampai disamping mobil berwarna hitam dengan kaca belakang setengah terbuka . Lana bisa melihat pria yang sudah menjadi suaminya sudah duduk disana . Dengan tatapan lurus kedepan seolah tak peduli dengan keberadaannya .
Wajah dengan rahang yang kokoh dengan bulu bulu halus disekitarnya , hidung mancung , rambut berwarna hitam pekat dan mata dengan tatapan setajam elang membuat pria itu benar benar seperti setan yang hidup ditengah manusia .
" Silahkan masuk Nyonya ... "
Sekali lagi suara Damian memecah lamunannya , tatapan pria itu seolah memintanya ah bukan .. tapi memberi perintah agar dia segera naik untuk menemani tuan sombong itu . Perlahan Lana masuk ke dalam mobil dan duduk disamping pria itu . Berkali kali Lana harus menghirup oksigen disekitarnya dengan kuat kuat karena ia merasa sesak berada di dekat pria arogan yang masih diam seribu bahasa itu .
" Jangan pernah berani menatapku lagi seperti itu !! Aku memungut sampah seperti dirimu bukan untuk melihat apalagi menilai , apapun yang kau lakukan hanya atas ijinku ... Hanya atas ijinku !!! "
Satu jam kemudian mereka sampai di sebuah mansion megah bergaya Eropa . Dua pria dan dua orang maid tampak sudah berdiri menyambut mereka ketika mobil berhenti , hal yang menurut Lana adalah hal yang konyol dan sia sia karena Sean langsung melangkah masuk ke dalam mansion tanpa sedikitpun melirik pada ke empat orang yang berdiri dengan kepala tertunduk . Semua orang terlihat menghormatinya tapi monster itu tak sedikitpun memperlihatkan rasa menghargai para orang orang disekitarnya .
Dan yang membuat Lana kesal adalah tak ada seorangpun yang membantunya membawa koper baju yang lumayan berat miliknya , baik maid ataupun para penjaga di rumah ini sepertinya sudah terkena virus muka datar seperti Damian dan tentu saja asal muasal virus itu dari Tuan Besar mereka .
Sampai diruang tamu yang sangat luas Lana terlihat kebingungan karena ia tidak tahu kemana harus pergi . Dia tidak tahu letak kamarnya , tidak mungkin ia masuk ke salah satu kamar di tempat ini secara acak . Dan suara Damian di belakangnya membuat Lana berjingkat kaget , pria itu selalu saja sukses membuatnya terkejut .
" Kamar anda ada di ujung sana Nyonya .... "
Refleks Lana melihat ke arah dimana jari Damian menunjuk , matanya mengernyit melihat sebuah pintu besar yang tepat berada selurusan dengannya . Jika dilihat dari model dan ukuran pintu yang sangat besar sepertinya itu bukanlah sebuah kamar .
" Kamar anda ada di belakang ruang baca yang kini sedang anda lihat . Dengan beberapa pertimbangan Tuan Sean menempatkan anda di lantai bawah . Kamar utama atau kamar Tuan Sean Jayde ada di lantai tiga ... "
Persetan kata Lana di dalam hatinya , tidak masalah ia akan tidur di manapun . Yang penting baginya adalah semakin jauh dari monster itu maka akan semakin baik . Lana melangkah menuju kamar yang ditunjuk Damian bahkan sebelum pria itu menyelesaikan kata katanya . Yang dia inginkan sekarang adalah merebahkan tubuh dan memejamkan matanya yang sudah terlalu lelah .
" Jangan pergi dulu Nyonya , saya belum selesai bicara ... " ujar Damian dengan penuh penekanan ketika wanita yang masih mengenakan gaun pengantinnya itu melangkah pergi tanpa melihat ke arahnya, bahkan seperti tidak peduli pada suaranya .
BRRAAKKKK ...
Dengan tenaga yang masih tersisa Lana menutup pintu kamarnya kuat kuat . Tubuhnya luruh tepat di depan pintu tak peduli jika nantinya gaun putih yang dikenakannya akan kotor atau rusak sekalipun .
Ini adalah rumah suaminya , tapi ia datang pertamakali bagai seorang imigran gelap yang disusupkan kerumah itu . Tak ada yang peduli padanya ! Semua orang ditempat ini selalu saja berjalan dengan kepala tertunduk seolah tak ada kehormatan lagi dalam diri mereka .
Dengan masih menyandarkan punggung lelahnya di pintu Lana kemudian mengamati kamar yang ditunjuk Damian sebagai kamarnya . Hampir semua bagian kamar ini berwarna putih tentu saja kecuali perabot perabot yang semuanya terbuat dari kayu jati . Tak ada balkon atau jendela besar seperti kamar yang dia miliki dulu , yang ada hanyalah sepasang jendela kecil yang tertutup tirai putih .
Kamar yang cukup nyaman untuknya tapi tetap saja Lana masih canggung apalagi ketika mengingat jika malam ini adalah malam pertama pernikahannya . Sungguh , Lama berharap suaminya akan jatuh dengan kepala yang membentur sesuatu yang keras hingga Sean lupa jika malam ini adalah malam bersejarah mereka .
Merasa gerah dengan baju yang ia kenakan Lana segera berdiri bermaksud untuk membersihkan dirinya . Baru dua langkah berjalan tiba tiba saja pintu di buka oleh seseorang .
DEGGHHHHH ....
Dari aroma yang menguar di indera penciumannya Lana tahu siapa yang sedang berdiri di belakangnya . Ternyata monster itu tidak melupakan dirinya dan malam ini . Lana bisa mendengar langkah pria itu mendekat padanya , semakin dekat hingga tubuhnya terasa terkunci tak dapat di gerakkan .
" Aakkkkhhhh ... " pekik Lana ketika satu tangan kekar Sean menekan keras lehernya dan kemudian menghempaskan hingga tubuhnya terbanting kelantai .
" Baru sepuluh menit kau menginjakkan kakimu di rumah ini , tapi kau sudah berani menentang aturanku ... "
Lana tersengal dan terbatuk dengan tangan memegang lehernya yang terasa sakit . Sepertinya seluruh tubuhnya teras sakit akibat benturan keras di lantai . Walau begitu matanya nanar ke arah pria yang sedang berdiri menjulang di depannya .
" Aturan apa ?? Kau bahkan tidak pernah berbicara denganku ... "
" Kau membuatku terlalu lama menunggu diruang baca , dan sepertinya kau harus diajari untuk sedikit menurut ... " ujar Sean dengan melonggarkan dasi yang dikenakannya . Dan gerakan itu membuat Lana perlahan merangkak mundur dengan wajah khawatir .
Wanita itu kemudian ingat jika Damian tadi sempat memintanya untuk kembali karena ada yang belum pria itu katakan . Lana merutuki dirinya sendiri , mungkin saja Damian ingin mengatakan jika Sean sudah menunggunya di ruang baca .
" J-jangan mendekat ... mau apa kau !!!!? "
Lana hanya bisa memejamkan matanya ketika pria itu sudah berdiri hanya berjarak beberapa inchi dengannya , tangan kekar itu kembali meraih dagunya dan sedikit mengangkatnya . Sean tak peduli ketika terdengar desisan dari mulut istri mudanya yang terlihat kesakitan .
" Aku adalah aturan di rumah ini !! Jangan sekali kali mencoba untuk menentangku karena kau tidak akan pernah bisa membayangkan apa yang bisa aku lakukan untuk seorang pembangkang sepertimu !! " ujar Sean mengeratkan cengkeramannya di dagu Lana .
" Lepassss .. s-sakittt !! " lirih Lana karena merasa tangan kekar suaminya bagaikan jepitan yang terbuat dari besi baja yang sangat menyakiti dagunya . Sampai sekarang pun ia tak habis pikir kenapa Sean sangat membencinya ataupun keluarganya . Sampai sampai harus melakukan trik kotor dengan menghancurkan perusahaan keluarganya .Tiba tiba ia merasa kepalanya sangat pening , semua terasa berputar dan pandangannya menjadi gelap .
BRUGGHHHHH....
Sean hanya terpaku ketika melihat tubuh yang masih mengenakan gaun putih panjang itu terkulai di depannya . Bukan tidak mau menolong tapi tubuh itu terlalu cepat luruh di lantai . Tapi ada sebuah seringai ketika melihat tubuh itu sama sekali tidak bergerak , rasa puas sangat terlihat di sorot matanya . Hingga suara Damian membuat pandangannya teralih dari wajah cantik yang ternyata sangat pucat itu .
" Tuan Sean .... Nyonya Muda ! "
" Kau pikir aku buta ?? Biarkan saja , anggap saja ini hukuman karena sudah mengabaikan aku tadi . Dia harus belajar mendengarkan dan patuh padaku .... "
Setelah berbicara seperti itu Sean membalikkan badan dan melangkah pergi dari kamar itu meninggalkan Lana yang masih tergolek di lantai dengan bibir memucat . Sedang Damian hanya memandang Lana dengan tatapan yang siapapun tak akan bisa mengartikannya . Setelah beberapa kali menghela nafas pria berparut itu kemudian mengikuti langkah tuannya pergi meninggalkan kamar itu setelah sebelumnya meminta dua penjaga berjaga di luar pintu kamar itu .
" Darrell sudah tidur ?? "
" Sepertinya sudah Tuan , tadi saya lihat pengasuhnya sudah pergi ke kamar belakang . Itu artinya Tuan Muda sudah beristirahat di kamarnya " sahut Damian yang masih melangkah dibelakang Sean , seperti biasa jika sebelum istirahat tuan besarnya selalu menyempatkan diri memeriksa pekerjaan yang seharian sudah dikerjakan sekaligus membaca laporan laporan yang dikirim melalui emailnya .
Tapi langkah Damian terhenti ketika Sean urung melangkah ke lantai atas . Pria itu melangkah ke arah sebuah kamar yang ada tepat di bawah tangga . Sebuah kamar yang dibuat khusus untuk pewaris tunggal keluarga Jayde . Seorang anak laki laki berumur enam tahunan yang harus hidup di atas kursi roda karena sebuah kecelakaan saat dia masih berumur satu tahun .
Waktu itu Darrell dan pengasuhnya sedang dalam perjalanan menuju rumah sakit karena waktu itu Darrel tiba tiba demam tinggi . Sean sedang ada di luar kota dan Tiffany istrinya sedang ada pemotretan di luar negeri . Tiffany Spencer adalah seorang super model , dan setelah tujuh tahun pernikahan mereka Darrell baru hadir ditengah mereka .
Jika wanita lain mungkin akan sangat bahagia karena sudah dikarunia seorang anak , tapi berbeda dengan Tiffany . Wanita itu sama sekali tidak peduli pada Darrell , dia berpikir putranya cukup diasuh oleh pengasuh karena menurutnya karirnya ada diatas segalanya .
Sejak kecil Darell harus menjalani berkali kali operasi di bagian kakinya akibat kecelakaan itu dan itupun belum bisa membuatnya berjalan sendiri . Dokter mengatakan hanya keajaiban yang bisa membuat kedua kaki putranya bisa berjalan kembali .
KLEKKKK ...
Sean melangkah masuk di kamar putranya yang bernuansa abu abu dan hitam . Jauh berbeda dengan anak seumurannya yang menyukai warna cerah , Darell lebih menyukai warna gelap . Baik untuk koleksi mainannya ataupun baju yang di kenakannya .
Seperti juga dirinya , Darell bukan anak yang ramah terutama pada orang asing . Selama ini hanya sang pengasuh saja yang di perkenankan masuk ke dalam kamar milik anak itu . Anak itu benar benar sudah menutup dirinya dari dunia luar termasuk pada kedua orang tuanya , untuk sekolah pun terpaksa Sean menerapkan home schooling agar putranya merasa tetap nyaman untuk belajar .
Sean mendekat ke arah ranjang dimana sang putra sudah memejamkan mata dengan nafas yang teratur . Hanya di saat seperti ini ia bisa leluasa melihat wajah lelah putranya , karena Darrel sangat jarang mau berbicara dengannya . Ada sakit di hatinya ketika harus melihat Darell harus mengalami semua cobaan hidup saat umurnya masih sekecil ini . Dan naasnya uang ataupun kekuasaannya tidak dapat meringankan penderitaan putranya .
" Kau akan selalu baik baik saja son !! Daddy akan membalas semua orang yang sudah menyakitimu ... "
Saat pertama melihat putranya terbaring di meja operasi setelah kecelakaan itu dia sudah bersumpah jika dia tidak akan melepaskan siapapun yang menyebabkan semua ini terjadi . Dia akan menghancurkan siapapun yang sudah menghancurkan hidup putranya !
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!