NovelToon NovelToon

Black Alice in the Murder Land

Chapter 1. Prolog Game

Di sebuah kota yang tidak dikenal, penuh dengan pemandangan yang sangat asing. Kota yang terlihat mati seperti tak berpenghuni dan dikelilingi oleh lampu-lampu gaya Victoria.

Setting saat itu adalah malam hari.

Seorang perempuan yang tengah berlari sendiri tengah mencoba meloloskan diri dari sekelompok pemuda di belakangnya yang mencoba menangkapnya.

“Haah…haaah…aku harus hidup! Aku tidak boleh mati.” katanya dalam hati.

Perempuan berambut pendek dengan pakaian penuh bercak darah itu masuk ke dalam gang kecil yang ternyata itu adalah sebuah jalan buntu.

“Apa?! Tidak mungkin!”

Wajahnya berubah panik dan sekarang dia dihadapkan pada sekelompok orang yang tengah mengejar dirinya.

“Mau lari kemana kau! Serahkan kartu itu jika ingin hidup!”

Salah seorang pemuda mendekatinya dan mengeluarkan pisau lipat yang dibawanya.

Perempuan itu mundur dan mencoba meloloskan diri dari mereka namun dia tidak melihat kesempatan itu ada.

Dia mengeluarkan sebuah kartu dari saku roknya. Itu adalah “Spade 4” dan sekarang kartu itu ditunjukkan kepada mereka yang mengejarnya.

“Aku…aku akan memberikan kartu ini tapi ampuni aku.”

Tubuh gadis itu bergetar dan sekarang dia mencoba untuk bernegosiasi demi hidup.

Wajah keji milik pemuda yang mengejarnya terlihat sangat jelas. Namun, bukan demi melampiaskan nafsu, melainkan hanya mengincar kartu yang ada di tangan gadis itu.

Salah seorang pemuda yang mendekatinya membawa pisau lipat dan mengancam gadis itu.

“Jangan berani melawan dan menyerahlah! Kau tidak memiliki kesempatan untuk menang dan kami yang akan mendapatkan kemenangan itu!”

Pemuda itu baru saja ingin mendapatkan kartu tersebut, hingga tidak terduga tiba-tiba pandangannya menjadi miring sebelah.

-Craaaaat

Darah menghujani seluruh area tersebut, gadis itu bahkan berteriak dengan wajah pucat sambil menangis.

“Kyaaa!!!”

“Uwaaa!”

Para pemuda lainnya melihat pemuda yang mendekati gadis itu terbelah menjadi dua bagian sama besar. Dari sisi atas, mendarat seorang remaja berambut hitam bermata merah tampak tidak membawa senjata apapun di tangannya.

Pertanyaannya, bagaimana bisa dia muncul dan mungkinkah remaja itu yang membunuh pemuda itu?

Jawabannya, iya. Dia yang membunuhnya. Hal tersebut dibuktikan dengan tindakannya yang melakukan hal yang sama kepada para pemuda yang lain.

Remaja itu hanya mengayunkan tangannya seperti sedang memotong sesuatu di udara dan mereka semua terpenggal sempurna dengan darah yang mengalir indah bagai air mancur.

Tidak ada yang hidup saat itu dan yang tersisa hanya gadis yang tersungkur ketakutan sambil berteriak dan menggenggam kartu di tangannya.

“Tidak! Jangan mendekat! Tolong jangan mendekat!”

Gadis itu telah bermandikan darah sempurna. Remaja itu melihat wajah takut gadis itu dan akhirnya mendekatinya perlahan sambil memasang senyumannya.

“Kamu baik-baik saja? Aku tidak akan melukaimu.”

Siapa yang percaya dengan ucapan itu setelah melihat pemandangan mengerikan di depannya? Gadis itu juga tidak bodoh. Dia tidak percaya begitu saja dan masih melihat remaja itu dengan tatapan seperti melihat iblis.

Pemuda itu tidak memiliki pilihan selain mengatakan hal yang sesungguhnya.

“Baiklah baiklah, berikan kartu itu dan semua selesai. Aku tidak akan mengganggumu dan akan membiarkanmu hidup sampai panitia menjemputmu.”

“Lagipula, game babak pertama ini akan segera berakhir jadi percuma saja diteruskan. Mana, berikan itu padaku.”

Tangan remaja itu seperti meminta kartu di tangan gadis itu. Dengan gemetar, gadis itu memberikannya.

Senyum senang terlihat dari raut wajah remaja itu.

“Yosh, “Spade 4” didapatkan. Artinya sudah semua. Sisanya tinggal mengumpulkan kartu-kartu lain dari para mayat itu dan selesai.”

Remaja itu berdiri dan mengambil kartu yang ada di saku celana para pemuda itu.

Ada sekitar 8 kartu yang didapatkan. Namun ekspresi wajah remaja itu berubah. Dia mengambil kartu yang ada di sakunya dan menghitung semuanya.

“Apa ini? Totalnya kan harus ada 52. Kenapa hanya 46? Kemana 6 kartu lainnya?”

Dari belakang, ada sosok yang mencoba menyerang remaja itu dengan pisau.

-Whooosh

Remaja itu menghindari serangannya. Jelas siapa yang menyerangnya. Itu adalah gadis yang baru saja diselamatkan olehnya.

Ekspresinya saat ini seperti pembunuh berdarah dingin dan wajah polos ketakutan yang ditunjukkannya sebelum ini seperti sebuah ilusi.

Dia menyerang remaja itu tanpa henti sedikitpun.

Remaja itu melompat tinggi menjauhi gadis itu.

“Apa ini? Bukankah kamu hanya gadis polos yang nyaris mati barusan? Jangan bilang kalau tadi itu hanya akting saja?”

“Hah! Kau pikir aku akan mati begitu saja oleh para laki-laki bodoh itu?! Serahkan semua kartu itu padaku!”

“Hmm…ya sudah. Ambil ini.”

Remaja itu seperti akan menyerahkan kartu di tangannya. Gadis itu tidak begitu saja mengambilnya. Dia mengeluarkan sesuatu seperti jaring-jaring dari tangannya.

“Wow” remaja itu terlihat begitu santai. Jaring itu seperti mengikat tubuhnya sehingga semua kartu di tangannya berjatuhan.

Gadis itu mengambil semua kartunya dengan menggunakan jaring-jaring di tangannya.

“Ahahaha! Akhirnya aku yang menang! Di lantai ini, akulah juaranya!”

Remaja itu hanya berdiri santai dengan jaring yang mengikat tubuhnya. Dia sama sekali tidak panik dan selang beberapa detik, dia melepaskan dirinya dengan mulus.

Gadis itu tidak memperhatikannya karena dia terfokus pada semua kartu di tangannya.

Saat remaja itu mendekat, kepala gadis itu melayang dari lehernya. Sungguh sebuah pemandangan merah yang indah di langit malam saat itu.

Semua kartu-kartu itu terjatuh dan dengan cepat dikumpulkan olehnya. Sambil mengumpulkan kartunya, remaja itu bertanya.

“Sistem, apa code name milik gadis ini?”

Terdengar suara dari langit.

[Code Name: Caterpillar]

[Kemampuan: Mengeluarkan jaring dari tangan. Level saat ini 0]

[Status: Gugur dalam permainan]

[Code Name: Alice berhasil mengambil seluruh item yang dibutuhkan untuk memasuki lantai berikutnya. Level saat ini 1]

“Hmm, aku baru naik ke level 1 ya. Sistem, hanya ingin memastikan saja tapi berapa total pemain yang hidup di lantai ini?”

[Jumlah peserta saat ini: 1 dari total 89 pemain. 88 di antaranya dinyatakan gugur dalam permainan. Waktu permainan tinggal 5 menit lagi]

[Mohon tunggu sampai tanda permainan selesai]

“Baiklah.”

Remaja itu berdiri dan berjalan kembali meninggalkan mayat yang ada di belakangnya.

“Aku kira dia bohong soal jumlah pemain yang menjadi pemenang game. Ternyata administrasi menyebalkan itu memang serius.”

“Setelah ini, aku ingin segera mencari makan untuk game selanjutnya.”

Ada alasan kenapa semua ini terjadi dan itu semua bermulai dari kisah setelah ini dan semua ini bermula dari sebuah game aneh.

[Welcome to the Murder Land]

*****

Chapter 2. Demon Lord Bernama Yufuin Tenn

Fukuoka, jam 10.20 am.

Terlihat di atas atap gedung pencakar langit di Jepang, anak laki-laki berambut hitam bermata merah yang sedang makan es krim.

“Rasanya membosankan. Kenapa aku tidak menemukan hal menarik di sini?”

“Sudah berapa kali aku bereinkarnasi menjadi manusia? Berpura-pura menjadi manusia padahal kamu adalah demon lord itu sangat…merepotkan.”

Demon lord, sebuah kelas makhluk fiksi yang sering muncul dalam anime dan game. Mereka digambarkan sebagai iblis kuat yang beberapa gambarannya terlihat mengerikan.

Bagi zaman sekarang, hal tersebut adalah sebuah fantasi belaka. Namun tanpa diketahui di dunia itu, mereka telah berdampingan dengan sosok tersebut.

Salah satu kelas demon lord yang tersisa dan diketahui saat ini adalah anak laki-laki yang sekarang sedang menggerutu di gedung pencakar langit sambil makan es krim.

Dan sekarang dia terlihat sumringah karena batang es krimnya

“Uwa, menang lagi? Keberuntunganku sangat bagus hari ini. Aku tukar lagi, ah~”

Dengan mudahnya dia terjun bebas dari gedung itu dan mendarat dengan selamat layaknya kucing.

Tidak disangka kelas demon lord bisa menjadi manusia. Sudah begitu, dia punya smartphone sendiri, lengkap dengan fitur chatting. Dan yang lebih lucu lagi, layar ponselnya itu bergambar Hatsune Miku.

Nada dering dari ponselnya berbunyi.

“Siapa lagi ini? Hmm? Grup?” sambil berjalan menuju toko tempatnya membeli es krim, dia menerima banyak pesan.

“Geh! Kataoka sialan! Kenapa harus bilang pada semua orang kalau aku bolos masuk kelas?! Dia mau kulempar keluar kelas rupanya. Cih!” gerutu sang demon lord.

“Hmm?”

Belum selesai dengan gerutuannya, dia melihat seorang teman sekelasnya mengirimkan sebuah link.

“Apa ini? Transaksi gelap? Malas sekali aku membukanya. Abaikan. Besok, aku pikirkan cara membuat Kataoka tidak bisa bicara.”

Sungguh hari yang indah di pagi hari menjelang siang itu untuk sang demon lord yang bereinkarnasi menjadi manusia.

Tanpa kekurangan kemampuan yang disebut sihir dan magis, dia bisa melakukan semuanya tanpa kendala.

Hampir seharian penuh sampai sore hari, kerjaannya hanya bermain, berkeliling, tidur seperti kucing dan makan es krim kesukaannya.

Waktu sudah sore dan dia mulai menggunakan sihirnya untuk berganti pakaian. Berpura-pura baru pulang sekolah seperti anak sekolah lainnya.

Seragam palsu dan tas sekolah yang awalnya tidak ada menjadi muncul dari bayangannya sendiri.

“Inilah gunanya menyembunyikan identitasmu sebagai demon lord pada orang tua. Aku bebas dan bisa tetap menjadi anak manis.”

Dia menghilang saat semua orang tidak menyadarinya dan muncul di depan sebuah rumah dengan tanda nama ‘Yufuin’ pada dinding nomor rumahnya.

“Harus tarik napas dulu dan berpura-pura polos. Yosh!”

Mata merah miliknya berubah kembali menjadi kecoklatan dan saat membuka pagar, dia bersikap layaknya anak remaja biasa sambil mengucapkan salam, “Ibu, aku pulang.”

“Selamat datang, Tenn. Makanan baru saja matang. Ganti bajumu ya. Ayah akan segera sampai.”

“Baik.”

Demon lord itu memiliki identitas bernama Yufuin Tenn, remaja berusia 16 tahun dari keluarga cukup sederhana yang bahagia.

Sang ibu adalah seorang ibu rumah tangga merangkap guru les anak-anak dan penjual sedangkan ayahnya bekerja sebagai wartawan di salah satu tv swasta di Jepang.

Dia adalah satu-satunya anak yang dimiliki pasangan suami istri tersebut setelah mereka menikah selama 6 tahun. Sebuah penantian panjang untuk kedua orang tua manusianya.

Itulah sejarah singkat dari demon lord yang sekarang menjadi anak kesayangan keluarga bahagia tersebut.

Tenn, sebut saja sebagai identitas barunya itu, turun dengan pakaian santainya.

“Ayah masih belum pulang bu?”

“Katanya sebentar lagi. Sepertinya banyak berita yang harus diliput. Duduklah dulu. Bagaimana sekolahnya tadi?”

“Sekolah? Oh! Menyenangkan. Aku bisa mengerjakan soalnya dengan mudah”

“Begitu. Syukurlah. Ibu senang sekali Tenn menjadi anak yang sangat pintar. Ini, karaage kesukaanmu. Dengan rasa pedas seperti yang kamu suka.”

“Haha.” Sorot mata dan rasa bersalah menghantui demon lord ini.

“Maafkan anakmu yang brutal dan tukang bohong ini, ibu. Aku bersumpah aku akan menjadi anak yang baik selagi aku masih menjadi manusia.”

Mereka akhirnya makan terlebih dahulu. Tidak lama setelah itu, mobil sang ayah terdengar dan suara pintu dibuka.

“Aku pulang.”

Sang istri dengan senyum menyambut kedatangan suaminya, diikuti oleh sang anak.

“Selamat datang, suamiku.”

“Ayah, selamat datang.”

“Aku pulang. Tenn, kalian sudah mulai makan ya?”

“Hari ini ada karaage kesukaanku.”

“Begitu, ayah akan cuci tangan dulu dan langsung makan ya.”

Setelah itu, mereka kembali ke meja makan dan makan bersama. Terlihat wajah kedua orang tuanya begitu bahagia.

“Aku tau tidak ada gunanya bahagia sebagai manusia, sejak aku akan terlahir kembali saat aku mati nanti. Tapi, memiliki orang tua yang mencintaimu itu memang menyenangkan.”

“Aku rasa aku mulai menyukai hidupku sebagai manusia beberapa puluh tahun terakhir ini.”

Sang demon lord telah bereinkarnasi selama beberapa dekade dan ada sejarah di balik itu. Kita tunda sampai nanti untuk sekarang.

Selesai makan, sang ayah bercerita hal yang menarik.

“Akhir-akhir ini, ada kasus orang hilang. Ayah harus mencari sumber informasinya untuk berita utama.”

“Orang hilang?”

“Benar, orang hilang.”

“Seperti om-om mesum tukang mabuk yang lupa jalan pulang setelah pesta minum-minum dan ditemukan di tempat sampah dekat gang kecil?”

“Uhuk…uhuk…” sang ayah yang sedang minum kopinya sampai tersedak mendengar jawaban sang anak. “Te–Tenn-kun, bukan itu maksudnya.”

“Memang beda?”

“Tentu saja beda, Tenn. Yang ini tidak seperti diculik.”

Tenn tidak peduli dan tidak mau peduli tentang hal itu. Obrolan orang dewasa selalu membuatnya pusing.

Meskipun sebenarnya dia hanya malas untuk mendengarnya.

Tenn masuk ke kamarnya dan membuka ratusan notifikasi chat dari ponselnya.

“Kenapa  lagi ini? Aku malas sekali masuk dan bertemu mereka semua besok. Pokoknya kalaupun ke sekolah, Kataoka yang–…kenapa ada link aneh ini lagi?”

Ketika mencoba mengabaikan pesan itu di grup sekolahnya, link tersebut muncul melalui email miliknya.

“Apa?”

[www.aliceinthemurderlandgame.jp.org]

Itulah link yang dikirimkan kepadanya. Saat dia menyadari isi chat grup tersebut, semua teman-temannya tidak ada yang merespon dan hanya mengatakan bahwa itu hanyalah keisengan akun anonymous.

“Kenapa bisa ada akun anonym di grup chat kelasku?” pikirnya.

Dia langsung mengetik balasan di grup, ditujukan untuk akun tersebut.

[@anonymous: kamu itu siapa? Ketua kelas?]

Tidak ada balasan. Tampaknya demon lord kita terlalu kesal menunggu sampai mengabaikan ponselnya.

Dia memilih melemparnya ke dekat bantal dan pergi untuk berendam.

**

Tanpa disadari oleh sang demon lord, ponselnya menyala dan menginstal link yang baru saja dikirimkan ke emailnya. Link itu terinstal dengan sendirinya.

[Loading…]

[Download selesai]

[Code name: Alice Liddell]

[Welcome to the Murder Land]

*****

Chapter 3. Menuju Permainan

Selesai mandi, Tenn merasakan sesuatu.

“Apa ini? Sihir? Tapi sedikit berbeda.”

Dia langsung melihat ke arah ponselnya yang menyala dan mengambilnya dengan cepat.

“Welcome to Murder Land? Code name…Alice Liddell? Siapa itu Alice Liddell?”

“Sebentar…apa ini? Kenapa link ini terinstall sendiri?”

Tenn terlihat tidak menyukai ini. Mata sihir yang dimiliki oleh sang demon lord bekerja.

“Link ini seperti memiliki kekuatan aneh. Tapi aku tidak bisa melacaknya. Selain itu, tampaknya dia sengaja memancingku untuk memiliki aplikasi aneh ini.”

Sang demon lord berusaha untuk menghapus aplikasi aneh dengan icon kartu as tersebut dari ponselnya.

Percobaan pertama, dia berhasil. Namun selang beberapa menit, aplikasi itu kembali muncul tanpa ter-instal ulang.

“Hah? Memang boleh begitu?” protesnya

Percobaan kedua, dia kembali mencoba menghapusnya. Namun ternyata ada keterangan aneh. Bahkan sang demon lord membacanya perlahan.

“Hmm? Apa ini?”

“Aplikasi ini merupakan aplikasi bawaan yang tidak bisa…dihapus?! Oi! Gila ya!”

Terdengar suara di balik pintu.

“Tenn-chan, kamu tidak apa-apa? Besok berangkat pagi, kan? Jangan main game dan tidurlah.”

Itu adalah teriakan sang ibu. Demon lord kita berakting jadi anak baik sekarang.

“Iya bu. Aku tidur, aku tidur. Besok aku berangkat pagi.”

Tenn menggunakan sihirnya untuk meredupkan lampu, bukan mematikannya. Terlihat seakan-akan dia akan tidur padahal hal itu tidak pernah dibutuhkan olehnya.

Benar, demon lord kita tidak pernah tidur meskipun telah bereinkarnasi menjadi manusia. Sekarang, dia sibuk dengan ponsel menyebalkannya itu.

“Aplikasi sial! Berani juga mereka menggunakan sihir yang tidak bisa kubaca untuk membuat aplikasi ini menempel seperti perangko!”

“Lihat saja, aku yang seorang demon lord ini tidak akan membiarkan sihir aneh mengalahkanku.”

Sepanjang malam, Tenn terus mencoba mengeluarkan sihirnya untuk menghapus aplikasi di ponselnya. Tapi ternyata, usahanya sampai begadang itu nihil alias gagal total.

Lebih sakitnya lagi, ada sebuah pesan yang dikirim ke ponselnya melalui email. Itu diterimanya saat sedang berada dalam perjalanan menuju sekolahnya.

[To Alice Liddell]

[Terima kasih sudah mau berusaha dengan keras. Namun, terimalah takdirmu. Pada akhirnya, ini akan membuatmu merasa sangat tertantang]

[Selain itu, hanya pihak administrasi yang bisa menghapus aplikasi ini. Kamu adalah pemain terpilih dan jika berhasil, akan ada hadiah menarik untukmu]

Tenn terlihat begitu kesal.

“*Hadiah? Memangnya dipikir dia sedang bicara dengan siapa? Aku ini demon lord! Meskipun sekarang sudah jadi manusia tapi kekuatanku tidak pernah berubah*!”

“Sistem sial!”

Itulah gerutuan dalam hati yang dikeluarkan Tenn di pagi hari.

Sesampainya di sekolah, Tenn yang masuk kelas disambut dengan sangat meriah oleh teman-temannya.

“Yufuin! Kemarin kenapa kau bolos?!”

“Ka-ta-o-ka…” Tenn terlihat kesal.

Yang menyambutnya adalah temannya yang sudah diniatkan dari hati oleh sang demon lord untuk dihukum karena mengadu di grup chat bahwa Tenn bolos.

Tenn menghampirinya dengan wajah kesal.

“Akan kugantung kau di tiang bendera!”

“Aku tidak bersalah!”

“Kamu bersalah! Mau mengelak ya?!”

Beberapa teman-teman sekelasnya tertawa melihat aksi itu. Di sini, hubungan sang demon lord dengan teman-temannya sangat dekat.

Tidak tampak ada orang lain yang membencinya, justru anak bernama Yufuin Tenn merupakan anak berprestasi yang cukup disukai hampir semua orang, termasuk staff dan guru.

Saat pelajaran dimulai, diam-diam Tenn melihat ponselnya lagi.

“Aku ingin tau siapa dalang dibalik semua ini? Apakah dia juga memiliki sihir sepertiku? Apakah dia juga bereinkarnasi sepertiku?”

“Tapi, siapa dan kenapa? Apa ada alasan untuk ini?”

Saat sedang berpikir, Tenn membuka kembali aplikasi tersebut. Ketika masuk ke beranda aplikasi, ada sebuah notifikasi muncul.

[Waktu permainan tinggal 00:05:18 untuk step pertama. Level yang akan dituju adalah level 0]

Tenn memperhatikan jam yang terus bergerak mundur itu.

“*Lima…menit?! Mereka akan melakukan sesuatu dalam lima menit lagi*?!”

“Ini tidak bagus! Jika sesuatu yang akan dilakukannya itu sangat berbahaya, mereka semua yang ada di sini bisa mati. Aku harus melakukan sesuatu sebelum hal itu terjadi.”

Sang demon lord berpura-pura ingin ke kamar kecil di jam pelajaran dan pergi keluar kelas menuju atap sekolah.

“Di sini aku akan baik-baik saja.”

Sambil melihat ponselnya kembali, Tenn membuka aplikasi itu.

[Waktu permainan tinggal 00:02:32 untuk step pertama. Level yang akan dituju adalah level 0]

Tampaknya waktu yang tersisa tidak memberikan efek tenang pada demon lord yang satu ini.

“Jangan pikir bisa membuat dunia normalku berubah ya. Lihat saja.”

Mata milik Tenn berubah merah dan sebuah lingkaran sihir menyelimuti seluruh area sekolah.

“Tarcza ochronna (perisai pelindung)”

Sebuah perisai sihir tercipta, namun tidak bisa dilihat oleh siapapun. Sampai akhirnya, waktu yang tersisa telah habis dan sesuatu yang aneh terjadi.

**

Di sebuah tempat yang tidak diketahui, seseorang tersenyum.

“My Lord…aku ingin sekali melihatmu di puncak sekali lagi.”

“Aku tidak akan membiarkanmu bersenang-senang sendirian.”

*****

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!