NovelToon NovelToon

Suami Absurd

Zahiraku

Mohon maaf ya para readers, tulisannya author edit lagi ya🙏🙏🙏🙏😌

"Cepatlah Rey! Aku tak bisa lama-lama disini! Aku sudah ada janji." Ucap Zahira tidak mau terlalu berlama-lama di dalam perpustakaan. Apalagi hanya ada mereka berdua.

"Please...dengerin aku dulu Zahira! Aku mohon!" Reymon memelas dengan penuh harap.

Sedangkan Zahira agak gelisah karena di balik rak buku yang sedang berjejer hanya ada dirinya dan Reymon. Kebetulan perpustakaan kalau di jam pagi memang sepi pengunjung.

Zahira melihat ke kiri dan ke kanan melihat sekitar. Khawatir ada orang yang mendengarkannya.

Tadi Reymon memaksa Zahira mengikutinya karena ada pembicaraan penting. Terpaksa Zahira menurut dan mengikuti langkah Reymon ke perpustakaan. Sedangkan Rahma yang biasa menemani Zahira sedang sibuk dengan kelompoknya.

Namun tak disangka, Arsel yang kebetulan pagi itu ingin mampir ke kampus untuk mengambil tugas para mahasiswanya, melihat sosok Zahira masuk ke perpustakaan. Dan Arsel pun penasaran mengikuti Zahira dari belakang.

Arsel mengendap-ngendap agar langkahnya tidak terdengar oleh Zahira maupun Reymon. Dia berdiri di belakang rak yang tertutupi buku-buku untuk menguping isi pembicaraan keduanya.

Hati begitu tidak tenang. Melihat Zahira dan Reymon berdua-dua an. Meski posisi Zahira adalah istri kontraknya, tapi tetap saja Arsel tidak menerima sikap Zahira kalau dia mengkhianatinya

Apalagi setelah kemarin ibunya mengatakan bahwa Reymon ingin melamar seorang perempuan. Itu semakin menambah daftar penasaran Arsel. Siapakah gerangan yang akan dilamar Reymon.

Apakah itu Zahira

Itu yang sekarang terbersit di dalam hati Arsel.

"Cepatlah Rey!" Zahira tak bisa menunggu Reymon.

Reymon menarik nafas panjang lalu menghembuskannya perlahan.

Aku harus mengatakannya sekarang juga. Aku tak ingin Zahira menjadi milik orang lain.

Reymon nekad untuk melamar Zahira meski ibunya tidak merestuinya

"Baiklah Zahira...aku sungguh menyukaimu. Dan aku...ingin melamarmu sebagai istriku." Ucap Reynon mantap.

Duar

Zahira dan juga Arsel terhenyak kaget mendengar pernyataan Reymon yang benar-benar tak disangkanya.

Pluk

Sebuah buku jatuh dari sebuah rak membuat Reymon dan juga Zahira kaget bukan kepalang.

"Siapa itu?" Tanya Zahira gelisah.

Suara langkah sepatu terdengar jelas mendekati mereka. Lalu suara itu berhenti bersamaan pandangan Reymon dan Zahira tertuju ke ujung rak

"Aku." Ucap Arsel dingin. Hatinya panas terbakar melihat Zahira dan juga Reymon ada di depannya sekarang.

"Pak Arsel." Ucap Zahira juga Reymon bersamaan. Hampir saja jantung keduanya meloncat melihat sosok Arsel yang tiba-tiba saja seperti hantu yang tidak diketahui kedatangannya, lalu tiba-tiba ada di depan keduanya.

"Maaf..pak..ini..tidak seperti yang anda lihat!" Zahira tergagap. Meski pernikahannya hanya sebatas kontrak, tapi Zahira merasa seperti pendosa yang sedang kepergok selingkuh. Berdosa karena kepergok sedang berduaan dengan Reymon tanpa izin suami kontraknya itu.

Hal Itu membuat Zahira terlihat buruk di mata Arsel sekarang.

"Hah...dasar tak tahu diuntung!" Arsel langsung mendekat dan mencengkram tangan Zahira kuat. Dia geram sekali dengan Zahira.

"Apa yang kau lakukan?" Ucap Reymon kaget sambil melihat tangan Zahira yang sedang dipegang erat Arsel.

"Apa yang sedang aku lakukan, bukan urusanmu!" Jawab Arsel sambil melayangkan sebelah tangannya ke arah muka Reymon.

Bukk

Ternyata pukulan tinju Arsel mengenai batang hidung Reymon dan seketika itu juga Reymon mundur beberapa langkang terhuyung ke belakang.

Reymon memegang hidungnya yang terasa sakit. Dan cairan merah pun mendarat di telapak tangannya karena pukulan Arsel yang lumayan kuat.

"Kurang ajar!" Reymon hendak melawan Arsel. Dia tidak menerima perlakuan Arsel yang telah memukulnya.

"Sudah!" Zahira dengan cepat langsung berdiri di depan Arsel dan pukulan Reymon tak bisa dihindarinya. Akhirnya mengenai puiulan Reymon berhasil mengenai Zahira.

"Zahira.." Panggil Reymon langsung mendekati Zahira.Tapi dengan sigap Arsel langsung menarik Zahira ke belakangnya.

"Awas! Berani kamu mendekati Zahira, dia yang akan menanggung sebab akibatnya." Ancam Arsel sambil mengarahkan jari telunjuknya pada Zahira.

Sudah lama Arsel menaruh dendam pada Reymon karena telah merebut ibunya. Kini Arsel seperti menemukan celah untuk membalaskan dendam lamanya itu.

Ya Zahira. Ternyata Zahira adalah perempuan yang dicintai Reymon dan hendak dilamarnya. Semula niat Arsel akan menolong Zahira, kini niatnya berubah 360 derajat. Dia akan mengikat Zahira untuk melampiaskan dendamnya pada Reymon.

Arsel menarik kasar Zahira keluar dari depan Reymon tanpa mengindahkan apa yang sedang dirasakan Zahira saat ini.

"Zahira...." Reymon langsung memanggil Zahira dan melangkahkan kakinya hendak menyusul Arsel yang telah membawa Zahira dari hadapannya.

Tapi langkahnya terhenti setelah Arsel mengeluarkan jari telunjuknya sebagai ancaman.

"Masuk!" Suara Arsel begitu mendominasi menyuruh Zahira masuk ke dalam mobilnya. Hatinya langsung memanas ketika tadi dia sempat mencuri dengar pembicaraan Zahira dengan Reymon di perpustakaan.

Arsel baru tahu ternyata Reymon jatuh hati pada Zahira dan berniat melamarnya. Tentu hal itu tidak bisa diterima Arsel. Selain Zahira istri kontraknya, dia pun merasa marah pada Reymon yang telah berani melamar Zahira.

Zahira yang masih meringis kesakitan pun terpaksa masuk setelah didorong Arsel masuk ke dalam mobilnya.

Karena wajah Zahira tertutupi cadar, tentu luka yang terkena pukulan Reymon tidak bisa diketahui Arsel.

Zahira hanya bisa terdiam sambil menekan lukanya dengan kain cadar yang menempel di wajahnya.

Setelah Arsel menutup pintu mobil di bagian Zahira, kini dia memutar membuka pintu di sebelah kanan dimana kemudi berada.

Arsel lalu duduk di belakang kemudi lalu menutup pintunya. Dengan nada marah Arsel memukul lingkaran setir yang membuat Zahira terperanjat kaget.

"Dasar kurang ajar! Berani-beraninya kalian berbuat di belakangku." Arsel langsung menatap tajam ke arah Zahira. Matanya memerah dan begitu pula kulit putihnya. Rasa marah yang membuncah begitu menyesakkan dadanya.

"Maaf...ini salah paham." Ucap Zahira ketakutan. Tangan Zahira terlihat gemetar melihat sikap Arsel yang sedang melihatnya tajam. Pandangannya seolah sedang ingin menerkamnya bulat-bulat.

"Salah paham katamu! Oke..biar tidak salah paham mari kita akhiri kesalahpahaman ini." Nada Arsel begitu terdengar menakutkan di telinga Zahira. Laki- laki yang baru dikenalnya dan baru saja menikahinya itu berubah seperti monster.

Arsel langsung menyalakan mobilnya dengan emosi tinggi. Ya garam memang tidak menetes ke atas.Sikap pendendamnya mirip sekali mendiang ayanya.

Zahira langsung memasang sabuk pengaman setelah Arsel menyalakn mesin mobilnya. Dia pasrah entah kemana laki-laki di sampingnya yang sekarang sudah berstatus suaminya itu membawanya.

Dengan kekuatan penuh Arsel melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Seperti raungan mesin mobilnya, hatinya pun bergemuruh.

Zahira hanya bisa memanjatkan doa semoga laki-laki di sampingnya bisa membawa mobil itu dengan selamat. Meski jantungnya seperti roalcoster Zahira berusaha tenang. Untung saja Zahira pun mantan pembalap. Dia tidak terlalu takut meski diajak ngebut seperti sekarang.

🙏🙏 mohon maaf ya para readers ceritanya agak berubah. Semoga para readers tidak kecewa.

.

Berubah niat

Arsel membawa mobilnya mengarah ke sebuah apartemen. Dimana sesekali Arsel suka mampir jika ingin menyendiri. Ya apartemen mewah ini juga adalah hadiah dari ibunya, Raisya.

Tak lama kemudian mobil mewah itu diparkirkan di lantai basemant apartemen. Arsel mematikan mesin mobilnya lalu melihat ke samping.

"Turun!" Suara dingin itu kembali mendominasi menyuruh Zahira turun dari mobilnya.

"Dimana ini?" Tanya Zahira agak mengernyitkan dahinya. Dia tidak langsung menurut.

"Kita akan menyelesaikan kesalahpahaman ini di apartemenku." Ucap Arsel sambil menatap tajam Zahira.

"Apartemen? Kenapa harus di apartemen?" Tanya Zahira agak ketakutan. Dia berpikir kenapa harus menyelesaikan masalah di dalam apartenen. Zahira lebih senang kalau Arsel menyelesaikan masalah di tempat terbuka. Meski sekarang dirinya sudah berstatus istri tapi terus terang saja Zahira benar-benar ketakutan kalau Arsel membawanya ke tempat tertutup Apalagi Arsel membawa Zahira dengan keadaan marah.

"Kamu pikir, kamu siapa? Hah? Apa kamu punya hak menolak?" Tanya Arsel sinis. Dia tidak senang ditolak.

Ih..dasar killer...gue juga tahu aku seorang istri.Tapi apa gak lebih baik kalau nanya dulu keinginanku dan kenyamananku?

Zahira langsung cemberut. Meski ekspresi Zahira tidak bisa dilihat oleh Arsel.

"Turun atau aku paksa?" Sifat jelek Arsel mulai muncul satu persatu.

"Iya. Aku turun." Zahira tidak mau memancing keributan agar Arsel tidak menambah kemarahannya.

Zahira pun turun dan Arsel pun turun. Arsel menunggu Zahira berjalan mendekatinya lalu tanpa diduga Arsel langsung mengambil telapak tangan Zahira untuk digenggamnya.

Zahira yang kaget langsung menghentikan langkahnya dan langsung melihat Arsel.

"Kenapa?" Tanya Arsel balik menatap. Dia tahu Zahira agak keberatan dengan sikapnya yang posesif.

"Tidak." Zahira menahan diri dari protes. Padahal hatinya sudah mulai geram melihat sikap Arsel yang mulai menampakan sikap aslinya.

Setelah Zahira diam, Arsel langsung menariknya dan memaksa Zahira untuk tetap berjalan di sampingnya

Apa aslinya kayak begini? Ya ampuunn...kayanya aku harus menyesal deh...

Zahira cuman bisa bicara dalam hati. Dia terpaksa mengikuti langkah Arsel yang lumayan cepat dan langkah yang panjang membuat langkah Zahira pun agak kerepotan untuk mengimbanginya.

Hhmmm...ini langkah kaya kebelet ke toilet aja sih. Apa gak peka gue kerepotan mengimbanginya?

Zahira sesekali melirik ke arah Arsel karena tak bisa protes.

Setelah menaiki lift dan berjalan menyusuri lorong-lorong blok apartemen, akhirnya Arsel menghentikan langkahnya di depan sebuah pintu yang diduga Zahira itu apartemen milik Arsel.

Dan benar saja Arsel langsung menekan tombol kunci pintu dengan beberapa pasword yang kebetulan Zahira bisa melihatnya jelas. Ya untungnya Zahira tergolong wanita cerdas sehingga mudah mengingat angka-angka yang barusan Arsel tekan.

Tet

Pintu apartemen pun terbuka, Arsel langsung mendorong pintu agak terbuka lebar dan menarik telapak tangan Zahira yang sedari tadi tidak dilepaskannya.

Setelah pintu tertutup, Arsel menarik Zahira ke sebuah ruangan yang lumayan cukup besar.

Mata Zahira langsung meelebar melihat isi apartemen Arsel yang serba wah. Mulai desain interior juga pernak-pernik yang ada di dalam sana sungguh membuat mata Zahira terheran-heran.

Sebenarnya pak Arsel itu siapa? Kok..apartemen nya mirip para sultan.

Zahira yang baru tahu sedikit tentang kekayaan Arsel tentu saja terheran-heran. Karena sekelas dosen dengan gajih yang sudah menjadi rahasia umum mana mungkin memiliki apartemen semewah ini. Ini sungguh amazing di mata Zahira yang ekonominya terbilang biasa-biasa.

"Duduk!" Arsel menyuruh Zahira duduk.

Zahira pun duduk tanpa melepaskan pandangannya melihat sekitar ruangan itu.

"Mau minum?" Tanya Arsel yang tak mungkin membiarkan Zahira kehausan.

"Mmm..boleh." Jawab Zahira mengangguk.

"Ambil sendiri! Kamu bisa memilih di kulkas. Kitchennya disana! Sekalian bawakan aku minuman kaleng dingin!" Ucap Arsel sambil melonggarkan dasi yang sudah mengikat di kerah baju kemejanya lalu melepaskannya.

Ya ampuun....dikira nawarin sekalian mau bawain. Ini malah nyuruh bawa sendiri..

Zahira menggelengkan kepala heran dengan sikap killer Arsel yang gak ada romantis-romatisnya.

Zahira langsung berdiri dan melangkah pergi menuju dapur.

Sedangkan Arsel langsung membuka jasnya, lalu menyampirkan di sandaran sofa. Lalu membuka dua kancing kemejanya sehingga dada bidangnya agak terbuka. Tak lupa dia menggulung lengan kemejanya sampai sikut.

Arsel menyandarkan kepalanya ke sandaran sofa lalu mengangkat kakinya ke atas meja. Lalu dia memejamkan matanya mengambil nafas untuk merilekskan pikirannya sejenak. Setelah pagi ini emosinya sudah olahraga karena melihat adegan antara Zahira juga Reymon di perpustakaan yang kepergok sedang berdua-dua an.

Zahira langsung mendekati kulkas besar yang mempunyai empat pintu.

Zahira masih takjub melihat dapur mewah yang berada di apartemen Arsel.

Ya ampuun...ini dapurnya bagus banget. Beda jauh sama yang di rumah.

Zahira tak mau menghilangkan kesempatan untuk melihat-lihat sekitar dapur yang terdapat alat-alat yang lumayan lengkap juga modern.

"Ck..ck...bener-bener dapur sultan" Ucap Zahira masih takjub.

"Eh...lupa." Ucap Zahira yang melupakan niat awalnya pergi ke dapur untuk membawa minuman.

Zahira langsung membuka kulkas, dan langsung matanya melebar melihat isi dalam kulkas itu yang mirip kulkasny mini market. Semua minuman ada dalam dalam kulkas itu. Tak cukup satu pintu yang dibuka Zahira, dia penasaran isi pintu yang lainnya. Dan mata Zahira langsung kembali melebar melihat semua makanan frozen food dan buah-buahan lengkap ada di sana.

Hah..dia mau pamer kali nyuruh aku mengambil minum sendiri biar isi kulkasnya ada yang ngintip.

Zahira langsung berpikiran lain tentang maksud Arsel menyuruhnya untuk mengambil minuman sendiri di kulkas.

"Ya ampuun...dia suka ng **r juga? Bukaannya dia juga muslim?" Ucap Zahira agak mengeritkan dahi melihat ada beberapa minuman beralkohol di dalam kulkasnya. Dia baru tahu kalau laki-laki yang sekarang berstatus suaminya itu suka minum-minuman beralkohol juga. Itu membuat hati Zahira agak mundur. Disebut menyesal, bisa jadi. Karena meski dulu Zahira bergaul bebas, dia tidak suka melihat laki-laki menegak minuman yang mengandung alkohol. Tapi sekarang, kenyataannya malah terbalik. Suaminya sendiri malah menyimpan minuman laknat itu di dalam kulkasnya

Dengan lunglai tangan Zahira mengambil satu botol minuman mineral dan minuman kaleng bersoda. Karena dia tak mungkin mengambil minuman kaleng yang mengandung alhokol itu.

Dengan langkah malas Zahira kembali ke ruangan dimana Arsel masih duduk di sofa sambil memejamkan matanya dengan beridekap dada.

Zahira langsung menundukkan pandangannya karena malu melihat dada Arsel yang setengah terbuka.

"Ini minumannya!" Ucap Zahira pelan. Lalu Zahira duduk agak menjauh dari Arsel sambil membuka botol air mineral yang dibawanya.

Arsel langsung membuka matanya dan menurunkan kakinya. Lalu mengambil minuman kaleng itu. Setelah membuka penutupnya Arsel menegak minuman itu.

Seketika kerongkongannya yang terasa kering merasa segar setelah dialiri minuman dingin itu.

Arsel langsung melihat ke arah Zahira yang sedang menunduk. Zahira tidak berani mengangkat pandangannya. Karena merasa malu melihat kancing kemeja Arsel setengah terbuka.

"Aku..mau bicara!" Arsel menatap tajam ke arah Zahira yang posisi duduknya agak bersebrangan.

"Bicara saja!" Jawab Zahira pelan tapi tegas.

"Aku...ingin menegaskan tentang pernikahan kita." Ucap Arsel memulai pembicaraan.

Zahira masih diam menyimak.

"Aku..akan mendaftarkan pernikahan kita secara resmi." Ucap Arsel mengubah niat awalnya yang hanya menikahi Zahira karena untuk memenuhi keinginan ayahnya Zahira.

"Apa?" Zahira meninggikan suaranya kaget dengan kata-kata Arsel.

Flashback menuju takdir

"Umi.. Abi... Zahira berangkat dulu ya!" Perempuan cantik berkulit mulus itupun memantapkan diri menutup semua auratnya juga wajahnya setelah lulus SMA. Entah kenapa selama ini Zahira lebih memilih tidak berpakaian tertutup meski umi dan abi nya sudah bersikeras menasehatinya. Ya hidayah. Tak ada yang bisa menggerakkan hati manusia selain penciptaNya sendiri.

Sepasang suami istri itu tersenyum diiringi mata berkaca-kaca. Tak ada kebahagiaan yang luar biasa yang keduanya rasakan, selain melihat putri kesayangannya kini mantap berjilbab juga bercadar.

"Iya.. Hati-hati bawa motornya! Jangan ngebut!" Suara abi Zahira langsung menyahut, mengingatkan putri kesayangannya, begitu Zahira menstater kunci motor maticnya.

"Siap komandan!" Ucap Zahirah tersenyum di balik cadarnya. Dia tahu abi nya ini paling tidak bisa melihat putrinya sakit atau terluka sedikitpun. Maklum anak semata wayang.

Motor yang ditumpanginya pun tak lama kemudian keluar dari garasi. Tidak lupa setelah Zahira berpamitan pergi untuk memulai hari barunya di bangku kuliah sebagai mahasiswa baru.

Ya mahasiswa baru jurusan ekonomi dan bisnis yang kini dipilihnya. Zahira yang cenderung senang berbisnis akhirnya memutuskan untuk memilih jurusan ekonomi agar suatu hari ilmunya bisa menunjang karirnya menjadi pengusaha. Itulah cita-citanya.

Dengan mata bulat juga alisnya yang seperti tumpukan semut, Zahira terlihat cantik meski tertutupi cadar. Semangatnya yang seperti pejuang 45, Zahira seolah lupa pesan abinya untuk tidak ngebut di jalanan. Kebiasaannya yang suka balapan, ternyata tak bisa dilepas begitu saja begitu mesin menderu dan melaju di jalanan aspal.

Zahira mantan pembalap motor liar juga anak geng motor. Kini tobat 100 persen dari aktifitas kumpul bareng dengan kelompoknya. Hanya satu yang tertinggal, yaitu kebiasaan ngebutnya yang susah ditinggalkan.

"Weis... hantu apa ninja?" Suara laki-laki yang umurnya tak jauh dari Zahira sempat kaget begitu motor Zahira menyalip mobil barunya dengan kecepatan tinggi. Aksi ngebut motor Zahira menyita perhatian laki-laki ganteng yang sedang duduk di bangku setir yang menuju sebuah kampus. Dia yang baru tiba sebulan yang lalu di Indonesia masih syok dengan kebiasaan-kebiasaan orang Indonesia dan salah satunya adalah aksi Zahira.

Reymon menggeleng-gelengkan kepala melihat cara Zahira melajukan motornya meski motor yang dikendarainya bukan motor balap.

Anak muda yang dikenal sebagai anak mamih ini dengan santainya mengendarai mobil mewah. Ya pemberian ibunya sebagai kado ulang tahun di usianya yang kini 19 tahun. Mobil dengan merk yang sama hanya beda warna, sengaja diberikan Raisya pada kedua putranya secara bersamaan, Reymon dan Arsel.

Raisya memilih memberikan hadiah yang sama pada kedua putranya sebagai bentuk dia ingin berlaku adil. Meski adil bukan berarti sama. Tapi Raisya tak tahu harus bagaimana lagi untuk membuktikan bahwa dirinya sangat mencintai Arsel sebagai putranya.

Apalagi satu putranya, selama ini selalu jauh dari dirinya. Dikarenakan aturan keluarga yang begitu mengikat. Arsel merasa bahwa ibunya telah membuangnya dan memilih hidup bersama keluarga barunya.

Perasaan bersalah juga rindu, Raisya rasakan selama ini. Ibu mana yang tega membuang buah hatinya? Putra yang sangat dicintainya. Hal itu membuat perasaan Raisya selama ini cukup menderita.

Dua putra yang dilahirkan dari rahim yang sama. Tetapi mereka berbeda ayah. Keduanya memang memiliki karakter berbeda. Yang satu mempunyai karakter cool yang satu manja habis. Mungkin karena kedua karakter ini lahir dari kedua lingkungan yang berbeda. Yang satu dilahirkan dengan penuh perhatian dan kasih sayang, yang satu dilahirkan penuh tekanan dan tuntutan. Itulah yang menyebabkan keduanya berbeda juga unik.

"Kamu... masih juga pergi untuk mengajar?" Suara sinis itu keluar begitu laki-laki usia 27 tahun berdiri dari meja makan mendahului yang lainnya.

"Mmm.. " Suara singkatnya sudah tak asing keluar dari mulut tipis dengan muka blasteran yang mirip muka almarhum ayahnya.

Jacky hanya bisa menelan ludah seperti biasanya. Begitu melihat anak pewaris keluarga itu memutuskan untuk menjadi pengajar ketimbang jadi pebisnis.

"Sudahlah pih! Mungkin suatu hari dia akan sadar akan tanggungjawabnya sebagai generasi penerus. Untuk sekarang, biarkan dia menikmati keinginan nya!" Michel menyeruput kopi panas yang sudah disediakan di atas meja makan dengan hati-hati. Dia mencoba membela adiknya. Dia tahu betul karakter adiknya itu. Dia tak mau adiknya merasa tertekan karena tuntutan sang paman yang selama ini menjadi ayah sambungnya.

Ya Michel kini mengabdikan diri untuk memimpin di perusahaan keluarga demi sang adik. Michel terpaksa melepas semua egonya demi sang adik untuk memimpin perusahaan yang sudah bertengger turun temurun itu.

"Ya.. kamu selalu saja membelanya. Gini nih akibatnya. Susah diatur dan selalu saja egois." Jacky menyalahkan Michel karena sang adik selalu saja menentangnya.

Mendengar hal itu Michel hanya terdiam. Tak lagi membantah. Percuma berdebat dengan ayah sambungnya itu yang ujungnya selalu saja ingin menang. Kalau sudah begitu urusan meja makan akan selalu saja bubar dengan cepat agar perang tak pecah di meja makan.

"Aku berangkat duluan pih." Michel berdiri lalu menyalami Jacky seperti biasanya. Bukan sudah selesai sarapan, tapi demi menghindari obrolan yang tak diharapkannya.Tak lupa dia pun menyalami sang ibu yang kini sudah lemah tak berdaya di ranjangnya sebelum berangkat kerja. Setelah kanker yang mendera nya, kini hidupnya tergantung dengan bantuan orang lain. Dia masih terhitung beruntung diberikan umur panjang setelah melewati penyakit kanker yang dideritanya.

Jacky hanya mengangguk. Lalu kembali pada sarapan paginya yang baru saja disentuh sedikit.

Michel menyusul sang adik keluar. "Hei... jadi nih pake mobil barunya?" Michel menyapa sang adik dengan senyuman yang penuh sindiran. Begitu dia melihat mobil keluaran terbaru pemberian sang mama dikeluarkan dari garasi oleh Arsel.

Sang adik tak berani menjawab. Entah malu atau gengsi. Dia tahu kebiasaan sang kakak yang suka menggodanya. Apalagi kali ini dia baru mau menerima hadiah dari sang mama dan memakainya. Entahlah..ada rasa marah, kecewa, juga gengsi yang dirasakan sang adik pada sang mama. Dia merasa selama ini menjadi anak yang terbuang.

"Hei... boleh numpang kali ya buat acara sukuran.." Lagi-lagi Michel menggoda sang adik sambil membuka pintu mobil milik Arsel.

"Sana pergi!" Sang adik langsung mendorong Michel karena tak mau sang kakak ikut menumpang.

Michel mendelik kaget. "Sombong amat! Bilangin mama ya! Cekrek.. cekrek" Michel dengan cepat mengeluarkan handphonenya untuk mengabadikan momen langka sang adik yang mau menerima hadiah dari sang mama.

"Kakak... " Suara melengking dari laki-laki yang biasa cool ini akhirnya mengeluarkan jurus mautnya. Jurus yang membuat orang menutup telinga dan menyerah pada keinginannya.

Michel tertawa cengengesan setelah berhasil menggoda sang adik dan mengabadikan Arsel. Lalu mengirimkannya pada seorang perempuan yang selama ini telah menjadi ibunya.

Michel buru-buru mendekati mobilnya lalu masuk. "Cepat pergi! Kalau tidak gue kena tubruk nih!" Michel memerintah sopir pribadinya untuk cepat melaju menghindari amukan sang adik karena ulahnya yang sudah menggoda. Meski begitu Michel merasa bahagia melihat kali ini sang adik mau menerima hadiah pemberian mamanya.

Ya di hari yang sama 3 orang yang sudah tercatat di langit sana akan mendarat di tempat yang sama. Yaitu sebuah kampus dimana mereka akan menjalani takdir sebagai anak kampus dan dosen.

"Hah.. sampe juga akhirnya di kampus kesayanganku." Zahira menarik nafas panjang begitu dia sudah memarkirkan motornya di samping sebuah mobil kuning dengan merk terkenal.

Tanpa Zahira sadari seseorang tengah memperhatikannya sambil bersandar di pinggir mobil mewah barunya itu "Maaf ukhty.. anda salah parkir! Seharusnya parkir motor sebelah sana!" Seorang lelaki muda tersenyum manis menatap Zahira dari ujung kerudung sampai ujung sepatunya. Sejak 5 menit yang lalu dia sudah memarkirkan mobilnya. Dia sengaja mengikuti Zahira sejak aksi kebut nya itu menyita perhatiannya.

Zahira menoleh ke arah suara, "Oh ya? Perasaan dari kemarin juga gue parkir disini gak ada yang protes." Zahira dengan kebiasaannya yang cuek bebek, abai pada peraturan melihat pada laki-laki yang baru saja memprotesnya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!