NovelToon NovelToon

To Be Protagonis

eps1

Vivian merasakan sakit disekujur tubuhnya, akibat siksaan yang diterimanya terus menerus.

Yah, bagaimanapun ini adalah hasil yang harus ditanggung, akibat perbuatannya sendiri.

Cambukan, pukulan, jambakan, kata kata hinaan menjadi makanannya sehari-hari. Meskipun begitu makanan dan pengobatan juga dia terima.

Jangan berpikir karena kasihan, karena begitu tubuh vivian sedikit membaik, siksaan itu kembali dia terima. Lelah fisik dan batin sudah pasti , sehingga vivian beberapa kali ingin bunuh diri untuk mengakhiri penderitaannya , tapi usahanya selalu digagalkan oleh pria itu yang tak ingin vivian mati dengan cepat.

Suara langkah kaki berderap mendekat ke arah vivian, dan seolah sudah hapal dengan suaranya, vivian langsung merapat kedinding, memeluk lututnya dengan erat, tubuhnya bergetar hebat,kilasan siksaan menari-nari dikepalanya, membuat bekas bekas lukanya serasa berdenyut, vivian menundukkan kepala berdoa berharap yang datang bukanlah sosok pria kejam itu.

"Tampaknya, kamu telah bersiap menyambut kedatanganku, ******" Ucap pria itu menyeringai dibalik wajah tampannya.

Tanpa melihat, vivian tau siapa pria yang ada dihadapannya, keringat sebesar biji jagung bermunculan si keningnya, badannya bergetar hebat, terbayang siksaan akan segera diterimanya.

Tak berapa lama suara rintihan menggema di ruang temaram itu, kali ini cambuk menjadi pembuka siksaan yang diterima vivian.

Setelah puas mencambuk vivian, pria itu mendekati vivian, berjongkok, mengangkat dagu vivian kasar "Aku ada hadiah special untukmu" bisiknya dengan senyum menyeringai.

Kalau dulu vivian akan meleleh melihat senyum itu, sekarang yang di rasakannya berbeda, malah membuatnya merinding, takut sesuatu yang mengerikan akan terjadi.

"Ayo" Ucap pria itu santai sambil menyeret tubuh lemah vivian, tak ada perlawanan dari vivian karena itu hanya sia-sia belaka.

"Vivian" Suara lemah dari seorang pria paruh baya yang sangat familiar, mengusik pendengarannya, segera dia mendongak.

"Ayah, kakak" ada perih yang tak terlukiskan melihat kedua orang yang di sayanginya mengalami luka luka akibat perbuatan yang dia lakukan.

Jika saja vivian tidak mencelakai gadis yang dicintai pria itu, hingga membuat anak yang dikandungnya tewas, pria itu pasti tak akan melakukan balas dendam padanya.

Tapi yang namanya penyesalan selalu berada di akhir, nasi sudah menjadi, tak bisa terulang kembali.

Dengan sisa-sisa tenaga yang dipunya, vivian merangkak berusaha mendekati keluarga yang teramat dicintai,tapi tertahan karena rantai yang membelenggu kakinya di pegang oleh seseorang, ada rindu dan penyesalan yang tersimpan melihat mereka saat ini.

"Waktumu sudah habis " Suara pria itu dingin dengan bunyi besi yang bergesekan dengan lantai "Kematian mereka adalah salahmu"

Tiba tiba saja pria itu sudah mengayunkan pedangnya, menebas leher dua orang laki-laki keluarga yang dicintai vivian.

Melihat pedang yang diayunkan, mata vivian membola, "Tidaaakkkk" teriaknya histeris. Meraung raung, bau anyir darah yang menciprat memenuhi tubuh gadis itu, dengan dua buah kepala yang menggelinding teronggok dilantai, namun begitu tak ada penyesalan di hati pria itu setelah melaksanakan dendamnya.

Ditinggalkannya vivian yang meraung raung dihadapan jasad ayah dan kakaknya, penyesalan itu semakin menganak sungai, jika waktu bisa diputar ulang vivian ingin mengulang ketika dia belum bertemu dengan Alexander Smith, dan jika itu terjadi, vivian akan berusaha sekuat tenaga untuk tidak mencintainya.

'Cinta' Karena sebuah kata bodoh itulah hal ini terjadi "Ayah, kakak, bawalah aku bersama kalian" Ucapnya dalam hati sebelum kesadarannya menipis dan semua menjadi gelap.

Bab2

"ughh" Lenguhan suara perempuan, memecah keheningan ruangan, bau obat-obatan menusuk indra penciumannya, begitu juga sinar mentari yang masuk menembus kaca jendela, membuat seseorang yang berada dipembaringan terusik dan mulai mengerjapkan mata, memindai sekeliling ruangan bernuansa cat putih itu.

"Klek" Suara pintu di buka, terlihat seseorang membuka pintu, setengah berlari, mendapati yang di pembaringan sudah sadarkan diri.

"Nak, kau sudah sadar, ayah khawatir sekali mendengar kabar kau jatuh dari tangga" Ucapnya sambil mengusap bahu anak gadisnya vivian.

POV VIVIAN

"Ayah..." Ucapku dengan mata berkaca, aku tak percaya dengan apa yang kulihat saat ini, beliau berdiri di depanku dengan raut wajah khawatirnya, air mataku tanpa dikomando jatuh berlinang

"Apakah ini hanya mimpi, atau aku sudah di surga bertemu dengan ayah" batinku bingung dengan kebahagiaan yang membuncah, segera kupeluk ayah dengan erat, air mataku semakin deras , bahagia bisa bertemu dengannya kembali. Bagai sebuah oase ayah menepuk-nepuk bahuku menenangkanku.

"Hey! , Apa aku ketinggalan berita? Kalian curang sekali berpelukan tanpa membawaku!" Ucap kak kevin memberengut, melihat hal itu Ayah merentangkan tangan yang dipakai menepuk bahuku, menyuruh kak kevin untuk bergabung, wajahnya langsung berbinar cerah, berhambur memeluk kami.

Bagiku ini masih bagaikan mimpi dan aku tak ingin beranjak dari mimpi ini, apalagi ketika Ayah mencium keningku dan Kak Kevin secara bergantian, bahagia ini tak terlukiskan, apalagi melihat senyum dibibir mereka.

"ough!!, Kenapa kau mencubitku?" ucap Kak Kevin berang sambil mengusap tangannya

"Sakit ya kak?" Tanyaku tanpa dosa, Kak Kevin memutar bola matanya malas

"Plak, plak, plak" kutampar diriku sendiri untuk meyakinkan bahwa ini nyata atau mimpi, Ayah dan Kakakku terperanjat melihat kelakuan anehku.

"Wah Ayah apa Vivian jadi gila karena jatuh dari tangga?"

"Nak, kau tidak apa apa?"

"Ternyata ini bukan mimpi?" Ucapku senang dengan mata berkaca-kaca "Ayah mana handphoneku??"

Meski heran melihat tingkahku, ayah tetap melakukan yang kuperintahkan, mengambil tas berbentuk mickey mouse di dalam laci, membuka dan menyerahkan sebuah handphone kepadaku, kuusap layarnya, "mei 2018 berarti masih lima tahun sebelum tragedi itu terjadi"

"Astaga, apa aku mengalami mengulang waktu? , atau yang terjadi kemaren adalah mimpi?" batinku tak percaya, tiba tiba hidungku mencium bau sesuatu .

"Kakak apa yang kau bawa itu 'Linguine Alle Vongole' pasta dengan kerang di dalamnya?" Tanyaku semangat

"Aku tadi habis makan siang dengan patner bisnisku, kulihat dia makan pasta yang ada kerangnya, kerangkan kesukaanmu, jadi aku bungkuskan buat mu, tapi bagaimana kau tau namanya?, Ah sudahlah lekas makan biar kau lekas sehat"

Dengan riang dan lahap aku memakan pasta di hadapanku, ketika kutawari Ayah dan Kak Kevin mereka hanya menggeleng dan tersenyum.

Sekarang aku yakin, kalau aku mengulang waktu, karena di kehidupan sebelumnya karena mati matian mengejar Alexander Smith, aku bahkan belajar masakan itali karena pria itu sangat suka makan makanan negeri itu, aku bahkan sempat belajar beberapa tahun di sana, aku menggeleng -geleng mengingat kegilaanku dulu, hingga tragedi itu terjadi.

Kutatap kembali Ayah dan Kak kevin, melihat mereka masih hidup dan bernapas bersamaku sekarang ini , itu saja sudah cukup.

Kalau menilik kebelakang, aku seperti pemeran antagonis dalam novel yang berakhir tragis, aku malu sekali, kuakui banyak sekali kejahatan yang kulakukan, terhadap teman-temanku, dua orang keluarga dihadapanku, juga kepada pria itu.

Khusus untuk pria itu sepertinya aku akan berusaha menjauh, dan tak Ingin memiliki hubungan apapun dengannya, di kesempatan kedua ini aku akan berusaha sebaik mungkin menjadi sosok protagonis, sehingga aku tak akan lagi bernasib sial mengalami kisah tragis itu.

Bab 3

Tak butuh waktu lama, karena luka yang di akibatkan jatuh dari tangga tak terlalu fatal, vivian akhirnya sudah diperbolehkan pulang, vivian pulang bersama ayahnya.

"Yuk, pulang nak!" Ajak papa Rudolf mengulurkan tangan, menggandeng anak gadisnya .

Ketika mobil meninggalkan pelataran rumah sakit, vivian menurunkan kaca mobilnya. Menghirup udara yang masuk, menatap pepohonan yang berjejer, dengan angin yang mempermainkan rambutnya, semenjak hari penyiksaan itu, baru saat ini vivian merasakan dunia luar, tempat penyiksaan itu sangat dingin dan gelap, sangat sedikit cahaya penerangan di dalamnya.

Sampailah vivian di depan rumah bercat putih, bergaya minimalis, dengan pagar hitam yang menjulang tinggi. 'Deg' Vivian tersentak melihat hamparan bunga mawar merah yang sangat indah dan menawan, bukan karena terpesona, tapi teringat pada satu-satunya orang di rumah itu yang rajin menanam dan merawat bunga bunga mawar itu.

Kilas balik, seperti video secara spontan berputar , bermunculan di kepalanya. Tentang sosok asisten rumah tangga yang sudah puluhan tahun mengabdi di keluarganya itu, dari semenjak ibu vivian masih hidup. Hanya karena kedekatan ayah Rudolf dan Bu salma, vivian yang tak ingin posisi ibunya tergantikan siapapun. Malam itu, dikala hujan turun dengan derasnya, disaat Ayah Rudolf dan kak Kevin sedang dinas keluar kota, vivian dengan kejam mengusir Bu salma .

"Aku tidak nyangka, Bu salma tega mencuri gelang vivian!" Ucapnya setelah menggeledah lemari Bu Salma dan menemukan gelangnya ada di sana, sebenarnya vivian sendirilah yang menaruh gelang itu di sana.

"Tidak non vivian, ibu tidak pernah ngambil gelang non Vivian, ibu tidak tau bagaimana gelang itu bisa ada di sana" Ucap ibu Salma kebingungan.

"Halah mana mungkin maling ngaku"

"Kalau maling pada ngaku, yang ada penuh penjara"

"Cepat simpunin barang ibu dan lekas pergi dari rumah ini, aku tidak sudi satu atap dengan pencuri" hardik vivian, mendengar hal itu membuat Bu salma menangis sedih.

"Tapi non di luar sedang hujan, bolehkah ibu pergi besok pagi saja" Ucapnya memelas.

"Mana bisa begitu, kalau aku bilang sekarang ya sekarang" Ucapnya sambil memasukkan baju baju bu Salma ke dalam koper secara asal. Setelah beres vivian menyeret koper itu sampai ke pintu depan, Bu salma yang melihatnya hanya bisa menangis sesunggukan.

Ketika pintu rumah di buka , benar saja hujan sedang turun deras- derasnya. "Haduh bagaimana ini hujan lagi deras, kasihan kalau Bu Salma kuusir sekarang apalagi hari sudah malam" Batin vivian tak tega "Tapi, kalau tidak di usir sekarang , kapan lagi?, mama di sana pasti sedih tempatnya di ambil oleh orang lain,mumpung ayah dan kak kevin tidak ada di rumah,hanya saat inilah kesempatan untuk mengusirnya, pokoknya Bu Salma harus pergi malam ini juga"

Dilemparkan koper bu Salma keluar, lalu mendorong paksa wanita itu, dan menyerahkan sebuah amplop kepadanya.

"Itu uang gaji bu Salma plus pesangon, bisa ibu pakai buat nginap di hotel" Ucapnya sambil menutup dan mengunci pintu.

Sejak saat itu, vivian tak pernah melihat ibu Salma lagi. Ketika ayah dan kakaknya pulang dari dinas luar kota, vivian membohongi mereka dengan mengatakan , kalau bu Salma berhenti dan pulang kampung, untuk merawat ibunya yang sudah sakit-sakitan, dan sudah meminta uang gajinya, tidak ada yang curiga dengan apa yang telah terjadi, kejahatan yang pertama di lakukan vivian itu berjalan mulus.

Tetapi semenjak bu Salma pergi, bunga-bunga mawar itu seakan kehilangan tuannya, satu persatu bunga-bunga mawar yang indah dan cantik itu mati, tak ada satupun yang bertahan hidup.

Dan saat ini vivian telah menyadari , kalau yang dilakukan saat itu salah dan jahat, di lihat ibu Salma yang tengah menunggu kedatangan mereka di depan pintu, entah kenapa vivian merasa lega melihatnya. Vivianpun bertekad untuk tidak melakukan apa yang diperbuatnya kepada bu Salma di masa lalunya, Vivian akan ikhlas menerima kalau bu Salma akan menjadi ibu sambungnya kelak.

"Selamat datang non Vivian, ibu senang non sudah kembali sehat, Ibu kaget lho dengar non jatuh dari tangga, makanya non belajar jangan terlalu berlebihan jadi beginikan jadinya" Ucap bu Salma panjang lebar, Ayah vivian pergi berlalu keruang kerja.

"Iya, iya duh bu Salma bawel banget sih, baru juga pulang ini , sudah kena semprot" Ucap vivian dengan muka masam "Eh tapi Bu Salma memang ahli semprot menyemprot kayaknya"

"Ih non Vivian mana ada ya ibu begitu"Ucap bu Salma membantah, sambil menuntun vivian menuju kamarnya.

"Ibu Salma itu memang ahli nyemprot menyemprot. Nih ya, nyemprot kembang sampai tumbuh cantik-cantik tuh di luar, nyemprot aku, hari hari rasanya gak pernah absen kayaknya, sama nyemprot kue, apalagi kue semprot toping selai nanasnya, juara pokoknya"

"Non vivian ini ada-ada aja deh, tapi kalau non mau kue semprit nanti bu Salma bawakan, kemaren ibu bikin banyak"

"Boleh boleh bi , sama es jeruk ya"

"Sip non, non istirahat dulu, nanti kalau sudah jadi ibu antar ke sini" ucapnya berlalu menutup pintu.

Sepeninggal bu Salma ruangan kamar itu menjadi hening, vivian mengingat kembali ke masalalu, ketika bu Salma pergi, ayah jadi lebih pendiam tak seperti biasanya, vivian kembali meyakini apa yang diputuskannya kali ini adalah keputusan yang tepat, kalau ayah bahagia di dunia ini, ibu juga pasti bahagia di alam sana.

Vivian mengambil handphone untuk melihat tanggalan, jika vivian ingat-ingat masih sekitar enam bulan lagi dia bakal bertemu dengan pria itu, dan selama enam bulan ini akan di persiapkan vivian untuk tidak dekat-dekat dengan pria itu lagi setelahnya.

Tapi ada satu hal positif yang di dapat vivian dari masa lalunya, vivian sangat pintar bahkan bisa dikatakan ahli dalam membuat masakan dari negara itali seperti gnocchi, raviolli, pasta carbonara, sphagetti, pizza dan yang lainnya.

Mengingat itu semua membuat vivian jadi bersemangat ingin membuat salah satunya, tapi vivian terpaksa menunda untuk membuatnya, karena bahan -bahan untuk membuat salah satu masakan itu pasti tidak ada di dapurnya, vivian harus berbelanja dulu untuk menyiapkan bahan-bahannya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!