NovelToon NovelToon

Naraka

prolog

****haloo!!! terimakasih buat yang sudah berkenan mampir di sini, semoga suka sama karya kedua ku yaa, kalian boleh masukin kritik dan saran di kolom komentar. terimakasih!!****

****Happy reading 💐****

Naraya Sanjaya, gadis cantik dengan kulit seputih susu dan bulu mata lentik ditambah bibirnya yang berwarna pink alami, rambutnya di kuncir kuda dengan sebuah jepit rambut berbentuk bunga matahari yang bertengger manis di kepalanya, sungguh menggemaskan.

gadis itu kini sedang berada di gedung sekolahnya, dirinya tidak sendirian di sana melainkan bersama Darren abangnya dan juga tiga orang lelaki lain yang merupakan teman dari sang kakak yaitu angkasa, Agil, bevan.

"cup cup cup udah ya jangan nangis lagi, nanti abang pukul orangnya" Darren sedari tadi berusaha untuk menenangkan sang adik yang menangis sesenggukan, entah kenapa sebabnya karena saat di tanya Nara hanya menjawab bahwa ada orang yang mengejeknya itupun Darren dengan susah payah mencerna perkataan sang adik.

"aduh udah dong adik cantik, jangan nangis lagi, ntar kita bertiga juga ikutan pukul orangnya" ujar angkasa mencoba menenangkan Nara dengan cara mengelus rambutnya lembut namun sayang baru sekali mengelus tangannya langsung ditepis dengan kasar oleh Darren yang menatap dirinya tajam.

"hehe peace bro" angkasa hanya menunjukkan cengiran khas nya ketika melihat Darren yang menunjukkan aura ingin memakannya hidup hidup.

"udah ya, adek abang yang cantik jangan nangis lagi nanti abang beliin es krim" mendengar perkataan terakhir dari sang kakak, Nara segera melepaskan pelukannya dan mengusap air matanya kasar, kemudian memandang Darren dengan menunjukkan jari kelingkingnya.

"janji ya, abang ga boleh larang Nara makan es krim banyak" ujarnya.

derren hanya menghela nafas pasrah lalu mengaitkan jari kelingkingnya pada jari Nara yang mungil "iyaa, tapi awas aja kalau nanti batuk batuk ga mau abang beliin obat" ujar Darren.

"minta beliin papa wuuu" Nara menjulurkan lidahnya mengejek.

"dasar bocah" gumam angkasa yang sedari tadi menyimak percakapan kakak beradik itu bersama kedua sahabatnya yang lain.

"siapa yang ngizinin bawa cewek kesini?" suara bariton yang terdengar dari arah pintu rooftop langsung mengalihkan pandangan mereka berlima, Nara yang melihat siapa yang datang langsung bersembunyi di belakang tubuh Darren sembari sesekali mengintip ke arah dua orang lelaki itu.

"seloww bos" ujar bevan.

Yang barusan datang ke rooftop adalah Raka, lelaki dingin tak tersentuh yang juga merupakan sahabat Darren, dirinya tak datang sendiri melainkan dengan salah satu sahabatnya yang lain yaitu satria.

Raka, lelaki itu menatap gadis yang bersembunyi di belakang Darren sembari sesekali mengintip ke arahnya dengan tajam.

"siapa yang bawa si cengeng ke sini?" tanya raka. Darren dan yang lainnya menatap heran ke arah Raka.

"aku engga cengeng, jelek" Nara berujar dengan nada kesal.

"lo yang jelek, cengeng" Raka kembali menyahut.

"kamu yang jelek"

"lo"

"kamu"

"lo yang jelek, cengeng, pendek, dekil, cempreng"

"huaaa abanggggg" Nara kembali menangis dengan keras ketika lelaki yang tak dikenal yang berada di hadapannya itu terus terusan mengejeknya, sungguh menyebalkan.

"rakajing" kesal Darren, lelaki itu kembali memeluk Nara yang kini kembali menangis.

"cewe lo?" satria yang sedari tadi menatap drama yang terjadi di hadapannya pun bertanya.

"adek gue" jawab Darren.

"lah sejak kapan lo punya adek?" tanya raka menatap heran Darren.

"ya sejak Mak gue hamil lah bego" sewot Darren.

"lo yang bego, itu juga gue tau maksudnya sejak kapan adek lo sekolah di sini" tanya Raka kembali, sebab setaunya adik dari Darren bersekolah di bandung karena tak ingin pisah dari sang oma.

"baru hari ini, udah gitu lo buat nangis lagi di hari pertamanya sekolah" Darren menatap Raka tajam.

"bodo amat" balas Raka singkat, kemudian kakinya melangkah menuju sofa yang terletak disana lalu membaringkan tubuhnya dan memejamkan matanya, dalam sekejap lelaki itu tertidur dengan nyenyak.

"abanggg" Nara mendongakkan kepalanya menatap Darren dengan tatapan takutnya, Darren menghela nafas lelah ketika melihat wajah sang adik yang sembab dengan hidung dan juga matanya yang memerah.

lelaki itu melepaskan pelukannya lalu berjalan ke arah Raka yang tertidur lelap, lantas dengan sekali hentak Darren menampar pipi Raka lumayan keras mampu membuat Raka terjengkik kaget, sedangkan angkasa, Bevan, Agil, dan satria meringis ngilu sementara Nara menatap puas pada Raka yang terlihat mengusap usap pipinya kesakitan.

"RASAIN WUU JELEK, THANK YOUU ABANGGG JANGAN LUPA TRAKTIR NARA ES KRIM NANTI" teriak Nara, kemudian gadis itu berlari meninggalkan rooftop sekolah yang menyisakan mereka berlima yang memandangnya cengo.

"bukan adek gue..." lirih Darren, tatapannya kemudian beralih pada Raka yang kini menatap tajam dirinya. Darren meringis pelan ketika menyadari pipi Raka yang barusan ditamparnya berubah warna menjadi merah dan yang lebih membuatnya meringis adalah tatapan mematikan Raka yang ditujukan pada dirinya.

"hehe peace rak" Darren mengecup pipi Raka yang memerah secepat kilat, lalu dirinya berlari sekuat tenaga meninggalkan tempat itu dan menghindari amukan Raka yang sebentar lagi pasti akan meledak.

"DARREN ANJING, AWAS LO" teriak Raka kemudian lelaki itu ikut berlari mengejar Darren.

"anjir mereka berdua homo?" tanya satria, dirinya dan ketiga temannya menatap satu sama lain secara bergantian lalu setelahnya bergidik ngeri dan ikut ngibrit meninggalkan area rooftop.

***

Setelah berlari cukup jauh akhirnya Nara telah sampai di kelasnya, beruntung sekali bahwa guru yang mengajar tidak hadir hari ini.

"darimana aja lo?" tanya nenda sang sahabat yang melihat Nara datang dengan nafas yang tak beraturan.

"abis dikejar setan" jawab Nara asal, dirinya meraih botol minum yang terletak di tasnya lalu meminumnya dengan rakus.

"bego" Chika yang juga sahabat Nara dan nenda bergerak menyentil dahi gadis itu. Nara hanya memandang sebal sang sahabat dengan lidah dijulurkan mengejek.

"serius nar, lo darimana aja?" nenda kembali mempertanyakan hal yang sama.

"abis dari rooftop, main sama bang Darren" jawab Nara yang mendapatkan tatapan menyelidik dari dua gadis dihadapannya.

"anjir nar sadar, itu abang lo. Kalian saudara kandung" ujar Chika sembari mengusap wajah Nara dengan kasar.

"bego, gue bukan 'main' itu ya anjir" ujar Nara, tangannya memukul bahu nenda dan Chika secara bergantian.

Sedikit perkenalan dan info ya...

Jadi, Nara, nenda, dan Chika udah sahabatan dari mereka masih sekolah dasar, SD, SMP mereka satu sekolah bahkan sering satu kelas nahh pas SMA Nara minta tinggal sama opa dan oma nya di bandung karena waktu itu Omanya sakit jadi dia ga mau jauh jauh sama Omanya, satu tahun di bandung akhirnya Nara kembali pulang ke Jakarta tinggal sama orang tuanya karena Darren yang terus terusan ngambek dan merengek meminta Nara untuk pulang alasannya sih karena dia ga punya teman, padahal mah ga ada yang bisa di jadiin babu.

akhirnya Nara pulang dan bersekolah di SMA Garuda tempat abang dan kedua sahabatnya bersekolah.

nah sekarang mari kita kenalan dengan sahabat sahabatnya Darren atau inti dari geng veros, geng veros adalah sebuah geng motor yang di bangun oleh kakak tingkat Darren saat dirinya kelas sepuluh dan sekarang saat dirinya kelas dua belas geng itu di ketuai oleh Raka.

- rakasya hartigan

katua dari geng veros, mempunyai wajah yang sangat tampan dan sempurna, kulitnya sawo matang, hidung mancung, dan mata setajam elang. Raka ini sebenarnya bersikap dingin hanya kepada orang yang tidak di kenal dan kepada musuhnya sedangkan pada sahabat sahabat dan orang spesial lainnya ia akan bersikap lembut dan nyebelin.

- Darren Sanjaya

wakil dari geng veros, abangnya Nara. Mempunyai pahatan wajah yang juga tak kalah sempurna, bersifat perhatian, penyayang, dan manja hanya kepada sang bunda dan adik perempuan satu satunya, sedangkan jika bersama orang lain maka sikap Darren akan berubah menjadi dingin.

-satria maputra

anggota inti geng veros, satria memiliki warna kulit agak kecoklatan dengan bulu mata lentik yang mampu membuat para perempuan merasa iri, sifatnya tak begitu dingin dan tak begitu ramah.

- angkasa derovano

laki laki dengan kulit seputih susu, senyuman manis yang mampu membuat siapapun yang melihat senyumannya akan meleleh, angkasa memiliki sifat humoris.

-bevanio haraka

sama seperti yang lainnya, Bevan juga memiliki pahatan wajah yang sempurna, dan sifatnya 11/12 seperti Raka.

- refiandra Agil

lelaki manis, tengil, hobi menggoda dan juga buaya. sebanyak apapun perempuan yang mendekatinya dengan suka rela Agil akan merespon namun untuk memulai hubungan lelaki itu tak akan pernah mau, karena alasannya ia tak mau menyakiti hati perempuan yang mendekatinya, sungguh pusing.

******

Hii segitu dulu untuk part satunya semoga sukaa yaaaaa, ditunggu part selanjutnya, terimakasih!!!!

01

happy reading 💞

Bel pulang sekolah telah berbunyi lima menit yang lalu, murid murid sudah mulai berhamburan keluar dari kelas untuk kembali pulang kerumahnya masing masing. Sementara Nara, gadis itu masih sibuk dengan catatan biologi miliknya yang masih belum selesai.

"nar, gapapa nih kita tinggal?" tanya nenda yang kini berdiri di samping meja Nara dengan Chika yang juga berdiri di sampingnya.

"gapapa serius dehh, ini aku juga tinggal satu paragraf lagi jadi gapapa kalian duluan aja" ujar Nara dengan tangan yang masih sibuk menulis.

"yaudah kita duluan ya, lo hati hati" Nara menganggukkan kepalanya beberapa kali sebelum akhirnya berpesan "oh ya, kalau ketemu bang darren tolong bilang tungguin aku ya" ujarnya, Nenda dan Chika mengacungkan jempolnya lalu pergi dari sana meninggalkan Nara sendirian yang masih fokus pada tugasnya.

Sepuluh menit berlalu akhirnya selesai juga catatan biologi yang sedari tadi Nara kerjakan, dengan terburu buru gadis itu membersihkan peralatan tulisnya dan menggendong tasnya lalu berlalu keluar dari kelas tersebut.

Nara berjalan cepat melalui koridor agar segera sampai di parkiran, pasti abangnya sudah menunggu sedari tadi dan dapat di pastikan juga bahwa Darren akan mengomelinya karena sudah membuat lelaki itu menunggu. Saat sedang asyik berjalan tiba tiba Nara merasakan ada seseorang yang menarik tasnya hingga membuat langkah kakinya terpaksa berhenti, nara berdecak sebal lalu menoleh ke belakang guna melihat siapa yang berani beraninya menarik tasnya yang lucu ini.

"apa lo?" saat hendak mengomeli orang yang berada di belakangnya Nara langsung di buat kaget dengan suara datar itu.

"dih lo yang apa? Tarik tarik tas gue, ga punya tas ya?" dengan berani Nara membalas ucapan Raka, Yap orang yang menarik tasnya itu adalah Raka teman kakaknya yang sangat menyebalkan itu.

"berani lo sama gue?" Raka melototkan matanya menatap Nara yang sedikit demi sedikit memundurkan langkahnya karena takut.

terkekeh pelan, Raka melangkah maju mendekati Nara yang terus mundur hingga punggung mungil gadis itu terbentur dinding, melihat Nara yang sudah masuk ke dalam perangkapnya membuat lelaki itu tersenyum, sebuah senyuman yang sangat mengerikan bagi Nara, ada sesuatu perasaan aneh yang muncul di dalam hati lelaki itu, Raka berusaha menepisnya namun perasaan itu benar benar menggerogoti hatinya.

"ih awas anjing" kesal Nara karena Raka terus memajukan wajahnya pada wajah gadis itu hingga membuat Nara sedikit susah bernafas di akibatkan menahan gugup.

"kasar" Raka menyentil bibir Nara lumayan keras membuat sang empu meringis, Nara menatap Raka dengan tajam namun bukannya takut tatapan itu malah membuat Raka merasa geli.

Raka kembali tersenyum miring lalu mulai mendekatkan wajahnya dengan Nara, hidung mancung Raka mulai bersentuh dengan hidung mancung milik Nara membuat gadis itu reflek memejamkan matanya, deru nafas Raka yang hangat mulai menyapu kulit wajah Nara membuat gadis itu merinding.

"MESUM, ANJIR ADA YANG LAGI MESUM" teriakan itu reflek membuat Nara segera mendorong dada bidang Raka dengan keras sehingga jarak keduanya tidak sedekat tadi, keduanya menatap satria yang kini mulai berlaku mendekati keduanya dengan tangan yang menutup mata namun ada sedikit celah untuk mengintip.

"ngeselinnnn" Nara menginjak kaki Raka yang berbalut sepatu berkali kali, tangannya juga bergerak menampar pipi lelaki itu kemudian dengan sekuat tenaga Nara berlari meninggalkan Raka dan satria yang menatapnya dengan berbagai tatapan.

"anjir rak, lo apain adek nya Darren woi" satria memukul pundak Raka lumayan keras, Raka memandang satria dengan tatapan kesal lalu tanpa berbicara apapun lelaki itu pergi meninggalkan satria yang menatapnya cengo.

"marah?" lirih satria memandang kepergian Raka.

"ya pantes lah marah bego, orang lagi mau *** *** di gangguin" sambungnya lalu tertawa geli.

"eh? Tapi itu beneran Raka? Kok jadi ganas gitu sat" lirih satria memandang punggung Raka yang mulai menjauh.

_____________________________

________________________

___________________

Setibanya di parkiran Nara melihat sang abang yang sedang berdiri sembari bersandar di mobil miliknya dengan tangan yang sibuk mengotak atik ponselnya, dengan segara Nara menghampiri Darren.

"abanggg, maaf lama" ujar Nara ketika ia sudah berdiri tepat di depan sang abang, Darren tersenyum lalu mengelus pucuk kepala sang adik dengan penuh kasih sayang. "iya gapapa, yuk pulang" ujarnya. Nara hanya mengangguk lalu masuk ke dalam mobil diikuti oleh Darren yang juga masuk kedalam mobil.

"Nara mau nagih janji abang" ucap Nara ketika Darren mulai mengendarai mobilnya meninggalkan pekarangan sekolah.

"janji apa?" tanya Darren dengan tatapan yang masih fokus pada jalanan di depannya.

"tuhkan lupaa, malesin bangettt" Nara merengek, tangannya bergerak menjambak rambut Darren membuat sang empu meringis.

"iya iyaa kita makan es krim, lepasin dulu tangannya nanti kita kecelakaan" dengan kesal Nara melepaskan tangannya yang menjambak rambut Darren.

mobil yang di kendarai oleh farel kini telah sampai di salah satu kedai es krim favorit yang terletak di ibu kota, seusai memarkirkan mobilnya Nara dan Darren segera keluar dan mencari meja yang akan mereka tempati, akhirnya mereka memilih duduk di salah satu meja yang terletak di luar ruangan.

"mau pesan apa kak?" tanya seorang waiters yang menghampiri mereka sembari menyerahkan buku menu.

"es krim rasa strawberry nya dua sama kentang gorengnya juga dua porsi" ujar Nara lalu kembali menyerahkan buku menu tersebut kepada sang waiters.

"baik, mohon di tunggu ya" waiters itu melangkah menjauh dari meja mereka untuk membuatkan pesanan dari keduanya.

Nara memainkan ponselnya guna menghilangkan rasa bosan begitupun dengan Darren yang juga memainkan ponselnya.

"hai Darren" keduanya menoleh mendapati seorang gadis yang kini duduk di kursi di sebelah darren, gadis itu terlihat cantik namun sayang dandanannya yang begitu menor membuat siapapun yang melihatnya mengira bahwa ia adalah tante tante.

Darren hanya berdehem membalas sapaan gadis itu sedangkan Nara hanya menunjukkan senyuman tipisnya.

"loh ini siapa ren, pacar kamu?" tanya gadis itu memandang nara dari atas ke bawah.

"kamu kok mau sih pacaran sama bocil gini, pasti kerjaannya ngerengek terus, kalo ga ya manja, ngerepotin banget tau" sambungnya yang mampu membuat Nara menatapnya cengo, namun sedetik kemudian Nara berdehem singkat lalu menjawab.

"ya daripada pacaran sama tante tante tan, di porotin terus mana mungkin udah melar lagi iyuhhh, mending sama bocil setia dan masih awet engga melar" ujar Nara enteng, Darren tertawa terbahak bahak mendengar perkataan yang di ucapkan oleh adiknya itu.

Sementara gadis tadi langsung pergi meninggalkan meja keduanya dengan wajah memerah dan ekspresi kesalnya.

"siapa?" tanya Nara pada Darren, "biasa fans gue" jawab Darren dengan wajah bangganya.

"fans lo kok tante tante semua, kasian banget" gumam Nara yang mendapatkan sentilan keras di keningnya.

sang waiters tadi datang dengan membawa pesanan keduanya, kedua kakak beradik itu mulai menikmati es krim nya dengan tenang sebelum akhirnya.

"WOI" teriakan yang amat menyebalkan yang berasal dari arah belakangnya membuat Nara mendengus kesal, tadi tante tante tanah abang yang datang sekarang siapa lagi????

***

Segitu dulu part kali ini, semoga sukaaaa!!!!

02

"WOI" teriakan yang amat menyebalkan yang berasal dari arah belakangnya membuat Nara mendengus kesal, tadi tante tante tanah abang yang datang sekarang siapa lagi????

tanpa memperdulikan siapa yang berdiri di belakangnya, Nara terus melanjutkan acara makannya dengan santai hingga ia merasakan seseorang duduk di kursi sebelahnya. Nara tak menatap seseorang di sebelahnya, ia lebih dulu mengangkat pandangannya dan juga menemukan seseorang duduk tepat di sebelah Darren, menyadari Nara sedang menatapnya orang tersebut tersenyum manis sembari mengedipkan matanya menggoda.

"lo mau gue penggal?" ancam Darren yang menyadari bahwa satria- sahabatnya yang sedang duduk di sebelahnya itu menggoda sang adik.

"galak amat sat" balas satria setelah itu tanpa rasa malu mulai menyantap es krim milik Darren.

Sementara di lain sisi, Nara meneguk air liurnya dengan susah payah, keringat dingin mulai mengalir di dahinya. Dengan perlahan gadis itu menoleh ke arah sampingnya dan mendapati Raka-lelaki yang tadi hampir menciumnya berada di sebelahnya dengan tampang tanpa dosanya memandang gadis itu.

"biasa aja kali natap nya" ucapan yang keluar dari mulut Raka mampu membuat gadis itu tersedak, Nara terbatuk batuk, wajah gadis itu nampak memerah. Dengan segera Raka memberikan sebotol air mineral yang ia ambil dari dalam tas miliknya kepada Nara, gadis itu meminum air tersebut dengan terburu buru akibat tenggorokan nya yang terasa sakit.

"dih keselek sama kegantengan Raka lo?" sambar satria yang memang menyadari bahwa Nara tersedak akibat terkejut dengan ucapan Raka, gadis itu terus memandang wajah raka tanpa mengalihkan tatapannya sedikitpun.

"dih, najis" gumam Nara kesal, kemudian gadis itu mulai melanjutkan acara makan es krimnya tanpa memperdulikan lagi ketiga lelaki di dekatnya ini.

Raka mendekatkan tubuhnya dengan Nara, lelaki itu memposisikan mulutnya di dekat telinga Nara yang terlihat memerah lalu membisikkan sesuatu "gausah gengsi, tinggal akuin aja apa susahnya".

"mimpi" Nara menginjak kaki Raka yang terletak di bawah meja dengan keras membuat sang empu meringis kesakitan.

"lo berdua kalo kesini cuma mau gangguin adek gue mending pergi deh" ujar Darren jengah akan kelakuan kedua sahabatnya yang tidak punya akal itu.

"pede bener lo, Siapa juga yang mau gangguin adek lo yang cengeng itu, ya ga sat?" satria menganggukkan kepalanya menjawab ucapan Raka dengan wajah sombongnya.

"dih najis, yuk dek" Darren bangun dari duduknya dan berjalan menuju kasir untuk membayar pesanan mereka, begitupun dengan Nara yang ikut bangun dari duduknya namun belum sampai selangkah berjalan tangannya di tarik oleh seseorang.

Nara membalikkan badannya dan menatap Raka tajam, dirinya sudah mengetahui bahwa lelaki itulah yang menggenggam pergelangan tangannya dan memang benar.

"lepasin" kesal Nara, semantara Raka lelaki itu tampak santai memainkan ponselnya dengan sebelah tangan yang senantiasa menggenggam tangan Nara.

"ih lepasin gak" Nara yang kelewat kesal itupun menggigit tangan milik Raka cukup keras hingga membuat Raka meringis dan melepaskan genggaman tangannya pada tangan Nara.

Saat mengetahui bahwa lelaki itu telah melepaskan tangannya Nara segera berlari menyusul Darren. Namun sebelum itu ia menyempatkan menginjak kaki Raka dan menjulurkan lidahnya mengejek.

"HAHA RAKA ANJIR, LO DIKERJAIN SAMA BOCIL?" satria tertawa terbahak bahak melihat adegan yang terjadi tadi di tambah menatap wajah Raka yang kini berubah masam.

"bacot" sentak Raka kesal, lalu lelaki itu segera berdiri dari duduknya dan berjalan meninggalkan kedai tersebut meninggalkan satria yang masih terbahak bahak.

_________________________________________________________________________

_____________________

Setibanya Nara dan darren di rumah, keduanya langsung masuk ke dalam dan mendapati kedua orang tuanya yang sedang duduk bersantai di ruang tamu, Nara segera menghampiri keduanya dengan sedikit berlari.

"ayah, bundaaaa" Nara menyalimi punggung tangan Mahesa lalu beralih menyalimi punggung tangan vina dan memeluk wanita paruh baya tersebut dengan erat.

"Nara kangennn" ujar Nara dengan nada manjanya.

"dih kangen apaan baru juga engga ketemu beberapa jam" ujar Darren, lelaki ikut menyalimi punggung tangan kedua orang tuanya lalu duduk di sofa sebelah sang ayah.

"biarin, syirik aja" Nara semakin mengeratkan pelukannya pada sang bunda, vina pun tersenyum geli melihat tingkah sang putrinya yang amat manja ini, wanita itu membalas pelukan Nara sembari mengusap rambut sang putri yang panjang.

"cup cup anak gadis bunda manjanyaaa" ujar vina di sela sela pelukan keduanya.

Setelah beberapa menit memeluk sang bunda, akhirnya Nara melepaskan pelukannya lalu merebahkan tubuhnya di sofa dengan bantalan paha vina.

"bunda elusin" pinta Nara, dengan senang hati vina mengelus pucuk kepala Nara dengan lembut. Nara yang merasakan elusan lembut vina pada kepalanya menjadi mengantuk, gadis itu menguap beberapa kali lalu mulai larut ke alam mimpinya.

"kebiasaan banget" ujar Mahesa geleng geleng kepala melihat kelakuan putrinya yang sama sekali tidak pernah berubah dari dulu.

"kecapekan kayanya, habis dari mana aja kalian berdua bang?" tanya vina pada Darren yang asyik menonton televisi sembari mengemil.

"habis makan es krim, anaknya nangis tadi engga mau berhenti yaudah abang janjiin makan es krim biar berhenti" kata Darren dengan tatapan yang masih fokus pada televisinya.

"loh nangis kenapa? jatoh? atau ada yang jailin dia?" tanya vina.

"di ejek cengeng sama Raka bun, ngambek deh anaknya nangis nangis"

"Raka teman kamu itu?"

"iya" vina hanya menganggukkan kepalanya beberapa kali, dirinya memang mengenal kelima sahabat sang putra karena Darren sering mengajak mereka untuk main ke rumahnya agar ia tak merasa kesepian.

"yah, pindahin ke kamarnya dong. Kasian nanti sakit badannya" suruh vina pada Mahesa untuk memindahkan putrinya yang sedang tertidur lelap ini ke dalam kamar.

"oke Bun" Mahesa bangkit dari duduknya dan hendak menggendong Nara namun pergerakkannya terhenti akibat pertanyaan menyebalkan Darren.

"duh emang sanggup yah? nanti pinggangnya encok nangess" ejek Raka yang mendapatkan lemparan bantal oleh Mahesa.

"kamu pikir ayah setua itu, buat angkat Nara aja sampe encok segala" ujar mahesa.

"dih emang udah tua, ga nyadar" Darren kembali mengejek Mahesa yang memang sangat mudah terpancing.

"durhaka kamu ngejek orang tua" Mahesa mendekati Darren lalu menjawer telinga anak laki lakinya itu dengan kuat.

"awss aw sakit yah, ampun. Bun tolongin bunn" ringis Darren akibat Mahesa menjawernya semakin kuat sehingga membuat telinganya berwarna merah.

"udah udah, kok malah jadi berantem sih, bunda nyuruh pindahin Nara ke kamarnya bukan berantem" ujar vina, wanita itu memukul pantat sang suami lalu beralih memukul bahu sang putra.

Akhirnya Mahesa melepaskan jawerannya di telinga Darren, lelaki paruh baya itu menjulurkan lidahnya mengejek, lalu tanpa memperdulikan Darren yang terlihat kesal kepadanya Mahesa mulai menggendong Nara dan berjalan menaiki tangga menuju kamar sang putri.

"HATI HATI ENCOK YAH, KATANYA IBUN GAMAU URUT" teriak Darren menggema, vina menghela napas lelahnya melihat kelakuan sang putra yang tiada bosannya menjaili sang ayah.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!