NovelToon NovelToon

My Maid Is My Wife

Awal mula cerita

Seorang gadis berlari tergopo- gopo kearah pondok yang tidak jauh dari sungai untuk memberitahu bahwa ada seseorang hanyut yang sudah sangat lemas di bebatuan sungai dimana Zerena saat itu sedang mencuci pakaian dipinggir sungai itu.

Pak Tarman sangat kaget putri mereka berlari sambil berteriak-teriak memangilnya,dengan nafas yang tidak bisa dibilang biasa lagi, Zerena dengan gos-gos saat sampai didepan ayah ibunya.

" Ayah....ibuk...!! Kata gadis itu dengan nafas sesak dirinya masih melanjutkan perkataannya.

"Kamu ini kenapa Nak, kok lari kayak dikejar setan gitu?? " Kata Buk Surti pada anak gadisnya itu.

"Tolong Yah- buk, di sungai ada orang hanyut, sepertinya dirinya masih hidup ya,cepat yah kasiahan orang itu."Jelas Zarena masih saja dengan nafas yang tidak normal.

"Apa? yang benar saja kamu ndukk, siapa yang Hanyut siang gini? "Kata Pak Tarman masih saja bercanda pada putrinya itu.

"Ayah jangan becanda, ini benaran yah,Rena gak bohong."Kata Rena lagi.

"Bapak ini semuanya dibawak candaan jika putri kamu itu bicara, cepat kita lihat jika itu benar." kata buk Surti dengan cepat menarik tangan suaminya itu agar cepat ke sungai yang tidak jauh dari sawah mereka.

Dengan cepat kedua orang tua Rena berjalan ke sungai, apa yang dikatakan oleh putrinya itu memang benar, pak Tarman dengan cepat masuk kedalam sungai itu dan menolong orang itu tampak dilihatnya lebih dahulu wajah orang itu.

"Rena cepat sini bantu bapak untuk mengakatnya ketepi lebih dahulu, takutnya dia dibawah arus sungai lagi."Kata Pak Tarman pada putrinya itu.

Dengan cepat kedua Ayah dan anak itu mengakat tubuh orang itu, sedangkan buk Surti mencari pertolongan agar bisa membantu suaminya mengakat tubuh pria itu.

Tidak lama para warga yang bekerja disawah ikut membantu Pak Tarman dan putrinya untuk membawa pemuda itu kepukesmas yang tidak jauh dari rumah mereka.

Sham Aditama,yang berusia 31 tahun, putra dari Adi tama yang terbilang memiliki kekayaan dan perusahaan di mana-mana bukan di Indonesia saja tapi setiap negara yang maju ada perusahan milik orang tuanya.

Zarena Salsaputri baru berumur 22 tahun,adalah gadis desa yang cantik, gadis yang menolong Sham saat hanyut di sungai.

Sham terbaring tidak sadarkan diri di puskesmas sudah dua hari dirinya tidak bangun-bangun, namun kedua orang tuanya Rena masih tetap menunggu pemuda yang tidak mereka tahu itu.

Dengan sabar Kedua orang tua Rena merawat pemuda itu tidak ada kata lelah dari keduanya begitu juga dengan gadis berumur 22 tahun itu selalu gantian dengan Ayah dan ibunya untuk menjaga orang yang tidak dikenalnya sama sekali.

Rena berjalan kearah Ayahnya itu dengan langkah sedikit letih namun tidak dilihatkanya pada ayahnya, dirinya sangat kasihan pada ayahnya sudah seharian menunggu Sham sadarkan diri kerena sudah dua hari dirinya tidak bangun.

"Ayah, sebaiknya ayah pulang saja biar Rena yang jaga mas ini, ayah suah sangat lelah dua hari ini menunggunya sadar.

"Kamu saja pulang Nak,bantu ibuk kamu sana masak, dan setelah itu kamu antarkan ayah makan malam."Kata Pak Tarman masih menatap pemudah itu yang masih terbaring lemas itu.

"Yah, sebaiknya kita bawak saja mas ini kerumah sakit yang bisa membuatnya cepat sadar yah, lihat tubuhnya terluka seperti ini, aku takut dia tidak bisa bertahan kerena sudah banyak kehilangan darah akibat luka di tubuhnya itu.

"Kita berdoa saja nak, agar dia cepat sadar dan puli, kerena kita tidak ada biaya banyak untuk membawanya kerumah sakit yang lebih bagus dari sini, jika kita yakin pasti Tuhan akan menolongnya."Kata Pak Tarman mengingatkan putrinya itu.

"Tapi tidak kasihan kah Ayah melihatnya seperti ini yah, walau kita tidak tahu siapa dia, dari mana asalnya kerena tidak ada satupun indetitas nya yang kita temukan." ungkap Rena.

"Jika kita bicara kasihan, pasti kasihan nak, namun apa boleh kita buat nak, dengan keadaan kita serba kekurangan juga, berdoa saja nak semoga pemuda ini baik-baik dan dia cepat sadarkan diri."kata Pak Tarman kembali dengan hati yang teramat kasihan pada pemuda yang tidak bergerak itu.

"Ya sudah, Rena pulang dulu, nanti Rena akan kembali mengantarkan makan malam untuk ayah" Kata Rena dengan melanjutkan langkahnya keluar dari ruangan inap yang ada dipukesmas itu.

Rena berjalan dengan hati yang berkecamuk,dengan hati dalamnya bicara sambil menelusuri jalan tanah kearah rumahnya.

"Ahhh sungguh malang dirinya kamu Ren, kenapa kamu tidak terlahir dari keluaga yang berada, ketika orang membutuhkan sedikit bantuan dari kamu, kamu ada uang untuk membantu mereka, lihat sekarang dia hanya bisa diam di ranjang rumah sakit itu, tampa apa yang kamu buat."Kata Hati Rena meyelonong kemana-mana.

Sampai-sampai dirinya tidak sadar sudah sampai dirumah kecil diamana selama ini dirinya dibesarkan dalam Rumah sederhana itu.

"Kamu sudah kembali Ren?Apa ayah kamu belum juga mau pulang Nak??"Tanya Buk Surti.

"Belum buk, kata ayah dia belum mau kembali sebelum mas itu sadar, tapi buk kasihan sekali Rena lihatnya,andai saja keluarga kita banyak uang pasti kita bisa menolang mas itu dengan membawanya kerumah sakit yang lebih bagus." kata Rena sendu.

"Nak, syukuri saja apa yang telah diberikan Tuhan pada kita,kita masih bisa membantunya walau tidak dapat lebih dari sekarang nak, berdoalah untuk kesembuhan pemuda itu.

"Iya buk, semoga saja masnya bisa sadar cepat, kita juga bisa tanya dia siapa." Jawab Rena sedikit tenang apa yang baru dikatakan oleh ibunya.

"Ibuk masak apa? Tanya Rena kembali melihat ibunya masih masak di dapur tanah yang tidak begitu luas itu.

"Apa yang mau kita masak nak,hanya ini setiap hari menu kita, sayur asam, sama goreng tempe, ini hidangan yang sangat mewah kita rasakan."Jelas buk Surti pada putrinya itu.

Rena juga tahu orang tuanya hanya petani untuk menghidupi dirinya dan abang yang sudah bekerja di kota semenjak tamat sekolah.

Rena adalah gadis yang tidak bayak tuntutan pada orang tuanya, semenjak dirinya tamat dari sekolah menengah pertama, dirinya tidak sekolah lagi, orang tuanya tidak bisa membiayai kuliahnya, hanya bisa dirinya sampai sma saja.

Rena sudah sangat bersyukur apa yang sudah diberikan oleh kedua orang tuanya, dirinya menjadi anak yang penurut saja sudah bisa membuat hati kedua orang tuanya senang dan bahagia.

Selama tiga tahun ini Rena tidak pernah untuk mencari kerja kekota seprti taman-taman kebayakan, kerena dirinya anak perempuan satu-satunya dikeluarganya.

Pak Tarman tidak mengizinkan Rena jauh dari mereka, takutnya nantik Rena tidak dapat menjaga dirinya,banyak yang ditakutkan oleh kedua orang tua Rena.

**********

Akhir dia bukak mata juga

Satu minggu sudah Sham terbaring ditempat rumah sakit itu dengan situasi yang sama, seperti hari kemarin, tidak ada perubahan,Rena dan kedua orang tuanya sudah mulai cemas dengan kondisi pemuda itu yang tak kunjung sadar.

"Yah, bangai mana ini sudah satu minggu berlalu ya, namun mas ini tidak ada menujukan tanda dia akan sadar, kita harus apa?? "kata Rena sangat cemas dengan keadaan pemuda yang ditolongnya itu.

"Nak, jangan cemas dia pasti mendengar kita, setiap hari ayah selalu mengajaknya bicara, walau sekarang ayah tidak bisa menemaninya setiap waktu kerena ayah harus kerja." kata Pak Tarman dengan sabar menyikapi putrinya itu.

"Malam ini kamu yang jaga Anak ini ya, bapak yakin kamu bisa mengurusnya, kerena ayah malam ini ada wirit warga kita, jadi gak bisa untuk kesini." Ucapnya lagi pada Rena..

"Tidak masalah ya, malam ini Rena yang jaga masnya, semoga saja dia terbangun saat aku disini."Kata Rena berharap pria itu akan bangun.

"Semoga saja nak, berdoalah agar dia sadar cepat." kata Pak Tarman dengan hati yang tidak tenang saat ini sudah satu minggu menunggu pemuda itu untuk bangun agar dirinya bisa bertanya tentang indititas penuda itu.

"Ya suda bapak kembali dulu kamu jangan kemana-mana ya,jika pergi jangan terlalu jauh."Kata Pak Tarman kembali pulang kerumahnya meninggalkan putrinya bersama Sham yang masih terbaring lemas.

Saat orang tuan Rena tidak bersamanya, Rena menatap wajah Sham dengan sangat inten, ada yang aneh dengan wajahnya tapi Rean hanya memperhatikannya saja.

"Dilihat-lihat wajah sedikit tampan juga, tapi kenapa wajah itu seperti mengembung gitu ya?? "Tanda tanya dihati Rena saat melihat wajah tampan Sham.

"Hai, selamat malam Mas, apa kamu betah dengan tidur kamu ini ya, tidak mau bangun?? " Kata Rena menjagak Sham bicara.

Rena memegang telapak tangan Sham dan mengegam jemari Sham dengan rasa kasiahanya pada pemuda itu.

"Sebenarnya kamu ini siapa sih mas, saat kamu hanyut di sungai tidak ada satupun kartu pengenalmu, jadi aku juga susah untuk mencari kerabat dan saudara atau kekuaga kamu." kata Rena bicara dengan Sham yang masih betah terbaring.

Rena tidak sanggup melihat pria saat ini sudah satu minggu terbaring dipukesmas itu, sehinga luka ditubuhnya sudah mulai mengering, manun tidak dengan pria itu tidak kujung membukakan matanya.

"Maafkan kami Mas, tidak bisa membawa kamu kerumah sakit yang lebih bagus dari tempat kamu sekarang, kamu bernasib kurang beruntung ditemukan dengan kelurgaku yang hanya petani miskin tidak memiliki apa-apa.jika kamu berkenan dan mendengar kataku ini bangunlah." kata Rena dengan sungguh-sungguh bicara pada Sham.

Rena kaget saat itu juga tangan Rena yang masih mengegam tangan Sham bergerak dan mulai membalas gengamanya.

"Dimana ak...u?? " Ucap Sham baru mulai sadar dengan bicara yang masih lemas.

"Mas, kamu sudah bangun? Syukurilah allhamdulilah ya allah engkau masih mendegar doa kami."Kata Rena sangat bersyukur dan senang.

Rena langsung berlari keluar kamar inap itu untuk memangil dokter yang berjaga malam dipukesmas itu.

Rena kembali dengan dokter yang seminggu ini menagani Sham.

"Dia sudah tidak apa dek, kamu sudah bisa tenang sekarang dia akan puli."kata Dokter setelah memeriksa keadaan Sham.

"Terimakasih ya buk dokter,ibuk sudah bantu kami."kata Rena sangat berterimakasih pada dokter bunga yang sudah berumur itu.

"Sudah tugas saya dek, kamu gak usah begitu, kita saling tolong jika ada yang membutuhkan bantuan kita."Jawab dokter bunga dengan ramah pada Rena.

Setelah Dokter itu pergi dari ruangan Sham, Rena kembali melihat Sham tertidur setelah dikasih obat penenang agar tubuh Sham tidak bayak gerak kerena kondisinya belum stabil.

"Akhirnya kamu sadar juga Mas, aku senang, tingal kami memulangkan kamu pada keluarga kamu, setelah ini, pasti keluarga kamu saat ini sangat kawatir dengan kamu."Kata Rena masih menatap wajah sedikit aneh itu.

Waktu jam sanagat cepat tidak terasa pagi sudah menyapa ruangan itu dengan sinaran mentari pagi, sehinga membuat kedua orang yang masih betah tidur itu terbangun.

Sham baru saja terbangun untuk pertama, sebelum Rena bangun, Sham merasakan tanganya berat dan masih dipegang oleh Rena.

Sham memperhatikan wajah cantik Rena saat tidur, betapa cantiknya gadis dihapannya itu, namun sesaat ingatan yang mulai mengingat kejadian sebelumnya, dirinya baru menyadari sebelum dia tidak sadarkan diri, Sham sempat melihat Rena di sungai.

"Rupanya kamu masih menolongku cantik." Kata hati Sham menatap wajah cantik Rena untuk pertama kalinya dia melihat dengan jelas gadis itu.

Rena mulai mengedipkan matanya kerena sudah sakit kerena cahaya matahari pagi pas diupuk matanya.

"Auwww, silaunya." kata Rena tidak sadar Sham yang masih memperhatikannya.

Sesaat baru Rena sadar dirinya masih dirumah sakit, dirinya baru ingat dengan pria yang baru sadar semalam itu.

Rena memalingkan matanya kedepan pas dihadapanya, Sham juga menatapanya dengan tatapan yang tidak bisa diartikan.

"Ehamm mas, kamu sudah bangun? Selamat pagi ya, kerena didesa ini sangat sunyi, jadi kita saja yang berada saat ini disini." kata Rena bicara tidak ada hentinya.

"Terimakasih ya, kamu sudah menolongku, aku masih ingat kamu sebelum aku tidak sadarkan diri.tapi aku sudah berapa lama disini mbak?" Tanya Sham pada Rena dengan sebutan mbak pada gadis berbadan agak kurus itu.

"Mas, sudah satu minggu tidak sadarkan diri, maaf ya kerena keluargaku tidak bisa bawak mas kerumah sakit yang lebih bagus dari sini, kerena kami tidak ada biaya."Kata Rena rasa bersalah pada Sham.

"Tidak apa, aku sudah sangat bersyukur kamu sudah mau menolongku dan merawatku disini."Kata Sham tidak banyak bicara.

"Sebentar lagi orang tuaku akan sampai mas, kamu bisa bicara dengan mereka, Ayahku sungguh mencemaskan kamu selama kamu tebaring disini.

"Pasti sangat marepotkan kalian ya, aku jadi tidak enak."Sahut Sham kembali.

"Bukan merepotkan mas, tapi ayahku sangat takut diri mas tidak selamat, dengan luka sekujur tubuh mas,sebenarnya apa yang terjadi pada mas, apa mas dijamret, atau mas ini preman yang habis dikroyok ya?? "Kata Rena dengan Pertayaan yang beruntun membuat Sham bingung akan menjawab kata gadis itu.

"Jika seperti itu kamu bertanya panya, dia akan bingung sendiri nduk!! " Kata Buk Surti baru saja sampai di ruangan itu.

Rena Dan Sham bersamaan melihat kerah pintu, mendengar buk Surti bicara.

"Ehhh ibuk, sudah dantang ya, Ayah mana? " Celiguk Rena mencari ayahnya tidak terlihat sama ibunya itu.

"Itu masih diruangan dokter yang merawat dia, ayah kamu ingin menanyakan keadaan dia."Kata Buk Surti dengan tersenyum pada Sham yang menatapnya dengan bingung.

Rena baru sadar saat Sham bingung melihat ibunya baru saja datang, dengan cepat dirinya mengenalkan ibunya itu pada Sham.

"Ohh ya mas, itu ibuku,dan aku Zerena, bisa mas pangil dengan sebutan Rena saja."Kata Rena dengan mulutnya yang tidak bisa diam itu.

"Salam kenal buk, aku Ben kata Sham dengan memalsukan namanya pada keluarga Rena.

"Ohh, jadi mas namanya Ben ya, nama yang bagus."Kata Rena santai.

"Kamu ini bisa diam gak Rena,lihat itu nak Ben sudah bingung saja melihat tingkah kamu, sekarang kamu pulang sana,cucian sudah numpuk itu dirumah, ibu sudah masak jangan lupa kamu sarapan dulu jika mau ke sungai." ingat buk Surti pada Putrinya itu.

Rena hanya bisa diam saja mendengar kata ibunya itu, kerena hanya itu tugas rutin yang setiap hari selain memasak.

Rena lansung kembali tampa bicara apapun lagi baik sama ibunya juga tidak dengan Sham, Rena hanya meyelonong saja kembali pulang kerumahnya.

********

Tingkah bodoh Rena dan ingin tahu Rena

Hari berganti hari sudah hampir satu bulan saja Sham bersama keluarga Rena,Sham belum sepenuhnya pulih kerena berjalan saja Sham belum juga kuat kakinya yang terkilir kerena pukulan benda tajam. membuatnya agak susah berjalan,setiap hari Rena selalu membantunya untuk berdiri, hari-hari dilalui Sham di rumah kecil itu dengan keluaga baik dan apa lagi ada gadis yang tulus merawatnya.

"Mas Ben, jika nantik mas Ben kembali kota asal kamu, apa kamu masih ingat dengan kita disini?"Kata Rena terkadang suka asal jika bicara, sehinga Sham tersenyum saja mendengar kata gadis itu.

"Emang kenapa jika aku tidak mau mengingat kalian,apa yang bisa kamu buat ahmmm?? " Tanya Sham kembali,sedikit bercanda pada Rena.

"Jagan begitu mas, masa kami yang baik sama Mas, gak mau mengingat gitu,itu melupakan kebaikan orang!!"sungut Rena kerena sudah setiap hari bersama Sham jadi mereka semakin dekat saja.

"Hai mbak, mana mungkin aku bisa melupakan kalian semua, kalian sangat berjasa padaku sudah yang meyelamatkan aku dalam berjuang untuk hidup, coba saja jika kamu gak menolong aku saat itu pasti aku sudah dimakan cacing saat ini."Senyuman Sham terpancar diwajah sedikit aneh bagi Rena.

"Jika begitu aku senang dengarnya, tapi jika mas Ben melupakan kami aku sumpahi mas Ben celaka lagi."Kata Rena asal bicara.

Sham hanya bisa ketawa sedikit terbatas saat gadis itu akan meyupahinya,Sham sudah mulai terbiasa dengan celoteh Rena setiap hari telinganya harus mendengar ucapan yang tidak bisa membuatnya tidak ketawa.

"Sudah Mas, jangan ketawa gitu kamu tambah jeleks saja, lihat itu wajah kamu yang aneh itu."Kata Rena selalu mengejek Sham dengan wajah yang anah kata Rena.

Sham sengaja menyamarkan wajah aslinya, dirinya memakai kulit yang bisa membuatnya menjadi wajah lain, kerena saat itu Sham ingin mengerjakan sesuatu diluar, namun naas nasibnya kurang beruntung, membuatnya celaka, kerena musuh lebih cepat mengetahui penyamarannya, sehinga sham ditangkap sekemrombol preman yang menhajarnya habis-habisan sebelum anak buahnya datang.

Saat ini Sham masih berpikir sapa dari rencana dibalik peyerangannya itu, sehinga dirinya hampir saja lenyap.

"Mas kok bengong? Kenapa,ada yang membuat Mas Ben salah dari kata Rena ya?? " Ucap Rena bingung kerena tiba-tiba Sham terdiam sejenak.

"Ahhh gak apa-apa mbak. " Kata Sham dengan cepat.

Sham langsung mengubah mimik wajah yang tadi dilihat Oleh Rena agak sedikit tersenyum.

"Mas Ben gak Seru masa pangil mbak sama Rena, pada hal aku ini jauh lebih mudah umurnya dari Mas, pangil nama Rena kenapa sih??"Kata Rena kurang sukah Sham memangilnya dengan sebutan itu.

"Bukan gak salah Rena, kamu itu memang sudah seprti mbak-mbak."Santai Ben menjawab kata gadis yang gak bisa diam mulutnya itu.

Rena sangat marah pada Sham selalu memangilnya Mbak, sehinga dirinya mengerutuk saja sambil pergi dari tempat Sham duduk saat itu juga.

Ben sambil senyum melihat tingah gadis yang selalu menemani dirumah semenjak dirinya berada di desa itu, kerena Sham belum bisa melakukan aktivitas sendiri, diri Sham harus dibantu jika mau kemana-mana oleh Rena, kadang pak Tarman jika dia dirumah membantu Sham.

"Kamu ini sungguh manusia gak punya hati mas,masak aku di bilang mbak-mbak sih, jelas-jekas anak gadis pak Tarman itu secantik ini, iss bikin aku kesal saja."Jengkel Rena pergi dari Sham yang duduk sambil menatap dirinya pergi dengan senyuman yang selalu terlihat diwajah aneh Sham (menurut Rena).

Rena berjalan kearah dapur untuk melanjutkan kerjaannya kerena hari sudah sore,Rena harus melakukan pekerjaan rutinnya setiap hari jika ibunya berada disawah, dirinya harus memasak makan malam untuk mereka yang ada dirumah itu.

Sambil berdendang sedikit Rena didapur itu dengan menggoyangkan pantat seperti Bebek dangan tangan memegang sendok gorengan,Rena dengan santainya menyayiakan lagu dangdut yang disukainya.

"Mari kita bergoyang, berdendang ria bersama."Bunyi detuman suara Rean itu dengan badanya Rena sedikit melegok kekiri kekkanan.

Rena tidak sadar ada orang sudah ingin pecah gendang telinganya mendegar suara pecah Rena.

Sham yang duduk di kursi ada diruangan tengah rumah itu akhirnya Sham berlahan bangkit dengan berlahan dia mulai berdiri dengan memegang diding dirinya agar bisa berlajan kearah dapur dimana gadis itu .

Dengan mata melotot Sham melihat tingkah konyol gadis itu, Shan ingin ketawa terbahak-bahak namun ditahannya, kerena takut Rena akan bertambah marah padanya.

"Gila ini gadis, sehari saja tidak bikin ulah kayak mana ya? aku saja selalu ingin ketawa melihat tingkah gilanya itu."Ucap Sham dalam hati masih melihat gadis itu lagi adik menggoyangkan pantat dan tubuhnya didepan kuali pengorengan.

"Rena lihat itu wajanya, nantik kamu kena minyak panas itu."Kata Sham mengingatkan gadis itu, kerena posisi Rena sangat dekat dengan tempat penggorengan.

"Ahhh, mas Ben bikin aku kaget saja!! "Kaget Rena ketika Sham sudah berdiri di tepi pintu dapur tanah rumah itu.

"Kamu itu jika masak bisa gak nyayi Rena, gedang telingaku ini ingin rasanya mau becah."Kata Sham santai.

"Diam kamu mas Ben, jika gak ingin dengar suaraku yang merdu ini tutup saja kuping mas Ben itu, selesai!!"Kata Rena bertambah kesal lagi mendengar kata Sham barusan.

Sham hanya diam saja menyikapi kata gadis itu, nantik Pasti Rena baik sendirinya, kerena dirinya tidak terlalu ambil pusing dengan hal yang membuatnya kesal.

"Kamu masak apa Rena? wangi banget ? "Kata Sham mencium harumnya masakan yang dibikin oleh Rena.

"Cuma tumis kangkung Mas Ben,ini sama Tempe mandoan saja,mas Ben pasti sudah bosan makan dengan lauk ini setiap hari ya? "Kata Rena merasa tidak enak hati pada Sham, keluarganya hanya bisa beli tempe dan sayuran masih dipanen dikebun mereka.

"Aku gak merasa begitu kok, makan saja kalian kasih, aku sudah sangat bersyukur, kerena kalian masih bisa kasih aku makan."Kata Bena tidak banyak cerita.

"Maafkan Kami mas, hanya seperti ini keadaan keluaga kami."Ucap Rena selalu tidak enak hati .

"Sudah Jagan begitu, aku juga jadi gak enak jika tingal disini hanya numpang makan pada keluarga kamu Rena."Kata Sham juga tidak enak, namun saat ini dirinya belum bisa untuk membantu keluarga yang berjasa padanya.

Sham rasanya ingin membantu keluarga Rena, namun apalah daya, semua yang berhubungan dengan dirinya hanyut terbawa arus sungai.

"Mas Ben, Rena boleh tanya gak? Kata Rena lagi kerena dirinya sudah siap memasak.

"Ada apa Rena,apa yang ingin kamu tanya? "Kata Sham kembali menatap Rena.

"Tapi jangan marah ya Mas, ini Rena penasaran saja, ingin tahu mas ini sebenarnya ingat gak asal mas dari mana? inikan sudah hampir satu bulan mas disini, pasti keluarga mas saat ini sangat kawatir dengan mas."Kata Rena dengan hati-hati bicara pada Sham kerena takutnya Sham tersinggung dengan ucapanya itu.

"Ohhh itu ya!! " Dengan Sham sedikit mengarut kepalanya kerena bingung harus menjelaskan pada gadis itu.

Saat ini Sham belum mau bilang yang sebenarnya pada Rena, kerena kondisinya belum benar-benar baik,jika Sham mengatakan itu semua pasti orang suruhan Papinya akan menjemputnya,pasti peyamaran Sham akan terungkap pada keluarga Rena.

*******

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!