NovelToon NovelToon

Smartphone Ku Bisa Menghubungi Author

Bab 1. Bantuan Seseorang Yang tak terlihat

10 Januari 2023

"Hahaha!, apa aku tidak salah lihat!" ucap seorang pria dengan jaket kulit hitam bersama tiga orang temannya. Mereka berempat sedang mengerubungi seseorang yang hanya mengenakan kaos bergambar tengkorak putih memakan tulang ikan.

"Hey, lihat gembel Rein ingin kuliah di Universitas Sands Diego, apa dia tidak berpikir, apa dia itu mampu?" ejek seorang lainnya.

"Cih, aku punya beasiswa. Jadi diam lah!" ucap Rein yang kemudian berjalan ke depan melewati empat orang yang menghentikan dirinya di Gerbang Universitas Sans Diego.

Memegang Keras!

"Mau kemana kawan, kita belum selesai" ucap Ketua dari empat orang yang mencegat Rein. "Bukan kah, aku belum selesai berbicara dengan mu!?."

"Siapa kamu?, apa kita saling kenal?" ucap Rein memandang Ganas seseorang yang memegang bahunya.

Memukul!

"Beraninya kau!, kita masih ada urusan yang belum diselesaikan saat SMA!.. sombong sekali kau!" teriak seseorang lainnya hendak memukul Rein.

Menangkap pukulan!

Rein menangkap genggaman tangan seseorang yang ingin memukulnya, Dan Rein dengan mudah nya langsung merebut tangannya, Dengan gerakan cepat Ke empat orang tersebut terkapar di tanah. Hanya dengan satu kali putaran, Rein sudah membuat luka di wajah mereka. "Jika kalian masih ingin mengganggu ku, Kita selesaikan Nanti " ucap Rein yang kemudian kembali berjalan menuju aula utama kampusnya.

"Sial, Mereka ingin membuat perhitungan. Aku bukan Rein yang dulu, cih."

Bangun dari jatuhnya, ke empat orang menahan sakit di wajah mereka Sambil terus memandang ke arah Rein. "Awas kau, Rein!" ucap seseorang yang mengenakan jaket kulit hitam, memegang wajahnya yang memar.

"Braum Yires, Kenapa Rein jadi sekuat ini?" tanya temannya membantu Braum Yires bangun.

"Ya, dia seperti orang lain sekarang, apa kita akan balas dendam!" ucap yang lainnya.

"hahaha, tentu saja.. Dia hanya anak gembel, bukan kah kita sudah sering membuat nya merasakan pukulan kita saat SMA!, dia cuma anak bodoh yang tidak punya Nilai Rata Rata!" ucap Braum Yires yang kemudian pergi, sambil melihat seseorang gadis yang melewati dirinya dan kawan-kawan nya.

"Menyingkir dari jalanku! " ucap seorang wanita dengan jaket pendek biru dan memakai kaos hitam polos. Memperlihatkan perutnya, sosok wanita tersebut memperlihatkan lekukan Betis putih karena memakai rok pendek berwarna merah. Sambil memegang beberapa buku.

"Leinera, sudah lama ya.. Bagaimana liburan mu?" tanya Braum menggoda.

Melihat tajam ke arah Braum, terlihat wajah menindas Leinera tersampaikan. "Kalian siapa?."

"Aku Braum Yires, apa kamu tidak ingat?, kita kan satu sekolah di SMA?" ucap Braum dengan wajah memar memperlihatkan wajah jeleknya.

Memperhatikan dengan seksama, Leinera mencoba mengingat. "Wow, jagoan SMA. Ada apa dengan wajah mu? hahaha!" tawa Leinera mengenal Braum.

Dalam hati Braum saat ini kesal. "Wajah tampanku, akan aku balas kau Rein!."

"Hem, apa kalian baru saja di hajar? , tak kusangka ada yang bisa menghajar kalian berempat, pasti dia pria yang hebat." ucap Leinera yang kemudian pergi meninggalkan kelompok Braum.

"Hahaha, aku cuma habis latihan tinju saat liburan, dan luka ini." Belum sempat menjelaskan kebohongan nya, Braum melihat Leinera telah pergi.

"Bos, dia sudah pergi.. lebih baik kita ke Klinik.. " ucap Anggota Braum.

"Cih, sialan..!" ucap Braum yang kemudian pergi.

"Untunglah Leinera tidak tahu kejadian ini, sungguh memalukan!."

***

Di sisi lain..

Saat ini Rein sang tokoh utama novel ini sedang memainkan Smartphone nya, mengirim sebuah pesan untuk seseorang. Sambil mendengar kan dosen wanita menjelaskan pelajaran sejarah perkotaan.

Ping!

Suara balasan line chat, dengan emoticon menguap terkirim di smartphone Rein.

[ada apa! pagi pagi gini, kau mengirim ku pesan!]

Ping!

[hey, author.. aku ingin kamu menulis kisah ku lagi, buat aku lebih pintar lagi! ] balas Rein mengirim emoticon senyum singa.

Ping!

[ini masih pagi , aku baru begadang semalam menulis kisah Ultraman, apa lagi.. yang kamu inginkan? ] balas author yang sedang tidur berselimut kardus bekas di dalam kamarnya yang berantakan dengan banyak putung rokok dan minuman kaleng berhamburan di kamarnya.

Ping!

[hanya pagi ini, aku ingin mendominasi pelajaran sejarah di mata kuliah ini.. ayolah buat aku lebih pintar lagi, dan terimakasih sudah membuat ku mendapatkan beasiswa di Universitas Sans Diego] balas Rein tersenyum dengan mengirim emoticon tangan memohon sebanyak-banyaknya.

Ping!

Ping!

Ping!

[kau bisa diam tidak Rein, aku juga sedang sibuk.. untuk pagi ini saja aku bantu kamu, siang malam jangan hubungi aku lagi] balas author yang kemudian mengambil smartphone lainnya yang digunakan untuk menulis kisah Rein.

Di dunia lain,dunia yang berbeda. Dunia yang penuh dengan kenyataan hidup,seorang penulis amatir berkali-kali diganggu oleh seseorang yang mengatakan dirinya adalah karakter dalam novel yang ditulisnya. Dan sejak saat itu,sang author mengubah nasib seseorang!.

"Huh, aku sebenarnya tidak sengaja membuat kisah Rein, aku juga harus berkonsentrasi dengan kisah Ultraman, sungguh melelahkan. Lagi pula bagaimana dia bisa menghubungi ku, bukankah dia karakter novel ku, apa yang sebenarnya terjadi??, bahkan aku tak ingat kejadian ini." ucap Author dalam pikiran nya sendiri, kemudian mulai mengetik beberapa sambungan Halaman melanjutkan kisah Rein.

Send!!!

Setelah lama mengetik, author kemudian mengirim beberapa naskah kisah Rein, dan beberapa kisah lanjutan serial Ultraman untuk novel lainnya. Di sebuah aplikasi online, NOVEL TOON.

"Aku harap, cuma kisah Rein saja yang aku gubah alurnya, aku capek lebih baik aku tidur lagi, dan lagi pula aku sudah memblokir nomernya hahaha! " keluh kesah author yang kembali tidur dan bermimpi.

Di dalam Dunia Novel Rein, saat ini.

Menjelaskan tentang sejarah kota nya, Rein dengan lantangnya berbicara di depan semua orang. Setelah di tunjuk oleh dosen wanita yang memakai kacamata dengan rambut di kuncir kuda, memakai setelan kemeja putih dengan kancing terbuka sedikit memperlihatkan belahan dadanya. Memakai rok hitam dengan stocking putih bersepatu Heels merah. Berdiri dan memperhatikan Rein yang sedang menjelaskan sejarah kota.

"Bagus Rein, tidak salah Kampus Sans Diego mengundang mu, dan memberikan beasiswa full sampai kelulusan" ucap dosen wanita yang berumur tiga puluh satu tahun.

"Terimakasih bu Nina, apa anda ada acara minggu ini?" ucap Rein menggoda dan memberikan setangkai bunga mawar indah yang sudah mekar. Sebelum dia kembali ke kursinya.

"Minggu ini, ya.. aku sedang free" ucap Bu Nina mencium bunga mawar yang diberikan Rein, sambil memandang Rein yang terus berjalan ke belakang bangku.

Semua orang terpana melihat sosok Rein, yang menjelaskan rincian sejarah kota nya. Sambil bertepuk tangan riuh, semua orang melihat ke arah Rein yang kembali duduk di belakang.

Berjalan pelan, Rein kembali terduduk dan tersenyum ke arah seorang perempuan seumuran di sebelah kanannya.

"Kamu hebat Rein" ucap seorang perempuan seumuran tersenyum.

"Haha, itu mudah. Apa kamu mau pulang bareng aku, fara?" tanya Rein mengajak seorang perempuan bernama Fara.

"Baiklah, apa kamu mau main kerumah ku sepulang kuliah, ada beberapa mata kuliah yang tidak aku pahami" memohon fara sambil tersenyum melihat wajah Rein.

"Hem, aku bisa.. apa ayah mu galak? " ucap Rein yang sekarang tidak bisa menghubungi author dan mengganggu nya. Sambil mencoba memeriksa notif dari author.

"Apa dia memblokir ku?, untunglah Smartphone yang aku temukan ini punya menu cheat, awas saja kamu author" gumam Rein dalam hati, sambil memperhatikan mata kuliah nya.

Bab 2. Pertarungan,Rein Apakah kamu Yakin?

Berjalan bersama menuju Gerbang kampusnya, Rein dan Fara yang sudah menyelesaikan jam kuliah terakhir mereka. Fara wulan merupakan teman baru Rein yang tak sengaja bertemu di perempatan jalan.

Saat itu libur tahun baru 2023, Rein tak sengaja di tabrak fara di perempatan gang sempit, Fara yang di kejar tukang palak kemudian bersembunyi di belakang tubuh Rein. Mencoba meminta perlindungan, Fara Wulan meminta tolong "Bang, tolong aku" ucap fara yang belum mengenal Rein. "Ada preman yang mengejar ku, mereka bertiga mencoba memalak ku"

Sembari mencoba menjelaskan,Fara perlahan mundur dan melihat Senyum tampak di wajah Rein,yang seperti tidak takut.

"Serahkan padaku" ucap Rein Rumble yang kemudian menekan nomor kontak. "Kamu diam saja dibelakang."

Bip! Bip!

Sebuah panggilan terhubung langsung!.

"Ada apa Rein? " tanya seseorang penulis melalui panggil seluler langsung.

"Bantu aku lagi.. Please" ucap Rein yang berbicara dengan authornya. "Ada perempuan yang sedang dikejar preman tukang palak, apa kamu akan membiarkan ku dan dia di Hajar?." Disini terlihat Rein menjelaskan beberapa hal.

"Kamu cari masalah lagi, tapi baiklah. Untungnya aku baru beli Rokok, apa kamu sudah bertemu mereka?" ucap Author yang kemudian menyalakan api dan menghisap rokok nya. Mengambil smartphone lainnya dan bersiap mengetik.

"Ya, mereka ada tiga orang bertubuh kekar dan memakai banyak tato, Salah satu nya Gundul pelontos dan dua lainnya berkumis dengan rambut ikal. Tolong ya" ucap Rein sambil melihat dari balik pohon mangga yang tumbuh di perempat jalan. Melihat ketiga orang yang sedang mencari Perempuan di belakang nya.

"Serahkan padaku, lagi pula tak ada salah nya mencoba" ucap author menutup telepon dan kembali membuka aplikasi untuk update novelnya.

Kembali ke sisi Rein yang sudah menyimpan smartphone nya, Rein melihat fara yang sedang bersembunyi bersamanya. "Siapa yang kamu telepon?, lihat mereka. Lebih baik jangan keluar atau kita akan menerima akibatnya." ucap Fara ketakutan.

Dengan wajah tersenyum merasakan sensasi, Rein kemudian berjalan keluar dari balik pohon mangga. "Kau diam saja di sini, biar aku hadapi mereka." ucap Rein meremas genggaman tangan.

"Tapi.." ucap Fara yang melihat Rein sudah berada di depan tiga preman tukang palak, dan melihat Rein yang berdiri tegak di depan mereka.

Sambil membuka bungkus premen relaxa, Rein tersenyum. "Apa kalian sedang mencari seorang perempuan?" tanya Rein menunjuk ke arah Fara yang sedang bersembunyi.

Terkejut!

"Kenapa dia memberitahu!!??" ucap Fara yang melihat tiga preman melihatnya.

Mencoba berjalan, bos preman kemudian melihat ke arah Rein. "Haha, bocah manis.. lebih baik bekerja sama hahaha" ucap bos preman menyeringai dan kemudian menyuruh dua bawahnya yang berkumis menangkap Rein. "Tangkap bocah ini, dan biar aku yang mengurus perempuan itu. Dia harus membayar biaya pajak karena melewati jalan kita."

"Baik bos" ucap dua bawahan yang mencoba menangkap Rein.

Bugh! Bugh! Suara Pukulan langsung!

Namun, belum sampai dua detik. Rein memukul wajah dua bawahan preman tersebut. Yang langsung membuat bos preman terkejut. "Apa yang kalian lakukan?" tanya Bos preman yang langsung mendapatkan pukulan di perutnya. Tak mengerti dengan apa yang sedang terjadi, sebuah pukulan mendarat di wajahnya. Yang langsung membuat tubuh nya tersungkur di aspal sambil menahan rasa sakit. "Urh!.. apa yang sedang terjadi?."

Menangkap tangan Fara dengan cepat, Rein kemudian membuat langkah kaki besar seraya berkata. "Ayo lari!!" teriak Rein berlari bersama Fara.

"Apa yang sebenarnya terjadi, kenapa mereka bertiga terkapar di aspal?" tanya Fara yang berlari di belakang Rein sambil di pegang tangannya. Dan tetap melihat dengan heran tiga orang yang jatuh tersungkur.

Berhenti di dekat Taman, Rein dan Fara terduduk. "Haha, untunglah kita selamat.." ucap Rein menghela nafas.

Sama seperti yang dilakukan Rein, saat ini Fara juga terlihat sedang terengah engah mencoba menarik nafas. "Haha, sebenarnya apa yang terjadi, aku melihat kamu seperti menghajar mereka.." berkata Fara yang kemudian menengadah wajahnya ke langit. Merasakan dirinya yang tengah terbebas,setelah mencoba untuk kabur. "Hah, untunglah.. aku tidak mau lagi lewat jalur itu."

Setelah beristirahat sejenak, Rein kemudian berdiri.

"Ya, sudah.. aku ingin pulang. Hati-hati dengan langkah mu, dan kamu tidak akan bertemu mereka kembali" ucap Rein yang mencoba melangkah. Namun, sebuah tarikan tangan Fara mencegah nya. "Apa lagi?."

"Aku Fara..wulan" ucap Fara memperkenalkan diri dengan wajah memerah.

"Rein Rumble" berkata Rein yang juga menyebutkan namanya. Sembari memperkenalkan diri,Rein tersenyum.

Berdiri tegak dan melepaskan tangan Rein, kemudian Fara meminta nomor kontak Rein. "Bisa minta nomor mu?, maaf.. ini hanya untuk berjaga jaga.. tapi, jika kamu berkenan." ucap Fara memerah wajahnya ketika dia melihat wajah Rein.

Swieesh! alunan angin lembut.

Berdiri tegak sambil menekan beberapa nomor, Terlihat Rambut setengah panjang Rein berayun memperlihatkan pesona wajahnya yang kalem. Menyerahkan Handphone Fara kembali, Rein melihat wajah Fara sambil tersenyum. "Apa kamu sebentar lagi masuk kuliah di Sans Diego?" tanya Rein yang mengingat kembali pertemuan di saat pendaftaran kuliah.

"Em, iya.. apa kamu juga?" tanya Fara menerima kembali handphone nya.

"Ya, aku juga mahasiswa baru" berkata Rein yang kemudian menaruh tangannya di saku celana Bahan nya.

"Tunggu Rein, aku ingin berterima kasih pada mu, aku ingin mengajak mu makan. Bagaimana?" berkata Fara meminta.

"Tidak usah, saya tidak pamrih" berkata Rein yang berjalan lurus meninggal kan Fara di taman sambil membuat lambaian perpisahan. "sudah ya.. Kamu tidak perlu takut lagi, para preman tidak akan menggangu mu dalam satu tahun."

"Rein rumble.. dia tampan" berkata Fara wulan yang terus memperhatikan Rein. Saat berjalan pergi meninggalkannya.

***

Kembali ke waktu sekarang, saat Rein dan Fara sudah berada di gerbang universitas. Mereka berdua langsung di hadang kelompok Braum Yires dan kawan-kawan nya.

"Ikut kami" ucap Braum Yires.

Bersembunyi di balik tubuh Rein, saat ini Fara berkata dengan sedikit ketakutan. "Ada apa Rein, kenapa kelompok Braum mengganggu mu?."

"Tidak ada apa apa, mereka ingin bersilaturahmi" ucap Rein yang kemudian mengikuti Braum dan kelompok nya." mau ikut?."

"Ya, tapi apa yang ingin kalian lakukan?" tanya Fara mengikuti Rein yang berjalan di belakang Braum Yires.

"Hay, manis," ucap salah satu anak buah Braum Yires yang mencoba untuk Memegang tangan Fara.

Dan melihat hal tersebut,Rein rumble menghentikan anak buah Braum yang mencoba untuk memegang Fara. "Jangan berani menyentuhnya, atau aku patahkan tangan mu?!" ancam Rein dengan mata kasar.

"Antoni!, cepat kembali ke barisan.." ucap tegas Braum.

"Baik, bos..." ucap antoni yang kemudian berjalan ke depan dan melihat Rein dengan sedikit rasa takut menahan tangan nya. "Gila, hampir saja tanganku retak."

Di belakang gedung Universitas Sans Diego, Rein dan Fara langsung di kepung oleh Braum Yires dan bawahannya. "Hehehe.. oh.. rupanya teman lama kita sudah punya pacar, nona manis.. lebih baik kamu menonton saja dan melihat pacar mu, kami hajar.. silakan" ucap Braum yang langsung menerima sebuah tongkat baseball yang sudah di sediakan. "Kita akan bernostalgia, bukan begitu Rein Rumble??."

Hanya tersenyum masam, Rein yang kemudian menggenggam tangannya nya. Tersenyum sambil bergumam dalam hati "Aku akan selesai kan ini.. Sudah saatnya aku balas perlakuan mereka di masa lalu" ucap Rein yang langsung bersiap menerima banyak pukulan. Apakah,setelah di Blokir Nomornya oleh sang author,Rein bisa menghadapi kelompok Braum?.

Bab 3. Akhir Sebuah Pertarungan!

"Hajar!!" teriak Braum Yires, menyuruh tiga temannya langsung mengerahkan pukulan tongkat baseball ke tubuh Rein.

Tetap berdiri dan bersikap tenang, terlihat Rein menatap tajam ke arah tiga tongkat yang siap memukul nya. Membuat Kepalan tangan, Rein sudah memutuskan untuk membalas tiga orang anak buah Braum Yires. "Lambat!" ucap Rein tersenyum senang, sambil menurunkan tubuh dan dengan cepat memukul perut salah satu bawahan Braum dengan kakinya, dan memukul dua perut bawahan Braum dengan tangannya.

Bugh! Bugh! Bugh!

Suara pukulan melayang keras, membuat tiga orang merasakan kesakitan dan terlempar ke belakang. Melihat hal tersebut, Braum langsung dibuat terkejut. "Edan!, Gerakan yang cepat!" gumam Braum menggerakkan bibirnya. "Antoni!, Yanto!, Gusti.. apa yang terjadi??." Teriak Braum ternganga mulutnya tak percaya dengan apa yang sudah terjadi. Melihat tiga temannya jatuh tersungkur sambil menahan sakit perut,braum sedikit bergetar.

"Urg.. sakit!" teriak Antoni memegang perutnya, Melihat bayangan gelap menghampiri dirinya,dengan perlahan antoni membuka matanya lebar lebar. "Rein... apa yang kamu lakukan pada kami??."

Bugh! Sebuah tinju melayang di wajah antoni dengan kerasnya. Membuat Wajah antoni langsung menerima luka lebam dengan hidung patah dan berdarah.

Bugh! Rein kembali Melayangkan satu tinju lagi ke wajah antoni, membuat satu buah gigi depannya patah, menyebabkan darah keluar dari mulutnya. "Urg.. arg!" teriak antoni pingsan.

Melihat hal tersebut, baik Gusti dan Yanto yang tersungkur mencoba kembali mengambil tongkat baseball yang terjatuh di samping mereka. Mencoba berdiri terlihat Gusti dan Yanto bersiap memukul Rein yang masih berada di dekat tubuh antoni. "Akan aku hajar kau!! bocah Gembel!!." teriak Gusti yang melompat ke arah Rein dengan ayunan tongkat baseball.

Hampir mengenai Rein, tongkat baseball yang dipegang Gusti terlihat patah. Sebuah adu jotos terlihat jelas, "Hehehe.. kalau berani jangan pake tongkat" ucap Rein yang mematahkan tongkat baseball dengan tinjunya.

Krak! suara tongkat baseball patah menjadi dua bagian, dengan satu bagian yang jatuh ke tanah dan satu bagian masih di pegang Gusti. Tak mengerti dengan apa yang terjadi, Perlahan Gusti mundur kembali kebelakang. "Apa apaan itu, Bagaimana bisa dia jadi sekuat ini" gumam Gusti yang tak melihat Rein di depannya.

Melesat cepat, Terlihat Rein menarik tangan kirinya ke belakang, membuat ancang ancang pukulan. "Kamu juga harus menderita, Gusti!" ucap Rein yang langsung melesatkan pukulan ke perut Gusti dengan kecepatan.

Bugh! suara pukulan tinju Rein mengenai Perut Gusti.

"Uaarh!!" rintihan keras Gusti langsung terkapar dengan wajah pucat.

Melompat ke arah Rein, terlihat Yanto mencoba melakukan hal yang sama. Mencoba memukul tubuh Rein, terlihat Tongkat baseball Yanto di tangkis lengan Rein. "Apa!" teriak Yanto terkejut.

"Aku pinjam" ucap Rein yang mengambil tongkat baseball Yanto dengan tangan kirinya. "Aku kembalikan lagi."

Bugh! memukul tubuh Yanto dengan Tongkat baseball, Rein langsung membuat tiga pukulan di wajah Yanto.

"Arh!" teriak Yanto menahan rasa sakit di wajahnya.

Bugh! Kembali suara pukulan dari lemparan Tongkat baseball yang melayang ke arah kepala Yanto. "Terima kasih" ucap Rein yang langsung, membalikkan tubuh dan melihat Braum dengan tatapan kesal.

Saling menatap, saat ini Rein dan Braum berdiri tegak. Dengan sedikit rasa takut, Braum memperbaiki pegangan tongkat baseball nya. "Kurang ajar, apa yang kamu lakukan pada teman temanku" ucap Braum yang kemudian berlari ke arah Rein dan siap memukul.

"Cih" berkata Rein yang kemudian berjongkok dan membuat posisi bersiap.

Swos! swos!

Saling menyerang kedua orang yang sama-sama siap memukul terlihat bertatap muka. Rein sendiri dengan tersenyum kecil, bersiap memukul tubuh Braum. "Rasakan ini!" Teriak Rein yang langsung memukul wajah Braum dengan keras, membuat tongkat baseball nya terjatuh ke tanah.

Buuugh! Pukulan keras melayang menghancurkan hidung Braum. Tak lepas dari pukulan pertama, Rein yang kesal dengan masa lalu nya, kemudian meraih kerah baju Braum. Membuat kembali ancang-ancang Pukulan tangan kanan Rein langsung memukul wajah Braum sebanyak sepuluh kali.

"Uurh.." rintihan kesakitan Braum jatuh terkapar dan tak sadarkan diri.

Terbangun pelan, Sosok Gusti yang sedikit tersadar meraih tongkat baseball. "Kenapa ini bisa terjadi" ucap Gusti mencoba melemparkan tongkat baseball ke arah Rein.

"Rein awas!!" Berteriak keras, Fara yang melihat Gusti siap melemparkan tongkat baseball ke arah Rein.

Namun, Dengan cepat Rein membalikkan tubuh dan menangkap tongkat baseball tersebut dengan tangan nya. Melihat ke bawah tanah, Rein kemudian menendang kerikil kecil yang langsung melayang dan melesat ke arah kening Gusti.

Pletak!

"Edeh..." rintihan Gusti merasakan pusing dan pingsan.

"Untunglah kamu yang terakhir bertahan, ini sudah cukup" ucap Rein melemparkan tongkat baseball ke udara dan langsung jatuh ke arah celana Braum.

Membuat tubuh Braum yang pingsan langsung tersentak kuat.

"Edeh.." rintihan Tak sadar diri, Braum kembali pingsan.

Menepuk-nepuk pakaian yang kotor karena debu tanah, Rein melihat ke arah Fara dan tersenyum. "Apa kamu takut?" tanya Rein.

Dengan wajah terkejut, untuk kedua kalinya Fara melihat Rein berkelahi. "Tidak, ini diluar dugaan ku.. seperti nya.. ada dendam diantara kalian" berkata Fara yang kemudian pergi bersama Rein, meninggalkan halaman belakang kampusnya. "Kamu hebat Rein.."

Sambil berjalan..

"Haha,terimakasih. Jadi, apa ayahmu galak?" tanya Rein yang saat ini akan berkunjung ke rumah Fara, untuk mengajarkan beberapa mata kuliah.

Tak menjawab dan hanya tersenyum, terlihat Fara sedang berpikir. "Kenapa harus tanya ayahku galak sih?" gumam Fara tersenyum di buat buat. "Hehehe, nanti kamu bisa lihat sendiri."

"Jika ayahmu galak nanti aku taklukan dia, hahaha " berkata Rein tertawa tidak jelas.

"Eh??" ucap Fara bingung.

Sambil berbicara beberapa hal, mereka kemudian telah sampai di halte busway. Naik dan masuk ke dalam, mereka duduk berdua. "Apa mereka tidak apa apa Rein?" tanya Fara sedikit khawatir jika sampai Rein mendapatkan masalah.

"Tidak perlu kwatir, aku hanya membuat mereka pingsan beberapa hari untuk memberikan pelajaran saja. Tidak seperti preman yang pernah aku hajar, mereka akan sadar besok pagi." berkata Rein yang duduk sambil memainkan Smartphone.

Tersenyum senang, terlihat Rein mengirimkan pesan ke author di Smartphonenya. "Kamu harus bertanggung jawab, thor!" ucap Rein dalam hati.

Melihat wajah Rein, saat ini Fara terpesona "Dia lebih tampan dari dekat, apa Rein sudah punya pacar? aku harus menanyakan nya" berkata Fara Dalam hati.

Dengan jantung berdetak kencang, Fara berucap pelan. "Rein.. apa kamu.." belum sempat Fara berkata lebih lanjut, Busway yang mereka tumpangi tiba tiba berhenti.

Din!!! Suara klakson mobil saling bergeming membuat keributan di jalan raya. Terkejut mendengar suara keras dari beberapa mobil yang membunyikan Klakson, Rein melihat semua orang di dalam Busway keluar. "Apa yang terjadi , apa ada kecelakaan?" tanya Rein yang kemudian menarik tangan Fara dan membawanya keluar.

Din!! suara klakson mobil terus berbunyi.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!