"Lili kamu ditunggu sama temen kamu tuh di bawah, kamu cepetan dong Lili mandinya,"ucap sang ibu yang terus berteriak.
"iya mama sebentar lagi ini aku udah selesai kok, tinggal pakai handuk aja,"jawab Lili dari dalam kamarnya.
"kamu masih baru pakai handuk,pokoknya mama tunggu sampai 5 menit kalau kamu nggak turun-turun, Mama bakalan suruh teman-teman kamu buat berangkat duluan!,"ancam sang ibu.
"iya ma,"jawab Lili dari dalam kamarnya.
Lili buru-buru menyelesaikan mandinya,dan setelah itu Lily langsung mengambil semua buku-bukunya tanpa make up dan ia pun langsung lari keluar.
"Raina tungguin gue,"teriak Lily yang melihat Raina sudah agak jauh menaiki motornya.
"Lili sarapanmu!!,"teriak sang ibu yang berada di belakangnya.
"udah ma aku nggak usah sarapan, aku nanti sarapannya di kantin aja, aku ini udah telat mah,"jawab Lili yang agak berlari meninggalkan sang ibu.
ibunya hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala ketika melihat tingkah putrinya yang tidak berubah dari dulu.
"emang dasar anak itu, dari dulu nggak pernah mau berubah, padahal udah gede tapi masih aja lupa buat sarapan,"gumam sang ibu sambil menggeleng-gelengkan kepala.
sampainya di sekolah, lily dan juga Raina malah terlambat, dan mereka berdua pun dihukum berada diluar gerbang selama upacara dimulai.
"heheh yah Raina kita terlambat lagi nih,"ucap Lily sambil menggaruk-garuk tengkuknya yang tidak gatal .
"udahlah Lili ini kan udah biasa,gue udah tahu kok kalau ini bakalan terjadi ke gue, kalau gue jemput lo duluan,"jawab Raina dengan muka datar.
"lu marah ya sama gue, ya kan lu pasti marah,"ucap Lili sambil menyenggol Raina.
"iya gue marah sama lu, maka dari itu beliin gue bakso dulu baru kita baikan!,"jawab Raina dengan nada ketus namun agak bercanda.
Lily menganggukan kepala dan ia tersenyum ke arah lainnya, di saat mereka berdua sedang asyik berdiri di situ sambil menyenggol satu sama lain, datanglah seorang guru wanita yang berbadan besar dan terlihat killer.
"kalian berdua terlambat lagi, mau kalian ini apa sih, sekarang kalian itu udah kelas 12,dan kalian malah mencontohkan hal yang tidak baik ini kepada adik-adik kelas kalian, kalian mau saya kasih SP!,"omel Bu aura.
"tidak Bu,"jawab mereka berdua bersama-sama.
"Ya sudah kalian boleh masuk ke dalam, tapi ingat ya kalau sekali lagi kalian terlambat,saya tidak akan segan-segan untuk memberikan SP kepada kalian!".
mereka berdua menganggukkan kepala dan mulai masuk ke dalam kelas karena gerbangnya sudah dibuka oleh Bu aura.
"Untung aja tadi bu aura gak marah-marah banget ya sama kita, biasanya kan dia ngomelnya nggak berhenti,"bisik Raina .
"udah Raina daripada kita ghibah di sini lebih baik kita ke lapangan aja sekarang, pasti bu aura bakalan keliling buat ngecek kelas satu persatu,dan gue gak mau Bu aura ngiranya kita itu leyeh-leyeh dan duduk di sini aja,"jawab Lili yang buru-buru menaruh barang-barangnya.
"Ya udah deh iya yuk, Tapi tumben banget ya,"ucap Raina yang masih saja terus membahas soal itu meskipun mereka berdua kini sudah berjalan menuju ke arah lapangan.
"udah Raina kan gue juga udah bilang jangan bahas ini lagi, lu lupa ya kalau Bu aura itu punya banyak mata dan juga telinga, nanti kalau sampai Bu aura tahu mati kita".
"tapi aneh nggak sih?".
"Raina udah, iya emang iya beneran ini semuanya aneh, tapi gue malah bersyukur karena Bu aura berarti nggak galak dong sekarang, cuman ya emang bikin kesel aja sih".
"hehehe iya ya ya udah deh ayo kita cepet-cepetan, kalau kita nggak cepetan pasti kita bakalan dihukum sama OSIS,dan untuk kesekian kalinya kita bakalan berdiri di lapangan lagi".
mereka berdua pun agak berlari menuju lapangan dan langsung baris di tempat yang kosong.
"eh bentar bentar bentar, kayaknya kalian berdua tadi nggak ada di sini deh, kalian terlambat ya?,"ucap Ria.
"hehehe enggak kok kak kita nggak telat, cuman tadi emang kita izin ke kamar mandi aja sebentar,"jawab Raina.
"enggak kalian berdua ini telat,orang gue hafal banget kok kalau di sini itu kosong dan tiba-tiba di sini ada isinya, berarti kan kalian berdua ini baru datang".
"enggak kok kak beneran deh kita berdua nggak telat kok".
ria masih menatap mereka berdua dengan tatapan curiga, tapi setelah itu ria pun pergi dan tak memperdulikan mereka berdua lagi.
"emang dasar ya dia itu OSIS rese, gue kesel banget deh sama dia, gedeg banget dia itu sok banget,kayak dia yang menjadi ketua OSIS dan ketua dari segala anak-anak yang ada di sekolah,"bisik Raina.
"sama Rai, gue juga kesel banget tuh sama dia, cuman karena dia itu sekarang udah jadi OSIS dia bisa semena-mena sama kita,bahkan sebenarnya kan dia itu masih sepantaran sama kita cuman kenapa coba minta dipanggil kakak".
"ya pantes lah dipanggil kakak orang mukanya kan tua, jadi wajar aja kalau dipanggil kakak kalau dipanggil adik kan nanti kita yang dianggap buta".
"iya juga ya, tapi moga aja setelah dia sekolah di sini dia dapat karma!".
"iya tuh bener banget gue juga berharap karma itu nyata buat dia, hanya karena dia itu sekarang udah jadi OSIS dan jadi kepercayaan dari guru, dia malah bersikap seolah-olah Dia adalah seorang guru, emang dasar dia itu nyebelin banget deh".
Tasya menganggukan kepala dan menatap ke arah ria dengan sinis, tiba-tiba mereka berdua dihampiri oleh pria yang berada di belakang mereka dan menetap ke arah mereka berdua dengan begitu sinis.
"kalian berdua ngomongin apa tadi, kalian berdua bilang kalau gue udah tua,Eh asal kalian tahu ya gue dipanggil kakak bukan karena gue yang minta,Tapi semua anak-anak di sini manggil gue kakak karena apa,karena gue lebih dewasa dan juga pemikiran gue lebih luas daripada anak-anak di sini, ngerti kalian, terus kalau emang gue kepercayaan guru kenapa, kalian iri sama gue?".
"enggak siapa yang iri, iri cuman buat orang yang gampangnya disuruh-suruh sama guru,dan juga dicap sombong sama semua anak-anak di sekolah karena omongannya,gue nggak pernah mimpi buat iri ke orang yang kayak gitu,"jawab lily.
"Eh lu berani jawab gue?".
"beranilah kenapa nggak,gue di sini bayar dan gue di sini nggak numpang sama keluarga lu, gue juga makan nasi sama kayak lu, terus apa yang harus gue takutin dari lo?".
"emang dasar ya nggak punya sopan santun, awas aja lu gue aduin lu ke Bu aura biar lu nanti dihukum!".
"aduh ini aja, gue nggak peduli Mau lu ngaduin gue kek atau apa kek, toh juga lu kan emang kesayangan guru-guru di sini, dan lu juga kan orang si tukang ngadu jadi buat apa gue gak mau diaduin ke guru,meskipun gue gak melakukan sesuatu dan tiba-tiba lo ngomong ke guru pasti guru bakalan percaya karena semuanya udah tahu banget ke elu".
ria semakin mendekat ke arah lily dan ria menatap ke arah lily dengan tatapan yang begitu benci, pria seperti ingin menampar lily tapi di situ tidak jadi karena lily dihalangi oleh Raina.
"udah kalau lu terus memperpanjang masalah kayak gini nanti kita yang bakalan kena imbasnya, udah kita ngalah aja sama orang kayak dia, ngeladenin orang kayak dia nggak bakalan ada habisnya, udah Ya lily,"bisik Raina
Lili menganggukkan kepalanya dan ia hanya diam tak menggubris sama sekali perkataan dari ria, hingga ria pun memilih untuk pergi dan tak memperdulikan mereka berdua lagi, lalu mereka berdua pun mengikuti upacara kembali dengan tentram.
🌺💫🌺
Oke Guys jangan lupa baca bab selanjutnya, dan jangan lupa komen, agar aku bisa introspeksi diri,dan juga memperbaiki apa yang menurut kalian kurang benar, semoga kalian suka ya dengan ceritanya, dan salam kenal semuanya aku masih penulis pemula:)
Ke esokan Lily berangkat seperti biasanya tapi untuk yang kali ini ia tidak akan terlambat, karena ia sudah datang sangat pagi sekali yaitu jam 05.30 dia sudah sampai di sekolahan,bahkan ketika penjaga gerbang baru saja membuka gerbang Lily sudah ada di sana dan menunggu teman-temannya.
"lah sini udah dateng aja, kemarin telat sekarang malah datang ke pagian?,"tanya pak Mamat.
"hehehe maaf ya pak,habisnya kemarin aku dihukum Ya udah sekarang daripada aku dihukum lagi, ya lebih baik aku jalannya pagi-pagi aja, kan kalau gini aku nggak mungkin dihukum dong,"jawab Lily.
pak Mamat hanya tersenyum dengan manis, dan di situ Lily menemani pak Mamat di depan gerbang sembari menunggu teman-temannya datang.
"neng nggak masuk duluan ke dalam kelas nih?,"tanya pak Mamat sambil menyeruput kopi.
"enggak deh pak, aku takut kalau disuruh masuk ke dalam sendirian".
"takut naon neng, ini pan masih pagi mana mungkin ada di dedemit?".
"ya kan nggak semuanya harus malam pak, oh ya pak ngomong-ngomong bener nggak sih pak dulu sekolahan ini bekas kuburan?".
pak Mamat di situ menaruh kopinya dan ia mulai tertawa terbahak-bahak,pak Mamat masih tidak menyangka kalau di era zaman sekarang masih ada saja yang percaya soal seperti itu.
"pasti udah jadi gosip ya neng?,"tanya pak Mamat.
"iya pak kata anak-anak di sini itu dulunya bekas kuburan, jadi ya udah banyak banget yang takut ke kamar mandi sendiri, pasti kalau ke kamar mandi bawa temen".
pak Mamat melihat ke arah Lili sebentar dan ia menyeduh kopinya lagi, barulah setelah itu ia menjelaskan asal usul sekolah tersebut.
"kayaknya bukan cuman sekolah ini aja sih neng, semua sekolahan juga pernah punya asal usul legend, apalagi yang namanya bekas-bekas seperti ini, pasti semua sekolahan pernah mengalami ini,tapi ya neng selamat pak mamat ada di sini pak Mamat untungnya gak pernah digangguin tuh, kalau asal usul sekolahan ini mah dulunya sawah Neng, soalnya pas pak Mamat kecil dulu pak Mamat sering main di sini".
"lah berarti sekolahan itu masih terbilang nggak terlalu lama dong berdirinya pak?".
"entek neng, 30 tahunan kalau ndak salah, ya masih nggak terlalu lama juga sih neng, tapi dari sekolahan yang dulu sampai sekarang itu banyak upgrade nya, apalagi soal fasilitas sekolahnya kan tambah lengkap neng".
Lily masih terus ingin mencari topik dengan pak Mamat karena selain pak Mamat tidak ada yang datang,tapi di situ Lili masih agak bingung karena apa Mamat itu logatnya seperti Sunda sedangkan di situ adalah Jakarta.
"pak Mamat ini kan ada di Jakarta,dan kamu juga bilang Kalau pak Mamat sih dari kecil sering main ke sini akan tahu asal-usul dari bangunan ini, tapi kenapa pak Mamat logatnya sunda?,"tanya Lily Yang masih terlihat kebingungan.
"gini atuh neng, pak Mamat itu sebenarnya orang Sunda, bahkan dari kecil pak Mamat ada di Cianjur aku neng, cuman emang pas pak Mamat umur 10 tahun, pak Mamat pindah ke sini karena orang tua pak umat kan kerjanya di sini neng, lah dari situ pak Mamat mainan ke sini".
"oh gitu pantes aja pak Mamat masih ada logat Sunda,tapi pak Mamat hebat ya meskipun pak Mamat udah lama di Jakarta pak Mamat gak sampai ngelupain bahasa Sunda sama sekali".
"Ya gimana mau lupa neng orang ibunya pak Mamat aja bahasanya pakai Sunda, lah kalau pak Mamat pakai logat Jakarta nanti si ibu di rumah kagak tahu".
"hehehe iya juga ya pak".
Lily di situ masih mau ngobrol hal-hal lain dengan pak Mamat, dari asal usul pak Mamat dan juga bagaimana asal-usul sekolahan tersebut hingga mendapat ke akar-akarnya,barulah ketika sekolahan sudah agak rame dan para murid juga sudah banyak yang berdatangan, Lily pun masuk ke dalam untuk menaruh peralatan sekolahnya,tapi tak lupa juga dengan membawa es krim di satu tangannya.
"aduh, sorry sorry gue nggak sengaja gue bener-bener nggak sengaja,"ucap Lili sambil terus berusaha untuk membersihkan noda es krim yang berada di jaket seseorang yang tak sengaja ditabraknya.
si pemilik jaket itu pun menghadap ke belakang, dan di situ ia menatap dengan tajam ke arah Lily, dengan raut wajah yang kesal.
"Lu lagi lu lagi, kenapa sih lu itu demen banget sama jaket gue, kemarin ketumpahan kuah bakso, dua hari yang lalu kena noda saus, Eh sekarang kena dona es krim, apa lu emang sengaja biar jaket ini bisa terus ada di lu?,"ucap Vino dengan kesal.
"ini siapa juga yang sengaja, orang gue tadi beneran nggak sengaja kok, emangnya ngapain gue harus capek-capek buat nyuci baju orang lain,mangkanya kalau berdiri itu jangan di tengah jalan, ngalangin aja,"jawab Lily yang hendak pergi.
tiba-tiba vino malah menarik kerah bajunya yang bagian belakang, dan membuat Lily tidak bisa bergerak hingga agak sedikit jinjit ke atas, karena memang Vino dan Lili lebih jauh tinggi Vino.
"lepasin gue,"ucap lily sambil memberontak.
"enggak gue gak bakalan ngelepasin, jaket gue bawa pulang lagi, dan cuciin lagi sampai bersih, kalau sampai setelah ini lu ngebuat noda lagi di jaket gue, gue mau minta ganti rugi dan beliin gue jaket yang baru, warnanya sama, bentuknya sama, mereknya sama, dan semua harus sama persis,"jawab vino yang terus saja memegang kerah baju dari Lily.
"iya gue pasti bakalan tanggung jawab kok, tapi lepasin dulu, nanti deh besok pulang sekolah lu kasih aja jaketku ke gue, gue janji bakalan cuciin lagi dan setelah ini gue nggak bakalan nabrak lagi,tapi lu nya juga jangan di tengah jalan dong, kenapa gue terus yang disalahin orang lu nya yang ada di tengah jalan".
mereka berdua memang tidak pernah akur satu sama lain dari dulu
"waktu yang pertama kali lu pikir gue ada di tengah jalan, orang gue ada di tempat duduk kok, dan untuk yang kedua kalinya lu pikir gue masih ada di tengah jalan, padahal Lu ngelihat sendiri kalau gue lagi latihan basket sama temen-temen, Eh sekarang lu nuduh gue lagi yang ternyata gue berdiri di samping kelas gue, ini gue yang salah apa Lu aja yang nggak bisa ngelihat sih?".
"halah dasar cowok gak mau ngalah".
"bukan masalah gender tapi gue udah capek banget ngedengerin lu yang terus nyalahin gue pada hal yang salah itu lu sendiri".
"iya deh iya sorry,Ya udah sekarang lepasin gue dong kan gue udah minta maaf dan gue juga mau tanggung jawab kok, ayolah please lepasin karena gue mau balik ke kelas lo h".
vino melepaskan genggamannya itu dan di situ Lily langsung berlari ke dalam kelasnya, dan tak lupa pula Lily menjulurkan lidahnya seperti mengejek vino, hingga membuat vino kesal.
🌺💫🌺
Oke Guys jangan lupa baca bab selanjutnya ya.
Keesokan harinya Lily baru saja pulang dari sekolah,dan di situ Lily melihat mobil ibunya yang sudah terparkir di depan.
"Lily Kamu udah pulang?,"tanya Vivi.
"iya Mah, kenapa Mama pulang jam segini, biasanya juga Mama pulangnya malam kok tumben-tumbenan?".
"Ya biasalah dokumennya Mama ketinggalan, oh ya sama satu lagi, kamu hari ini pergi ke toko kamu apa enggak, kalau kamu nggak pergi ke toko, tolong pergi ke kantor mamah ya soalnya mamah butuh bantuan kamu".
Vivi terus mengecek dokumen-dokumen miliknya, dan iya mulai melihat satu persatu dokumen tersebut sambil berujar pada putrinya.
"lihat nanti aja ya mah,aku takut nanti di toko lagi rame jadi aku nggak bisa buat janji sekarang".
"Oke deh kalau gitu terserah kamu saja, Ya udah Mama berangkat lagi aja ya, oh ya jangan lupa buat bawain dokumennya nanti kalau kamu mau pergi ke sana,kalau kamu nggak bisa pergi ke sana nanti kabarin mama biar sopir yang akan ngambil dokumen ini,"pesannya sambil menaruh dokumen itu di atas meja.
"kenapa nggak di bawa Sekarang aja Mah, kan lebih praktis daripada nanti bolak-balik,"jawab Lili sambil memberikan kembali dokumen tersebut.
"ya kan jadi kamu ke sananya ada alasan".
Lily hanya mengganggukan kepalanya dan ia pun masuk ke dalam kamarnya, sedangkan Vivi kini sudah pergi ke kantornya lagi.
"capek banget hari ini, mana bentar lagi gue harus ke toko lagi,"ucap Lily menggerakkan badannya sampai berbunyi kretek.
Saat baru saja merebahkan tubuhnya, handphonenya malah berbunyi dan ternyata ada panggilan dari staff tokonya.
***
"halo kak, Untung aja kakak ngangkat teleponnya, aku dari tadi udah nelpon kakak berkali-kali tapi nggak ada jawaban sama sekali,"ujar Winda yang seakan panik.
"iya Winda ada apa?".
"ini kak toko dari tadi rame, dan stok yang kakak buat waktu itu udah gak ada,Dan ini juga ada yang pesan kak 15 biji tapi mau diambil besok sore apa bisa, aku disuruh nelpon kakak biar aku bisa langsung ngabarin ke orangnya, "ujar Winda dengan nada yang sedikit panik dan juga cemas.
"kalau buat besok sore sih bisa aja win, 15 biji aja kan?".
"iya kak " .
"Ya udah win nanti aku ke sana ya,aku lagi capek baru pulang sekolah mungkin agak sorean aku datang ke sana".
"kak boleh nggak kalau datangnya agak cepetan, ini Di toko banyak yang nungguin, kalau aku yang buat sendirian pasti aku nggak bakalan bisa kak, kan aku emang nggak bisa buatnya ".
"apa nggak bisa dijanjiin aja,bilang aja ke mereka kalau nanti sore aku bakalan ke sana".
"maaf kak kayaknya nggak bisa soalnya orangnya dari tadi maksa-maksa buat dibuatin".
"Ya udah deh aku berangkat".
Winda mengakhiri pembicaraannya, dan di situ Lily langsung bersiap-siap memakai jaket miliknya dan juga membersihkan badannya terlebih dahulu, barulah Lily pergi menuju ke toko miliknya.
"permisi boleh saya lewat,"ucap Lily pada seorang wanita paruh baya yang mengenakan baju berwarna krem yang senada dengan celana kulot yang dipakainya.
"kok main nerobos aja sih, saya udah ngantri dari tadi loh, mana yang punya toko masih belum datang lagi, ini niat apa nggak sih punya toko,"jawab wanita itu.
"Maaf ya Tante kalau saya datangnya telat, saya dari tadi sekolah Tante jadi saya tidak sempat untuk datang ke sini, oh ya Tante silakan maju satu persatu nanti biar saya buatkan pesanannya,dan untuk yang lain silakan dilihat-lihat dulu dan juga bisa untuk berfoto-foto di bagian belakang, tapi mohon jangan merusak properti yang sudah disediakan ya,"jawab Lily dengan sopan.
wanita itu terlihat kebingungan dan ia tidak percaya kalau Lily lah yang memiliki toko tersebut.
sedangkan Lily melanjutkan pekerjaannya untuk membuat buket pesanan dari orang-orang yang datang, orang-orang di sana jika ingin memesan buket, mereka akan diberikan menu seperti di restoran,dan di situ akan ada foto buketnya untuk nanti bisa dicatat lalu dibuatkan langsung oleh lily.
"Kamu beneran yang punya toko?,"tanya seorang wanita tadi.
"iya Tante ada apa ya, Ada yang bisa saya bantu?,"jawab Lily dengan senyum manis.
"oh tidak kok tidak apa-apa, oh ya nak nama kamu siapa?".
"nama saya Lily tante, oh ya Tante silakan menikmati fasilitas di sini ya,maaf kalau toko kami terlalu kecil dan juga tante kurang nyaman di toko ini karena harus menunggu lama, karena memang di sini yang membuat hanya saya dan juga Winda, dan Winda masih belum terlalu bisa untuk membuat buket sama seperti di katalog.
jadi mohon maaf sekali lagi kalau Tante merasa capek karena harus menunggu, saya tadi pulang sekolah Tante jadi saya pagi-pagi tidak ada di sini, tapi biasanya di sini sudah banyak buket-buket yang sudah saya buat tempo hari agar bisa langsung dibawa,dan saya benar-benar tidak tahu kalau bukitnya sudah terjual habis.
Ya sudah tante jika ada yang tante butuhkan lagi silakan mengatakan kepada Winda ya Tante, saya akan segera membuatkan pesanan yang Tante minta,"jelas Lily dengan sopan dan juga lembut.
"nggak usah buru-buru, toh juga punya saya dibutuhinnya besok, saya butuh 15 biji, iya sama satu yang spesial ya, yang bentuknya kalau bisa dibuat kayak boneka tapi semuanya full dari bunga asli, dan nanti tolong kirimkan ke alamat ini, kalau bisa kamu datang juga ke sana ini undangan dari saya, oh ya sama satu lagi perkenalkan nama saya Vira,"jawab Vira.
"oh jadi tante adalah orang yang memesan buket kata Winda tadi, Ya sudah Tante terima kasih atas pemesanannya, Tante bisa lihat-lihat dulu katalognya biar nanti Tante benar-benar yakin untuk memesan buket yang Tante minta, dan saya akan langsung membuatkannya".
"kalau yang 15 terserah kamu saja,yang penting menurut kamu bagus dan kalau bisa semuanya sama,biar nggak ada yang lebih besar atau yang lebih kecil jadi semuanya seimbang".
"baik tante akan saya buatkan ya,silakan tante duduk nanti Winda akan membuatkan minuman untuk tante".
"Tidak usah saya ke sini hanya untuk mengkonfirmasi saja apa yang saya pesan, takutnya karyawan kamu lupa dengan pesanan yang saya minta, jadi saya langsung ke sini saja".
Lily menganggukan kepala sembari tersenyum,sedangkan Vira kini keluar dari toko dan pulang dengan keadaan senyum sumringah yang entah apa alasannya tiba-tiba Vira tersenyum seperti itu,dan Lili mulai membuatkan pesanan-pesanan dari orang-orang yang datang melalui katalog yang sudah mereka pilah-pilih, dan juga membuat pesanan dari Vira tadi yang sebenarnya untuk besok, tapi ia berusaha untuk membuatnya hari ini agar besok pekerjaannya lebih ringan.
dan karena inilah Lily tidak bisa datang ke kantor ibunya untuk memberikan dokumen,karena Lily sangat sibuk di toko dan harus melayani semua pembeli.
🌺💫🌺
Oke Guys jangan lupa baca bab selanjutnya ya .
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!