Senja Terakhir
Malam bertemu 1
Sekitar pukul 20.00, suara teriakan seorang perempuan membuat Gevan menghentikan motornya secara mendadak.
Di dalam sebuah gang kecil, terlihat seorang gadis tengah berusaha menghadapi dua orang pria berbadan besar.
Gevan bergegas membuka helmnya, kemudian meletakkan helm itu pada stang motornya.
Dengan cepat Keza berlari mendekati mereka. Ketika salah satu pria hendak menjambak rambut gadis itu, Gevan langsung melayangkan tendangan keras ke arah kepalanya hingga membuat pria itu tersungkur seketika.
Pria itu tak terima dan langsung mengarahkan sebuah pukulan ke arah wajah Gevan.
Beruntung Gevan berhasil menghindari pukulan pria itu.
Tak mau berlama-lama Gevan mulai mengepalkan tangan. Dia langsung membalas pukulan pria itu hingga membuatnya kembali jatuh tersungkur.
Teman si pria itu tak terima. Dia hendak membalas pukulan Gevan, tetapi sebelum berhasil mengenainya, Gevan terlebih dulu menghantamkan kaki pada wajahnya.
Keza langsung memberikan pukulan bertubi-tubi pada wajah mereka berdua.
Darah segar mulai terlihat keluar dari hidung dan mulut mereka, dan saat itu juga Gevan langsung menghentikan aksinya.
Sambil merapihkan pakaiannya, Gevan berjalan mendekati gadis berambut panjang itu. Dia Agatha, seorang siswa kelas 12 SMK yang baru saja pindah rumah kemarinnya.
Agatha mengangguk pelan. Sambil mencoba menenangkan dirinya dia menjawab.
Gevan membuang nafas lega, dia mulai mengajak Agatha untuk segera pergi tetapi selang beberapa langkah saja, hantaman keras dari sebuah balok kayu berhasil mengenai kepala Gevan.
Dengan masih memegang balok, si pria itu berkata.
Pria 2
Anak songong sok-sokan ngelawan! Mampus lu!
Kali ini si pria itu menginjak dan menendang-nendang tubuh Keza dengan keras.
Agatha tak tinggal diam, dia langsung mendorong tubuh pria itu, kemudian merebut balok yang dipegangnnya.
Tanpa berlama-lama, Agatha langsung memukulkan balok itu pada mereka.
Sebenarnya dia tak berani. Tapi kalau tidak melakukan apa-apa, orang yang sudah menolongnya itu akan mati.
Pukulan terakhir Agatha berikan pada pria pertama yang hendak menjambak rambutnya.
Lalu sesaat kemudian, beberapa orang terlihat mendatangi mereka.
Agatha langsung melemparkan balok itu.
Dia menunjuk, kemudian berteriak.
Agatha
TOLONG SAYA, TEMEN SAYA DIPUKULI MEREKA!
Agatha
Mereka orang jahat!
Beberapa orang langsung mendekati Gevan yang masih terkapar, sementara beberapa orang lainnya langsung mendekati pria berbadan besar.
Kali ini Agatha menangis.
Agatha
Uhu...temen saya gimana itu? Dia gak papa, kan?
Dia bergerak mendekati Gevan, kemudian memangkunya.
Agatha menepak-nepak pelan pipi Gevan. Gevan masih terlihat membuka mata tapi dia tidak mengatakan apa-apa.
Ada darah yang mulai keluar dari bagian kening sebelah kanannya.
Agatha
Lu gak papa, kan? Masih bisa lihat dan denger suara gue, kan?
Orang 1
Saya panggilin ambulance, ya!
Saran seorang wanita. Agatha hanya mengangguk-angguk pelan. Mengiyakan.
Gevan mulai bersuara. Sambil memegangi kepalanya dia berusaha menegakkan tubuhnya.
Sebentar dia melihat ke arah kedua pria itu. Ada beberapa orang yang terlihat menahan mereka.
Orang 1
Tapi kepala kamu berdarah, mending ke rumah sakit aja. Saya panggilin ambulance ya!
Gevan
Gak usah. Panggil polisi aja buat tangkap mereka.
Tak ada balasan lagi dari wanita itu. Gevan mulai berusaha berdiri, Agatha membantunya.
Sambil memegangi perutnya, Gevan mulai melangkah perlahan.
Karena khawatir, Agatha berjalan mengikuti Gevan.
Sebelum menaiki motornya, Agatha lebih dulu menarik tangan Gevan.
Agatha
Sebenernya gue lupa jalan pulang.
Malam bertemu 2
Tidak ada hal lain yang bisa Gevan lakukan selain mengantar Agatha pulang.
Selama perjalanan mereka berdua sama sekali tidak berbicara apa-apa selain Agatha yang hanya mengatakan alamat rumahnya.
Sekitar lima menit kemudian, Mereka masuk ke dalam kawasan perumahan.
Agatha menyuruh Gevan berbelok ke arah kiri lalu sekitar 200 meter kemudian, dia sampai ke tempat tujuan.
Agatha beranjak turun dari motor.
Tak lama setelah dia turun, seorang wanita yang tak lain adalah ibunya datang menghampiri.
Baik Agatha maupun Gevan langsung menoleh ke arahnya.
Mira membuka pintu gerbang.
Mira
Ibu khawatir banget. Ibu neleponin kamu terus tapi kamunya gak atif.
Agatha
Hp aku mati. Maaf ya ibu...
Tanya Mira sambil menunjuk Gevan.
Agatha kembali menarik Gevan. Dia memaksanya beranjak turun dari motor, kemudian mengajaknya masuk ke dalam.
Melihat itu Mira terlihat berusaha menghentikan Agatha. Dia menarik tangan Agatha, bertanya.
Agatha
Kepalanya berdadah? Di dalam ada kotak obat, kan?
Agatha
Mira tersentak, dia mengangguk pelan.
Mira
Memangnya dia kenapa?
Agatha
Jatuh tadi. Makanya sengaja aku bawa kesini.
Gevan
Apasih?! Ngada-ngada lu!
Gevan
Udah lepasin laa, gue mau pulang aja.
Agatha memukul tangan Gevan. Mira hanya mengernyitkan dahi memperhatikan.
Kali ini Agatha menyuruh Gevan untuk membuka helmnya. Gevan tidak mau dan tetap ingin pulang tetapi karena Agatha kelewat memaksa, jadi dia menurut saja.
Bahkan yang membuka helm-nya itu Agatha.
Ucap Agatha sambil menunjuk bagian kepala Gevan yang terluka.
Mira tersentak kaget. Lantas dia langsung mengajak Gevan ke dalam, disusul Agatha yang berjalan di belakang.
Mira menyuruh Gevan untuk duduk menunggu di sofa, sementara dia mengambil kotak P3K.
Agatha menaruh helm Gevan tepat dihadapannya. Sementara Gevan hanya memicingkan mata ke arahnya.
Agatha
Tanyanya. Gevan tak langsung membalas. Dia menghela nafas.
Gevan
Ih tau ginimah gue gk bakal anterin lu pulang.
Agatha
Maksud gue kan baik.
Agatha
Gue cuman mau obatin luka lu doang.
Gevan
Orang sekarang yang sibuk nyari kotak obatnya itu nyokap lu, terus lu bilang mau ngobatin?
Gevan berdiri. Dia langsung mengambil kembali helmny, hendak bergegas pergi.
Mira
Eh mau kemana, tunggu dulu!
Gevan
Gak papa Tante. Makasih.
Gevan
Saya pulang aja. Gak mau ngerepotin.
Mira
Eh siapa yang ngerepotin? Gak papa. Sini bentar, seengaknya bersihin lukanya aja.
Gevan
Gak papa Tante, makasih. Udah malem juga, saya langsung pulang aja.
Gevan
Permisi. Sekali lagi makasih.
Gevan langsung melangkah pergi. Melihat hal itu Agatha juga langsung berdiri.
Agatha mengambil sebuah sapu tangan dalam wadah berisi air yang sudah Mira bawa itu.
Sesaat setelahnya, dia juga merebut kotak obat yang dipegang ibunya dan langsung mengambil sebuah hansaplast berukuran besar.
Agatha berlari ke depan mengejar Gevan.
Gevan sudah menaiki motornya, dan hendak mengenakan helmnya.
Sebelum itu terjadi. Agatha lebih dulu menghentikannya.
Tanpa menjawab Agatha langsung memeras sapu tangan itu sebentar lalu menempelkannya pada kepala Gevan untuk membersihkan lukanya.
Gevan sedikit terkejut, dia menepis tangan Agatha, lalu bergerak menjauhkan tubuhnya.
Tak terima dengan itu, Agatha langsung membalas tepisan Gevan.
Bukan hanya itu, dia juga menepak keras tangan Gevan.
Dengan cepat Agatha kembali membersihkan lukanya. Setelah selesai, dia langsung memakaikan hansaplatnya.
Gevan tidak memberikan respon apa-apa sampai akhirnya Agatha berkata.
Gevan menaikkan sebelah sudut bibirnya, dia tidak mengatakan apa-apa lantas mulai kembali mengenakan helmnya.
Gevan masih tidak mengatakan apa-apa. Dia mulai menyalakan motornya.
Sebenarnya Gevan menjawab dengan berkata 'ya.' Tapi karena suara motor dan juga karena helm fullface-nya, membuat Agatha tidak bisa mendengar ucapannya.
Sebelum pergi Gevan sempat menghidupkan klaksonnya. Agatha melambai pelan, kemudian setelah itu dia kembali masuk ke dalam.
Sambil menutup pintu pagar dia berkata.
Agatha
Kita sama sekali gak kenalan, apa-apaan coba?
Agatha
Kok bisa begini, ya?
Pulang dan Pergi
Perlu waktu sekitar dua puluh menit untuk mencapai tempat tujuan. Rumah ternyaman yang jauh dari keramaian tetapi juga menjadi siksaan bagi Gevan yang tidak suka ocehan.
Gevan memasukkan motornya ke dalam garasi. Setelah selesai, dia bergegas masuk ke dalam rumah.
Terlihat seorang wanita berpiyama yang tak lain adalah ibunya tengah duduk di sofa sambil memainkan ponselnya.
Tanpa menoleh bahkan melirik, ibunya yang bernama Tamara itu langsung bertanya.
Tak ada balasan yang Gevan berikan. Dia fokus berjalan, melangkah menaiki anak tangga dengan santai.
Keza berdecak, dia memutar bola matanya, berbalik melihat ibunya.
Tamara
Darimana kamu sampai pulang jam segini?
Tamara menyimpan ponselnya di atas meja.
Tamara
Bisa nggak sih, sekali ini aja kamu nurut kata mama.
Gevan
Tapi kalau mama mau aku nurutin kata mama, mama juga harus nurutin kemamuan aku juga.
Tamara
Kemamuan apa yang gak mama turutin?
Tamara
Semuanya udah mama lakuin.
Tamara
Kamu gak mau dituntut ini itu, ok mama setuju. Kamu gak mau masuk SMA dan lebih milih SMK sudah mama turuti juga.
Tamara
Terus apa lagi coba?
Gevan
Yang aku mau sekarang cuma kebebasan.
Gevan
Selama satu atau dua bulan kedepan, aku cuma mau bebas.
Gevan kembali melangkah, Tamara hendak melanjutkan tetapi dering ponselnya lebih menarik perhatian.
Gevan masuk ke dalam kamar. Dia bergegas mandi kemudian berganti baju. Setelah selesai, dia langsung merebahkan dirinya di atas kasur.
Gevan menatap sebuah lampu hias yang berada di atas meja belajarnya.
Dia hanya diam memandangi lampu itu hingga akhirnya dia mulai mengantuk dan tertidur.
Keesokan harinya, setelah selesai sarapan, Gevan bergegas pergi menuju garasi.
Dia hendak mengambil motornya, tetapi setelah sampai, dia dikejutkan dengan keadaan ban motornya yang sudah terbelit rantai.
Gevan berjongkok, dia berusaha melepaskan rantai itu tetapi ternyata ada sebuah gembok yang menguncinya.
Keza berdecak kesal, dia bergegas keluar dari dalam garasi, kemudian berteriak.
Gevan
SIAPA YANG GINIIN MOTOR SAYA?!
Seorang pria yang merupakan seorang security rumahnya itu langsung keluar ketika mendengar teriakannya.
Gevan kesal, dia menunjuk motornya itu.
Gevan
Siapa yang ngunci motor saya kayak gitu?!
Tora mengatupkan bibirnya. Dia agak ragu untuk menjawab.
Tora
Ya masa saya tolak, sih? Kan gak berani.
Gevan
Yaudah sekarang mana kuncinya? Buka lagi aja cepetan!
Gevan pasrah, dia memalingkan wajah, menghela nafas singkat.
Tora
Maaf Mas. Saya gak bisa apa-apa. Soalnya ibu yang minta. Katanya biar hari ini Mas gak bisa kemana-mana setelah pulang sekolah.
Gevan berdecak. Dia tak berkata apa-apa dan langsung pergi begitu saja.
Tora berjalan mengikutinya.
Tora
Kalau pulangnya mau dijemput, telepon saya aja ya, Mas.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!