Axio Maximilan pria tampan berumur 29 tahun itu kini tengah berpesta dengan beberapa sahabatnya, ia berpesta untuk memperingati malam terakhirnya sebagai pria lajang.
Para sahabatnya memaksa Axio untuk mengadakan pesta malam itu, padahal Axio tipe pria yang tidak suka berpesta.
“Ay kau sangat naif, bro. Sebaiknya kau nikmati malam terakhirmu dengan wanita lain sebelum akhirnya kamu terkekang oleh isterimu itu.” Ucap Sean salah satu sahabatnya.
Axio yang kerap di panggil Ay itu hanya tersenyum miring.
Boy salah satu anggota yang ikut memeriahkan pesta sahabatnya yang sejak tadi pergi berkelana di Club itu tiba-tiba datang membawa wanita muda dengan paras yang lugu. Membuat dua sahabatnya menatap heran pada sahabatnya yang playboy itu, karena tidak biasanya ia membawa wanita lugu.
“Wah apa aku tidak salah lihat?” Tanya Sean dia berjalan mendekati wanita yang di rangkul Boy.
“Jangan menyentuhnya, aku ingin memperkenalkan dia pada Ay.” Ucap Boy membuat Ay yang sejak tadi diam kini menoleh ke arah Boy.
“Aku?”
“Iya kenalkan dia Naura, seorang Ballerina.” Ucap Boy sambil mendekatkan gadis berparas cantik itu di sebelah Axio.
Axio hanya diam menatap datar wajah cantik Naura, sementara Naura tersipu malu di tatap pria tampan itu.
“Namaku Naura.” Ucap gadis cantik itu sambil mengulurkan tanganya.
Sean dan Boy tersenyum mereka lalu keluar dari ruangan VVIP itu untuk membiarkan Axio dan Naura lebih leluasa berkenalan.
“Apa aku mengganggumu?” Tanya Naura karena lenganya tidak juga di sambut sampai saat ini, Naura pun menariknya kembali. “Kalau begitu aku akan pergi.” Ucap Naura dia takut jika keberadaanya mengganggu pria tampan itu.
Namun lenganya tertarik saat Naura hendak bangun dari duduknya.
“Tunggu.” Ucap Axio sambil menarik lengan mungil itu.
Naura yang setengah berdiri pun akhirnya terjatuh di atas pangkuan Axio, dengan tubuh yang saling menempel. Pandangan keduanya tidak putus, dengan jantung yang berdegup kencang karena jarak wajah keduanya hanya berjarak 10 centi meter.
“Kamu tidak menggangguku.” Ucap Axio akhirnya, nafas pria itu menyapu seluruh wajah Naura. Hingga Naura memejamkan matanya untuk menikmati aroma mint yang keluar dari bibir pria itu.
Axio menatap wajah Naura yang terpejam, sungguh ini pertama kalinya ia berdekatan dengan wanita sampai seintim ini.
Karena pernikahanya yang akan di lakukanya besok itu hanya pernikahan bisnis, tanpa adanya cinta bahkan Axio bertemu dengan calon isterinya Bella Fedora tidak lebih dari tiga kali.
Namun Axio tidak menolak pernikahan itu karena dia tidak peduli siapapun yang akan mendampingi hidupnya, yang terpenting dia menikah dengan wanita baik dan terpandang.
Tepat saat Naura membuka matanya Axio langsug mencium lembut bibir ranum gadis bernama Naura itu, gadis yang baru beberapa menit lalu di kenalnya.
Seluruh tubuh keduanya berdesir merasakan sensasi aneh yang baru pertama kali mereka rasakan, ciuman pemula untuk dua orang yang baru melakukanya cukup baik hingga gejolak dalam tubuh keduanya menuntut untuk melakukan lebih.
“Mau ke kamarku?” Tanya Axio saat sudah melepaskan ciuman itu, dengan mata sayu Naura memberanikan diri menatap pria yang mengambil ciuman pertamanya itu.
Naura menggigit bibir bawahnya, ini pertama kali baginya berciuman. Di ajak ke kamar membuat dada Naura berdebar debar tidak karuan.
Tapi bukankah itu tujuan Naura datang ke Club malam ini, dia ingin bebas dari segala hal yang membuatnya gila sampai tidak bisa menikmati masa-masa mudanya.
Hingga akhirnya Naura datang ke Club malam ini dengan niat, ingin merasakan bebasnya dunia malam.
Naura mengangguk pelan, tanpa menunggu lama Axio menarik lengan Naura pergi dari ruangan itu. Karena kamar hotel yang di pesan oleh Asistenya berada di atas Club itu, mereka tidak perlu memakan waktu lama untuk sampai di kamar hotel itu.
Axio langsung mencium bibir ranum Naura saat mereka berdua masuk kedalam kamar, bibir yang membuat tubuh Axio meremang dan merasakan sensasi di tubuhnya sampai membuatnya ingin kembali melakukan hal lebih dan menikmati desiran-desiran aneh di tubuhnya.
“Kamu yakin tidak akan menyesal?” Tanya Axio lagi karena dia tidak mau memaksa jika wanita ini tidak menginginkanya.
“Iya aku sangat yakin.” Ucap Naura yang sudah menantikan hal ini sejak lama, di saat teman-temanya sudah pernah merasakan seperti apa itu rasanya bercinta.
Kini akhirnya dirinya juga akan merasakan seperti apa rasanya bercinta.
“Hanya malam ini, dan semuanya akan baik-baik saja.” Ucap Axio pada dirinya sendiri di dalam hati.
Karena menurutnya ucapan Sean ada benarnya, di mana dirinya tidak bisa menyentuh wanita lain setelah menikah.
Jadi dia akan menghabiskan malam terakhirnya sebagai pria lajang bersama wanita lain.
Axio mencium kembali bibir ramum itu sambil mengajak tubuh Naura turun ke ranjang, hingga tubuh Naura berbaring di sana.
Axio mulai turun menciumi leher jenjang wanita itu sambil merobek pakaian yang di kenakan Naura. Gadis itu sedikit terkejut, namun kecupan di leher jenjangnya mengalihkan pikiranya sampai tidak memperdulikan pakaianya yang robek.
Axio pun memberikan pengalaman pertamanya pada gadis bernama Naura yang baru pertama kali di kenalnya, mereka saling menerima dan memberi kenikmatan satu sama lain di dalam kamar hotel itu.
Sejak 30 menit lalu ponsel Axio berdering, pria itu lebih dulu bangun dan melihat jam di ponselnya. Matanya terbuka lebar saat jam menunjukan pukul 08.30 di mana pada jam 10.00 pagi ini dia akan segera melaksanakan pernikahanya dengan Bella Fedora.
Axio bergegas memakai pakaianya ia menatap Naura yang tertidur dengan lelap, ia simpan kartu nama di atas nakas di samping ranjang.
Dan bergegas pergi keluar kamar untuk mengambil barang pesananya yang sudah pasti sudah sudah di siapkan Asistenya itu.
“Dion mana barangnya.” Tanya Axio saat membuka pintu kamar hotel itu, Dion langsung memberikan paperbag itu.
Axio dengan cepat menyimpan paperbag itu di atas nakas dengan buru-buru tanpa sadar membuat kartu namanya terjatuh ke bawah kolong nakas.
Axio bergegas pergi meninggalkan kamar itu.
Satu jam kemudian Naura terbangun dari tidurnya, tubuhnya terasa remuk sambil tersenyum ia menggeliatkan tubuhnya.
“Akhirnya aku tau rasanya bercinta, seperti yang mereka bilang jika bercinta itu sangat enak.” Gumamnya lalu ia menatap sekeliling dimana ruangan itu sangat sepi dan sunyi.
Naira baru sadar jika pria semalam sudah tidak ada di dalam kamarnya, Naura bergegas bangun untuk melihat paperbag yang ada di atas nakas.
“Baju?” Ucap Naura lalu ia menatap bajunya yang sudah tidak berbentuk berserakan di atas lantai.
.
To be continued…
Lima tahun berlalu Naura tidak pernah menyesali perbuatanya sendiri, Naura Menghancurkan kariernya sendiri saat tau dirinya hamil dan Ibunya mengusir Naura dari rumah karena akhirnya dia tidak bisa menjadi seorang Ballerina seperti yang di inginkan Ibunya.
Naura lebih memilih membesarkan anaknya dari pada menggugurkan anaknya seperti yang di ucapkan ibunya.
Walau saat ini hati Naura hancur karena melihat anaknya yang berbaring lemah tak berdaya di atas ranjang pasien, dia masih sangat bersyukur karena memiliki anak-anak yang lucu.
“Mom, aku ingin pulang.” Ucap balita yang bernama Aleya putri. Aleya terlihat sangat lemah di atas ranjang pasien, dia menatap ibunya yang sedang menangis.
Sejak lahir Aleya mempunyai penyakit jantung bawaan, ia selalu berbaring lemah di atas ranjang. Berbeda dengan saudara kembarnya yang sehat sejak lahir.
“Iya sayang, sebentar lagi Ale bisa sembuh dan pulang ke rumah nanti kita main dan ketemu abang Tian.” Ucap Mommy Naura.
Ale hanya mengangguk sambil tersenyum lemah, walau Ale sering merasakan sakit. Dia tidak pernah mengeluh di depan Mommynya.
“Naura,” panggil dr.Doni, dia adalah dokter psesialis jantung yang sudah bertaun-taun menangani Aleya berobat.
“Iya dok.” Ucap Naura sambil menyeka air matanya, padahal Naura sekuat tenaga tidak memperlihatkan kesedihanya di depan Ale.
“Ini waktunya, aku sudah memberi rujukan ke rumah sakit besar. Ada dokter Sean yang akan menangani Aleya, dia temanku dan aku sudah memberi tahu kondisi Aleya kepadanya.” Ucap dr. Doni.
Naura menatap sendu dokter yang sudah lama menjadi temanya itu, ia pun mengangguk karena sebelumnya Naura dan dr. Doni sudah membicarakan tentang rujukan ke rumah sakit besar.
“Aku mengerti dr, terimakasih selama ini sudah menjaga Aleya dengan baik.” Ucap Naura dia sangat berusaha untuk tidak menangis lagi.
“Aku tidak bisa mengantarmu, tapi aku sudah menyuruh orang untuk mengantarmu sampai ke rumah sakit Internasional di ibu kota.” Ucap dr. Doni, dia selama ini memang selalu perhatian pada single Mom ini.
Doni sangat prihatin dengan kondisi Naura yang masih berumur 25 tahun dengan dua anak kembar yang sudah berumur 5 tahun.
Namun Doni salut dengan kegigihan Naura yang menjaga dan mengurus kedua anaknya dengan sangat telaten, di kondisi Aleya yang seperti ini Doni sama sekali tidak pernah melihat Naura mengeluh.
“Ayo. Nak. Kita harus segera pergi.” Ucap Naura ia menggendong Aleya dan berpamitan dengan dr. Doni.
“Mom, aku ingin bertemu abang.” Ucap Aleya, dengan tubuh lemas dengan kedua lengan yang mengalung di leher jenjang Mommy nya.
“Iya sayang, nanti abang main ke rumah sakit kita di sana yah.” Ucap Naura.
Saat turun dari mobil milik dr.Doni dengan segera Naura turun dan masuk kedalam rumah sakit sambil menggendong Aleya.
Di loby rumah sakit, Naura tidak sengaja berpapasan dengan pria yang tiga bulan lalu hendak ia temui. Namun di urungkanya, Naura dengan cepat mengalihkan pandanganya dan berjalan melewati pria yang kini sedang menggandeng seorang wanita di sampingnya.
Deg.
Axio terdiam sampai menghentikan langkahnya, ia lalu menatap ke belakang dimana ada seorang wanita yang tengah menggendong anak kecil.
“Ada apa sayang?” Tanya Bella yang kini ikut terdiam menatap suaminya yang menatap kosong ke belakang. “Sayang.” Panggilnya lagi.
Axio kembali sadar dan menatap isterinya. “Tidak ada apa-apa sayang.” Ucap Axio.
“Tuan, dr Sean bilang lima belas menit lagi dia akan menumui anda.” Ucap Dion yang baru mendapat informasi dari sahabat tuanya itu.
“Kenapa baru bilang sekarang, isteriku jadi harus menunggu dia.” Ucap Axio dengan tatapan tajamnya, kesal karena Sean selalu merubah jadwal seenaknya.
“Sayang, namanya juga dokter. Sean pasti dapat panggilan yang lebih penting, kita duduk sambil minum kopi dulu saja di cafe itu.” Ucap Bella sambil menunjuk cafe yang ada di dalam gedung rumah sakit itu.
Sementara di dalam ruang inap pria itu menatap Naura dengan lekat. Dia yakin jika dirinya tidak salah lihat, wanita ini adalah wanita yang tidur bersama sahabatnya saat malam sebelum pernikahanya.
“Doktel, Mommyku memang cantik. Doktel tidak pelu menatapnya seperti itu.” Ucap Ale dengan kesal karena dimanapun Mommynya bertemu pria mereka selalu terpana dengan kecantikan sang Mommy.
Padahal penampilan Naura saat ini sangat berantakan, pakaian seadaanya dengan wajah yang tak tersentuh make up sedikitpun.
“Ah maaf, aku teringat seseorang saat melihat Mommy mu Nak.” Ucap Sean ia beralih menatap anak yang sejak tadi di gendong Naura.
Sean tidak kalah terkejutnya melihat wajah anak perempuan itu, wajah yang sangat mirip dengan sahabatnya. Bagaimanapun semua orang akan menyangka jika anak ini adalah anak Axio karena wajahnya benar-benar mirip dengan pria itu.
“Ale memang cantik, doktel tidak pelu menatap Ale seperti itu.” Ucap Aleya dengan percaya diri membuat Naura yang sedang bersedih tiba-tiba terkekeh karena ucapan anaknya.
Inilah hal yang membuat Naura kuat, Aleya dan Cristian memang sangat lucu. Di sela-sela kesedihanya selalu ada kebahagiaan kecil diantara mereka bertiga.
“Maaf dokter, anakku memang sering bercanda.” Ucap Naura.
Sean tersenyum dia lalu menatap Aleya. “Tidak apa-apa yah Aleya, kedepanya dokter Sean yang akan mengobati Aleya. Bukan kah kita harus berteman agar kita bisa bekerja sama untuk kesembuhan Aleya?” Ucap Sean dia berbicara dengan gaya anak kecil sampai membuat Aleya tertarik mantapnya.
“Iya paman dokter, Aleya mau berteman sama paman.” Ucap Aleya yang kini sudah berbaring di atas ranjang pasien sambil menempelkan telapak tanganya di telapak tangan Seang yang sejak tadi menunggu Aleya untuk beradu tos.
“Kalau begitu kamu main dulu sama suster yah, paman harus bicara dengan Mommy mu dulu.” Ucap Sean dan di jawab anggukan lemas dari anak perempuan itu.
“Ada apa dokter?” Tanya Naura setelah keduanya cukup jauh dari tempat tidur Aleya.
“Aleya, harus segera membuat jadwal operasi.” Ucap Sean, jantung Naura seketika berdegup sangat kencang, ia pun perlahan mengepalkan kedua lenganya menyalurkan amarah yang selama ini terpendam dalam dirinya.
Amarah pada dirinya sendiri karena sampai saat ini dia belum bisa menghasilkan uang untuk biaya operasi anaknya, lagi-lagi Naura tidak kuasa menahan sesak di dadanya dengan mata yang sudah memanas ingin menangis.
“Apa kamu wanita malam itu yang di bawa boy?” Tanya Sean tiba-tiba karena sejak tadi tidak tahan ingin bertanya tentang siapa wanita yang kini sedang berbicara denganya.
.
To be continued…
“Anda bicara apa dokter? Anda pasti salah orang.” Ucap Naura dan langsung meninggalkan Sean begitu saja.
“Naura.” Ucap Sean hingga membuat langkah Naura terhenti. “Ingat anakmu harus segera di tangani.” Ucap Sean akhirnya memberi peringatan, mungkin cukup lancang baginya.
Naura kembali melangkah tanpa menoleh ke arah Sean, dia ingat betul jika Sean adalah salah satu teman Axio.
Naura bingung setengah mati, ia ingin berjuang mendapatkan uang untuk operasi anaknya dengan tanganya sendiri. Namun semua tabunganya sudah habis ia pakai untuk biaya hidup dan biaya berobat Aleya, sampai pekerjaanya pun terbengkalai karena kondisi Aleya yang semakin memburuk.
Naura terdiam merenungi nasibnya sendiri, di tariknya kelingking Naura oleh Aleya yang sadar jika Mommyanya sedang melamun.
“Mommy, jangan sedih. Kemalin abang janji akan kasih Ale sama Mommy pelmen loly.” Ucap Aleya sampai membuat tangisan Naura yang sejak tadi di tahanya kini tak bisa terbendung lagi.
Naura menangis sambil memeluk anaknya, anaknya yang sama sekali tidak berdosa. “Tuhan, harusnya aku yang sakit. Tapi kenapa harus anakku yang terluka.” Ucap Naura.
“Maafkan Mommy nak, Mommy terlalu egois sampai tidak memikirkan mu.” Ucap Naura karena sejak tiga bulan yang lalu niatnya untuk menemui Axio ayah dari kedua anaknya itu dia urungkan.
Naura sempat hampir menemui Axio, namun saat melihat rumah tangga Axio yang bahagia menbuat dirinya tidak berani mendekat. Dia tidak mau merusak kebahagiaan orang lain, sampai dia melupakan kebahagiaan anaknya sendiri.
“Mom pergi dulu.” Ucap Naura. Kini dirinya tidak peduli jika kenyataan Axio mempunyai anak darinya dan kenyataan lain jika mungkin saja rumah tangga Axio akan hancur karena keberadaan kedua anaknya.
Yang lebih penting saat ini adalah kesembuhan Aleya.
Naura hendak pergi menemui Axio, namun rupanya Naura tidak perlu sampai mencari Axio ke rumahnya. Pria itu masih berada di rumah sakit ini, kini Naura berjalan ke arahnya.
Axio sejak tadi mendengarkan ucapan Sean yang tidak jelas.
“Apa maksudmu Sean? Tentu saja isteriku akan hamil anakku.” Ucap Axio, karena sejak tadi Sean menanyakan apakah dirinya dan Bella jadi melakukan program hamil. Dan bertanya hal-hal yang tidak jelas.
“Maksudku bukan itu, aku hanya bertanya jika seandainya kamu—“ ucapanya terhenti saat melihat Naura kini berjalan ke arahnya.
Axio yang melihat Sean tiba-tiba tidak bersuara, dia pun mengikuti arah pandang sahabatnya itu.
Deg!!!
Jantungnya kembali berdegup kencang, penglihatanya tadi rupanya tidak salah. Namun Axio sedikit ragu karena perubahan fisik wanita itu sampai membuatnya nyaris tak mengenali wanita yang pernah ia tiduri di malam sebelum dirinya menikah.
Wanita yang kini sedikit berisi di beberapa bagian tubuhnya, walaupun begitu kecantikanya tidak luntur sedikitpun.
“Apa kita bisa bicara sebentar.” Ucap Naura dengan keberanian tinggi, namun melihat tatapan Axio membuat tubuhnya bergetar. Nyalinya melemah, hingga niatnya mulai goyah.
“Kalian bisa bicara di ruanganku.” Ucap Sean yang sejak tadi diam menatap keduanya. Dia membuka pintu ruanganya yang tepat ada di belakangnya. Dan menbiarkan Naura dan Axio masuk kedalam.
“Ada apa ini? Tiba-tiba datang menemuiku.” Ucap Axio dengan wajah datarnya.
“Tuan, apa kau bisa menolongku. Aku butuh pertolonganmu, aku perlu uang untuk operasi anakku.” Ucap Naura to the poin, karena menurutnya dia tidak punya waktu untuk berbasa basi.
Kening Axio mengerut. “Anak?” Tanya Axio, dia tiba-tiba teringat dengan pertanyaan yang berkali-kali di ulang Sean jika ada anak yang sangat mirip dengan dirinya yang di bawa seorang perempuan.
“Anak siapa?” Tanya Axio lagi untuk memastikan.
“Anda tidak perlu bertanya lebih lanjut Tuan, anda hanya perlu menolongku. Anggaplah uang itu sebagai ganti malam itu.” Ucap Naura lagi dengan kaki yang bergetar, sungguh nyalinya menciut saat menatap mata dingin Axio yang menatap tajam ke arahnya.
“Tidak masalah, tapi aku ingin bertemu denganya lebih dulu.” Ucap Axio karena perasaanya mulai tidak karuan di tambah ucapan-ucapan Sean tadi yang tidak masuk akal.
“Aku tidak ada wak—“ ucapanya terhenti saat pintu ruangan itu terbuka.
“Mommy sedang apa kamu di sini.” Ucap Cristian yang tadi tidak sengaja melihat Momnynya masuk kedalam ruangan ini saat ia datang bersama April sahabat Naura.
Naura menatap Cristian dan Axio bergantian, wajahnya terkejut karena kedatangan Cristian.
Sementara Axio dia diam mematung menatap anak laki-laki yang sangat mirip denganya, dia melangkah mendekati Cristian namun dengan segera Naura mendorong Cristian agar pergi keluar dari ruangan itu dan menahan pintu itu agar tetap tertutup.
“Naura, anak siapa dia?” Tanya Axio dengan wajah yang masih kaget. “Kenapa wajahnya sangat mirip denganku?!”
Naura menggelengkan kepalanya, “dia anakku dengan pria lain!” Ucap Naura dengan sangat tegas namun dengan tubuh yang bergetar.
“Bohong, katakan dengan jujur Naura! Apa dia anakku?” Tanya Axio lebih tegas dari wanita itu.
“Minggir aku harus menemuinya.” Ucap Axio berusaha menjauhkan tubuh Naura yang menghadang pintu.
“Tidak, kamu tidak boleh bertemu denganya. Aku hanya butuh uangmu dan menjauhlah dari keluarga kami.” Ucap Naura sambil berteriak dengan mata yang terpejam.
Axio terdiam. “Naura kau sangat egois, bagaimana mungkin selama ini kau tidak memberi tahuku! Dan membuat anakku menderita bertahun-tahun karena kamu tidak bisa membiayai pengobatanya! Bahkan saat aku tau jika aku punya anak kau tetap tidak mengijinkanku bertemu denganya kau benar-benar sangat egois Naura!” Pekik Axio sambil mendorong kuat tubuh Naura hingga kesamping dan lalu ia keluar dari ruangan itu untuk mengejar anak kecil tadi.
Jantung Axio berdebar-debar saat melihat Cristian yang kini juga menatapnya, Axio menurunkan tubuhnya dan mensejajarkan tubuhnya dengan tubuh kecil anak laki-laki itu.
“Maafkan aku, Nak.” Ucap Axio dia menarik tubuh mungil itu untuk masuk kesalam pelukanya. “Maafkan aku sampai membuatmu harus menahan sakit sampai selama ini.” Ucap Axio dengan mata yang mulai memanas dan memerah.
“Tuan, maksud anda adikku? Dia yang sedang sakit, bukan aku.” Ucap Cristian dengan polosnya, Axio mengerutkan keningnya lalu menatap wajah yang begitu mirip denganya itu.
“Adik?” Tanya bingung Axio.
“Iya saudara kembarku sedang sakit dan berbaring di ranjang rumah sakit, dia ada di sana.” Ucap Axio yang menunjuk salah satu pintu yang tadi sempat ia datangi bersama dengan tante April.
Deg!
Jantung Axio berdebar begitu kencang jujur saja ia senang dan juga sangat kaget karena bisa mempunyai anak sekaligus dua. Namun dia juga sedih dengan kabar tidak enak dari salah satu anaknya yang ternyata sedang sakit
“Tuan ingin melihatnya?” Tanya Cristian sambil menarik lengan Axio yang sangat besar untuk di genggam anak umur lima tahun itu.
.
To be contiued…
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!