NovelToon NovelToon

Suami Pilihan Ayah

Perkenalan

Airin Taruma anak kedua dari pasangan Taruma Kusuma dan Kania. Taruma bekerja di salah satu perusahaan besar sebagai asisten pribadi pemilik perusahaan tersebut. Taruma sudah bekerja sejak Anggara merintis mendirikan perusahaan tersebut. Bisa di katakan Taruma adalah tangan kanan Anggara. Anggara memiliki seorang istri Kamelia dan di karuniai Dua orang putri dan satu orang putra penerus kerajaan bisnisnya.

Airin Taruma gadis periang dan mudah bergaul dimana saja. Airin baru saja menyelesaikan ujian akhirnya di sekolah menengah atas. Kakak pertama Airin Raina atau biasa di sapa Rain telah menikah. Suami Rain merupakan pilihan Taruma yang tak lain adalah putra dari salah satu rekan bisnis Anggara.

Rain berteman baik dengan putri pertama dari Anggara yakni Alexa. Alexa dan Rain hanya terpaut usia 2 tahun. Alexa lebih tua dari Rain, namun kedekatan mereka berdua tak terhalang usia. Lexa memiliki dua adik Alrik dan Alana. Alrik satu tahun lebih tua dari Rain sedangkan Alana satu usia dengan Airin.

Kania pun sangat dekat dengan Kamelia istri dari Anggara karena Kania merupakan adik kelas Kamelia saat sekolah dulu. Kania pun dekat dengan Taruma karena campur tangan Kamelia. Kamelia merasa Kania sangat cocok dengan Taruma yang tegas dan berwibawa seperti hal suaminya Anggara.

"Air, pulang dari sekolah nanti jangan pergi main ya. Kakak akan pulang siang ini." Bunda Kania.

"Oke Bunda. Air sebentar saja ke sekolah nanti langsung pulang." Air.

"Nanti tolong ambilkan pesanan Bunda ya Nak di toko kue biasa." Bunda Kania.

"Siap Bunda." Air.

"Ayo cepat nanti Ayah terlambat." Ayah Taruma.

"Siap Ayah... Bye Bunda." Air.

Air pun pergi ke sekolah bersama Taruma seperti biasa karena Taruma tidak akan membiarkan putrinya pergi sendiri atau menggunakan angkutan umum. Taruma akan selalu mengantarkannya. Jika dirinya berhalangan maka orang suruhannya yang akan mengantarkan Air ataupun Rain dulu.

Sampai di sekolah Air berpamitan pada Taruma. Air mencium pipi kanan dan kiri Taruma tak lupa mencium punggung tangan Taruma sebelum turun dari mobil.

"Nanti Sopir Ayah yang akan menjemput ya sayang." Taruma.

"Siap Ayah. Jam 10 ya Yah." Air.

"Siap laksanakan." Taruma.

"Bye Ayah sayang..." Air.

"Bye sayang."

Taruma pun menjalankan mobilnya dengan kecepatan sedang. Tak lupa Taruma memerintahkan orang kepercayaannya untuk menjemput Air jam sepuluh nanti dan tentunya seorang perempuan yang akan bertugas menjemput Air.

"Air,,,"

"Dara..."

"Ish... Lebay deh kalian." Lala.

"Hahaha... Tinggal ikutin sih La." Dara.

"Dih, ngapain. Ir, lu bawa buku perpus yang lu pinjem dari gw kan?" Lala.

"Tentu nona manis..." Air.

"Ir, lu di tanyain Dimas tuh." Dara.

"Bodo amat gw ga punya utang sama dia." Air.

"Ga boleh gitu Air nanti jatuh cinta loh." Lala.

"Ga bakal." Air.

"Lu beneran ga suka Ir sama Dimas? Gila lu, cowok sekeren dia lu ga suka?" Dara.

"Ga munafik dia memang kece tapi gw ga tertarik." Air.

Walau sebenarnya Air menyukai Dimas akan tetapi Air tidak berani membalas rasa pada Dimas karena tidak berani membantah Ayah nya yang melarang dirinya berpacaran. Air pun cukup menjadikan kisah Kakaknya dulu sebagai pelajaran ketika Rain diam-diam memiliki kekasih di belakang Ayah mereka.

"Lu, mau yang kaya gimana sih Air?" Dara.

"Yang gimana ya... Belum kefikiran Ra gw." Air.

"Sikat Ra." Lala.

"Lu suka Ra?" Air.

"Astaga kalian. Ngga lah. Mau di kemanain Ical gw.." Dara.

"Ceh, yakin tu babang setia?" Lala.

"Ampe ketauan selingkuh jangan harap senjata dia aman." Dara.

"Serem amat lu Ra." Air.

"Eh, kemana Al?" Tanya Air.

"Dia ga pergi. Nih bukunya di titipin gw." Lala.

"Kemana dia?" Air.

"Abangnya datang dari LN." Dara.

"Oalah... Baiklah.. Ya udah yuk.." Air.

Persahabatan keempatnya yang telah terjalin sejak bangku smp pun terjalin begitu baik. Bahkan Air dan Alana sudah bersahabat sejak keduanya berada di dalam kandungan ibu mereka.

Jam sepuluh tepat Ela yang bertugas menjemput Air sudah standby di depan sekolah Air. Air pun segera berpamitan kepada ke dua sahabatnya. Dara dan Lala sudah terbiasa dengan Air dan Alana yang akan pergi dan pulang di jemput bodyguard.

"Kak, ke toko kue biasa dulu ya. Air mau bawa pesanan Bunda." Air.

"Baik." Ela.

Tak butuh waktu lama mobil yang di kendarai Ela pun sudah terparkir dengan cantik di halaman parkir toko kue langganan Bunda Kania. Ela melihat ada mobil milik Mami Kamelia telah terparkir dengan baik di sana.

"Sepertinya ada Nyonya Kamelia di dalam." Ela.

"O ya... Dari mana Kak Ela tau?" Air.

"Itu mobilnya Nona." Ela.

"Wah betul. Air ga lihat. Ya udah Air masuk dulu ya Kak. Kak Ela tunggu saja Air cuma mau ambil kue saja kok." Air.

"Baik Nona." Ela.

Air masuk ke dalam toko kue dan benar saja di dalam sudah ada Nyonya Kamelia sedang berbincang bersama pemilik toko dan sepertinya Nyonya Kamelia pun sedang mengambil kue pesanannya.

"Nyonya Mami.." Panggil Air.

"Hai Air sayang. Sama siapa?" Sapa Nyonya Kamelia.

"Diantar Kak Ela Nyonya. Air mau bawa kue pesanan Bunda." Air.

"Ini mau ke sekolah atau pulang?" Nyonya Kamelia.

"Pulang Nyonya. Tadi hanya mengembalikan buku milik sekolah saja." Air.

"Alana ke bandara jemput Abang nya jadi ga sekolah." Nyonya Kamelia.

"Iya Nyonya tadi Air tau dari Lala." Air.

"Main ke rumah yuk sayang. Sepertinya sudah lama Air ga main ke rumah Mami." Nyonya Kamelia.

"Lain kali Air main ya Nyonya Mami." Air.

"Baiklah Mami tunggu ya. Pokoknya nanti Mami bakal tanyain terus sama Alana kalo Air ga main-main ke rumah." Nyonya Kamelia.

"Siap Nyonya Mami.." Air.

Setelah mendapatkan pesanannya Air pun berpamitan pada Nyonya Kamelia dan pemilik toko kue sekaligus namun ternyata Nyonya Kamelia pun sekalian berpamitan juga akhirnya Air berjalan beriringan ke luar dari toko kue bersama Nyonya Kamelia.

Ela keluar dari mobil dan membungkukkan badannya menghormati Nyonya Kamelia. Dan Nyonya Kamelia membalas sapaan Ela dengan baik. Bukan hanya Air Alana pun kerap di antar jemput oleh Ela karena Ela merupakan orang kepercayaan Taruma dan Anggara.

"Bawa mobilnya hati-hati Kak Ela." Nyonya Kamelia.

"Baik Nyonya. Mari Nyonya kami permisi." Ela.

"Silahkan. Saya juga harus segera pulang." Nyonya Kamelia.

Mereka bertiga pun memasuki mobil masing-masing. Nyonya Kamelia dengan supir sekaligus bodyguard nya juga. Mobil mereka sama-sama keluar dari halaman toko kue. Hanya saja saat di persimpangan mobil yang di kemudikan Ela harus berbelok ke kiri karena arah rumah mereka yang berbeda sementara mobil Nyonya Kamelia masih terus lurus.

🌼 Terima kasih telah membaca karya Author...

🌼 Ikutin terus ceritanya ya... Jangan lupa like dan komennya ya...

🌼 Terima kasih 👏

Kedatangan Putri Sulung

Sampai rumah Air memberikan kue pesanan Bunda Kania dan mengatakan jika dirinya bertemu dengan Nyonya Mami saat du toko kue tadi. Sementara Ela kembali ke markas ketika pekerjaannya telah usai.

"Terus nyonya bilang apa sama kamu?" Bunda Kania.

"Ga bilang apa-apa Bun. Nyonya Mami titip salam aja buat Bunda udah gitu aja." Air.

"Sama siapa Nyonya?" Bunda Kania.

"Sendiri. Eh, di temenin supir juga Bun." Air.

"Kamu ini. Ya udah sana ganti baju nanti keponakan kamu datang belum ganti baju lagi." Bunda Kania.

"Siap Ibu Ratu.." Ucap Air menundukkan badannya dengan tangan seperti tengah hormat bendera.

Bunda Kania pun hanya menggeleng melihat tingkah putri bungsunya. Air dan Rain memang dua anak yang manis di mata Bunda Kania dan Ayah Taruma. Meskipun Taruma menginginkan seorang putra namun kedua putrinya tak membuatnya patah hati bahkan Taruma menyayangi keduanya dengan berlebihan.

Bunda Kania tidak dapat memberikannya putra ataupun putri karena kesehatan rahimnya namun tidak membuat Ayah Taruma kecewa. Dia sangat bersyukur di berikan dua putri yang baik dan penurut. Walau sempat ada rasa kecewa di hatinya namun Ayah Taruma segera menepisnya saat Ayah Taruma menyadari jika sang istri berjuang hidup dengan penyakit yang di deritanya hingga Bunda Kania bisa sembuh total.

Rumah tampak ramai setelah Rain dan suaminya datang tak lupa juga si kecil Arkana ikut serta. Celotehan dari mulut Arka membuat suasana rumah menjadi hangat. Walaupun celotehan bayi berumur 8 bulan itu belum jelas tapi itu yang membuat rumah menjadi ramai.

"Bunda, apa Alvian bisa minta tolong?" Tanya Alvian suami Rain saat mereka semua bersantai bersama.

"Ada apa Nak? Katakanlah." Bunda Kania.

"Vian mau menitipkan Arka Bun. Besok Vian harus meninjau proyek di luar kota, mungkin tiga hari Vian di sana dan seperti yang Bunda tau Vian tidak bisa pergi tanpa Rain. Kami tidak bisa membawa Arka karena kondisi di sana yang tidak memungkinkan." Jelas Alvian.

"Ceh, dasar bucin akut." Ledek Air.

"Heh, awas ya Kakak doain kamu lebih bucin dari pada kita." Rain.

"Ga akan wle.." Ledek Air.

"Issshh.... Nyebelin. Biar bucin sama suami sendiri bukan suami orang." Rain.

"Iya deh yang punya suami..." Air.

"Hus... Kalian ini selalu saja ribut." Lerai Bunda Kania.

"Kalian pergi saja. Bunda tak keberatan di titipkan cucu Bunda ini. Apalagi sekarang ada Air yang bisa bergantian menjaga Arka." Bunda Kania.

"Diiih,,, ga mau ah Bunda. Air kan libur Air mau bersantai tidur seharian masa Air jaga Arka." Protes Air.

"Huaaa... Huaaaa...."

Tiba-tiba saja tangisan Arkana menggema setelah Air protes pada Bundanya jika dirinya tak mau menjaga Arkana. Dan hal tersebut sontak membuat Air kaget karena Arka tengan berada di sampingnya berbaring memainkan mainannya.

"Astaga! Kenapa? Kenapa ponakan Onty nangis hm?" Bujuk Air.

"Karena Onty ga sayang aku... Onty ga mau jagain aku." Jawab Rain menirukan suara anak kecil.

"Ceh,,, jangan dengar omongan Bunda kamu ya Nak. Bunda sama Ayah kamu tuh yang ga sayang. Masa ninggalin kamu sama Onty." Air.

"Hus... Ga boleh ngajarin ga bener Air." Tegur Bunda Kania.

"Tuh denger... Jangan sampe anak Kakak durhaka karena ajaran kamu Air." Rain.

"Eh, nyalahin adek. Ga ada ya adek ngajarin ponakan macem-macem." Air.

"Ga sadar dia." Rain.

Alvin hanya tersenyum melihat tingkah istri dan adik iparnya yang selalu saja ribut namun saling sayang. begitulah cara Rain dan Air menumpahkan perasaan mereka berdua berbeda halnya dengan dirinya yang anak tunggal.

Entah bagaimana awalnya Air dan Arkana sudah tertidur pulas di atas karpet tebal di ruang keluarga. Arkana tertidur dengan memeluk Air begitu sebaliknya. Keduanya tampak menggemaskan membuat Rain terus mengabadikan keduanya melalui ponselnya.

"Sudah Rain nanti adik mu bangun lagi." Tegur Bunda Kania.

"Ga mungkin Bun. Mereka pules sekali." Rain.

"Kok bisa mereka tidur bersama begitu ya." Bunda Kania.

"Mereka berasa di nina boboin Bun." Alvin.

"Iya Bun. Mereka fikir kita ngobrol lagi bercerita agar mereka berdua tidur." Rain.

"Hahahaa... Kalian bisa saja. Ya sudah sana kalian istirahat biar Arka dan Air tidur di situ nanti Bunda ambilkan Selimut untuk mereka. Kalian besok pergi pagi kan?" Bunda Kania.

"Iya Bun. Nanti biar Rain saja yang ambil selimut untuk mereka." Rain.

Setelah itu mereka pun meninggalkan Air dan Arkana berdua. Rain menyiapkan segala keperluan dirinya dan suami untuk keberangkatan ke luar kota. Sementara Alvian bekerja di teras belakang mencek email yang masuk melalui laptop yang selalu di bawanya.

Sore hari Ayah Taruma belum juga menampakkan dirinya pulang. Seperti biasa jam kerjanya tak mengenal waktu selama Tuan Anggara memerlukannya maka Ayah Taruma belum bisa pulang dan hal itu sudah terbiasa oleh Bunda Kania.

"Taruma, pulanglah katanya putri sulung mu pulang hari ini." Tuan Anggara.

"Iya Tuan. Istri saya mengatakan jika Putri dan menantu saya akan pergi ke luar kota dan menitipkan putra mereka pada istri saya." Jelas Ayah Taruma setelah siang tadi mendapat kabar dari Bunda Kania melalui pesan.

"Kalo begitu pulanglah. Kamu bisa melanjutkan pekerjaan mu besok. Temui putri dan menantumu sebelum besok mereka pergi lagi." Tuan Anggara.

"Terima kasih Tuan. Kalo begitu saya permisi setelah membereskan berkas ini." Ayah Taruma.

"Ya. Silahkan. Nanti saya biar pulang dengan supir." Tuan Anggara.

"Baik Tuan." Ayah Taruma.

Saat Ayah Taruma sedang membereskan berkas yang berada di meja depan sofa di ruangan Tuan Anggara terdengar ketukan di pintu yang kemudian Tuan Anggara meminta orang di balik pintu untuk masuk.

"Papi, apa aku mengganggu." Tanya Alrik yang hanya menyembulkan kepalanya.

"Masuklah Nak." Tuan Anggara.

"Eh, sore Om Taruma. Sudah mau pulang?" Sapa Alrik saat melihat Ayah Taruma berada di ruangan Papi nya.

"Sore Tuan muda. Iya Tuan kebetulan putri sulung saya pulang dan saya akan menemuinya." Ayah Taruma.

"Oh, baiklah. Hati-hati di jalan Om. Salam untuk Tante Kania dan Rain." Alrik.

"Baik Tuan. Mari saya permisi." Ayah Taruma.

Ayah Taruma pun meninggalkan Tuan Anggara dan Alrik berdua di ruangannya.

"Ada apa hm?" Tuan Anggara.

"Papi yakin minta Al buat gantiin Papi? Bagaimana dengan Papi? Om Taruma?" Alrik.

"Papi yakin nak. Papi yakin kamu bisa. Kamu bisa bekerja sama dengan Om Taruma sebelum kamu mendapatkan asisten pribadi kamu nak." Tuan Anggara.

"Apa Om Taruma tidak keberatan?" Alrik.

"Tidak. Pali sudah membicarakan hal ini dengan dia." Tuan Anggara.

"Jika Al sudah memiliki calon asisten pribadi bagaimana?" Alrik.

"Pekerjakaah. Biar Om Taruma tetap mendampingi Papi walau tak harus seperti do kantor. Karena sewaktu-waktu Papi akan membutuhkannya." Tuan Anggara.

"Papi yakin?" Alrik.

"Tentu Nak. Papi bisa bekerja di rumah bersama Om Taruma." Tuan Anggara.

"Baiklah. Bulan depan Al akan siap mengemban tugas yang Papi berikan." Alrik.

"Baiklah. Papi akan meminta Om Taruma menyiapkan segalanya." Tuan Anggara.

🌼 Masih ada kelanjutannya... Sabar ya....

🌹🌹🌹

Kaget

Pagi ini Ayah Taruma ijin terlambat ke kantor karena ingin mengantarkan putri sulungnya dan juga menantunya ke bandara. Tuan Anggara pun mengijinkannya karena memang Ayah Taruma sangat jarang bertemu dengan Rain putri sulungnya karena jarak yang memisahkan mereka.

Sementara Arkana putra sulung Rain dan Alvian tak ikut mengantarkan kedua orang tuanya. Arkana berada di rumah bersama Oma dan Onty nya. Airin yang ingin sedikit bersantai dengan bermalas-malasan pun sirna sudah karena kehadiran Arkana keponakan kesayangannya. Air tak mungkin membiarkan Bunda nya kerepotan sendiri mengurus cucu nya.

"Anak gembul sayang makan yang banyak ya." Ucap Air saat menyuapi Arka.

Bunda Kania hanya tersenyum melihat putri bungsunya merawat keponakannya.

"Jika sudah besar nanti jangan jadi cowok nyebelin ya. Harus cool tapi perhatian oke." Ucap Air lagi walaupun tak ada ucapan balasan dari keponakannya selain ocehan-ocehan khas bayi yang keluar dari mulut mungil Arkana.

"Alhamdulillah... Arka anak pintar mam nya habis. Begitu ya. Jadi nanti pas Ayah sama Bunda kamu datang pangling jadinya. Aduuuh,,, anak Bunda di titip Onty jadi makin gembul." Celoteh Air seraya membersihkan sisa makanan pada pipi Arka.

"Setelah itu nanti di mandikan ya dek." Bunda Kania.

"Hah! Emang Air bisa Bun?" Air.

"Harus bisa dong. Air juga kan nanti akan jadi Ibu. Jadi hitung-hitung sekarang belajar sama Arkana." Bunda Kania.

"Aaa... Air takut Bun. Klo nanti Arka jatuh karena licin bagaimana?" Air.

"Ya jangan sampai licin biar Arka tidak jatuh." Bunda Kania.

"Ish Bunda..." Air.

"Lagian kamu itu belum di coba udah mengelak." Bunda Kania.

"Di coba dulu Non. Asik loh mandi sama bayi." Bi Mimin.

"Ih, Bibi lagi ngomporin Bunda." Air.

Air menatap Arkana tak yakin jika dirinya bisa memabdikan bocah gembul di hadapannya. Namun yang di tatap malah menampilkan senyumannya yang manis membuat Air tak tega melihatnya.

"Emang aku bisa ya mandiin kamu?" Tanya Air pada Arkana.

"Ya..." Jawab Arkana tak sengaja mengeluarkan suaranya seolah mengiyakan pertanyaan Onty nya.

"Huh.... Baiklah. Ayo kita coba sekarang. Kamu jangan rewel ya." Air.

Air membawa keponakannya masuk ke dalam kamar mandi di dalam kamarnya sebelumnya Air telah menyiapkan pakaian yang akan di kenakan Arka di atas tempat tidur. Air mengisi bathtub dengan sedikit air hangat agar Arka tidak tenggelam. Kemudian sebelum memasukkan Arka ke dalam bathtub Air membasahi dan menyabuninya terlebih dahulu.

Setelah selesai menyabuni dan membilasnya barulah Air memasukkan Arka ke dalam bathtub. Arka terlihat senang di masukkan ke dalam bathtub tangan dan kakinya bergerak bebas membuat Air senang namun sedikit was-was karena takut Arka terlepas dan menangis.

Selesai sudah acara memandikan Arka. Sekarang Air membawa Arka ke bawah dan memberikannya pada Bunda Kania. Sekarang giliran Air mandi karena setelah memandikan Arka Air merasa gerah dan lengket. Air pun berendam untuk menenangkan syaraf-syarafnya yang kaku karena tegang setelah memandikan Arka.

"Bundaaaa....." Teriak Air.

"Uuuuaaaaa......" Tangis Arka pun pecah karena terkejut mendengar teriakan Air.

"Astaga! Air kenapa kamu mengejutkan Arka. Dia jadi menangis begini." Bunda Kania.

"Lagian Bunda. Udah cape-cape Air mandiin Arka biar wangi biar enak eh malah di jemur nanti Arka bau matahari Bun." Air.

"Ga bakalan. Bayi memang harus di jemur Air biar sehat termasuk kamu juga." Jawab Bunda Kania sambil berlalu meninggalkan Air yang masih terpaku di tempatnya sedangkan Bunda Kania sudah pergi menenangkan cucunya.

"Aish... Bunda... Kenapa ninggalin Air sih." Air.

Air pun mengejar Bunda Kania masuk. Namun tak lama dalam gendongan Bunda Kania Arkana pun tertidur dengan pulas. Bunda Kania meminta Air menemani Arkana tidur di dalam kamar.

Siang hari dua sahabat Air datang menemuinya di rumah. Lala dan Dara datang dengan di antar oleh Ical pacar Dara. Mereka berdua menyapa Bunda Kania yang tengah berada di dapur menyiapkan makan siang. Walau Ayah Taruma tak pernah makan siang di rumah Bunda Kania selalu menyiapkan makan siang untuk Ayah Taruma yang akan di kirimkan oleh Bunda Kania melalui supir mereka.

"Hai Bunda,,, Selamat siang..." Sapa Lala.

"Siang Bun." Dara.

"Siang sayang... Air sedang menemani Arka di kamar kalian langsung aja ke sana ya. Nanti klo masakannya udah siap Bunda panggil." Bunda Kania.

"Bunda ga mau kita bantu nih?" Dara.

"Ga usah. Sudah ada Bibi kok. Sana kalian masuk saja." Bunda Kania.

"Ya udah kita masuk dulu ya Bun." Lala.

Bunda Kania hanya tersenyum dan menganggukkan kepalanya menjawab kata pamit dari Dara dan Lala.

Sampai di kamar Dara dan Lala melihat Arkana yang tertidur di atas perut Air dan Air memeluknya. Entah posisi apa itu namanya namun kedua sahabat Air itu merasa terharu melihatnya.

"Ir, Air..." Bisik Lala membangunkan Air.

Saat Air akan menggerakkan badannya Dara cepet-cepet menahan tubuh Air agar Arka tidak terganggu.7⁷

"Ssstttt... Lu diem aja deh Ir. Kasian jagoan lelap banget tidurnya." Bisik Dara.

"Kalian udah lama?" Tanya Air berbisik.

"Kita baru dateng kok." Dara.

Air memperbaiki posisinya menjadi duduk dengan perlahan supaya Arka tidak terusik tidurnya. Kedua sahabatnya hanya diam memperhatikan bagaimana cara Air memperlakukan putra dari Kakaknya itu.

"Udah pantes lu Ir punya baby." Lala.

"Ceh, punya baby. Calon Papa aja ga punya udah calon baby aja." Dara.

"Iya besok cari calon Papa dulu." Air.

"Lu ikut kita ga ke rumah Alana?" Lala.

"Kapan?" Air.

"Sekarang yuk.." Ajak Lala.

"Eh, besok kayanya ada acara deh di rumah apa di hotel ya gw lupa." Air.

"Acara apaan?" Dara.

"Itu kan Tuan Papi mau lengser di gantiin sama Abang Al." Air.

"Wah,,, pasti banyak pengusaha-pengusaha muda nih." Lala.

"Kita di undang?" Dara.

"Ya ga tau juga sayangku. Gw aja denger dari Ayah pas Ayah bilang ke Bunda." Air.

"Ya lu sih pasti hadir Air." Dara.

"Ya coba aja tanya sama Alana kali aja kita bisa makan gratisan." Lala.

"Ish lu kaya orang susah aja." Air.

"Kan yang kaya bokap gw Ir bukan gw." Lala.

"Iya juga sih."

"Hahahaha..." Tawa mereka pun menggema melupakan Arkana yang tengah tertidur di samping Air. Hingga tangisan Arkana membuat mereka bertiga gelagapan bingung menenangkan bocah gembul itu.

"Huuuaaaaa.... Huuuaaaaa....."

"Astaga!"

"Hah"

"Aduh."

"Cup cup cup sayang nya Onty... Maaf ya Onty-Onty ngagetin Arka ya. Maaf ya sayang cup cup cup...." Bujuk Air.

Namun tangisan Arka masih terus hingga sampai membuat Bunda turun tangan. Beruntung masakannya telah selesai jadi Bunda bisa menenangkan cucu kesayangannya.

🌼🌼 Sabar buat lanjut ya kesayangan....

🌹🌹🌹

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!