"plak!"
Sebuah tamparan keras, mendarat dipipi mulus perempuan berparas cantik dengan mata coklat terang itu.
Setelah tamparan, makian makian juga dilontarkan pada perempuan tersebut, oleh perempuan yang baru saja menampar wajahnya.
" Perempuan murahan! Puas kau, karena berhasil membuat aku dan suamiku, Esteban bisa bercerai!"
Bukannya marah, perempuan berparas cantik dengan tubuh bak gitar spanyol itu hanya tersenyum sinis, pada perempuan yang baru saja menampar wajahnya tersebut.
Dengan langkah gontai, dia mendekat ke perempuan dihadapannya, yang reflek membuat perempuan bertubuh subur yang tadi sudah menamparnya menjadi melangkah mundur kebelakang.
" Nyonya Esteban, oh ..bukan , karena sekarang nama anda bukan lagi nyonya Esteban, tapi Esmeralda Ramos. Benar begitu?"
Perempuan bertubuh subur, yang dipanggil Esmeralda itu sekarang balik merasa gentar. Meski dari segi fisik perempuan bernama Esmeralda itu nyata lebih besar, dibandingkan perempuan yang tadi sudah ditamparnya. Tapi sikap intimidasi dari perempuan cantik bermata coklat tersebut, terasa kuat bagi Esmeralda Ramos.
Perempuan tersebut hanya menatap tajam dengan mata coklat cantik miliknya, tapi seolah dari tatapan mata perempuan cantik tersebut, bisa keluar sebilah pedang, yang dirasa Esmeralda bisa menghujam ke tubuhnya sekarang.
" Aapa yang akan kau lakukan Ja_lang murahan!"Bentak Esmeralda dengan suara gentar.
Perempuan berusia diakhir 40 dengan tubuh subur tersebut sampai lupa, kalau sekarang mereka sedang berada disebuah restoran bintang lima. Dan apa yang mereka lakukan saat itu, menarik perhatian para pengunjung disana.
" Saya tidak akan melakukan apapun dengan anda yon_nya Esmeralda Ramos. Jadi jangan cemas. Tapi.... saya sarankan, sebaiknya sekarang anda pergi dari sini. Jangan sampai Esteban ku tercinta tau, kalau anda baru saja menampar saya.Karena kalau dia sampai tau anda pasti akan...."
" Cukup! Jangan mencoba mengancam ku! Kau hanya..."
Drttt!
Drttt!
Suara dering ponsel milik perempuan cantik tersebut, membuat perdebatan mereka terhenti.
Apalagi waktu tau, kalau yang menghubungi perempuan dihadapinya tersebut adalah Mario Esteban, mantan suaminya. Esmeralda semakin tidak berani bersuara lagi.
Perempuan cantik yang tadi ditampar Esmeralda, tersenyum senang karena merasa diatas angin sekarang dan dengan sengaja, semakin memprovokasi perempuan bertubuh subur tersebut.
" Esteban ku sayang menelpon, kami ada janji makan siang disini sekarang. Apa anda ingin bergabung dengan kami, Esmeralda."
Suaranya lembut, tapi penuh sindiran yang tentu saja membuat perempuan bernama Esmeralda merasa semakin muak, dengan perempuan dihadapannya itu sekarang.
" Cuih! Tidak akan!"
sinis Esmeralda Ramos, lalu langsung melangkah pergi meninggalkan perempuan cantik tersebut, tanpa menoleh lagi kebelakang.
Perempuan itu hanya tersenyum smrik, menatap kearah punggung perempuan bertubuh subur, yang sudah menampar dan memakinya tersebut.
" Huffft, finish." Gumam perempuan cantik itu lega, lalu kembali duduk ditempatnya semula, untuk menunggu kedatangan pria bernama Mario Esteban yang punya janji temu sekarang disana, dengan perempuan tersebut.
Tak lama berselang dari kepergian perempuan bertubuh subur dengan wajah khas latin, bernama Esmeralda, dari arah luar restoran tampak seorang pria bertubuh besar, berusia lebih 50 tahun dengan penampilan rapi, khas seorang pengusaha berjalan mendekat ke meja dimana perempuan cantik dengan mata coklat terang, sedang duduk menunggu kedatangan pria tersebut.
" Amora," panggilnya, pada perempuan cantik tersebut dengan raut wajah cerah, lalu duduk dihadapan perempuan cantik yang dipanggilnya dengan nama Amora itu.
" Tuan Esteban," balas Amora, tak kalah ramah pada pria tersebut dan mempersilahkan pria itu untuk duduk.
" Dikartu ini ada uang sebesar 200 ribu dolar, sisa pembayaran dari pekerjaan mu juga bonus dariku untukmu, Amora."
Pria bernama Esteban itu mengangsurkan sebuah kartu, dengan nama sebuah Bank, pada perempuan yang dipanggilnya Amora tersebut.
Seringai senang, muncul dari bibir merah milik perempuan cantik dalam balutan gaun berwarna marun, berkerah V cukup rendah, hingga menampilkan keindahan bagian atas tubuh perempuan berwajah blasteran latin Amerika itu.
" Tuan Esteban....terimakasih banyak untuk kartu ini, senang bisa bekerjasama dengan anda."
Perempuan cantik bertubuh semampai bak gitar spanyola, mengulurkan tangannya yang dihias kuku kuku lentik berwarna merah kearah Mario Esteban, yang langsung diraih oleh pria tersebut dengan senyum senang.
" Aku juga Amora, meski diawal aku sempat ragu,kau bisa membuat Esmeralda bersedia bercerai denganku, tapi setelah melihat hasilnya sekarang, aku merasa sangat puas."
Perempuan cantik yang dipanggil Amora itu menampilkan senyum terindahnya, kearah Mario Esteban.
Dia bangkit dari duduknya, lalu berjalan mendekat kearah pria tersebut, lalu sengaja mencondongkan dirinya sangat dekat kearah Mario Esteban, sampai membuat pria berusia diatas 50 tahun tersebut bisa mencium aroma harum parfum yang keluar dari tubuh perempuan tersebut.
Dengan menggunakan nada suara serak sexy yang dimilikinya, dia bicara setengah berbisik didekat telinga pria tua tersebut.
"Anda salah satu klien terbaik saya, terimakasih banyak untuk semuanya. See you next time, tuan Esteban..."
Lalu dia berniat pergi, tapi sebelum Amora melangkah menjauh, Mario Esteban lebih dulu mencekal lengannya membuat Amora sedikit terkejut dan langsung menoleh menatap pria tua itu.
" Tuan Esteban! Apa yang..."
" Datanglah ke Bar Queen malam ini, aku mengadakan pesta bersama teman temanku, untuk merayakan perceraian ku dengan Esmeralda," terang pria tua itu.
Mendegar permintaan Mario Esteban, Amora hanya tersenyum kearah pria berusia lebih dari setengah abad tersebut dan dengan gerakan lembut, dia melepaskan cekalan tangan pria itu dari lengannya.
" Thanks, undangan ada tuan Esteban tapi .. sepertinya malam ini saya tidak bisa. Karena sesuai kesepakatan kita, setelah anda berhasil bercerai dengan istri anda, Esmeralda dan anda sudah membayar semua sisa uang yang telah kita sepakati maka, hubungan kita berakhir."
" Malam ini bukan untuk urusan bisnis, hanya sebuah undangan dariku, untukmu, bagaimana?"
Tapi bukan Amora namanya kalau tidak bisa lepas dari jerat seorang pria, apalagi pria sejenis Esteban yang merasa bisa memanipulasi dirinya hanya karena mereka sudah bekerja sama.
Amora mendekat kearah pria tua tersebut lalu dengan lembut disentuhnya wajah pria itu dengan wajah sengaja memasang senyum muram.
" Sekali lagi Thanks, Esteban. Tapi tidak malam ini, karena malam ini aku ingin menikmati hidupku setelah mendapatkan uang darimu, jadi lain kali saja oke..."
" Baiklah, tapi kalau kau berubah pikiran hubungi aku, atau datang saja ke Bar Queen's langsung, aku ada disana." jawab Mario Esteban, dengan raut wajah terlihat kecewa. Tapi tidak ingin memaksakan keinginannya pada perempuan cantik, bertubuh indah, dengan mata coklat terang tersebut saat itu.
Alasannya tentu saja, agar Amora tidak merasa takut padanya kalau mereka nanti bertemu dilain waktu.
" Tentu saja, don't worry." Lalu dia pergi meninggalkan pria paruh baya tersebut tanpa menoleh lagi.
Dia senang karena pekerjaannya kali ini berjalan tanpa terlalu banyak halangan. Meski tadi harus ditampar dan dimaki, oleh Esmeralda yang merupakan mantan istri Esteban, Amora tidak keberatan.
Karena dia menganggap tamparan dan makian, yang diterimanya dari Esmeralda tadi, sebanding dengan banyaknya jumlah bayaran yang didapatnya sekarang dari Esteban, pria yang sudah menyewanya untuk menjadi pelakor dalam rumah tangga pria tersebut, agar pria itu bisa bercerai dengan istrinya.
Drettt
Drettt
Amora berusaha menggapai, mencoba mencari, dimana benda pipih sumber suara yang sudah membangunkan tidur nyenyak nya, itu berada.
Setelah cukup berusaha keras tanpa membuka mata, akhirnya dia bisa menemukan benda pipih tersebut, yang ternyata terselip dibalik bantal yang ada dibawah kakinya.
Dengan suara malas dijawabnya panggilan tersebut.
" Hemmm...."
" Darling, apa tidurmu nyenyak tadi malam ?" Suara serak sexy, terdengar diseberang panggilan, membuat Amora yang semula masih setengah terpejam langsung benar benar terjaga dan dengan lantang dia berteriak pada si penelponnya.
" Ros! I hate you! Dimana kau sekarang! Cepat kemari!"
" Wait! Wait Baby slow....I'm comeback secepatnya."
" Kalau kau tidak datang hari ini, ku kirim pembunuh bayaran ke Hawaii untuk membunuhmu!" ancam Amora marah waktu tau siapa yang sudah mengganggu tidur nyenyaknya pagi itu.
" Well....well..kau berani melakukan itu, aku beri aplaos terbaikku untukmu Baby, tapi aku yakin kau tidak bisa.Jangankan untuk membunuhku, membunuh nyamuk pun kau tidak akan tega, benar bukan?" ejek suara diseberang telpon, sinis pada Amora.
" Aku memang tidak bisa membunuh nyamuk, tapi aku bisa membunuh orang, kalau itu ..."
" Tristan, aku benar kan?"
" Candaan mu benar benar tidak lucu Ros." balas Amora kesal lalu langsung mematikan sambungan telpon dengan perempuan yang dipanggilnya Ros tersebut.
Dia kesal, karena Rosaline yang merupakan sahabat baiknya tersebut menyebutkan sebuah nama yang tidak ingin diingatnya lagi seumur hidupnya.
Karena merasa kesal, dilemparkannya asal ponsel ditangannya, lalu sengaja menelungkupkan wajah ke bantal. Dia berusaha untuk kembali memejamkan matanya, supaya bisa melupakan nama keramat yang tadi baru saja disebutkan oleh Rosaline.
Tapi baru satu menit dia melakukan itu, ponselnya kembali berdering.
Satu kali di abaikan, dua kali tetap diabaikannya, tapi setelah suara dering itu tidak juga berhenti, dengan kesal dia bangun dari posisinya lalu terpaksa mengambil ponsel tersebut dan langsung menjawab panggilan itu tanpa memeriksa lebih dulu siapa yang menelponnya kali ini.
" Hemmmm...Apa kau sudah menyiapkan peti mati mu sekarang, Ros.Karena itu kau berani menghubungiku lagi," jawab Amora, dengan nada suara terdengar marah.
" Nona Amora Medison."
Amora terkejut dan langsung memeriksa nomor ponsel yang sedang menelponnya tersebut. Karena ternyata suara yang bicara dengannya sekarang ternyata bukan Rose, tapi suara perempuan asing.
" Iya, anda siapa?"
Sikap Amora mulai waspada, karena kalau ada orang asing yang menelpon dirinya kemungkinannya hanya dua, kalau bukan calon klien, maka istri dari klien yang ingin memaki dia, karena sudah berpikir kalau dia adalah selingkuhan suami perempuan tersebut, meski itu tidak salah tapi juga tidak benar.
Bagaimana bisa? Itu karena pekerjaan yang digeluti Maura selama ini adalah pekerjaan yang tidak biasa atau tidak pada umumnya.
Sejak dua tahun lalu, karena suatu alasan yang membuat dirinya butuh uang cepat dalam jumlah banyak, Amora memutuskan bekerja sebagai seorang perantara bagi pasangan suami istri yang ingin bercerai dengan pasangannya, tapi tidak punya alasan tepat dan dia menjadi alasan itu.
Tapi dia bukan pengacara atau penasehat pernikahan, bukan sama sekali.
Amora bekerja sebagai seorang pelakor, atau perusak rumah tangga sepasang suami isteri hingga keberadaannya sangat dibenci oleh banyak orang, terutama bagi istri dari para pria tersebut.
Bagaimana tidak, selama sekitar dua tahun ini sudah banyak pasangan suami istri yang bercerai karena dirinya dan setiap kali dia berhasil membuat mereka berpisah, dirinya akan mendapat bayaran yang cukup mahal sesuai kesepakatan mereka.
Kebanyakan kliennya adalah pria yang sudah lelah dengan pernikahan mereka,tapi si istri tidak ingin bercerai, jadi sang suami menyewa jasanya untuk pura pura menjadi selingkuhan pria tersebut dalam kurun waktu tertentu.
Terlihat sangat mudah meski sebenarnya sulit, karena selain nama baiknya yang rusak, dia juga harus rela dicaci atau sesekali dijambak juga ditampar oleh istri pria yang menjadi kliennya tersebut.
Tapi sekarang yang sedang menelpon dia minta bantuannya adalah seorang perempuan, dari suara perempuan tersebut Amora menduga usia perempuan tersebut mungkin tidak jauh berbeda dengan dirinya.
Menyadari itu, Amora semakin waspada sambil berusaha mengingat ingat lagi, semua pria yang pernah menjadi kliennya di kurun waktu ini, supaya tidak terlalu terpancing dengan apa yang akan dikatakan perempuan yang menelponnya sekarang itu.
" Aku Estela,aku butuh bantuan anda. Bisa kita bertemu, untuk bicara lebih banyak lagi."
Sesaat Amora terdiam, dia berusaha mencerna perkataan perempuan bernama Estela tersebut, karena khawatir ini hanya sebuah jebakan untuknya.
" Dari mana anda tau saya?"
" Dari sebuah situs web," perempuan tersebut menyebutkan situs web yang dimaksudnya.
Mendengar perempuan bernama Estela menyebutkan nama situs yang menjadi tempat dia biasa menawarkan jasanya, Amora sedikit percaya, tapi belum bisa yakin. Alasannya karena yang meminta bantuannya kali ini seorang perempuan, sementara selama ini klien yang menyewa jasanya rata rata pria.
Punya pemikiran seperti itu tentu saja membuat Amora tidak ingin terpancing, meski perempuan tersebut sudah menyebutkan namanya.
Lalu apa tugasnya sampai perempuan tersebut ingin menyewanya? Jangan bilang dia akan meminta Amora untuk merayu suaminya supaya si Estela ini bisa bercerai.
Amora sangat penasaran, tapi juga curiga. Sampai perempuan bernama Estela itu bicara lagi padanya.
" Nona Amora, saya sangat berharap anda bisa membantu saya, saya akan menunggu anda di Blue Cafe siang ini pukul 1.30. Saya memakai baju biru, dengan aksen bunga kecil, temui saya nanti kalau anda bersedia."
Setelah mengatakan semua itu, perempuan bernama Estela mematikan panggilannya.
Amora masih diam,tidak bergerak ditempatnya, dia bingung apakah akan pergi menemui perempuan tersebut siang nanti di alamat yang dimaksud, atau tidak.
Ditengah kebingungannya, tiba tiba dia seperti mendengar ada orang yang membuka pintu depan Apartemennya.
Menyadari ada orang asing masuk tanpa ijin kedalam Apartemennya, Amora segera bangun dari tempat tidur, sebelum mengintip keluar, dia lebih dulu mengambil pemukul bisbol yang memang ada didalam kamarnya, jangan tanya gunanya untuk apa. Tentu saja untuk keadaan darurat seperti sekarang.
Dengan langkah sedikit berjingkit Amora berjalan ke pintu kamarnya, perlahan dibukanya pintu tersebut.Dengan menggenggam kuat tongkat besi, dia sudah sangat bersiap untuk menyerang penyusup tersebut.
Tapi begitu pintu terbuka ..
" Surprise.."
" Ros! Rosaline!" teriak Amora keras pada penyusup yang ternyata adalah Rosaline, teman baiknya yang tadi menelpon dan bilang kalau masih berada di Hawaii,tapi ternyata sekarang sudah berdiri dihadapannya.
" I Miss you Baby!" Rosaline berteriak dan menghambur kedalam pelukan Amora, seperti dua orang yang sudah lama tidak bertemu, meski kenyataannya mereka baru berpisah tidak lebih dari dua Minggu yang lalu.
" Miss you too, kenapa kau sudah kembali? bukannya kau bilang akan berada di Hawai sampai warna kulitmu berubah coklat 100 persen dan menghabiskan semua pria sexy yang ada disana," balas Amora, yang mendapat jawaban gelak tawa dari Rosaline.
" Apa saja yang sudah kau lakukan selama aku Pergi?"
Amora mengedikkan bahunya mendapat pertanyaan seperti itu dari Rosaline, sambil terus sibuk merias wajahnya di cermin meja rias dikamar Apartemennya.
" Tidak ada," terangnya.
" Sure, my Amora?"
" Yeah."
" Huffft.... hidupmu benar benar sangat membosankan, mau aku kenalkan dengan seorang pria yang sempat kutemui waktu liburan kemarin di Hawaii?" tawar Rosaline, yang langsung ditolak oleh Amora.
" No, tidak perlu dan berhenti menggangguku dengan pria manapun Ros, karena aku tidak tertarik. Sekarang pergilah dari sini karena aku sibuk!"
Amora mendorong paksa tubuh Rosaline, teman baiknya tersebut supaya perempuan itu pergi dari Apartemennya.
Rosaline sempat menolak dan bersikeras untuk tetap disana, tapi Amora tetap memaksa karena saat itu waktu sudah pukul 01.00 siang.
Tinggal sekitar satu jam dari waktu janjian dengan Estela, perempuan yang tadi pagi menghubungi dia minta untuk bertemu dengannya di kafe.
Semula Amora masih tidak yakin untuk pergi menemui perempuan tersebut, tapi setelah memikirkannya lagi, akhirnya dia memutuskan untuk menemui perempuan bernama Estela tersebut dan mendengarkan apa tawaran Estela untuknya.
Kalau tertarik dia akan mengambilnya, tapi kalau tidak dia bisa menolaknya. Tidak ada paksaan kalau dia harus menerima sebuah pekerjaan dari seseorang kalau dia tidak mau.
Tak lama setelah Rosaline berhasil diusirnya, Amora lalu berangkat menuju tempat yang dikatakan Estela tadi dengan menggunakan mobil miliknya.
Setelah berkendara sekitar 30 menit dia sampai di kafe tempat tujuannya.
Amora berjalan turun dari mobil, lalu masuk kedalam kafe.
Dia mengedarkan pandangannya, berusaha mencari keberadaan perempuan dengan ciri ciri yang dikatakan Estela ditelpon tadi.
Di meja yang terletak sedikit ke sudut, tepatnya dibawah jendela besar Blue Cafe, tampak seorang perempuan cantik dengan rambut ikal berwarna kuning keemasan sebatas bahu, sedang duduk sendiri menatap keluar jendela.
Amora berjalan mendekat, karena ciri ciri perempuan tersebut sangat mirip seperti yang sudah dikatakan oleh perempuan yang tadi pagi menelpon dirinya.
Dari raut wajahnya, Amora memperkirakan kalau usia perempuan tersebut tidak jauh beda dengan usianya sendiri yaitu sekitar 25 tahun.
Meski selama ini dia sengaja membuat penampilannya supaya terlihat lebih tua dari usia aslinya, agar kesan yang dimilikinya sesuai dengan imej pekerjaan yang dilakukannya selama ini.
Seperti sekarang, alih alih menggunakan pakaian yang nyaman, saat siang yang cukup terik Amora memilih berpenampilan glamor dan sexy. Dengan menggunakan riasan wajah yang cukup tebal juga mencolok, yang akan membuat mata siapa saja yang melihat dirinya akan langsung menoleh. Entah itu karena kagum atau kesal, Amora tidak pernah memperdulikan penilaian orang yang menatap dirinya.
" Nona Estela," sapa Amora begitu sudah berada didekat meja tempat perempuan tersebut duduk.
Seketika perempuan cantik bergaun biru tersebut, menoleh kearah Amora dengan raut terlihat terkejut.
" Anda?!"
Amora mengulurkan tangannya kearah perempuan tersebut sebagai perkenalan.
" Saya Amora Medison, orang yang anda telpon tadi pagi."
" Oh, anda ternyata," Perempuan bernama Estela tersebut menelisik penampilan Amora sekilas, sebelum menyambut uluran tangan dari Amora.
" saya Estela Bernandez, silahkan duduk nona Amora," terang perempuan tersebut dengan suara lembut. Dan cukup ramah, ditelinga Amora yang langsung memilih duduk dihadapan perempuan tersebut.
Amora menelisik sesaat penampilan dan raut wajah perempuan cantik dengan warna rambut keemasan yang duduk dihadapannya sekarang.
Terlihat sangat cantik, anggun juga berkelas itu penilaian Amora terhadap perempuan bernama Estela Bernandez, calon kliennya tersebut. Setelahnya, dia baru mengajak Estela Bernandez untuk langsung bicara tujuan pertemuan mereka siang itu.
" Silahkan nona Estela menceritakan tujuan anda, kenapa sampai menghubungi saya tadi pagi," pinta Amora, menatap kearah perempuan bernama Estela tersebut.
Perempuan bernama Estela itu mengangguk, tapi tidak langsung bercerita, melainkan diam dengan wajah terlihat gelisah.
Melihat bagaimana sikap calon kliennya sekarang, Amora juga tidak bertanya, dia hanya diam menunggu perempuan dihadapannya tersebut mulai bicara lebih dulu.
Cukup lama Estela diam, bahkan dia sempat beberapa kali meminum minuman di gelas miliknya, dengan maksud untuk menghilangkan raut gugup yang tampak jelas diwajah cantiknya sekarang.
Selain itu, Estela Bernandez juga terlihat beberapa kali melihat ke jam cantik mahal yang melingkar indah dipergelangan tangan mungilnya, seperti orang yang sedang terburu buru.
Semua yang dilakukan Estela tidak lepas dari pengamatan Amora, tapi perempuan itu memilih diam menunggu sampai perempuan didepannya mau bicara.
Setelah hening yang cukup lama akhirnya dengan wajah masih menunduk, Estela mulai membuka suaranya lagi, meski lirih tapi masih bisa didengar jelas oleh telinga Amora.
" Saya ingin bercerai dengan suami saya nona Amora," ucap Estela pelan, seolah perkataan itu sulit dikatakannya.
" Anda sudah menikah nona Estela?" tanya Amora, untuk meyakinkan dirinya kalau apa yang dikatakan Estela benar.
Perempuan bernama Estela itu mengangguk lemah, sebagai jawaban.
" Itu pernikahan perjodohan. Karenanya saya ingin bercerai dengannya."
Amora menelisik raut wajah Estela yang tetap menunduk saat bicara dengannya.
" Sepertinya masalah kalian lebih rumit dari yang terlihat, karena itu anda berniat bercerai dengan suami yang dijodohkan dengan anda ini. Apa benar begitu nona Estela?" lagi lagi perempuan bernama Estela mengangguk.
" Tebakan anda benar nona Amora, masalah kami sangat pelik dan saya tidak sanggup menjalani pernikahan ini lebih lama lagi. Karena itu saya ingin bercerai dengan suami saya ini, tapi dia tidak mau menceraikan saya meski sudah berkali kali saya mengutarakannya."
Amora mulai memahami keinginan perempuan bernama Estela ini padanya, tapi dia bukan siapa siapa perempuan tersebut dan dia tidak berniat merasa iba, dengan kondisi pernikahan yang dialami oleh Estela, tidak sama sekali.
Kenapa? alasannya sudah pasti dia bukan penasehat pernikahan jadi, melihat ekspresi yang ditunjukan Estela sekarang, Amora mulai merasa tidak nyaman dan berniat tidak ingin berlama lama duduk disana, guna mendengarkan keluh kesah perempuan muda yang sedang mengalami problem pernikahan tersebut.
" Nona Estela sepertinya anda belum mengerti apa pekerjaan saya sebenarnya, jadi sebaiknya .."
" Saya tau nona Amora, karena itu saya meminta anda datang menemui saya," potong Estela cepat, karena melihat Amora yang sudah akan berdiri dari tempat duduknya.
" Tapi anda tidak memerlukan saya, yang anda dan suami anda butuhkan sekarang adalah penasehat pernikahan, bukan saya."
" Saya butuh anda, benar benar butuh anda nona Amora, jadi tolong jangan pergi dan dengarkan saya dulu."
Estela meminta dengan nada suara yang sangat memohon, pada Amora yang memang saat itu sudah berdiri dari kursinya meski belum melangkah pergi.
" Untuk apa nona Estela?"
" Untuk merayu suami saya, supaya dia mau menceraikan saya."
Amora terdiam dia menatap kearah perempuan bernama Estela tersebut, bermacam pertanyaan simpang siur di pikirannya, mendengar apa yang diinginkan oleh perempuan tersebut, padanya.
" Anda yakin dengan apa yang anda minta ini sekarang?"
" Tentu saja nona Amora, saya yakin. Saya akan membayar mahal anda, kalau anda bisa membuat suami saya, menceraikan saya."
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!