Seorang wanita setengah baya berdiri di jendela kamarnya memandang lurus kedepan, wajahnya menunjukan kalau saat ini ia memikul beban yang sangat berat. Helaian nafas serasa berat ditarik mengingat semua masalah yang ia hadapi saat ini.
Flashback
Pagi ini Ayu sedang membuat sarapan untuk anak anaknya, tiba-tiba Adela datang menghampirinya.
"Ma, ayo kita kejar Kak Leo! saat ini Kak Leo pergi ke hotel Aryaduta dengan penuh kemarahan, setelah mendengar Kak Adnan dan Kak Diba tertangkap basah di hotel itu, aku takut Kak Leo lepas kontrol, kita harus mencegahnya!" kata Adela dengan penuh khawatiran. Ayu sangat terkejut mendengar perkataan Adela.
"Iya." jawab Ayu. Lalu mereka berdua pergi menyusul Leo, sesampainya mereka di hotel Aryaduta, mereka melihat Leo memukuli Adnan, Ayu dan Adela berlari melerai mereka.
"Sudah hentikan!" kata Ayu. Tapi Leo seakan tuli tidak mau mendengarkan perkataan mamanya.
"Tolong aku Ma! aku tidak bersalah," kata Adnan memohon kepada mamanya.
"Hentikan Kak! Kakak tidak kasihan melihat Kak Andan sudah babak-belur seperti ini, Andan itu adik Kakak," kata Adela sambil menarik Leo agar tidak lagi memukul Adnan.
"Adnan harus diberi pelajaran! agar dia tau kesalahannya, kau lihat sedikitpun dia tidak merasa bersalah, bahkan mengakui perbuatanya saja dia tidak mau, padahal sudah jelas mereka tertangkap basah," kata Leo dengan penuh emosi dan kesedihan.
"Aku tidak melakukan apa-apa Kak, aku tidak tau kenapa aku bisa berada di kamar hotel ini, pasti Kak Diba yang menjebakku," kata Adnan.
"Aku tidak menjebak siapapun, aku juga tidak tau kenapa aku bisa ada di hotel ini, hiks,,Hiks,,hiks," jawab Diba sambil menangis. Emosi Leo kembali meluap saat mendengar tangis pilu adiknya.
Saat Leo ingin kembali melayangkan pukulan kepada Adnan, Ayu bersujud di kakinya.
"Mama mohon, jangan pukuli lagi adikmu! kita bisa bicarakan masalah ini dengan kepala dingin! walaupun kau memukul adikmu sampai mati, itu tidak akan menyelesaikan masalah," kata Ayu memohon agar Leo tidak lagi memukul Adnan.
"Kenapa Kakak masih membela anak Kakak yang jelas-jelas bersalah," kata Ika protes, ia tidak suka melihat Ayu mencegah Leo saat memukul Adnan.
"Kakak tidak membela anak Kakak, tapi dengan memukul Adnan sampai babak-belur juga tidak akan menyelesaikan masalah, kita cari jalan keluar bagaimana baiknya!" tutur Ayu. Ika kembali ingin bicara tapi Rido menahannya agar diam.
"Ya sudah kita bicarakan bagaimana baiknya! ayo kita keluar! kalian pakai baju kalian!" kata Rido dingin, mereka pergi satu persatu keluar dari kamar hotel sedangkan Ayu masih berdiri termenung.
"Ya Allah, begitu berat cobaan ini, hati ku sakit saat Leo memukul adiknya, aku tidak menyalahkan Leo memukul adiknya, mungkin rasa kecewa Leo yang membuat dia memukul adiknya, tapi aku tidak tega melihat anakku diperlakukan seperti itu, kenapa bang Rido diam saja saat anaknya dipukul, seharusnya ia melerai pertengkaran anaknya, kalau aku tidak datang mereka akan membiarkan anak anakku saling menyakiti, kenapa mereka begitu kejam." kata Ayu didalam hatinya.
"Ma, ayo kita keluar!" kata Adela menyadarkan lamunan Ayu. Ayu menganggukkan kepalanya lalu mereka keluar, sedangkan Adnan membersihkan badannya kekamar mandi meninggalkan Dida yang masih sibuk melamun memikirkan nasibnya kedepan.
"Ya Allah kenapa semua ini bisa terjadi, aku tidak ingat bagaimana aku bisa sampai di hotel ini bersama Adnan."kata Diba dalam hati, Diba terus melamun sampai ia tidak menyadari kalau Andan sudah keluar dari kamar mandi.
Setelah membersihkan nadanya Adnan keluar dari kamar tanpa bicara kepada Diba. Melihat sikap Andan seperti itu Diba sedih, ia mencoba bangun dari tempat tidurnya, tapi rasa perih dibagian inti membuat ia meringis.
"Kok perih ya." kata Diba, ia menyingkap selimut yang menutupi badannya ia melihat bercak darah yang sudah kering lengket di selimut, ia menangis melihat itu. Lalu Diba mencoba berdiri walau ia merasa sakit di seluruh tubuhnya apalagi bagian intinya.
**
Disinilah mereka saat ini, semua sudah berkumpul di rumah Rido, Radit selaku Papa Diba juga ikut berkumpul, Farel juga ikut berkumpul bersama mereka.
"Bagaimana semua ini bisa terjadi?" tanya Radit mencoba mendengar penjelasan dari Diba juga Andan.
"Aku tidak tau, setelah aku pulang sekolah aku pergi tugas kelompok bersama tempat temanku itu saja yang aku ingat selebihnya aku tidak ingat lagi," jawab Adnan apa adanya.
"Aku juga tidak tau kenapa aku bisa di kamar hotel, kemarin ada temanku yang ulang tahun aku pergi kesana, setelah itu aku tidak ingat apa-apa lagi," jawab Diba.
"Sepertinya ada yang menjebak kalian," kata Rio menduga-duga.
"Sekarang kita tidak perlu membahas itu, yang perlu kita bicarakan bagaimana bentuk tanggung jawab Adnan kepada Diba, karena sudah jelas mereka melakukan hubungan suami istri, aku tidak mau kalau sampai Diba hamil tanpa suami,"dengan tegas Ika meminta pertanggungjawaban Adnan.
"Kita harus nikahkan mereka!" kata Rido memberi saran.
"Aku tidak mau menikah, aku masih sekolah kalau aku menikah bagaimana dengan sekolahku." kata Adnan menolak.
"Kamu jangan lari dari tanggung jawab, kamu sudah melakukannya dengan Diba kamu harus bertanggung jawab! kalau kamu tidak mau terpaksa kami akan melaporkanmu ke polisi," kata Ika tidak terima.
"Aku lebih baik dipenjara dari pada bertanggung jawab, karena aku yakin aku tidak melakukanya kepada Kak Diba," jawab Adnan dengan lantang.
"Kamu jangan keras kepala Nan! ini sudah menjadi keputusanku kamu harus menikah dengan Diba besok!" kata Leo tegas tidak mau di bantah.
"Aku tidak melakukanya Kak, kenapa Kakak tidak percaya kepadaku," kata Adnan protes.
"Ini bukan masalah percaya apa tidak percaya, bukti sudah jelas kalau kamu melakukanya dengan Diba, aku tidak mau kalau sampai Diba hamil tanpa suami."jawab Leo.
"Kenapa Kakak membela Diba, oh aku tau sekarang kalian kan Kakak adik, sementara aku bukan adikmu." kata Adnan, ia merasa kecewa karena Leo tidak percaya kepadanya dan membela Diba.
Mendengar perkataan Adnan rahang Leo mengeras, lalu ia ingin memukul Adnan tapi dihalangi Radit dan Farel.
"Sudah tahan emosimu! jangan terpancing dengan perkataan Adnan! dia masih labil," kata Farel menasehati Leo agar tidak memukul Adnan.
"Kurang apa selama ini Kakak memperjuangan kalian? Kakak sampai melewatkan masa muda Kakak bermain bersama teman-teman Kakak seperti orang seusia Kakak, agar kalian bisa sekolah dan bisa makan, tiap hari aku bekerja hanya untuk kalian, masih sanggup kau berkata seperti itu kepada Kakak, apa masih kurang pengorbanan Kakak selama ini, ayo jawab!!" kata Leo merasa sedih mendengar perkataan adiknya.
Rido seakan tertampar mendengar perkataan Leo, selama ini ia tidak terlalu banyak memberikan uang untuk biaya Adela dan Andan, karena istrinya selalu ribut kalau ia memberikan uang untuk Adela dan Adnan.
"Sudah hentikan! kalian tidak usah berdebat! Adnan akan menikahi Diba besok!" kata Ayu memutuskan.
"Ma, aku tidak mau menikah," kata Adnan protes. Tapi Ayu tidak menghiraukan perkataan Adnan, Akhirnya Adnan dan Diba akan di dinikahkan besok.
Flashback selesai.
Ayu masih larut dalam lamunannya mengingat kejadian kemarin, ia sudah berulang kali berbicara kepada Adnan agar menikahi Diba, tapi Adnan terus menolak dengan alasan masih masih sekolah, hal itu yang membuat Ayu gusar.
Leo termenung memikirkan adik adiknya, ia tidak habis pikir Adnan bisa melakukan perbuatan hina itu, sedih dan malu semua itu bercampur jadi satu yang ia rasakan saat ini mengingat perbuatan Adnan.
"Ya Allah, maafkan aku yang sudah gagal mendidik adik adikku," kata Leo bicara sendiri.
**
Hari ini Adnan dan Diba akan menikah, para orang tua dan keluarga semua sudah berkumpul untuk menyaksikan pernikahan Diba dan Adnan, sedangkan Diba saat ini masih dirias.
Diba tidak ada semangatnya, wajahnya menunjukkan kalau ia saat ini banyak pikiran.
"Wah, cucu Oma cantik sekali," kata bu Ati memuji kecantikan Diba, Diba terkejut mendengar suara Neneknya, Diba tidak menyadari Neneknya datang karena ia sibuk dengan lamunannya.
Diba hanya tersenyum menanggapi perkataan Neneknya.
Sedangkan diruangan tamu saat ini para orang tua dan pak penghulu sudah sedang menunggu Adnan.
Adnan pamit pergi sebentar menemui temanya, tapi sudah hampir satu jam Adnan pergi tapi ia belum juga kembali. Keluarga mulai gusar menungu Adnan.
"Ma, kemana Adnan? kenapa dia belum juga datang?" tanya Leo mulai cemas takut Adnan melarikan diri.
"Mama juga tidak tau, tadi katanya dia ada perlu sebentar," jawab Ayu, Ayu juga gelisah menunggu Adnan. Karena sudah tidak sabar lagi menungu kedatangan Adnan Leo pergi mencari Adnan.
Sudah dua jam Leo mencari Adnan tapi Adnan tidak ketemu juga, Leo sangat marah kepada Adnan yang tidak menghargainya padahal ia sudah mewanti-wanti agar Adnan tidak membuat ulah.
Sementara di rumah Rido semua orang saat ini sedang menunggu Adnan.
"Kamu hubungi Kak Leo! tanya Adnan sudah ketemu apa belum!" kata Ayu berbisik kepada Adela, Adela menganggukkan kepalanya, lalu ia pergi keluar meng hubungi Leo.
"Halo," kata Leo dari sebrang sana.
"Halo Kak, apa kak Adnan sudah ketemu?" tanya Adela harap harap cemas.
"Belum, Kak masih mencarinya," jawab Leo dengan suara pelan.
"Jadi bagaimana ini Kak? mereka sudah dari tadi tanya Kak Adnan?" Adela mulai cemas dan takut menghadapi kemarahan orang tua Diba.
"Bilang saja pernikahan Adnan dan Diba ditunda!" kata Leo memberi saran.
"Apa mereka tidak marah nanti kalau pernikahannya Kak Adnan dan Kak Diba ditunda?" tanya Adela khawatir.
"Kakak juga tidak tau, tapi dari pada mereka terus menunggu sedangkan Adnan sepertinya sengaja pergi karena tidak mau menikah," jawab Leo.
"Iya sih Kak, ya sudah aku tutup dulu teleponnya," kata Adela.
"Iya." jawab Leo. Sambungan telepon terputus.
"Bagaimana ini, apa aku terus mencari Adnan atau aku kembali saja, kalau aku mencari Adnan belum tentu juga ketemu, aku pulang saja kerumah Papa Rido, aku takut Mama jadi pelampiasan kemarahan mereka." kata Leo bicara sendiri, akhirnya Leo kembali kerumah Rido.
Saat Leo sudah sampai di depan rumah Rido, tepat seperti apa yang di pikirannya ia mendengar Mamanya sudah menangis, mendengar tangisan mamanya Leo segera berlari masuk kedalam rumah.
"Apa yang terjadi?" tanya Leo. Leo melihat Nenek Risma dan Ika sedang memarahi Mamanya, melihat itu Leo segera menghampiri.
"Hentikan!" kata Leo lantang. Lalu Leo memeluk Mamanya, Ayu semakin mengencangkan tangisnya di pelukan Leo.
"Tidak ada gunanya kita bertengkar, itu tidak akan menyelesaikan masalah, aku janji akan mencari Adnan sampai ketemu," ujar Leo agar Nenek dan juga Ika tidak lagi marah.
"Kalau kamu tidak menemukannya bagaimana?" tanya Ika dengan sinis.
"Aku akan menemukannya."jawab Leo dengan yakin.
Setelah begitu lama berdebat akhirnya mereka pulang kerumah masing-masing, sedangkan Diba terus menangis karena malu pernikahannya gagal.
**
Di rumah Radit saat ini ada perdebatan antara Bu Risma dan Radit.
"Kamu itu jadi orang terlalu lembek, seharusnya kamu melaporkan Adnan kepolisi karena sudah menodai Diba dan tidak mau bertanggung jawab," kata bu Risma menyalahkan Radit.
"Aku tidak mungkin melakukanya Ma, aku tidak tega melihat Ayu, ia pasti sedih kalau anaknya dipenjara," jawab Radit.
"Oh, kamu lebih memikirkan perasaan Ayu di bandingkan perasaan anakmu," kata bu Risma dengan nada marah, ia geram melihat anaknya yang selalu memikirkan perasaan Ayu.
"Bukan seperti itu Ma, sudahlah tidak usah saling menyalahkan! mungkin ini karma yang harus aku terima karena aku juga melakukan hal yang sama kepada Ayu, saat ini anakku yang menerima hukuman dari Tuhan," kata Radit dengan penuh sesal mengingat perbuatanya dulu.
Bu Risma terdiam mendengar perkataan anaknya, ia teringat saat mereka pergi dari kampung karena tidak mau bertanggung jawab kepada Ayu.
"Apa Ayu sengaja menyuruh anaknya menodai Diba untuk balas dendam ya?" kata bu Risma menduga-duga.
"Tidak Ma, Mama jangan menuduh Ayu yang tidak tidak, Ayu bukan orang seperti itu," jawab Radit membantah tuduhan Mamanya.
"Sudahlah aku ke kamar dulu, pusing aku memikirkannya," kata bu Risma, lalu ia pergi kekamarnya.
**
Tidak jauh dari keluarga Radit di rumah Rido juga saat ini sedang ada perdebatan.
"Kita harus melaporkan Adnan ke polisi!" kata Ika memberi saran.
"Kamu kalau bicara itu dipikiran dulu!" jawab Rido tidak suka mendengar perkataan istrinya.
"Papa membela Adnan, jadi bagaimana dengan nasib Diba? tanya Ika.
"Nanti kita pikirkan bagaimana caranya agar masalah ini selesai tidak harus sampai ke kantor polisi!" kata Rido.
"Aku tetap akan melaporkan Adnan, aku tidak terima anakku diperlakukan seperti itu," kata Ika dengan lantang.
"Silahkan laporkan, kalau sempat kamu melaporkan Adnan kepolisi, kamu angkat kaki dari rumahku! aku akan menceraikan kamu," jawab Rido dengan tegas dan lugas.
"Kenapa sih papa membela Adnan yang jelas bersalah? apa Papa tidak memikirkan bagaimana perasaan Diba," kata Ika tidak terima.
"Lantas kalau Adnan di penjara bisa menyelesaikan masalah, kamu harus ingat Adnan itu anakku! kamu bicara seolah olah Adnan itu orang lain, kamu sibuk memikirkan perasaan Diba, tapi kamu tidak memikirkan perasaan Ayu," papar Rido agar Ika mengerti.
"Papa lebih memikirkan perasaan Ayu dari pada memikirkan perasaan Diba anak kita?" tanya Ika ingin tau.
"Kamu bicara dipikiran dulu, Adnan anakku, sedangkan Ayu adikku, perbuatan Adnan mungkin saja karena ia kurang kasih sayang dan perhatian dari orang tuanya sehingga dia berbuat seperti itu, apa kamu tidak ingat setiap aku membawa Adnan ke rumah ini kamu selalu membuat drama agar Adnan tidak betah tinggal di rumah ini, kamu perempuan yang paling egois yang pernah aku kenal dimuka bumi ini, kamu pikir selama ini aku diam karena aku tidak tau akal bulusmu, aku diam karena aku tidak mau ribut denganmu jadi mulai sekarang jangan buat drama lagi didepanku! aku sudah muak semua dramamu."kata Rido. Setelah selesai bicara pergi Rido meninggalkan Ika.
"Sialan kamu Adnan! kamu sudah membuat masa depan anakku hancur." kata Ika bicara sendiri.
Sedangkan Diba semakin mengencangkan tangisnya mendengar perdebatan orang tuanya.
"Ya Allah apa salahku, kenapa aku harus mengalami musibah seperti ini, aku tidak sanggup mendengar orang orang berbicara buruk tentangku, apa lagi kalau sampai Adnan tidak ketemu." gumam Diba.
"Sudah tidak usah dipikiran! masalah ini pasti ada jalan keluarnya," kata Bu Ati yang tiba-tiba datang ke kamar Diba.
"Kenapa ya Nek, Diba harus mengalami musibah ini?" tanya Diba sambil bersandar di bahu Bu Ati.
"Karena Allah sayang denganmu, Allah ingin menaikkan derajatmu, Diba harus berusaha ikhlas menerima cobaan ini! Nenek yakin masalah ini pasti bisa terselesaikan." kata Bu Ati agar Diba tidak lagi bersedih.
Sedang Adnan saat ini sudah pergi keluar dari kota tempat mereka tinggal, ia sengaja pergi karena tidak mau menikah dengan Diba.
"Maafkan aku Ma, aku pergi meninggalkan Mama, karena aku tidak mau putus sekolah, aku tidak bersalah aku yakin aku di jebak, semoga Mama baik baik saja." kata Adnan dalam hati, saat ini ia masih di dalam mobil bos, walau ia tidak tau mau pergi kemana.
Sedangkan Ayu tidak bisa tidur memikirkan Adnan yang tidak ada kabarnya.
"Ma, sudahlah tidak usah terlalu di pikiran! Kak Adnan pasti baik baik saja," kata Adela agar mamanya tidak terlalu kepikiran.
"Mama khawatir dengan Adnan, apa dia sudah makan ya, hiks,,hiks,,hiks." kata Ayu merasa sedih berpisah dengan Adnan.
"Kak Andan pasti pulang kalau dia kesulitan uang, saat ini mungkin Kak Adnan masih punya uang membeli makanan untuknya," jawab Adela.
**
Satu bulan sudah berlalu semenjak kepergian Adnan sampai sekarang Adnan tidak ada kabar, setiap hari Rido dan Ika terus bertengkar karena Adnan yang tidak kembali.
Pagi ini Diba muntah muntah, Ika yang melihat anaknya seperti itu merasa curiga kalau Diba hamil, Ika segera membawa Diba kerumah sakit untuk memeriksa keadaan Diba.
Tepat seperti dugaan Ika kalau Diba saat ini sedang hamil, Ika semakin emosi saat mengetahui anaknya hamil.
"Papa lihat sekarang Diba hamil, siapa yang harus bertanggung jawab atas kehamilan Diba?" kata Ika dengan nada emosi.
Rido juga bingung harus berbuat apa untuk menyelesaikan masalah yang diba hadapi saat ini. melihat suaminya diam saja Ika semakin meradang.
"Kita harus melaporkan Adnan ke polisi! agar polisi yang mencari Adnan." kata Ika, namun Rido tidak menyahut sama sekali.
Sedangkan Diba terus menangis saat ia tau kalau ia saat ini sedang hamil.
"Ya Allah cobaan apa lagi ini, bagaimana nasib anakku kedepan kalau dia lahir tanpa ayah, anakku akan di hina orang orang sekelilingnya," gumam Diba, air mata Diba terus mengalir tidak bisa ia tahan.
Bu Ati sangat prihatin melihat nasib Diba, tapi tidak ada yang bisa mereka lakukan selain pasrah. Namun Ika tidak diam saja, ia menghubungi Ayu.
"Assalamualaikum," kata Ayu setelah menerima telepon dari Ika.
"Wa,allaikumsalam, apa Adnan sudah pulang?" tanya Ika dengan nada tidak bersahabat.
"Adnan belum pulang, saat ini kami masih berusaha mencarinya," jawab Ayu apa adanya.
"Jadi mau sampai kapan kami harus menunggu, sementara Diba saat ini sedang hamil, apa Kakak tidak memikirkan bagaimana nasib Diba kedepannya kalau ia hamil tanpa suami, aku tidak mau tau, kalau sampai satu minggu ini Adnan tidak kembali, aku akan melaporkan Adnan ke polisi! kata Ika mengancam, setelah selesai bicara Ika mematikan sambungan teleponnya tanpa mendengar jawaban Ayu.
Ayu sangat pusing memikirkan Adnan yang tidak pulang pulang.
"Bagaimana ini, aku tidak tega melihat Diba hamil tanpa suami yang mendampingi, aku juga dulu pernah merasakan apa yang di rasakan Diba, tapi aku harus bagaimana untuk menolong Diba," gumam Ayu merasa gusar.
Leo juga tidak tau harus berbuat apa untuk menolong Diba, sedangkan Adnan tidak tau kemana perginya. Tiba-tiba Rizki masuk kekamar Leo.
"Kak, aku saja yang menikahi Kak Diba," kata Rizki. Lao terkejut mendengar perkataan adiknya.
"Kamu jangan bercanda, kamu masih kecil untuk menikah," jawab Leo.
"Aku serius Kak," jawab Rizki.
"Kenapa kamu tiba-tiba punya pikiran untuk menikahi Diba?" tanya Leo penasaran.
"Aku tidak tega melihat Mama terus di tekan bude Ika, apalagi bude Ika mengancam Mama kalau Kak Adnan tidak ketemu dalam satu minggu ini, mereka akan melaporkan Kak Adnan ke polisi, Mama semakin tertekan setelah bude Ika mengancam Mama, aku takut Mama akan sakit karena masalah ini," jawab Rizki menyampaikan khawatirannya.
"Kakak tidak setuju kalau kamu yang menikahi Diba, kamu fokus sekolah saja! biar Kakak yang mengurus masalah ini!" kata Leo agar Rizki tidak lagi menawarkan dirinya untuk menikahi Diba.
"Tapi Kak," kata Rizki terhenti saat Leo memberi kode agar ia pergi dari kamar Kakaknya, terpaksa Rizki keluar dari kamar Leo.
**
Malam harinya saat bu Ati kekamar Diba ia terkejut melihat Diba sudah tergeletak tidak sadarkan diri di lantai kamarnya, banyak darah berceceran di lantai, melihat itu bu Ati segera menghampiri, saat bu Ati sudah dekat ia melihat pisau tergeletak di lantai lalu ia melihat pergelangan tangan Diba sudah tersayat, ia memastikan kalau Diba mencoba bunuh diri.
Bu Ati menjerit melihat Diba sudah pucat, semua orang yang ada di rumah itu datang ke kamar Diba karena mendengar jeritan bu Ati.
"Ada apa Bu?" tanya Ika tapi ia segera melihat anaknya yang sudah tergeletak, Ika ikut menangis melihat anaknya tidak sadarkan diri, sedangkan Rido buru buru mengangkat Diba dan membawanya kerumah sakit, Ika dan bu Ati juga ikut ke rumah sakit sedangkan Wiah menghubungi Leo.
"Assalamualaikum Wi," kata Leo setelah menerima telepon dari Wiah.
"Wa, allaikumsalam, Kak Diba saat ini dibawa kerumah sakit, Kak Diba mencoba bunuh diri" kata Wiah menceritakan semuanya, Leo terkejut mendengar kabar Diba masuk rumah sakit.
"Ya sudah, Kakak segera kesana, assalamualaikum." kata Leo lalu mematikan sambungan teleponnya setelah Wiah menjawab. Leo buru buru keluar dari kamarnya, saat ia keluar dari kamarnya ia berpapasan dengan Mamanya, Ayu heran melihat Leo seperti buru buru.
"Kamu mau kemana?" tanya Ayu penasaran.
"Leo mau ke rumah sakit Ma, Diba masuk rumah sakit karena mencoba bunuh diri," kata Leo menjelaskan. Ayu terkejut dan sekalian merasa bersalah kepada Diba, karena ulah anaknya Diba melakukan percobaan bunuh diri.
Saat Leo di perjalanan ia menghubungi Papanya.
"Assalamualaikum," kata Radit dari sebrang sana.
"Wa, allaikumsalam, Pa, Diba masuk rumah sakit, saat ini aku dalam perjalanan menuju ke rumah sakit," kata Leo memberitahu, tidak lupa ia memberikan alamat rumah sakit tempat Diba dirawat.
"Ya sudah, Papa segera kesana," jawab Radit lalu mereka mematikan sambungan teleponnya.
Radit termenung setelah mendengar kabar anaknya yang masuk rumah sakit.
"Apa Ayu juga melakukan hal yang sama saat aku pergi meninggalkannya, kenapa harus anakku yang menerima karma darimu ya Allah, aku tidak tega melihat anakku yang menerima hukuman darimu." gumam Radit seolah bicara kepada Allah, tidak terasa air matanya menetes mengingat dosanya di masa lalu yang meninggal Ayu setelah ia nodai.
Radit mengajak istrinya dan juga ibunya ke rumah sakit melihat Diba, sesampainya mereka di rumah sakit semua orang masih menunggu Diba sadar, Ika tidak berhenti menangis karena khawatir dengan keadaan Diba.
Begitu juga semua keluarga Diba menunggu Diba sadar dengan penuh kecemasan.
"Ini semua gara gara Adnan, aku tidak akan memaafkan Adnan kalau sampai Diba kenapa-napa." kata Ika dengan nada marah, semua orang tidak ada yang menjawab. Mereka sibuk dengan pikiran mereka masing-masing.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!