"Tersenyumlah Jia, kau harus menolong nama baik keluarga kita. " ujar sang mommy pada anak bungsunya.
Selesai berdandan wanita paruh baya itu menuntun anaknya ke luar dan menuju aula. Jia sendiri memaksakan senyuman di hadapan semua orang.
Faith Jia, dia merupakan putri bungsu keluarga Leonardo. Dia di paksa menggantikan kakaknya Hanna yang melarikan diri dari pernikahan gadis itu.
Di sinilah dia berada, berdiri di samping pria yang seharusnya menjadi kakak iparnya. Jia diam diam mengepalkan tangannya, tanpa dia sadari jika pria di dekatnya meliriknya dalam diam.
"Silakan ucapkan janji suci pernikahan! "
"Saya Bryan Maxime Smith menerima engkau Faith Jia sebagai istri saya dalam suka maupun duka. " ucap Bryan dengan lantang.
"Saya Faith Jia menerima engkau Bryan Maxime Smith sebagai suami saya dalam keadaan apapun. " gumam Jia pelan namun masih bisa di dengar.
"Mulai sekarang kalian resmi menjadi suami istri. Silakan pasangkan cincinnya dan cium pasangan
Anda! "
Bryan meraih jemari istrinya, menyematkan cincin ke jari manis istrinya begitu sebaliknya. Pria tampan itu membuka penutup kepala istrinya, Bryan langsung mendekat dan mencium istrinya itu.
Suara tepuk tangan memeriahkan acara pesta mereka. Bryan mengakhiri ciumannya, Jia sendiri hanya diam dan kembali menunduk.
Pengantin baru itu mendapatkan ucapan selamat dari keluarga besar mereka. Seorang pria mendekati keduanya, Jia mengangkat kepalanya. Mata gadis itu tampak berkaca kaca melihat sosok mantan kekasihnya.
"Kak Josh. " gumam Jia yang hendak mendekatinya. Bryan melingkarkan tangan di pinggang istrinya ini. Jia urung mendekati mantan kekasihnya, dia berusaha menahan tangisan nya.
"Selamat atas pernikahan kamu dengan Bryan, Jia. Aku selalu mendoakan semoga kalian bahagia sampai kakek dan nenek. " ucap Joshua dengan tulus.
Kedua mata Jia mengembun, cairan bening menetes di kedua matanya. Dia merasa sangat sesak mendengar ucapan Joshua barusan.
Bryan sendiri diam diam mengumpat pelan, melihat bagaimana istrinya menangisi sang mantan. Joshua langsung pamit pergi dari sana, dia juga menyapa orang tua Jia sebentar.
Pria itu kembali memasang wajah datar nya, menyalami para tamu yang memberikan selamat untuknya. Pesta terus berlanjut hingga malamnya.
Jia tampak cantik mengenakan gaun berwarna merah, senada dengan tuxedo yang di kenakan Bryan. Kini kedua pengantin baru itu tengah berdansa, keduanya menjadi sorotan para tamu. Para tamu mengunjingkam keduanya yang tampak sangat cocok dan serasi.
Selesai dansa Jia memilih menepi, menenangkan hatinya yang kini campur aduk. Dia menekan dadanya yang terasa nyeri setiap kali menatap mata Joshua.
"Maafin aku kak Josh, aku telah mengkhianati cinta kakak. Aku bukan gadis yang pantas bersanding dengan kakak saat ini. " gumam Jia dengan lirih.
Selain kakaknya yang kabur, ada alasan lain yang membuat Jia harus menikah dengan Bryan Gadis itu telah mengandung calon anak Bryan karena sebuah kesalahan di Bar beberapa bulan lalu.
Larut malam Bryan mengajak istrinya ke kamar mereka. Jia telah mengganti pakaiannya dengan dress satin. Wanita itu lantas berlari ke kamar mandi, memuntahkan cairan bening di sana.
Sementara Bryan yang bertelanjang dada memilih menghampiri istrinya. Dia membantu Jia dengan menekan tengkuk istrinya. Setelah selesai Jia segera membilas bibirnya dengan air.
"Kenapa kamu nakal hm, apa kamu marah melihat mommy memperhatikan om Josh. " gumam Jia sambil mengusap perutnya yang menonjol.
Bryan menuntun istrinya menuju ke atas ranjang. Jia terus membelai perutnya yang mulai membulat.
"Apa masih mual Ji? " tanya Bryan.
"Sepertinya anak kakak ini tak suka melihat aku memperhatikan kak Josh. " gerutu Jia. Diam diam Bryan menyeringai miring mendengar ucapan sang istri.
Jia menghela nafas panjang, sadar akan perkataannya membuat calon mommy itu memilih diam. Keduanya berbaring di atas ranjang, wanita hamil itu meringis kala sang anak kembali menendang perutnya.
"Kak Bry, tolong usap perut aku. " ujar Jia dengan ketus.
Bryan menuruti keinginan istrinya. Dan ajaibnya calon bayinya kembali diam, Jia bersungut sebal di buat heran akan kelakuan calon anaknya. Mereka segera memejamkan mata, malam ini tak ada malam pertama mengingat tak ada cinta di antara mereka.
Pagi datang begitu cepat, Jia yang telah rapi segera menyiapkan pakaian kerja sang suami. Bryan segera memakai pakaiannya, lalu mengenakan jam di tangan kirinya. Setelah selesai keduanya turun ke bawah, menemui orang tua mereka di meja makan.
"Pagi sayang. " sapa nyonya Sari pada anak dan menantunya.
"Pagi juga mom. " balas Jia singkat
Mereka sarapan bersama dengan tenang di atas meja. nyonya Sari memperhatikan sang anak dengan lekat lalu beralih pada menantunya. Wanita paruh baya itu tak mengatakan apa apa, suasana sarapan kali ini terasa dingin.
Selesai sarapan Jia mengantar suaminya hingga ke depan. Bryan menyapa calon buah hatinya terlebih dulu setelah itu mengecup kening istrinya. "Jaga dirimu baik baik, ingat jangan nakal dan genit. " tukas Bryan yang mendapat lirikan tajam dari Jia.
Bryan langsung berbalik dan masuk ke dalam mobil. Pria itu melajukan roda empatnya meninggalkan mansion megah itu.
Jiapun kembali masuk ke dalam, kini giliran orang tuanya yang pamit pulang. Wanita hamil itu kini sendirian di mansion, Nina datang membawakan susu untuk majikannya.
"Nona, kata tuan Bryan anda harus minum susu dulu. " ucap Nina.
"Em yeah. " Jia menaruh ponselnya, dia segera meneguk susu bumil hingga habis. Dia memilih menonton acara gosip yang di temani Nina.
"Kenapa semua ini terjadi padaku Nin,aku merasa takdir tak adil padaku. " keluh Jia.
"Sudahlah Nona, Terimalah kenyataan dan sekarang Tuan Bryan adalah suami anda! "
Jia tentu saja menggeleng keras. Hatinya menolak kenyataan ini meski statusnya memang istri dari Bryan Maximilano Smith.
Nina hanya bisa menghembuskan nafas panjang. Wanita itu memilih diam,tak ingin membuat masalah hingga mendapat kemarahan dari majikannya.
Jia Pov
Ini semua gara gara ulah kak Hanna,pasti dia sengaja menjebakku hingga menghabiskan malam dengan kak Bryan. Semua orang turut menyalahkan dan mengira aku yang menjebak kak Bryan. Ya Tuhan, apa aku bisa menjalani pernikahan yang tak aku inginkan. Aku sendiri masih mencintai jak Josh, semua mimpi mimpiku bersamanya telah pupus.
Jia Pov end.
"Nina, ayo temani aku ke taman. " ujar Jia. Nina lekas bangkit dan membantunya.Keduanya pergi ke taman belakang. Wanita itu berusaha menghibur sang majikan yang tengah hamil.
"Harusnya Nona Jia senang menikah dengan tuan Bryan yang tampan dan gagah. " ceplos Nina.
"Kenapa enggak kamu saja Nina. " sahut Jia dengan malas.
"Bisa bisa aku di pecat nona. " rengek nya. Jia mendengus pelan, dia menyandarkan tubuhnya di atas kursi dengan perlahan.
Keduanya kini mengobrol santai. Jia cukup terhibur dengan sikap konyol yang di tunjukkan Nina. Jia kembali membuang nafas panjang.
WARNING ++
Bryan hanya diam saat para karyawan menyapanya. Pria itu lantas masuk ke dalam lift bersama asistennya Caleb Winston.
Ting Lift terbuka di lantai tujuh, keduanya ke luar dari sana dan masuk ke dalam ruangan. Asisten Caleb menyerahkan dokumen pada atasannya itu.
"Ini berkas informasi calon karyawan baru kita Tuan! "
"Baiklah besok besok suruh Risma untuk mewawancari mereka Cal. " ujar Bryan.
"Baik Tuan. " Caleb langsung pamit ke luar. Bryan sendiri mengeluarkan ponselnya lalu menghubungi nomor istrinya.
Merasa tak ada jawaban, Bryan menghubungi Nina dan menyuruhnya memberitahu Jia untuk datang ke kantornya nanti. Pria itu memasukkan benda canggih itu ke dalam saku celana. Setelah itu dia melanjutkan pekerjaannya yang tertunda.
Tepat jam makan siang Jia datang memenuhi perintah sang suami. Wanita hamil itu mengikuti asisten Caleb yang mengantarkan dirinya ke ruangan Bryan.
Ke luar dari lift mereka menuju ke ruangan direktur. Caleb pun mempersilakan Jia masuk ke ruangan Bryan setelah itu pergi dari sana.
"Kau sudah datang. " Bryan langsung bangkit, menyapa kedatangan istrinya.
Jia langsung menyiapkan makan siang sang suami. Keduanya makan siang bersama, wanita hamil itu terpaksa memenuhi keinginan Bryan.
Lima belas menit berlalu keduanya telah selesai makan. Bryan melepaskan jasnya, menaruhnya di sofa setelah itu sedikit membuka kancing kemejanya.
Jia hanya diam tak mengomentari apa yang tengah di lakukan suaminya saat ini. Bryan kembali menoleh kearah istrinya yang sejak tadi hanya diam.
"Kak Bryan, apa kakak sudah tahu di mana keberadaan kak Hanna sekarang? " tanya Jia penasaran.
"Sudah. " jawab Bryan dengan tenang.
"Kenapa kakak enggak jemput dia, dia itu pe.. " ucapan Jia terhenti kala Bryan memberikan tatapan tajam nya. Pria itu lantas mendekat, meraih pinggang istrinya kemudian mengusap perut Jia. Jia sampai menahan nafas kala mencium aroma maskulin dari tubuh suaminya.
Ada rasa dalam dirinya ingin memeluk tubuh Bryan namun Jia menepis pemikiran konyolnya. Bryan menegaskan dirinya tak suka mendengar nama Hanna di sebut lagi oleh Jia. Wanita hamil itu memilih mengalah dan diam, dia tak berani membantah suaminya saat ini.
"Sial. " Melihat penampilan istrinya saat ini membuat hasratnya bangkit dengan begitu mudahnya. Bryan langsung bangkit, menggendong istrinya menuju ke sebuah kamar. Sebelumnya dia telah mengunci pintu ruangan miliknya.
"Kak, mau apa? " Jia tampak panik melihat suaminya melepaskan pakaiannya.
Wanita hamil itu berbaring di atas ranjang dengan tubuh polos. Bryan langsung naik ke ranjang, jakunnya naik turun melihat tubuh istrinya. Jia sendiri berusaha menutupi tubuhnya namun di tahan sang suami.
"Aku ingin berada di dalam kamu Jia, bolehkah? " Tatapan Bryan tampak berhasrat menatap kearah Jia.
"Tapi pelan pelan kak, aku
takut! " Jia meremas sprei teringat kejadian beberapa bulan lalu. Bryan paham akan ketakutan yang di rasakan istrinya. Pria itu mulai mencumbunya dengan lembut, menjamah setiap lekuk tubuh seksi istrinya. Bryan juga menyapa calon buah hatinya dalam perut sang istri.
Dan tak lama Bryan berhasil melakukan penyatuan. Dia pun menghujam istrinya dengan lembut dan dalam. Suara merdu Jia justru membuat hasrat Bryan semakin besar dan membara.
Pria tampan itu melepaskan penyatuan mereka. Kini dia menghujam wanitanya dari belakang, Jia hanya mampu mendesahkan nama sang suami.
Dua jam berlalu Bryan berguling ke samping setelah percintaan panas mereka selesai. Dia pun menarik selimut menutupi tubuh keduanya.
"Mulai sekarang panggil aku mas Bryan. " pinta Bryan pada istrinya. Jia mengangguk, lalu membenamkan wajahnya di dada bidang sang suami.
Dug
Jia menjauhkan wajahnya, merasakan tendangan membuatnya memekik. "Sayang kenapa kamu nendang perut mommy hm, kau suka di jenguk sama Daddy kamu? "
Dug
Jia menyentuh perutnya, Bryan juga melakukan hal sama hingga tangan mereka bersentuhan. Pria itu melabuhkan kecupan di kening sang istri, menikmati moment berdua seperti sekarang. Entahlah apa yang dia rasakan bersama suaminya saat ini.
Mungkin bayi dalam perutnya ingin mendekatkan dirinya dengan Bryan. Tentunya Jia tak akan egois lagi setelah ini apa yang terjadi di antara mereka sebuah ketidak sengajaan dan jalan takdir yang di gariskan Tuhan.
Bryan menyibak selimut istrinya, membenamkan wajahnya di dada sintal milik sang istri. Jia pun melenguh pelan, mengusap kepala sang suami. Pria itu menjauhkan wajahnya, mencium bibir istrinya sebentar.
"Lanjutin di rumah, kita mandi dulu. " Bryan langsung bangun, menggendong istrinya ke kamar mandi. Jia tampak merona melihat tubuh gagah suaminya.
Selesai berpakaian keduanya ke luar dari kamar rahasia. Bryan membawa istrinya ke sofa, pria itu melanjutkan pekerjaan hingga selesai. Jia sendiri mengusap perutnya dengan lembut.
Telat pukul dua siang Bryan memapah istrinya ke luar. Jia menanggapi sapaan dari para karyawan. Keduanya masuk ke dalam mobil, Bryan melajukan roda empatnya menuju ke mansion.
Skip
di dalam kamar Jia mengganti pakaiannya dengan lingerie. Wamita hamil itu menghampiri suaminya, naik ke atas ranjang dan berbaring di sebelahnya. Bryan menaruh ponselnya, jakunnya kembali naik turun melihat penampilan sang istri. Tangan nakalnya mulai menyentuh lekuk tubuh seksi Jia.
"Umh mas Bryan. " gumam Jia.
Jia memekik kala suaminya mengoyak lingerie nya. Bryan begitu bernafsu menyentuh tubuh wanitanya. Sejak kejadian di Bar waktu itu, Bryan telah kecanduan pada tubuh Jia.
Pria itu merendahkan tubuhnya, menyapa sang calon buah hati di dalam perut sang istri. Lalu dia melancarkan aksinya membuat sang istri menyebutkan namanya indahnya.
Gluk
Bryan meneguk habis cairan sang istri tanpa rasa jijik. Pria itu kini juga sama polosnya sama seperti Jia saat ini. Jia memilih berbaring menyamping, Bryan dengan mudah menghujamnya dari belakang.
"Mas pelan pelan, kasihan baby
kita. " gumam Jihan. Hati Bryan menghangat kala istrinya menyebut bayi kita. Pria tampan itu mengurangi gerakan pinggulnya.
Beberapa menit berlalu dia mengakhiri percintaan singkat mereka. Jia mengatur nafasnya yang tersengal, dia menghapus peluh di dahi suaminya. Bryan sendiri menarik selimut menutupi tubuh keduanya.
Jia tertegun kala Bryan menciumi kedua telapak tangan nya dengan lembut. Ketakutannya akan kejadian beberapa waktu lalu sedikit berkurang.
"Sayang, bisakah setelah baby boy lahir dan berumur tiga tahun. Bolehkah kamu melahirkan beberapa anak lagi. Aku menginginkan empat anak dari kamu sayang, aku ingin ikatan kita semakin kuat nantinya. " gumam Bryan. Pria itu mengatakan keinginan pada sang istri.
"Untuk soal itu pikirkan nanti saja mas, lagipula di antara kita belum ada cinta. " ujar Jia.
Wanita itu mengungkapkan apa yang dirasakannya saat ini. Bryan kembali terdiam tanpa mengatakan apapun.Keduanya lekas beranjak dan segera membersihkan diri.
Jia selesai lebih dahulu, segera berpakaian kemudian mengeringkan rambutnya. Tiba tiba tangannya terulur menyentuh perut buncitnya saat ini.
"Mommy dilema nak. " gumam Jia. Banyak hal yang ada dalam pikirannya termasuk mengenai rumah tangganya dengan Bryan.
Josh sendiri patah hati setelah sang mantan menikah. Nyonya Dinda menghampiri putranya kemudian duduk di sofa.
"Lihat 'kan wanita yang selama ini kau cintai hanyalah wanita penggoda lelaki, Joshua. " ujar Nyonya Dinda.
"Wanita baik baik tak akan mungkin tidur dengan pria lain hingga hamil. " ujar wanita paruh baya tersebut.
"Mami berhentilah menyudutkan
Jia. " protes Joshua.
Mami mendengus pelan,merasa kesal melihat putranya masih membela Jia terus terusan. Mami tak berhenti menasehati sang anak agar mencari wanita yang tepat dan tak salah lagi.
Joshua yang kesal memilih pergi dari hadapan ibunya. pria tampan itu lekas ke luar dan pergi dari penthouse.
Brum
Josh melajukan roda empatnya dengan kencang. Pria itu ternyata pergi ke taman,menenangkan dirinya di sana. Rasanya hatinya masih sakit mendapati gadis yang dia cintai mengandung anak pria lain.
Sekelumit penyesalan kini menghinggapi dirinya. Josh membuang nafas panjang, mencoba mengirim pesan pada sang mantan kekasih kemudian memblokir nomor Jia.
"Sampai kapanpun cintaku hanya untuk kamu Jia. " ucap Josh dengan lirih.
Pria itu menyimpan ponselnya kembali ke dalam saku celana. Kecewa dan marah, hal itu yang tengah Josh rasakan saat ini. Ingin sekali dirinya menghajar Bryan namun akal pikirannya masih berfungsi.
Dia mengeluarkan sesuatu dari balik saku celana. Josh tersenyum getir melihat cincin yang akan dia berikan untuk melamar Jia masih disimpan.
"Aakh. " teriak Josh meluapkan apa yang dia rasakan.Dia sama sekali tak peduli dengan pandangan orang orang di sana.
Josh mengusap wajahnya dengan kasar. Dering ponselnya mengalihkan perhatian pria itu. Dia langsung mengeluarkan ponselnya dan berbicara dengan Bryan.
Dia lekas pergi dari sana menuju ke tempat di janjikan. Tiba di sebuah Cafe, Josh langsung masuk dan mencari keberadaan rivalnya.
"Untuk apa kau mengajakku bertemu Tuan Bryan? " tanya Josh dengan wajah datarnya.
"Pergilah dari kehidupan istriku, lupakan Jia dan jangan pernah temui dia lagi. " ujar Bryan tanpa basa basi.
Josh tertawa mendengar perintah dari rivalnya saat ini.Dia sama sekali tak takut dengan intimidasi yang di lakukan Bryan padanya.
"Kami saling mencintai satubsama kain namun takdir begitu kejam padaku dan Jia. " sahut Joshua.
"Tanpa kau minta, aku akan pergi setelah ini.Sedikit saja kau menyakitinya,kau akan berurusan denganku! "
Bryan hanya diam tak menanggapi ucapan Joshua. Tak lama seringai tervit di sudut bibir Bryan. "Itu tergantung bagaimana sikapmu, jika kau masih muncul, aku tak segan menyakiti Jia secara fisik dan batinnya. " sarkas Bryan dengan santai.
Joshua mengepalkan tangannya. Dia menatap tajam kearah Bryan dengan tatapan penuh kebencian. Pada akhirnya mereka membuat perjanjian satu sama lain.
Pria itu langsung beranjak pergi setelah urusannya dengan Bryan selesai. Bryan sendiri tersenyum sinis menatap kepergian sang rival.
"Kita lihat saja nanti,aku ingin lihat bagaimana kamu melihat wanita yang kau cintai tergila gila padaku. " gumam Bryan dengan senyuman liciknya. Bryan sendiri diam diam telah menyiapkan rencananya sendiri. Pria tampan itu lekas bangkit, pergi meninggalkan Cafe.
Sore harinya, Bryan pulang ke mansion. Dia lebih dulu mengganti pakaiannya kemudian baru menemui sang istri. Pria tampan itu kini duduk di sebelah sang istri.
"Hari ini, apa saja yang kau lakukan sayang? " tanya Bryan.
"Cuma duduk sambil mengobrol dengan Nina. " ungkap Jia santai. Bryan memperhatikan wanita yang dia nikahi dengan tatapan sulit di artikan. Jia sendiri merasa risih di perhatikan oleh suaminya. Namun dia tak menegur ataupun menanggapinya.
Wanita hamil itu justru mengusap perut buncitnya penuh kasih sayang. Dia mencoba menerima semuanya meski sangat berat.
"Oh ya sepertinya mantan kekasihmu akan pindah. " ceplos Bryan.
Deg
Jia terkejut mendengar pengakuan suaminya mengenai Joshua. Dia langsung menoleh kearah Bryan dengan tatapan tak percayanya.
"Kamu pasti bohong, enggak mungkin kak Josh pindah. " sangkal Jia.
Bryan hanya mengedikkan bahunya acuh. Dia tak peduli jika istrinya tak percaya dengan omongan dirinya.Jia sendiri lantas meraih ponselnya, segera menghubungi Joshua. Dia tak bisa menghubungi nomor Joshua yang membuat mata Jia berkaca kaca.
"Ternyata aku di blokir. " gumam Jia dengan kecewa.
Jia lekas membaca pesan yang di kirimkan oleh Joshua.
from Joshua
Lupakan aku Jia, sama seperti kamu melupakan aku dan berpaling ke pada Bryan. Aku sangat kecewa dengan kamu yang mengkhianati cinta kita. Aku patah hati Jia, impianku meraih kebahagiaan bersamamu telah pudar.
Aku telah memutuskan pergi,aku harap kamu bahagia dengan pilihan kamu.
Jia tentu saja tersakiti dengan pesan yang di kirimkan Joshua padanya. Wanita itu menjatuhkan ponselnya kemudian menangis tersedu sedu.
huhu
Bryan hanya diam saja saat istrinya menangisi sang mantan. Jia sendiri lekas bangkit, berniat pergi namun Bryan menahannya.
"Kau mau ke mana? "
"Minggir kak,aku mau cegah kepergian kak Josh. " pekik Jia emosi. Bryan tetap mencegah istrinya pergi.
"Diam! " sentak Bryan yang membuat Jia kembali menangis.
"Kau lupa, kau sedang hamil saat ini Jia. "
Tubuh Jia seketika lemas. Bryan segera membopongnya lalu membawanya ke kamar mereka. Pria itu membaringkan istrinya ke atas ranjang mereka.
Jia meringis kesakitan. Bryan yang panik segera menghubungi dokter. Beberapa menit berlalu dokter datang,memeriksa keadaan Jia.
"Nyonya Jia stress Tuan, wanita hamil tak boleh stress dan
kelelahan. " ungkap dokter.
Setelah memberikan resepnya dokter segera ke luar di antar Bryan. Setengah jam berlalu Bryan kembali, sambil membawa obat yang di tebus di apotek.
Di taruhnya nampan berisi segelas air putih di atas meja. Bryan pun menghembuskan nafas panjang, menatap lurus kearah istrinya yang telah sadar.
"Saat ini kamu sedang hamil, kata dokter kamu tak boleh stress dan kelelahan. " ungkap Bryan dengan wajah datarnya.
Jia sendiri tak merespon pernyataan sang suami. Wanita itu sibuk nenangis, dia tak bisa kehilangan Joshua dalam hidupnya.
"Percuma kau menangis Jia, Joshua telah pergi ke Bandara. " ujar Bryan tanpa ada yang di tutup tutupi.
"Sebaiknya hentikan tangisanmu Jia, kau minum obat lebih dulu. " bujuk Bryan. Pria itu duduk di sebelahnya, dia sempat membisikkan sesuatu yang membuat Jia menurut. Wanita hamil itu lekas meminum obatnya dengan segera.
Setelah selesai Bryan bangkit dan memilih ke luar dari kamar. Jia menghapus air matanya dengan kasar,menatap penuh kebencian suaminya.
Dia menyentuh perut buncitnya, saat ini dia tak bisa berbuat apapun. Jia menghargai keputusan yang dibuat Joshua. Wanita itu berharap kelak bisa bertemu dengan sang mantan dalam keadaan berbeda nantinya.
"Kenapa semua orang tak percaya padaku.Aku sama sekali tak menggoda kak Bryan dan sekarang aku telah kehilangan Joshua. " ungkapnya.
"Aku kira kau akan tetap percaya sama aku kak josh, namun dugaanku sangatlah salah. "
Jia menyandarkan tubuhnya ke headboard ranjang dengan posisi nyamannya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!