"Mas danu, bagaimana baju pengantinya,bagus?"
Danu tergagap menatap ibunya berdiri di samping wanita cantik yang sedang mencoba kebaya pengantin.
" Ah? Iya, bagus, cantik," Jawabnya kebingungan sambil menggaruk pelipisnya yang tidak gatal.
"Kamu kenapa mas? Seperti banyak pikiran? " Tanya Umi Maryam.
"tidak ada apa-apa Umi, hanya urusan kantor sebentar lagi Danu kan cuti lama, banyak urusan yang harus di selesai kan."
Sejak datang ke butik Danu memang lebih terlihat sibuk dengan gawainya,pernikahannya dengan Belinda astari akan di laksanakan satu minggu lagi, akan tetapi fitting baju pengantin baru bisa di lakukan karena Danu yang selalu beralasan sibuk, keluarga dan calon istrinya pun memahami hal tersebut.
Setelah mengantar Belinda pulang, kini Danu mengantar ibunya kembali ke rumah, mereka memang berasal dari satu kampung yang sama.
"Umi, Danu langsung balik kota ya, banyak pekerjaan yang harus cepat selesai! "Ucap Danu sambil membuka pintu mobil untuk ibunya.
" Umi pikir mas Danu nginap,"
"Maaf umi, Danu berangkat! " Jawab Danu sambil berlalu secepatnya masuk mobil.
"Tapi mas…" Kata kata Umi Maryam menggantung karena Danu memacu cepat mobilnya.
"Gak biasanya mas Danu buru-buru, sampai tidak sempat cium tangan, ada apa ya?" Gumam umi maryam sambil masuk rumah membawa banyak tentengan belanjaan.
"Lho Danu mana Umi?kenapa Umi yang bawa belanjaan sendiri? " Tanya Abah Usman pada istrinya mengambil alih membawa tentengan belanjaan masuk ke rumah.
"Itulah Bah, Umi juga bingung, ga biasanya mas Danu seperti ini, tadi di butik juga sibuk terus dengan gawainya, katanya sih banyak kerjaan, " Jawab Umi Maryam sambil menuangkan air minum di meja makan.
Sesibuk-sibuknya Danu tidak pernah dia seperti ini, selalu pamit pada orangtua nya,bahkan saat berkumpul dia pasti akan meletakkan gawainya karena menurut Danu waktu bersama keluarga adalah yang paling penting.
***
Setelah di antar Danu dan umi maryam dari butik tempat fitting kebaya, Belinda langsung masuk ke rumah berganti baju santai rumahan, segera menuju dapur karena di sana sudah sibuk beberapa tetangga dan saudara yang gotong royong membuat aneka kue untuk pesta pernikahannya nanti.
Seperti inilah di kampung jika ada yang hajatan, maka tetangga dan saudara akan berkumpul untuk membantu dari jauh jauh hari.
Di belakang rumah terdengar riuh Bapak-bapak sedang membangun dapur sementara untuk memasak.
Untuk acara ijab kabul dan temu manten akan di laksanakan di rumah mempelai wanita, sedangkan ngunduh mantu nanti tidak ada pesta, Abah Usman merupakan petani dan pedagang yang sukses di kampung akan menggelar pengajian akbar dan pesta rakyat.
"Lho, sudah pulang Nduk?" Tanya Bu Arni sambil celingukan ke depan, Belinda pun ikut menoleh arah pandang ibunya.
"Nyari apa sih Buk? Anaknya di depannya ini! " Tunjuk Belinda pada dirinya sendiri.
"Kamu sendiri? Tadi kan sama Danu dan Umi Maryam, mereka ga mampir, Nduk? " Tanya Bu Arni masih dengan raut muka bingung.
"Mas Danu harus cepet balik ke kota Buk, sebentar lagi cuti pekerjaan harus beres sebelum di tinggal," Jawab Belinda sambil duduk menyomot satu buah nastar langsung memakannya.
"Memangnya kalau kerja kantoran gitu ya? Ibu baru tahu. "
"Eh hem, " Belinda hanya menjawab dengan anggukan karena mulutnya penuh dengan nastar, Riska sepupunya melihat itu langsung memukul tangan Belinda yang hendak mengambil nastar lagi "calon manten kalo makan kira kira dong, nanti kebayanya ga muat pakai daster Bulik mau?? "
"Ya ampun Bel kalau makan kira kira ini calon manten kenapa makannya bar-bar, nanti Danu bingung kenapa istrinya kayak gapura depan di bedaki!! " Omel Bu Arni mengambil nampan berisi nastar baru matang di depan Belinda.
"Tau nih, calon manten tu puasa biar nanti manglingi, ga kayak kamu makan terooossss, " Ucap Riska sambil terkikik melihat tingkah sepupunya.
"Gimana ga makan mulu,banyak makanan enak enak, biasanya karak doang! " Jawab Belinda sambil tertawa cekikikan.
Bu arni yang mendengar anaknya cekikikan langsung melempar lap yang ada di bahunya
"Bilang sekali lagi cuma ada karak doang!! "
"Bapak tolong ibu keluar tanduuukkk…" Pekik Belinda sambil berlari ke belakang.
"Dasar bocah mau kawin juga ga berubah kelakuan."
******
Umi maryam berusaha menghubungi Danu berkali-kali tapi tidak ada jawaban dari seberang.
[Mas Danu sudah sampai nak? ] 18.05
[Kalau sudah sampai telp umi ya nak] 19.45
[Mas, apa masih sibuk? Jangan lupa sholat, makan ya, umi tunggu] 20.14
[Mas Danu masih di kantor nak? ] 21.18
Dengan gelisah Umi, terus memandangi gawainya, pesan yang dia kirim untuk Danu belum juga di baca, telpon pun tidak di angkat.
Tiba-tiba gawai yang di letakkan di meja berbunyi, gegas Umi mengambilnya dia kira Danu lah yang menghubungi nya ternyata Belinda.
"Assalamu'alaikum Umi,"
"Waalaikumsalam wr wb, ada apa Nduk? "
"Umi baik baik saja? Suara Umi terdengar khawatir? "
Terdengar helaan nafas Umi yang berat
"Umi hanya cemas, kenapa Danu belum juga memberi kabar, ini sudah malam. "
Sebenarnya di seberang telp Belinda juga khawatir, karena pesan dari Belinda belum juga di balas oleh Danu sejak mereka pulang dari butik tadi, tak ingin menambah kekhawatiran Umi Maryam, Belinda pun terpaksa berbohong.
"Umi jangan khawatir ya tadi sore Mas Danu sempat memberi kabar kalau hari ini harus lembur, kemungkinan sampai malam,karena tadi Mas Danu ijin untuk fiting baju, jadi untuk mengganti jam kerjanya harus lembur. "
"Oh gitu ya? Ya sudah kalau gitu, umi mau tidur kamu juga istirahat ya jangan begadang, Ibumu bilang kamu suka begadang? "
"Ga setiap hari Umi," Jawab Belinda sambil garuk garuk kepala yang tidak gatal, kenapa dia jadi salah tingkah sendiri.
"Ya sudah Umi istirahat juga, Mas Danu baik baik saja, jangan banyak pikiran ya Mi, assalamu'alaikum. "
"Waalaikumsalam." Meskipun belum sepenuhnya lega karena belum mendengar suara putranya setidaknya umi tahu kalau danu baik baik saja.
***
Tujuan Belinda menghubungi calon ibu mertuanya sebenarnya ingin menanyakan Danu, ternyata Umi juga sedang cemas menunggu kabar putra pertamanya itu.
Setelah menutup telpnya, Belinda memeluk gawainya "dimana kamu Mas?" Desah belinda, pikiran nya menerawang jauh dia takut apa yang menjadi kekhawatiran nya menjadi kenyataan.
"Astaghfirullah, sadar bel sadar," Sambil menepuk nepuk pipinya, Belinda segera mengambil tumbler yang ada di nakas dekat ranjang nya, dihabiskannya hingga tandas isi dari tumbler tersebut.
"Kalo kata Riska harus selalu positif thinking, ga boleh negatif negatif nanti jodohnya lari, apaan sih riska," Belinda mendesah kasar sambil memandang tumbler yang dia pegang.
"Yaaah habis klau ngompol bisa di amuk Ibunda ratu permaisuri nya raja Yudi," Gumam Belinda sambil terkikik.
"Bertapa dulu ah di toilet,biar ga ngompol kata Ibunda mah," Belinda terkikik sambil berjalan ke arah kamar mandi.
***
Keesokan harinya, umi maryam kembali gelisah menatap gawainya karena belum lagi ada kabar dari putra pertamanya.
"Belum ngasih kabar juga mi?" Abah Usman baru keluar kamar sambil Mengancingkan baju berjalan ke arah istrinya yang tengah duduk gelisah di sofa ruang tengah.
"Belum bah," Desah Umi Maryam.
"Apa kita lihat datangi rumah nya ya Bah, jangan-jangan Danu sakit atau…." Tiba tiba gawai umi maryam berbunyi,senyum terkembang di wajah yang masih terlihat cantik di usianya.
"Assalamu'alaikum Danu, kamu baik-baik saja kan? Apa sakit?sudah makan? Kenapa pesan umi tidak di balas?" Umi memberondong pertanyaan pada putra pertamanya itu.
Terdengar kekehan diseberang telp "waalaikumsalam Umiku yang cantik, satu-satu dong, Mas ganteng kan bingung jawab yang mana dulu! "
"Tapi kamu baik baik saja kan, Mas? Umi khawatir, "
"Baik umi, Danu sudah bilang saat sedang sibuk sibuknya di kantor menjelang cuti ya sudah ya Umi, Danu di tunggu bos untuk meeting,Assalamu'alaikum," Danu menutup telpnya sepihak tanpa sempat mendengar umi nya menjawab.
"Waalaikumsalam….. " Umi menjawab salam dengan lirih sambil menatap gawainya,ada rasa sesak saat mendengar anaknya bekerja terlalu keras seperti ini.
"Gimana umi?" Abah Usman bertanya sambil menjaatuhkan bobotnya di sofa sebelah istrinya.
"Langsung di matikan Bah,padahaal masih banyak yang mau Umi tanyakan. "
"Ya sudah Umi, kita do'akan saja semoga Danu urusannya lancar segera selesai, hingga nanti saat pernikahan tidak kepikiran pekerjaannya."
"Iya abah, amin, ini Abah mau kemana? Sudah rapi begini, " Tanya umi dengan tatapan penuh Tanya.
Abah Usman terkekeh melihat istrinya"Abah mau memastikan sekali lagi semua vendor untuk pernikahan anak anak nanti sudah siap tanpa ada kendala. "
Umi maryam tersenyum sambil mencium tangan suaminya dengan takzim.
***
Suara nada dering menjerit-jerit di gawai Belinda yang di letakkan di atas meja makan membuat bu arni kaget hingga sendok yang pegang terjatuh.
"Astaghfirullah, Belindaaaaa…….kalau jantung ibu pindah perut gimana???? Suara HP ngalahin toa masjid!" Teriak bu arni.
Sang pemilik gawai berlari masuk sambil cengar cengir kuda,setelah melihat nama Danu di layar ponselnya Belinda langsung jingkrak jingkrak bahagia, akhirnya yang di nanti.
"Dari ayaaannnkkk,"teriaknya.
"Hallo assalamu'alaikum mas Danu," Suara Belinda terdengar lembut mendayu dayu,bu Arni yang mendengar suara Belinda memperlihatkan mimik seolah ingin muntah.
"Ya Allah itu kalo Danu tahu kelakuan asli Beliden apa kagak jantungan, ampun ampun punya anak ajaib semua," Ucap bu arni sambil geleng-geleng kepala.
"Waalaikumsalam dek,kabar mas baik kok,lihat HP kaget banget kamu sama umi lomba kirim pesan,"
"Mas Danu tidak ada kabar, kita khawatir di sini,"
Belum selesai Belinda bicara, di seberang telp terdengar seseorang membanting pintu, segera Danu memutus telpnya sepihak, meninggalkan Belinda dengan seribu tanya.
"Siapa yang banting pintu ya?"
Bab 2
Dasar sebuah hubungan adalah kepercayaan dan komunikasi. Saat ini Belinda yang tengah bingung tiba tiba Danu memutus sepihak panggilan telp mereka, dia berusaha untuk percaya dan berpikir positif mungkin atasan Danu marah karena meninggalkan pekerjaan,meskipun hatinya ragu karena sekilas dia mendengar ada yang memanggil HON.
Lagipula Belinda tidak mau berpikir yang tidak tidak, karena perkataan Riska selalu terngiang-ngiang di otak cantiknya.
" Jadi orang itu selalu mikir positif saja,jangan negatif mulu tau ga kalau orang yang berpikiran negatif terus ntar jodohnya lari, mau? "
"Ga mau Riska iiihhhh, kenapa harus ngomong gitu sihh, liat aja ntar! " Ucap Belinda sambil menggelengkan kepala.
Satria yang kebetulan lewat didekat kakaknya terheran-heran melihat kakaknya,dia pun berteriak sambil memegang kening kakaknya.
"Tolong ibuk, bapak, mbak Beli kesurupan….. " Beli adalah panggilan kesayangan semua keluarga untuk gadis yang sebenar lagi berubah statusnya menjadi istri orang.
Terlihat beberapa orang keluarga yang memang sibuk si belakang lari berhamburan menghampiri Belinda yang masih di pegangin satria,sementara Belinda yang masih belum menyadari ulah adiknya hanya bengong.
Bu Arni segera menepuk nepuk pipi Belinda "bel, bel sadar bel ini ibuk ratu permaisuri raja Yudi bel sadar…… . "
"Coba di sembur pakai air bu,biasanya kan
Gitu orang kesurupan, " Usul Satria.
"Apaan sih, orang Belinda ga apa-apa, semua ini gara-gara Riska tuu, sebel akutuh, " Ucap Belinda sambil berdiri berjalan masuk kamar.
Riska yang daritadi berdiri di dekat pintu penghubung ruang tamu dan ruang makan bengong sambil menunjuk dirinya sendiri "orang daritadi cuma diem masih juga salah,"
Semua orang yang ada di sana seketika tertawa melihat tingkah Belinda "ada-ada aja tingkah si Beliden jangan-jangan kena sawan calon manten itu bocah, " Ujar pak Yudi geleng-geleng.
***
Empat hari sebelum hari pernikahan di laksanakan, harusnya Danu sudah pulang karena ada serangkaian adat yang harus di lakukan, hingga menjelang malam belum juga nampak kedatangan nya.
Umi maryam yang duduk gelisah di ruang tamu tidak menyadari saat suaminya duduk di sebelahnya sambil memeluk pundak istrinya, umi maryam terkejut reflek memukul suaminya.
"Abah, iiihhh ngagetin aja, " Rajuk umi maryam
Abah usman terkekeh melihat istrinya merajuk "Umi, waktu maghrib sudah lewat setengah jam yang lalu waktunya pendek, kenapa harus di tunda? " Suara lemah lembut abah Usman selalu berhasil menenangkan hati umi maryam yang gundah.
"kenapa Danu belum sampai ya? Tadi dia bilang berangkat siang, perjalanan kan cuma 2jam saja ini kenapa sampai menjelang malam belum juga sampai, Umi khawatir, bah, "ujar Umi Maryam yang pandangannya lurus ke arah pintu.
" Udah Umi sholat dulu, mungkin Danu masih di jalan istirahat sholat, " Usul Abah Usman yang di jawab dengan anggukan oleh istrinya.
Sebenarnya Abah Usman juga merasa khawatir,mendengar istrinya yang selalu mengeluhkan Danu yang sulit di hubungi,diam-diiam abah Usman berusaha untuk komunikasi dengan anaknya, tapi hasilnya nihil.
Beberapa kali pesannya tak di balas, hingga pernah sekali telp nya di angkat dan itu bukan Danu yang menjawab,suara berat seorang laki-laki yang menjawab dan memintanya untuk tidak mengganggu Danu lagi.
Karena tidak ingin membuat istrinya makin khawatir, abah usman berusaha untuk setenang mungkin.
Merasa ada yang janggal Abah Usman berencana menyuruh Rendi, orang kepercayaannya untuk menjemput Danu ke kota,hati kecil Abah Usman berkata ada yang tidak beres.Gegas ia keluarkan gawai yang ada di saku baju kokonya.
[Rendy,kmu berangkat ke kota sekarang jemput Danu dan jangan sampai ada yang tahu]
Setelah pesan terkirim abah usman segera menghapus pesan tersebut.
***
Tenda pesta sudah terpasang di rumah pak Yudi,saudara juga sudah berkumpul karena nanti malam akan di laksanakan pengajian, esok hari siraman dan malamnya akan dilangsungkan malam midodareni.
Semua terlihat bersukacita, pak Yudi semangat terjun langsung melihat persiapan memastikan semua sempurna tanpa kurang satu apapun, sedangkan bu Arni sibuk di dalam memastikan lagi stok makanan karena tidk mau saat acara nanti kekurangan makanan.
Tapi berbeda dengan calon mempelai wanita,terlihat murung dan gelisah di dalam kamar, sambil terus menatap gawainya,sudah tiga hari handphone Danu tidak aktif terakhir kali mereka kominikasi terdengar suara Danu yang terburu-buru mengatakan semua baik-baik saja Danu juga menyuruh Belinda untuk selalu bahagia.
Saat malam hari pengajian pun berjalan dengan khidmat,tanpa mereka tahu di rumah Abah Usman berusaha menenangkan istrinya yang mulai terisak di kamar menangisi Danu yang entah dimana.
Rendi yang di minta abah usman menjemput Danu ke kota juga belum memberi kabar. Abah usman pun meminta Angga anak keduanya yang bekerja di ibukota untuk mencari keberadaan kakaknya sekalian perjalanan pulang.
***
Adzan shubuh berkumandang, namun Belinda Belum bisa memejamkan matanya dari semalam.Gegas Belinda bangun dan mengambil handuk, mandi dan melaksanakan kewajiban nya agar hatinya lebih tenang.
Saat melangkah keluar kamar yang pintunya menghadap ruang tamu dia melihat kedatangan Rendy yang datang dengan wajah yang di tekuk.
"Assalamu'alaikum,mbak Bel, " Ucap Rendi lirih.
"Waalaikumsalam, masuk mas Ren,"
Dengan langkah ragu Rendy masuk ke rumah duduk di karpet ruang tamu memang kursinya dikeluarkan untuk acara nanti siang.
"Bapak sama ibu mana, Mbak?" Tanya Rendy ragu.
"Ada di belakang ada apa, Mas?" Tanya Belinda penuh selidik.
" Bisa di panggilkan, Mbak?" Jawab rendy.
Belinda segera beranjak dari duduknya, memanggil orangtuanya memang sudah terlihat sibuk meskipun matahari belum menampakkan sinarnya.
"Eh ada mas Rendy, tumben pagi-pagi ada apa mas? Apa di suruh pak usman mengecek kesiapan acara? Bisa mas Rendy lihat semua sudah siap!" Ujar pak Yudi sambil menunjuk tempat yang akan di gunakan untuk siraman nanti siang.
"I-iya, pak," Jawab Rendy terbata-bata.
"Mas, sebenarnya ada apa? Jangan bertele-tele seperti itu? Mas Danu baik-baik saja kan? " Tanya belinda emosi melihat Rendy tak langsung bicara maksud kedatangannya.
"Belll….." Tegur pak Yudi.
"Ada apa sebenarnya, mas Rendy? " Tanya pak Yudi sambil menggenggam tangan Belinda agar lebih tenang.
"Begini pak sebelumnya mohon maaf,Umi Maryam tadi malam di larikan ke rumah sakit karena tidak sadarkan diri,karena……" Rendy ragu meneruskan ucapannya.
Sorot tajam Belinda membuat nyali Rendy menciut meneruskan kalimatnya.
"Innalillahi, sekarang di rumah sakit mana,Mas?" Tanya bu arni cemas.
"Rumahsakit harapan bu," Jawab Rendy.
"Mas, katakan penyebab Umi bisa tidak sadarkan apa? "Tanya belinda emosi.
"Bel,sabar kita ke sana ya! "Saran bu Arni sambil memeluk pundak Belinda.
" Katakan Mas,apapun itu aku siap! "Tegas Belinda dengan wajah memerah.
"Bel…… " Tegur pak Yudi.
"Mas Danu menghilang." Lirih Rendy, tanpa berani melihat ke arah keluarga pak Yudi.
Pak Yudi terlihat menghela nafas kasar,bu Arni hanya mengucap istighfar sambil mengelus dada. Tapi entah kenapa Belinda terkekeh seperti tidak terkejut mendengar berita ini, dia seperti sudah menduga hal ini akan terjadi.
"Jadi mas Danu benar-benar pergi," Lirih Belinda.
"Mas Rendy pulang saja, nanti kita menyusul ke rumah sakit!" Perintah pak Yudi pada Rendy yang hanya diam mematung melihat raut wajjah marah dan kecewa pada pak Yudi.
"Baik Pak, saya permisi assalamu'alaikum! " Ucap Rendy sambil beranjak pergi dari rumah pak Yudi.
"Waalaikumsalam, " Lirih bu Arni dengan tatapan kosong.
Seketika hening, tanpa ada yang berbicara semua sibuk dengan pikiran masing-masing.
"Bel…… " Bu Arni memanggil nama anaknya dan menariknya dalam pelukan.
"Bohong kalau Belinda bilang baik-baik saja buk,tapi seperti sudah bisa menduga sebelumnya kalau hal ini akan terjadi lagi." Ucap Belinda lirih dengan tatapan menerawang jauh kedepan.
Seperti terlempar ke masa lalu, sebuah pernyataan yang membuat luka hati begitu dalam.
"Bapak, ibu maafkan kedatangan saya yang mendadak, maksud saya menghadap ke sini karena ingin mengembalikan Belinda secara baik-baik, saya tidak bisa menikahi anak bapak dan ibu karena saya harus bertanggung jawab menikahi arina karena dia tengah hamil anak saya! "
Saat itu dunia terasa hancur,kebahagiaan yang dia impikan ternyata di rebut sahabatnya sendiri. Saat ini kejadian itu terulang lagi trauma di tinggalkan menjelang hari pernikahan terjadi lagi.
"Miris ya pak, buk nasib Belinda astari ini selalu di tinggal pergi menjelang pernikahannya. Tapi, Haikal lebih gentleman berani datang mengembalikan Belinda secara baik-baik, sedangkan Danu dia pengecut yang pergi tanpa permisi."
Tanpa terasa cairan hangat sudah mengalir di pipi gadis yang telah di hancurkan mimpinya oleh pemuda pengecut.
Tiba tiba mereka di kejutkan suara teriakan satria dari arah kamar.
Sakit hati kedua kalinya di tinggal pergi calon suami menjelang hari bahagia bisa Belinda hadapi, meskipun sakit hati yang dia rasakan akan dia bawa entah sampai kapan. Tetapi sakit hati melihat bapaknya terkapar tak berdaya karena apa yang terjadi pada dirinya membuat Belinda marah, marah dengan keadaan, marah dengan siapa saja yang membuat keadaan menjadi kacau seperti ini.
Teriakan satria dari arah kamar belakang membuat bu Arni dan Belinda kaget, dan segera berlari ke arah sumber suara.
"Bapakkkk…….. Tolooonngg… . " Teriakan satria yang berhasil membuat semua orang yang ada di luar berhamburan masuk ke dalam.
Meskipun matahari belum menampakkan sinarnya tapi kondisi rumah pak Yudi sudah ramai oleh saudara dan juga tetangga yang membantu.
Melihat ayahnya tidak sadar dan sesak nafas, gegas Belinda mengambil oksigen portable yang selalu ada di kamar orangtuanya,sambil menyuruh semua orang keluar memberi ruang agar pak Yudi bisa bernafas.
"Pakde kamal siapkan mobil kita ke rumah sakit sekarang!, satria, pakde wayhu minta tolong angkt bapak, " Pinta Belinda pada saudaranya yang ada disana sambil terisak, dia takut di tinggalkan cinta pertamanya itu.
"Ibuk siapkan keperluan bapak ya, nanti di antar satria biar Bel yang antar bapak dulu! " Pintanya pada sang ibu yang hanya di jawab anggukan oleh bu Arni.
Dengan kecepatan penuh pakde Kamal memacu kendaraan roda empat yang mereka tumpangi,untung nya jalanan masih agak lengang karena hari masih pagi.
Di bangku tengah pak Yudi di dudukkan sambil di peluk Belinda.
"Pakde bisa lebih cepat lagi, oksigen bapak sudah habis. " Pinta Belinda dengan raut wajah cemas.
"Sabar ya Nduk,sudah di depan itu." Jawab pakde kamal tak kalah paniknya dengan keponakan nya itu.
Tiba di depan UGD pak Wahyu yang duduk di depan segara berlari memanggil petugas sambil mendorong brankar.
"Pak tolong adik saya sesak nafas," Pintanya pada petugas UGD dengan cemas.
Pak Yudi segera di tangani di dalam,pakde Wahyu memeluk keponakan nya mengajaknya duduk di ruang tunggu, banyak pertanyaan di benaknya tapi dia belum berani bertanya pada keponakannya.
Pakde wahyu tahu betul penyakit adik iparnya tidak akan kambuh jika tidak mempunyai masalah yang berat.Dia sempat berfikir apa ada hubungannya dengan kedatangan Rendy shubuh tadi.
Tak lama bu Arni dan Satria datang,bu Arni langsung menghambur ke kakaknya yang memeluk Belinda di kursi ruang tunggu, sedangkan Satria mengurus administrasi.
Pakde Kamal yang baru selesai memarkirkan mobil bertemu dengan Rendy di parkiran bersama bik atun ibunya,pakde Kamal pun memanggi Rendy karena posisi Rendy yang membelakangi pakde kamal.
"Ren,ngapain kamu kesini? Bawa tentengan segala, ada saudara yang sakit? " Tanya pakde kamal.
Rendy yang menoleh terkejut melihat ada pak Kamal di rumah sakit ini,sedikit ketakutan karena Rendy tahu betul watak laki-laki yang berdiri berkacak pinggang di depannya.
"Bapak sendiri kenapa di sini pagi-pagi? " Tanya Rendi takut.
"Kamu ini ditanya malah balik nanya,itu Yudi sakit baru masuk UGD! " Seru pak kamal membuat Rendy semakin menciut.
Suara dering handphone di dalam tas menjadi kelegaan tersendiri bagi pemuda itu,melihat nama abah Usman di layar gawainya menjadi alasan segera meninggalkan laki-laki temperamen di hadapannya.
"Saya permisi pak,sudah di tunggu!, ayo bu! " Gegas Rendy pergi menggandeng ibunya.
"Dasar bocah ditanya malah kabur," Gerutu pak kamal sambil berjalan ke arah UGD
Sampai di UGD pak kamal melihat bu Arni di gotong petugas di naikkan ke atas brankar,segera berlari dan bertanya pada satria penyebab ibunya sampai pingsan.
"Melihat bapak belum sadar dan ada alat perekam jantung menempel didada bapak membuat ibu pingsan pakde," Jawab Satria sambil mngusap kasar wajahnya.
"Sat, ada apa sebenarnya?"tanya pak Kamal pada keponakannya.
" Satria juga ga tahu pakde,waktu satria mau ke dapur satria melihat bapak jatuh di pintu kamar sedangkan ibu sama mbak Belinda di depan,tadi sepertinya ada mas Rendy. " Ujar satria.
Mendengar jawaban satria,pak kamal berjalan ke arah ruang rawat inap bertanya pada petugas apa ada pasien bernama Usman atau Maryam. Setelah mendapat jawaban gegas pak kamal berjalan menuju kamar yang di maksud.
Belum samapai d ruangan yang di maksud pak kamal bertemu dengan abah Usman yang berjalan beriringan dengan Rendy. Melihat pak kamal abah Usman tidak terkejut karena Rendy sudah memberitahu bahwa dia bertemu pak kamal mengantarkan pak Yudi yang sedang sakit.
"Man, apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa istrimu sampai di rawat? Yudi juga saat ini d UGD barusan Arni juga pingsan di UGD?? Apa yang aku tidak tahu? " Pak kamal memberondong pertanyaan pada teman masa kecilnya tersebut, bukannya memberi jawaban Abah Usman mengajak pak Kamal untuk ngobrol di taman dan menyuruh Rendy untuk lebih dulu melihat kondisi pak Yudi.
"Semua di luar kendaliku mal," Abah usman menghela nafas kasar.
"Danu menghilang,beberapa hari handphone nya tidak aktif, aku menyuruh Rendy untuk menjemput nya di kota bukannya ketemu Danu malah Rendy ketemu Angga kebetulan di minta uminya mampir menjemput kakaknya," Abah usman menjeda ucapnya sambil mendesah kasar.
"Mereka bertanya pada warga sekitar, menurut keterangan warga rumah Danu sudah kosong sekitar tiga bulan lalu, tak kurang akal mereka ke kantor tempat Danu bekerja ternyata danu sudah satu bulan resign dengan alasan akan menikah dan meneruskan usaha di kampung,semua teman-teman yang sekiranya akrab dengan Danu pun tidak tahu menahu dimana anak itu berada."jelas abah usman.
"Kalau kamu mau marah silahkan, memang anakku penyebab semua kekacauan ini," Sambung Abah Usman.
Pak kamal hanya terdiam mendengar penjelasan dari sahabat nya, dia merasa bersalah pada keponakan perempuan satu-satunya. Bagaimana tidak perjodohan ini berawal dari idenya,kini karena perjodohan ini pula dia memberi luka yang dalam pada Belinda, tanpa dua orang itu sadari Belinda berada tak jauh dari mereka,pak kamal yang melihat Belinda segera beranjak mendekati gadis itu dan menariknya dalam pelukan.
"Maafkan pakde, " Lirih pak kamal sambil mengelus surai hitam Belinda.
*******
Saat siang hari pak Yudi sudah dipindahkan ke ruang perawatan VVIP di dekat kamar rawat umi maryam,abah usman yang meminta sebagai bentuk pertanggungjawabannya.
Bu Arni yang masih lemas badannya tertidur di kasur penunggu pasien,beliau tidak di rawat karena pingsan tadi, dia memilih menggeser kasunrnya agar dekat dengan suaminya.
Pak kamal dan pak wahyu di minta Belinda untuk pulang mengurus acara siraman yang gagal di laksanakan.untuk kelanjutan besoknya nanti di bicarakan lagi.sedang satria pulang untuk mengambil baju ganti orangtuanya.
Belinda duduk termenung di brankar samping ayahnya, hinggap pak Yudi sadar dan memanggil anaknya untuk mendekat.
"Beli…… anak Bapak," Panggil pak Yudi
Dengan senyum mengembang Belinda mendekat dan memeluk ayahnya, dia sudah berjanji tidak akan menangis lagi setelah ini.
"Baginda raja sudah sadar?? Kangen ga sama ibunda ratu? Tuu sampe kasur aja di geser saking ga mau jauh dari sang pujaan hati," Seloroh Belinda hingga membuat keduanya terkekeh
Pak Yudi tidak menyangka anak gadisnya masih bisa tersenyum dan menggoda nya.
"Maafkan Bapak ya, sudah merepotkan kalian," Ujar pak Yudi dengan mata berkaca-kaca.
"Permintaan maaf di terima yang mulia," Jawab Belinda sambil menangkupkan kedua tangan di dada, lagi mereka tertawa bersama.
Hingga suara ketukan di pintu menghentikan tawa mereka, keduanya kompak menoleh ternyata Satria yang datang membawa koper dan totebag berisi makanan, melihat ayahnya tersenyum membuat satria ingin menggoda ayahnya juga.
"Assalamu'alaikum baginda raja, pangeran Satria datang membawa banyak makanan!"seloroh satria sambil menunjukkan totebag nya.
"Ya ampun banyak amat, mau piknik apa gimana?" ProteS Belinda pada adiknya.
"Bude tari bilang di rumah banyak makanan, daripada beli,oh ya pak pulang yuk besok gantiin mbak Beli duduk di pelaminan, kan sayang bayar mahal-mahal cuma di anggurin,kalau boleh sih biar Satria aja yang gantiin sama Dania," Kelakar satria.
"Sekolah yang bener baru mikirin kawin,"sungut Belinda sambil memukul lengan adiknya.
" Sat,mana jus alpukat pesenan mbak? "
"Emangnya nitip??? "
Belinda memutar bola matanya malas sambil mendesah kasar.
"Ya udah jagain bapak sama ibuk dulu, mbak mau ke kantin,laper dari pagi belum makan,"
"Mbak ini banyak makanan!" Seru satria sambil mengangkat totebagnya.
"Lagi pengen jus alpukat, Ibu mau?" Tawar Belinda pada ibunya yang terlihat bangun.
Bu Arni hanya mengangguk lemas, Belinda pun beranjak ke kantin,sebenarnya ingin mampir ke kamar rawat umi maryam karena dia belum sempat melihat kondisi calon mertuanya tersebut.dia berpikir nanti saja sekalian mau di belikan jus kesukaan Umi.
Ketika menunggu pesanan jus di kantin rumah sakit,belinda sibuk dengan gawainya hingga tak menyadari seseorang duduk di seberang mejanya dan memanggil namanya.
"Belinda astari."
Belinda mendongak, seketika bengong melihat siapa yang ada di depannya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!