NovelToon NovelToon

Pembantu Cantik Idaman CEO

BAB 1. DI PECAT

"Nia! segera kau kemasi barang-barang mu, dan ini gaji mu." ucap Nyonya mau nikah yang sudah tidak tahan dengan pembantunya yang bernama Nia. Pasalnya, pekerjaan dia selama bekerja di rumahku utama keluarga Zidan, tidak pernah becus menurut Nyonya Monica.

Bagaimana tidak, setiap kali disuruh memasak, masakannya tidak pernah pas di lidah Nyonya Monica dan juga putranya Zidan. Dalam segi kinerja, Nia masih di bawah rata-rata.

"Nyonya Maafkan saya, Saya akan belajar lebih baik lagi."mohon Nia penuh harap. berharap Nyonya Monica memberikan kesempatan sekali lagi kepadanya. Tapi sayangnya, videonya Monica sudah beberapa kali memberikan kesempatan terhadapnya. Tapi wanita itu tidak pernah belajar dari kesalahan. Selalu melakukan kesalahan yang sama.

"Saya sudah tidak mau kamu bekerja di sini. mbok tolong urus dia, Saya tidak mau melihat dia lagi di rumah ini."Nyonya Monica langsung pergi setelah memerintahkan asisten rumah tangganya agar mengurus kepulangan Nia.

"Ayo Nia. Kamu juga kalau dibilangin suka menjawab."Nia menangis selalu mengikuti langkah asisten rumah tangga itu menuju kamarnya.

Mbok Zubaidah, salah satu asisten rumah tangga yang paling dipercaya oleh Nyonya Monica. sehingga janda Monica mempercayakan dirinya untuk mencari yang akan bekerja di rumahnya.

Zidan terbangun dari tidurnya. Ia merasa tidurnya terusik dengan seseorang yang sedang marah-marah. Ya, Siapa lagi kalau bukan Nyonya Monica yang setiap pagi mengoceh dengan pembantunya yang tidak becus bekerja.

Zidan berjalan menuruni anak tangga dan melihat sang mama yang sedang duduk bersandar di sofa ruang tengah.

"Ada apa Ma? pagi-pagi sekali Mama sudah marah-marah. Jangan marah terus, Nanti Mama cepat tua."Zidan sambil duduk di sebelah sang mama.

"Itu, Si Nia susah dibilangin. Nggak pernah ngerti, padahal kerjanya sudah beberapa bulan di sini." sahut Nyonya Monica.

"Ya, sudah tinggal cari yang lain. Itu aja Mama kok repot banget sih." balas Zidan. Zidan juga sebenarnya risih dengan pembantunya yang sering-sering berganti-ganti. Pasalnya beberapa pembantu, yang bekerja di rumah utama keluarga Zidan tidak pernah cocok dengan Nyonya Monica.

"Pasti. Kalau tidak Nanti yang ngurus kamu siapa, Mama? Mama sudah tua, Kenapa juga kamu nggak nikah aja biar ada yang ngurus kamu!" ucap Nyonya Monica. Zidan hanya menghela nafas panjang jika sang Mama menyinggung masalah pernikahan.

Zidan belum siap jika harus menikah dalam waktu dekat. karena ia juga belum yakin dengan pacarnya yang merupakan sekretaris sekaligus asistennya di kantor. dia juga belum yakin dengan cintanya Melisa, saat ini ia hanya bisa menjalani seperti orang kebanyakan yang mempunyai pacar atau kekasih.

Nia Dan Mbok Zubaidah datang ke ruang tengah untuk berpamitan, melihat kedatangan Nia dan Zubaidah, Zidan langsung berdiri menuju ruang makan. dia juga tidak terlalu menyukai Nia, pasalnya Nia sedikit agresif dan suka merayu dirinya.

"Nyonya, saya pamit, Terima kasih sudah memberi saya kesempatan untuk bekerja di rumah nyonya, dan Maaf jika saya banyak salah." ucap Nia meminta maaf kepada Nyonya Monica.

"Hemmm,"jawab Nyonya Monica singkat.

"Saya permisi dulu Nyonya, mau mengantarkan Nia ke terminal." ucap Ibu Zubaidah.

"Iya Bi. Pastikan selamat sampai naik busnya."

"Baik Nyonya."Ibu Zubaidah dan Nia pamit, mereka diantarkan sopir pribadi keluarga Zidane.

Sementara itu Zidane sedang asyik menyantap sarapan. Tiba-tiba ia tersedak karena menelan sesuatu di masa itu. Zidane merasa kerongkongannya sakit, lalu ia meminum air di gelasnya sampai tandas.

"Mama! ini yang masak siapa?"Nyonya Monica datang menghampiri putranya.

"Kenapa?

"Entah apa yang dimasukin ke dalam masakan ini, tenggorokanku sampai sakit karena entah apa aja yang dimasukkan di dalam masakan ini."

"Nia yang masak."jawab Nyonya Monica. Kemudian Zidane melihat sang Mama yang mencicipi makanannya, dan dalam hitungan detik Nyonya Monica langsung mengeluarkan makanan itu dari mulutnya.

"Sudah lah Ma. Zidan mau ke kantor aja. sarapannya di kantor aja nanti."pamit Zidan. dia sudah tidak berselera untuk menghabiskan sarapannya.

Setelah melakukan perjalanan kurang lebih 20 menit membelah jalanan ibukota, Zidane tiba di kantor. Setelah sampai di kantor, Zidane langsung memimpin rapat membahas proyek yang baru ia dapatkan.

Zidane merupakan CEO sebuah perusahaan bergerak di bidang properti, dia juga memiliki perusahaan di bidang konstruksi dan juga hotel dan restoran.

Di usianya yang sudah menginjak 35 tahun, dia sudah mampu mengembangkan usaha almarhum Papanya menjadi lebih baju seperti saat ini. Maka dari itu ia juga sangat berhati-hati dalam mencari pasangan hidup, bukan hanya Zidane saja yang berhati-hati tetapi Nyonya mau nikah juga selektif dalam memilih menantu.

Zidane dan nyonya Monica tidak ingin kalau wanita yang menjadi pasangan hidup Zidan kelak hanya mengejar hartanya saja. dia ingin mencari calon istri yang benar-benar tulus mencintai serta menyayangi Nyonya Monica.

Zidan ingin mencari istri yang sederhana, bukan hanya dirinya yang disayangi tetapi keluarganya juga harus disayangi oleh sang istri.

Dia tahu betul Bagaimana pengorbanan Nyonya Monica membesarkannya. Dia tidak ingin hubungannya dengan seorang wanita membuat hubungan Zidan dengan Nyonya Monica semakin renggang.

"Baiklah, rapat sampai di sini dulu. dan Terima kasih atas kerjasamanya."Zidan mengakhiri rapat dengan lega. Semua para staf segera kembali ke ruang kerja masing-masing.

Zidan dan sekretarisnya berjalan menuju ruang kerjanya. Sesampainya di ruang kerja Zidan, Zidan membuka jas dan dasinya. lalu ia meminum air putih yang sudah disediakan.

 "Sa, Mana laporan yang aku minta?" tanya Zidan meminta berkas pada Melisa.

"Ini. Mas kapan kita libur. Proyek ini kan sudah selesai, tinggal pelaksanaannya aja di lapangan,"tanya Melisa.

Zidane menghela nafas panjang, lalu ia Melisa.

"Nanti ya, atur saja jadwalku tapi jangan bulan ini, bulan ini aku ada perlu sama mama."

'Yah Mas. kapan sih ada waktu buat aku?"Melisa merasa keberatan. Karena Zidane lebih mengutamakan mamanya dibandingkan dirinya.

"Nanti, ya. Kita atur waktu."

"Ya udah terserah!"kesal Melisa sayang langsung meninggalkan ruang kerja Zidan. inilah salah satunya alasan j dan belum sepenuhnya yakin dengan Melisa. Melisa sepertinya tidak menyukai jika Zidan sedang bersama mamanya sendiri, seolah Melisa cemburu. sedangkan Zidan menginginkan calon istri yang dekat dan menghormati keberadaan sang mama.

Zidane mendesah parah. Memikirkan hubungannya dengan sekretaris sekaligus asistennya itu, dia juga tidak tahu mau dibawa ke mana hubungan mereka selama ini.

Zidan melangkah keluar dari ruang kerjanya. Jam sudah menunjukkan pukul 07.00 malam, Iya pun bergegas pulang ke rumah. di kantor sudah tidak ada lagi karyawan yang bekerja. Yang tertinggal hanya beberapa petugas keamanan yang sedang bertugas malam ini.

Bersambung

BAB 2. PEMBANTU BARU

Zidan mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang. Tak lupa ia membelikan pesanan sang mama, makanan kesukaan mamanya memang tidak terlalu ribet, Hal itulah yang membuat Zidane selalu memenuhi makanan yang dipesan oleh mamanya.

Memang saat ini prioritasnya adalah Nyonya Monica, semenjak kematian Papanya ia berjanji akan selalu membahagiakan Nyonya Monica.

Zidane memasuki rumahnya dengan sedikit lesu. Dia berjalan menuju ruang makan dan meletakkan makanan pesanan dari Nyonya Monica di meja makan. Dia duduk dan membuka penutup makanan, namun tidak ada makanan sama sekali.

Nyonya Monica keluar dari kamarnya, dan menuju ruang makan. dia melihat Zidan sedang membuka kulkas sepertinya ingin memasak sesuatu.

"Kamu mau masak apa Zidan? biar Bibi saja yang membuatkannya untukmu."ucap Nyonya Monica sambil duduk di kursi meja makan dan membuka makanan pesanannya. Zidane menoleh ke arah Nyonya Monica dan tersenyum.

"Zidan mau masak nasi goreng Ma, Mama mau tidak?"tanya Zidane sambil menatap ke arah mamanya.

"Enggak ah, ini sudah kamu bawakan makanan. "Zidane tersenyum melihat Nyonya Monica sambil memasak.

Setelah selesai memasak nasi gorengnya, Zidane memakan nasi goreng itu. Dia melihat Nyonya Monica begitu kasihan, harus mengurus dirinya yang sudah sepatutnya memiliki istri, bahkan anak.

Namun, dia juga bingung dengan siapa ia harus menikah. Dengan Melisa? dia sendiri belum yakin kalau Melisa akan menyayangi mamanya. Apalagi terlihat, Melisa tanpa kurang menyukai Nyonya Monica.

"Bagaimana pekerjaanmu di kantor, apa semuanya berjalan dengan lancar?"tanya Nyonya Monica sembari memperhatikan putranya yang sedang menyantap nasi goreng.

"Lancar Ma, tinggal pelaksanaan di lapangan saja. Dan bulan ini kita bisa jalan-jalan, Mama mau ke mana?"tanya Zidan lagi.

"Bagaimana kalau kita ke Bali saja, nggak perlu jauh-jauh. Mama juga sudah tua,"

"Tapi mama masih cantik dan awet muda,"ucap Zidane sambil terkekeh.

"Kamu bisa saja, Oh iya Melisa Nanti ikut?"

"Enggak Ma."

"Bagus deh kalau begitu."batin Nyonya Monica yang memang kurang menyukai Melisa.

"Melisa aku suruh untuk mengawasi dan mengontrol proyek dan menyusun laporan,"Zidane memberitahu. Nyonya Monica mengangguk mengerti. lalu mereka melanjutkan makannya.

Setelah mereka selesai makan, Zidane dan nyonya Monica masuk ke kamar masing-masing. Zidan pun bergegas membersihkan tubuhnya.

Zidane sebenarnya memikirkan hubungannya bersama Melisa. Selama 1 tahun lebih menjalin hubungan dengan Melisa, Melisa baru dua kali bertemu dengan Nyonya Monica. Itu pun Zidan memohon agar Melisa menemui sang mama. Dia tahu kalau Melisa masih merasa canggung saat itu. dan tidak banyak yang mereka bicarakan.

"Apa aku ajak aja Melisa liburan. supaya semakin dekat dengan Mama?"tanya Zidan saat selesai melakukan ritual mandinya.

"Tapi apa Mama setuju, kalau aku nikah sama Melisa? kenapa malah jadi ribet gini sih!"Zidan merasa stress memikirkan hubungannya dengan kekasihnya. Dia antara yakin dan tidak untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih serius.

***

Pagi hari yang indah matahari sudah terbit di ufuk timur. Zidan bangun lebih awal pagi ini. Sudah beberapa hari ini ia tidak lagi mendengar suara kegaduhan sang mama, Ia tersenyum kemudian bangkit dari tidurnya.

 Zidan Melihat mentari Pagi yang indah dari jendela kamarnya, pandangannya tidak sengaja melihat seorang wanita yang sedang menyirami bunga di halaman rumahnya yang luas.

Wanita itu membelakangi Zidan, wanita berambut panjang itu yang diikat seperti ekor kuda, asik menyirami tanaman yang ada di sana. wanita itu juga menggunakan kaos oblong berwarna putih dan celana pendek di bawah lutut.

Zidan melihat gadis tersebut menyiram sambil berdendang dan sedikit menggerakkan tubuhnya. Zidan tertawa kecil di balik jendela kamarnya, terlebih saat selang yang untuk menyiram tanaman yang tiba-tiba mati, kemudian Gadis itu melihatnya, tiba-tiba air itu hidup kembali, dan membasahi gadis itu.

Zidane semakin tertawa terbahak-bahak melihat gadis tersebut menjerit dan wajahnya basah karena terguyur air. Zidan menikmati pemandangan itu.

"Gadis aneh."gumam Zidane di dalam hati. kemudian Ia menggunakan piyamanya lalu turun ke bawah.

Di lantai bawah ia melihat sang Mama sedang menonton televisi. Zidan berjalan menuju ruang makan dan mengambil air minum dan buah yang ada di atas meja. setelah itu Zidan menghampiri Nyonya Monica, dan duduk di sebelahnya.

"Selamat pagi mamaku yang cantik."siapa Zidan lembut lalu mencium pipi sang mama.

"Hemmm,"

"Ma, dua hari lagi kita berangkat ke Bali, ya. Aku ingin liburan sama mama."ucap Zidane kepada Nyonya Monica.

"Memangnya urusan pekerjaan kamu sudah selesai?"banyak Nyonya Monica sekilas melihat Zidane yang tengah asik menikmati buah yang ada di tangannya, lalu pandangannya kembali beralih ke layar televisi, yang mana tayangan yang ada di layar televisi, program gosip yang saat ini lagi hot.

"Sudah, Ma."

"Mama pagi-pagi begini senang sekali menonton gosip, apa tidak ada siaran televisi yang lain lagi yang bisa ditonton? yang lebih berfaedah gitu." Cerocos Zidane.

"Kamu nggak tahu apa, salah satu artis kesayangan mama diselingkuhi oleh suaminya. Katanya, suaminya terlibat cinta lokasi.Nah, hal demikian yang Mama takutkan terjadi di kehidupan kamu Nak. Mama tidak ingin, kalau di hubungan rumah tangga kalian nanti tidak ada kesetiaan. Mama tidak ingin, melihat rumah tangga anak mama berantakan seperti artis kesayangan Mama saat ini."ucap nyonya Monica yang mengidolakan artis lady.

Yang saat ini, pemberitaannya lagi marak di media sosial bahkan di layar televisi.

"Iya, Ma. Terima kasih sudah mengingatkan Zidan."ucap Zidane sambil memeluk sang mama.

"Astagfirullah Naira Kamu kenapa basah begini?"suara Bi Zubaidah terdengar dari dapur. Zidane dan nyonya Monica saling berpandangan. Atensi mereka teralihkan dari layar televisi ke arah dapur.

"Itu, Ma. Tadi Naira disemprot air dari selang."jawab Naira dengan nada yang begitu lembut. lalu tertawa kecil, membayangkan Bagaimana dirinya sampai basah kuyup seperti itu.

Zidan lantas melihat sang Mama meminta penjelasan Siapa wanita tersebut.

"Apa, kamu mau nanya siapa wanita itu? dia pembantu baru untuk mengurus mu. kemarin sore baru datang dari kampung. Bi Zubaidah yang membawanya."jelas Nyonya Monica.

"Oh,"jawab Zidan singkat lalu melanjutkan memakan buahnya.

"Dia seorang sarjana."Nyonya Monica memberitahu.

"Mama serius?"

"Memangnya dari wajah mama kelihatan berbohong?"tanya Nyonya Monica. ji dan hanya tersenyum, tidak mau berdebat dengan Nyonya Monica. Walau hatinya bertanya, Mengapa seorang sarjana mau jadi seorang pembantu.

"Mama sudah sarapan, belum?"

"Sudah, Memangnya kamu tidak lihat ini sudah jam berapa? ini sudah jam 09.00, kalau mama telat sarapan asam lambung Mama naik."jelas Nyonya Monica.

Zidan hanya tersenyum, mendengar jawaban panjang sang Mama beserta penjelasannya. padahal Ia hanya bertanya dan tinggal dijawab sudah atau belum. Tetapi, Zidan memaklumi kecerewetan sang mama.

bersambung.

BAB 3. SUDAH KAYAK SUAMI ISTRI

"Ya, sudah Ma. Zidane mau sarapan."

"Hmmm,"jawab nyonya Monica singkat.

"Naira!"Panggil Nyonya Monica pada pembantu barunya. Naira yang sedang sarapan pun terkejut, lalu meminum air putih dan langsung menghampiri Nyonya Monica.

"Iya, nyonya. Nyonya memanggil saya?"Naira sedikit menunduk dan tidak berani menatap nyonya besar dan Tuan mudanya.

"Hem, kamu siapkan sarapan untuk Zidan,"

"Baik nyonya,"Naira kemudian menuju ruang makan, sedangkan Zidan mengikutinya dari belakang. Zidane duduk di kursi, sementara Naira menyiapkan dan melayani Zidane.

Naira sedikit gugup, namun ia masih bisa menguasai dirinya. Mencoba menyesuaikan keadaan, walaupun dirinya belum pernah bertemu dengan Zidan.

"Silakan Tuan."ucap Naira mempersilakan Zidan menikmati sarapan pagi yang sudah ia hidangkan. sekilas Naira yang menunduk dan tersenyum tipis.

"Terima kasih. Oh iya, buatkan aku jeruk hangat ya, jangan terlalu manis."pinta Zidan, Naira sekilas melihat Zidan selalu sedikit menunduk.

"Baik Tuan,"sahut maira sambil bergegas membuatkan jus jeruk hangat di dapur, dengan bantuan Zubaidah. Bi Zubaidah hanya memberitahu letak peralatan membuat jus jeruk, serta gula khusus untuk Zidan.

"Silakan tuan. Permisi,"ucap Naira sambil memberikan segelas jus jeruk hangat untuk Zidan dan tak lupa Naira mengembangkan senyumnya.

"Hemm,"

Naira kemudian menuju dapur. Dia kembali melanjutkan sarapannya. Naira duduk di bawah sambil menemani Zubaidah merapikan sayur ke dalam kulkas. Bi Zubaidah juga memberitahu tugas-tugas selanjutnya untuk Naira. Karena Ibu Zubaidah tidak ingin, kejadian yang sama seperti dia alami oleh Nia.

"Naira, di sini tugasmu hanya melayani tuan muda Zidan. Dari mulai sarapannya, baju-bajunya dan membersihkan tempat tidurnya. itu semua menjadi urusanmu nanti, ibu kasih tahu apa saja yang harus kamu bersihkan nanti."Ibu Zubaidah memberitahu.

"Sudah kayak istri aja ma."canda Naira diiringi tawa.

"Hus, Jangan mimpi!"bu Zubaidah juga tertawa kecil melihat keponakannya yang sudah ia anggap sebagai putri-putri kandungnya sendiri. Begitu juga dengan Naira, dia sudah menganggap Ibu Jubaidah seperti ibu kandungnya sendiri. Bahkan dia pun memanggil Ibu Zubaidah dengan panggilan mama.

"Semoga saja Nak, tuan muda Zidan jodohmu. Agar Zidan bisa membantu untuk mengambil hakmu dari pamanmu itu."Ibu Zubaidah membatin.

"Iya, Ma maaf."balas Naira sambil menyunggingkan senyum manis. lalu Naira melanjutkan sarapannya lagi.

Zidane sudah selesai sarapan. Kini dirinya tinggal menikmati jus hangat buatan Naira. dia melihat sisa makanan di meja, makanan yang baru saja ia nikmati. masakan yang terhidang di atas meja sangat cocok di lidah Zidane. Rasanya berbeda dari sebelumnya, Jika dia yang memasak ada saja rasa aneh yang menjalar di lidahnya. Kemudian menuju wastafel untuk mencuci tangannya.

Zidan mendengar suara Zubaidah dan gadis yang baru saja melayaninya makan. Dia penasaran dengan suara lembut, namun penuh canda. lalu Zidan mengintip. Zidane melihat Naira yang sedang duduk bersila sambil sarapan di depan Zubaidah.

"Ma, kalau Naira nanti uangnya sudah ngumpul, Naira mau melanjut kuliah lagi ya Ma. "Ibu Zubaidah tersenyum. lalu melihat Naira, Ibu Zubaidah sangat menyayangi Daerah seperti anak kandungnya.

Sebenarnya Naira adalah anak majikan dari ibu Zubaidah terdahulu. Namun semua keluarganya meninggal karena sebuah insiden kecelakaan yang menimpa kedua orang tua Naira.

Semua aset peninggalan orang tua Naira diambil paksa oleh pamannya Naira dan Naira sendiri diusir bersama ibu Zubaidah. saat itu usia Naira masih menginjak 9 tahun. Nayla dibesarkan oleh ibu Zubaidah bersama suaminya. Karena Ibu sungai Zubaidah juga tidak mempunyai anak. Dan Naira dianggap sebagai anaknya sendiri

Walaupun terkadang orang-orang mempertanyakan siapa sosok Naira. Tapi Ibu juga udah tidak peduli sama sekali, apalagi paras nayra berbeda dengan ibu Zubaidah. Naira memiliki peras campuran indo dan Eropa dia lebih dominan wajah Eropa.

Menjelang Naira masuk sekolah. Ibu Zubaidah bekerja di rumah Zidan menjadi pembantu rumah tangga. Karena Naira membutuhkan biaya untuk sekolah.

Sedangkan daerah di kampung bersama suami Ibu Zubaidah. Sekali satu minggu Ibu Zubaidah pulang untuk menjenguk Naira dan suaminya. Di saat usia Naira sudah menginjak 22 tahun, suami Ibu Zubaidah meninggal. dan Naira tinggal sendiri di kampung sambil menyelesaikan pendidikannya.

"Terserah kamu Nak. Ibu cuman bisa mendoakan yang terbaik untuk kehidupanmu, maafkan Ibu tidak bisa memberikanmu yang terbaik."

"Mama sudah memberikan yang terbaik untuk Naira, Mama sudah Naira anggap ibu sendiri. mungkin kalau tidak ada Mama Naira tidak tahu nasib Naira akan seperti?"Naira lalu memeluk Ibu Zubaidah. Zidane begitu tersentuh melihat dan mendengar cerita mereka. Zidan hanya tersenyum kemudian membalikkan badannya.

"Astagfirullah! Mama!"teriak Zidan saat dirinya membalikkan badannya. Ternyata Nyonya Monica melihatnya sedang mengintip Ibu Zubaidah dan Naira. Naira dan ibu Zubaidah bergegas menghampiri mereka.

"Kamu ngapain ngintip ibu Zubaidah sama Naira, Ayo ngapain?"Zidan menjadi salah tingkah, lalu menyunggingkan Senyum Dan menggaruk-garuk tengkuknya yang tidak gatal.

"Nggak apa-apa mah, Zidane hanya mencuci tangan saja."Zidan terpaksa berbohong, kemudian sekilas melihat Naira yang tertawa kecil bersama ibu Zubaidah sambil menunduk.

"Dasar Zidan!"Nyonya Monica akhirnya juga tertawa dan menggelengkan kepalanya melihat tingkah putranya yang tampak aneh.

"Naira, kamu sudah diberitahu oleh Bibi tugasmu kan?"tanya Nyonya Monica.

"Sudah nyonya."

"Ya sudah, nanti kalau Zidane sudah selesai mandi, kamu bersihkan kamarnya, kamu ambil baju-baju kotornya. Terus bajunya yang sudah dicuci, kamu setrika.

"Baik nyonya."

"satu lagi, sprei tempat tidur Zidan nanti ganti ya. sepreinya minta nanti kepada bik Zubaidah."titah Nyonya Monica.

"Iya Nyonya,"jawab Naira patuh. Nyonya Monica tersenyum lalu mengusap ujung rambut Naira.

"Gadis pintar."Nyonya Monica kemudian pergi meninggalkan ruang makan dan duduk kembali di sofa.

Zidan tersenyum sendiri saat berada di kamarnya. Zidane membayangkan Senyum Dan tawa Naira.

"Waduh, kenapa aku malah mikirin dia?"tanya Zidan dalam hati dan tersenyum setelah ia mandi.

Naira gadis cantik dan lemah lembut, mempunyai senyuman yang manis. kulitnya yang putih bersih dari lahir adalah nilai plus untuk dirinya. penampilan sederhana dan cenderung sedikit tomboy. dia mengenakan pakaian Gadis itu juga jarang sekali berdandan.

Tetapi walaupun Naira jarang sekali berdandan, dia masih terlihat sangat menarik di mata para pria. Tidak terkecuali Zidane.

Saat ini Naira, ingin melakukan tugasnya yang sudah diberitahu oleh ibu Zubaidah dan nyonya Monica sebelumnya. Tak ingin dia dicap sebagai pemalas, apalagi Naira sangat membutuhkan pekerjaan ini untuk mengumpulkan pundi-pundi rupiah. dia ingin sekali melanjutkan pendidikannya. berharap kelak Ia berhasil.

Sementara Nyonya Monica masih setia menonton televisi di ruang keluarga. Nampaknya Nyonya mau nikah cocok dengan pembantu baru yang satu ini. dia menyukai masakan yang diolah oleh Naira.

bersambung...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!