NovelToon NovelToon

OUR HOPE

1.desire anak peremuan

Selamat malam dunia,rasanya masih enggan untuk menyapa.

"Adik ayok makan"ajak seseorang sedikit berteriak didepan kamarku,siapa lagi kalo bukan kakak ke dua ku Andre Arta Wijaya.

"Iyaa"jawabku sederhana dan langsung menghampirinya,aku mengekor dibelakangnya.

Tempat ini tidak berubah hanya saja malam ini sedikit berbeda,mungkin karena aku sudah lulus sekolah SMA.

(Itu hanya pikiranku,karena baru satu minggu yang lalu aku lulus dengan nilai terbaik ke 5).

Aku mulai duduk ditempat yang langsung berhadapan dengan ibu sambung ku maya,iya saat 2 tahun menjadi duda karena bercerai dengan ibuku,dia sudah menikah lagi bahkan ini yang ke 3 kalinya,karena banyak yang tak tahan sering ditinggal ayah keluar kota,ibu maya ini yang paling lama bertahan aku pikir.Sedangkan kak andre berhadapan dengan nenek tercantik ku dan ayah duduk ditempat kepala(hahaha),kami makan dengan diam karena nenek bilang gak baik makan sambil bicara.

Bunda maya ibu yang baik,dia menyayangiku seperti putrinya sendiri,aku sempat akan mendapat adik darinya tapi sayang dia keguguran dan belum lagi diberi kepercayaan oleh tuhan,tapi dia slalu bersyukur katanya karena aku menjadi putrinya.

Makan malam pun selesai dan ayah meminta kami berkumpul diruang keluarga.

Dulu rumah ini sempat digadaikan karena masalah ekonomi yang buruk,ini rumah peninggalan kakek tapi syukurlah karena ayah berhasil menyetabilkan pekerjaannya dan ekonomi kami membaik hingga rumah ini kembali lagi.

"Jadi, kamu mau lanjut kuliah dimana?"tanya ayahku tanpa basa basi rasanya.

Aku hanya tersenyum memandangnya,karena aku juga bingung apa yang akan aku pilih.

"Kok malah senyum si,ayah kan tanya kamu mau lanjut kemana?"kali ini bunda maya yang bicara dengan lembut

"Kuliah ya?tapi aku sempet mikir buat kerja dulu a--"belum selesai aku bicara sudah terpotong oleh tatapan ayah,aku yakin ayah tidak akan mengizinkannya.

"Hehehe dengerin dulu yah,adik kan belum selesai ngomong"jawabku cengengesan

"Adik kasian sama ayah,kak andre kan juga belum selesain kuliahnya masi 1 tahun lagi lulus S2,nah aku mikirnya nanti aku kuliahnya setelah kak andre lulus,sekarang pengen nyoba kerja dulu,boleh ya?"lanjut ku berharap ayah mengizinkannya,sebenarnya aku lelah terus belajar.

"Apaan Si dek,kok kerja?kamu itu anak perempuan diem aja,belajar,urusan kerja kerjaan mah biar kaka yang kerja,lagian kaka juga udah punya penghasilan sendiri,mampu kok biayain kamu yang boros"ucap kakakku yang terdengar menyebalkan

"Apaan si,aku kan gak gitu"jelas saja aku tak terima dengan julukannya yang menyebutku boros.

"Kaka aja gak dibiarin kerja waktu lulus SMA dulu dek"lanjutnya sambil nyemil.

Entah sebenarnya apa yang aku mau,namun aku merasa punya penghasilan sendiri pasti lebih menyenangkan.

"Jangan kerja dulu ya,nenek yakin kok kamu bisa diterima kerja di manapun,tapi zaman sekarang kalo cuman mau ngandelin ijazah SMA aja gak gampang dek"kali ini nenek yang angkat bicara,aku bahkan yakin jika nenek sudah mengatakan tidak,ayah juga jelas menolak permintaanku.

Jadi aku harus pilih apa kalo kuliah?jurusan apa?bisnis?itu yang aku bingung,aku lelah belajar.

Akhirnya keputusannya aku harus kuliah dan tidak bekerja,sebenarnya aku juga bukan orang yang senang bekerja karena lebih senang menghabiskan uang kak andre yang notabennya nyebelin tapi royal.

entah soal jurusan apa yang akan aku pilih,aku meminta waktu seminggu bahkan satu bulan untuk memikirkannya(hehehehe bingung )

Jam 22.50

Disini aku sekarang,dikamar yang nyaman sambil

Rebahan scroll tik tok.

Tok.  tok.  tok

Pintu itu terbuka setelah diketuk dan terpang-pang jelas nenek di sana,aku tersenyum menyambutnya dan membiarkan nenek masuk tanpa harus meminta izin.

Nenek duduk di samping tempat tidurku sambil tersenyum memandangku,tentu saja aku juga ikut duduk sambil memandangnya.

"Ini udah malem kok belum tidur?"tanyanya

Aku hanya tersenyum,karena yakin apapun menjawabnya nenek akan tetap memberikan nasehat.

"Jangan sering tidur malem terus dek,nanti kalo sakit gimana?"tuturnya

"Hehe,adik lagi mikirin jurusan nek"hanya alasan itu yang terpikir,nenek terus memandangiku seakan meminta penjelasan.

"Mikirin jurusan kok yang dilihat tik tokan dek,"ucap nenek sambil menggelengkan kepalanya "kenapa?"tanyanya lagi.

Memang beberapa hari setelah lulus sma aku banyak berpikir karena ibu meminta aku tinggal dengannya,jelas saja itu berat untuk aku yang notabennya manja sama nenek dan tidak terbiasa dengan ibuku sendiri.

Jujur saja,ibu ku orangnya keras dalam setiap keputusan,tapi bukan berarti ayahku tidak,mereka sama sama keras dengan caranya masing masing.

"Nenek udah tau ya?"tanyaku tanpa menjelaskan apapun,dia hanya menggelengkan kepala.

Aku yakin dia sudah tahu,tapi tetap meminta keterangan ku.

"Aku bukannya gak mau tinggal sama ibu,lagian kan nenek tau aku gak terlalu deket sama ibu sama bang afif juga"keluhku,iya afif,Rafif Malik Wijaya kaka pertamaku.

"Terus nanti kalo aku kangen nenek gimana?aku mau tetep disini"terang ku sedikit sendu

"Nenek gak maksa adik buat tinggal sama ibu di sana,tapi kan ibu juga pasti mau deket dan ngurusin adik dengan jarak yang deket"

"Kalo adik bilang gak mau,adik bakal nyakitin ibu nanti,adik gak mau kan jadi anak yang nyakitin orang tua?"lanjut nenek membuatku menggelengkan kepala.

Tapi aku yakin ini akan memacu pertengkaran antara ibu dan ayah pasti.

"Adik pikirin dulu,lagian kalo adik tinggal sama ibu nanti,kamar ini tetep punya adik,adik juga bebas kalo mau kesini"ucap nenek terus meyakinkanku.

Sebenarnya bukan masalah kamar,aku hanya malas mendengar pertengkaran ayah dan ibu nantinya.

Ayah tidak pernah ingin aku pergi jauh darinya,dulu saja waktu aku kecil dia sering melarang ku pergi menemui ibu kecuali ibu sendiri yang datang ke rumah.

Rumit itu yang aku pikirkan tentang kedua orang tuaku,untung saja nenek selalu bersama ku.

"Iya,nanti adik pikirin dulu.yaudah nenek istirahat udah malem nanti sakitnya kumat"ucapku dan nenek tersenyum.

Ia pun pergi dari kamarku dan menutup pintu dengan lembut,dia bak malaikat untukku.

Nothing,pikiranku tidak mau berpikir.

Aku mulai merebahkan badanku lagi dan tak lama suara notifikasi membuatku mengambil hp yang tadi aku biarkan di samping,ternyata saat ku lihat bang afif lah yang mengirim pesan,tumben sekali manusia kulkas ini memberiku pesan lebih awal.

•Abang:)

"Gimana dek?"

'Hah?bang afif nanya apaan si gak jelas,main gimana gimana aja,gak ada pembukaan nya"gerutu ku karena bingung dengan apa yang dimaksudnya,sebenarnya aku faham apa yang ditanya,tapi tetep saja

"Gak gimana² tuh" balasanku

Drrrrttt drrrtttt drrrtttt

Satu menit setelah membaca pesanku bang afif langsung menelpon ku,pasti dia kesel.suruh siapa gak jelas...

"Iya "

"Gimana?"

"Bang afif yang terhormat,adik tuh bukan lagi becanda beneran deh,cuman gak ngerti maksud bang afif yang gimana itu apanya"

"Oh,"

"Oh doang kan,,ih adik tuh paling gak mau nelpon sama bang afif itu begini,ke ngajak ngobrol kulkas"

"Yang sopan sama kaka sendiri,,"

(Tuh kan pasti yang salah adiknya,kaka mah maha benar)gerutu ku,tentunya didalam hati karena tak berani dengan bang afif

"Hmm masi mikir mikir,udah ah ngantuk mau tidur"

"Besok abang ke rumah,nanti abang bantu kamu siap siap"

"Bang afiiiiiif,adik itu gak mau jauh sama nenek tau"

"Adik tuh kalo jauh sama nenek sering sakit"

"Ya kalo sakit berobat" jawabannya emang masuk akal si,

"Gak peka,tau ah adik ngantuk mau tidur,bang afif juga pulang istirahat,adik tau kok bang afif masi di kantor kan?"yakinku

"Humm" singkat padat gak jelas jawabannya

"Emang susah ngajak ngobrol bang afif dari pada ngajak ngobrol koala mah"

"Ya udah istirahat sana" tetep aja perhatian sama adiknya

"Hehehe dasar manusia kutub"ucapku mengakhiri telponnya,pasti bang afif kesel.

Author berkoar. Dari pada lemes mikir mending tidur dulu biar besok bisa mikir lagi,hehehe.

See you ,good night.......

2.its okey

Malam itu berakhir dengan pikiranku yang terus gelisah,tapi aku harus tetap memutuskannya bukan.

Pagi ini rasanya datang terlalu cepat atau mungkin aku yang baru saja tidur?

Setelah selesai dengan ritual ku dikamar mandi aku pun mulai keluar kamar dan mulai menyibukkan diri diruang makan,belum ada siapapun disini kecuali bunda maya yang sedang berperang dengan wajannya di dapur yang memang bersampingan dengan ruang makan.

"Bun,ayah udah berangkat ya?"tanyaku

"Belom kok,lagi di teras sama bang afif"jelasnya membuatku teringat ucapan bang afif semalam.

Aku bahkan belum sempat bicara dengan ayah soal ibu yang memintaku tinggal bersamanya,ini pasti bencana.

Aku lari ke teras rumah dan benar saja bang afif ada di sana langsung melihatku.

Apa yang kalian pikirkan?apa ini terasa tenang?tentu saja tidak,ekspresi ayah tidak semanis kopi buatan bunda aku rasa.

"Kok gak bilang mau kesini bang?"tanyaku sambil mencium tangannya,dia malah menatapku datar.

"Tadi malem kan udah ngomong bakal bantu kamu siap siap"terangnya dengan aura dinginnya,aku hanya tersenyum menanggapinya karena ingat dengan posisi ayah di sana.

"Besok kamu pergi ke bandung,kuliah di sana"ucap ayah serius,hah?bandung?kok mendadak?kan rencananya kuliah di jakarta aja (pikirku menatap ayah heran)ayah bahkan tahu aku tidak ingin pergi ke sana karena memang kurang akrab dengan kerabat di sana.

"Kok ayah ngomong gitu si,aku kan udah sepakat buat kuliah tapi disini"jawabku tak ingin pergi

"Jangan ngelawan ayah!keputusan ayah udah bulat buat kirim kamu ke sana!"tegasnya dengan oktaf yang naik dan langsung masuk ke rumah,aku menyusulnya diikuti bang afif

"Aku bukan anak kecil lagi yah,yang apa apa harus sesuai keputusan ayah"belaku,aku tetap ingin disini.

Sebagian orang memang menganggap bandung kota yang nyaman,tapi tidak untukku,di sana adalah luka yang aku tahu.

"Ayah gak bisa mutusin ini sesuai keinginan ayah" ucapku lagi dengan sedikit kesal dan mata yang menahan tangis,karena ingatan itu lagi.

"AYAH YANG BESARIN KAMU Naira DAN AYAH BERHAK MUTUSIN APAPUN TENTANG KAMU"sentak nya

Kini ruang keluarga menjadi ramai,bunda nenek juga kak andre dengan ekspresi bantalnya datang karena suara ayah yang terdengar keras.

"Dan sampai kapanpun kamu harus dengerin AYAH!"lanjutnya menatapku tajam

Mataku sudah kebobolan air mata yang jatuh berebutan seperti sedang lomba agustusan,ini masi pagi tapi sudah hujan di pipi.

"Ayah gak ngerti sama aku,aku gak mau tinggal dibandung!"kekeuh ku walau dengan air mata yang terus menyiksa.

Ayah melangkah dan berdiri tepat di depanku,menatapku dengan ekspresi yang menakutkan.

Ini bukan pertama kalinya aku melihat ayah marah,tapi rasanya kali ini sangat berbeda.

Aku takut menatapnya,namun nenek berjalan ke sisiku mengusap lembut rambutku yang terurai.

"Kali ini aku gak akan dengerin ayah,aku bakal putusin apa yang udah aku pilih"ucapku masi dengan tertunduk

"Aku bakal pilih tinggal sama ibu dan tetep kuliah di jakarta"lanjut ku sambil menatapnya sendu,ayah terlihat ingin menerkam ku

"AKU YANG BESARIN KAMU BUKAN DIA.SEKARANG KAMU MALAH NGOMONG GITU SAMA AYAH!KAMU-"

Ucap ayah dengan tangan yang terbang menuju pipiku,

Plaaaak

Semua orang membisu tak percaya dengan apa yang ayah lakukan,menamparku!ayah tidak pernah memukulku dan semua orang tau ayah selalu bersikap lembut bahkan saat aku melakukan kesalahan sekalipun.

Aku masih diam dengan posisi itu sambil memegang pipi yang terasa panas ini,aku menatap nenek di samping yang menangis melihatku.

Aku tak percaya pria dewasa di hadapanku ini adalah ayah yang aku sebut raja dalam hidupku.

Aku menatapnya tak percaya,dia bahkan terlihat biasa saja,bukan kah aku putri kesayangannya?jika dia bersikap seperti ini,bagaimana jika orang lain juga melakukan hal sama padaku?kenapa cinta pertama seorang putri harus jatuh pada ayah nyaa?

Nenek membalikan tubuhku menghadapnya dan langsung memeluk ku,aku tak kuasa lagi dan langsung mengeluarkan setiap rasa sakit dan mengadu padanya dengan tangisan yang keras.

"hmm,adik gapapa nek,i oke no problem.adek,huh" aku tak bisa lagi dan melepas pelukannya lalu berlari ke kamar ku dan menguncinya,aku menangis dengan diam di sana masih tak percaya dengan apa yang terjadi.

Ayah menatap nenek dihadapannya "caramu salah melarangnya tinggal dengan ibunya dengan cara sepertI ini Rama!"

iya,nama ayahku Rama Putra Wijaya

"Kamu hanya akan membuatnya menjauh dari hidupmu"lanjut nenek tegas

"DIA PUTRIKU,AKU YANG MENJAGANYA DARI KECIL BU,IBU TAHU SENDIRI BAGAIMANA AKU MENYAYANGINYA AKU GAK MAU Naira TINGGAL SAMA Novi"tegasnya,iya nama ibuku Novia Ar nata Kusuma.

Setelah beberapa saat ruangan itu akhirnya kembali dingin,ayah yang masih kekeuh dengan keputusannya walau bunda dan nenek terus berusaha menepis pikiran ayah tentang aku yang akan meninggalkannya.

Bang afif dan kak andre terus membujukku Membuka pintu kamar,namun aku tidak ingin melakukannya.

Aku hanya mulai mengemas koperku dan membawa apa yang perlu aku bawa untuk tinggal di rumah ibu nanti,tapi tidak dengan lemari karena itu tidak muat di koperku.

"Dek,ayok dong buka pintunya pegel nih"keluh kak andre diluar

"Gak kasian apa kalo nanti kaka sakit kaki,mana lapar lagi"lanjutnya,,ah iyah aku juga lapar karena belum sarapan tadi..

Aku pun membuka pintu dan menatap keduanya lalu kembali menghampiri kasurku dan duduk di sana.

Bang afif dan kak andre pun masuk dan menutup pintunya,mereka menatapku dengan sendu.

Mereka memang dekat walau tidak tinggal satu rumah walau dengan karakter yang satu kulkas dan satu cacing nyebelin,tapi punya satu kesamaan yaitu tidak suka melihatku menjadi pendiam,wajarlah aku aktif karena aku terlalu dekat dengan cacing nyebelin ini(hehehe)

"Liat abang sini"ucap bang afif dan aku enggan menurutinya,

"Naira!!"pintanya lagi dan aku menurutinya

"Kalo gak mau tinggal sama ibu gapapa,nanti abang yang bicara sama ibu"ucapnya tenang

"Tapi adik gak mau ke bandung"jawabku dengan mata yang mulai berkaca kaca lagi.

"St st,jangan nangis terus,udah jelek nanti nambah jelek mau?"ucap kak andre sambil mengusap air mataku,namun tetap saja kata katanya nyebelin

"Gak akan ada yang ke bandung kalo gak ada yang mau kok,nanti kaka yang ngomong sama ayah"lanjut kak andre memegang pundak ku seakan menyalurkan kekuatan.

"Iya,bang afif bakal bicara juga sama ayah sama ibu"ucap bang afif terus memandangku dengan hangat.

"Adik udah putusin kok buat tinggal sama ibu dari semalem,tapi-"aku menggantung kalimatnya dan memandang mereka satu persatu.

Pikiranku yakin,mereka juga pasti bertanya tanya kenapa dengan aku dan bandung,tapi aku tak mau mengatakan apapun pada mereka saat ini.

"Tapi,tapi adik mau ayah yang nganterin adik ke rumah ibu"lanjut ku sendu,itu mungkin akan sedikit sulit.

Jarak rumah ayah dan ibu memang tidak sampai berjam jam,mungkin hanya butuh waktu satu jam untuk sampai ke rumah ibu dari sini,tapi jika meminta ayah mengantarku ke sana itulah yang jauh dari kenyataan yang mudah,ibaratkan ingin pergi ke mars.

Kedua kakakku saling memandangku dengan tatapan terkejut (mak jreng) karena mereka tahu ini akan butuh kekuatan mental yang kuat untuk mereka membujuk ayah,jangankan mengantarkan,mengizinkan naira pergi saja tidakkkkk....

3.

Akhirnya pagi itu berakhir dengan damai!!!

Jelas tidak,ayah bahkan tak menatapku sama sekali.

Aku juga sudah memaafkannya,bagaimanapun dia adalah ayahku dan aku tidak bisa membencinya namun hanya sedikit kecewa saja mungkin tidak masalah.

Aku juga sudah memutuskan bahwa aku akan pergi besok saja,aku akan menghabiskan hariku dulu disini.

Bang afif juga sudah pergi ke kantornya namun ia berjanji akan menginap disini,ini sifatnya yang baru aku lihat,apa dia begitu menyayangiku?

Aku mulai menuruni anak tangga yang kecil di teras rumah dan berjalan menuju taman di samping.

Tidak terlalu ramai siang ini bahkan cuaca juga tidak begitu cerah,langit memang selalu mengerti bahwa aku butuh teduhnya(hihihi)

Aku mulai duduk di kursi yang tersedia,mencoba untuk tetap tenang disini.

Aku telah memilih dan semoga saja itu memang yang terbaik,aku percaya.

Seseorang duduk di sampingku tanpa aku tahu dia siapa,mungkin usianya tidak terlalu jauh denganku.

Namun aku tak memperdulikannya,terserah dia toh ini tempat umum pikirku.

"Saya cari ke rumah ternyata disini"ucapnya entah pada siapa,tapi disini hanya ada aku dan dia,ah mungkin dia sedang menelpon seseorang.

"naira?"serunya lagi,what dia tahu namaku?aku meliriknya dan berpikir siapa dia?

"Penyakit pelupa kamu emang gak bisa diajak kompromi,masa lupa sama saya si"ucapnya lagi dengan menghadap ke arahku.aku mulai mencoba berpikir memangnya siapa dia sampai aku harus mengingatnya.

Ting,aku mengingat sesuatu,bukan kah dia yang pernah menolongku dulu? "Bara?"tanyaku takut salah

Dia hanya tersenyum dengan deretan giginya.

"Ya ampun,maaf maaf lupa bar,abis lama gak ketemu"ucapku spontan memeluknya,dia adalah sosok berharga untukku.

"Hmm oke,sekarang saya maafin tapi kalo lain kali gak tau"ucapnya lagi membalas pelukanku.

Kami pun akhirnya banyak bercerita di sana.

Bara Diksa Putra,dia sosok yang aku temui saat usiaku masih terbilang cukup muda saat itu,selisih umur kami hanya 5 tahun dan jelas dia lebih tua dariku,tapi kami mulai bersahabat dan tidak mempermasalahkan usia,keluarga kami juga sudah saling mengenal sejak lama.

"Mentang mentang udah kerja sekarang bilangnya saya anda,formal banget tau"ucapku karena dia terus menggunakan kalimat saya

"Hehehe sorry ai,saya kebiasaan ngomong formal sama banyak orang"jawabnya

"Biar apa coba?biar.."

"Berwibawa"ucap kami berbarengan dan tertawa.

****

Hari menjelang sore,aku dan bara memutuskan untuk pulang.

"nai,,"seru bara

"mm"jawabku tapi bara seperti tidak ingin bicara lagi,jujur saja aku sedikit berharap kalau bara akan mencintaiku sekali lagi.

Dia mungkin bukan cinta pertamaku,tapi rasanya aku hanya ingin memilikinya seorang diri walau tanpa rasa sekalipun,egois bukan?tentu saja itu sangat menyakitkan.

Dulu bara sangat mencintaiku bahkan sering menyatakan perasaanya terang terangan,tapi aku slalu menolaknya dengan alasan persahabatan.

Tapi kali ini aku berpikir,mungkin jika bara menyatakan perasaannya sekali lagi padaku aku akan menerimanya saat itu jika aku mampu.

"Jangan berubah ya bar"pintaku menghentikan langkahnya,ia menoleh menatapku

"Apa sekarang ada kesempatan?"tanyanya serius

Aku hanya menatapnya dengan ekspresi yang sulit dibaca,aku ingin dia tetap bersamaku tapi rasa cinta ataupun suka belum tumbuh sampai saat ini.

"Bara,kamu tahu aku selalu hidup dalam rasa takut dan itu-"Belum sampai aku pada kalimatku bara menghentikan ku dengan memelukku,hanya dia yang tahu rasa takut yang aku alami hingga strauma ini.

"i know,no problem,saya bakal tunggu kamu"tuturnya slalu berhasil membuatku tenang.

Setelah sampai rumah,aku mengajak bara untuk masuk tapi bara pamit untuk segera pulang dengan alasan pekerjaan dan aku tak bisa memaksanya kali ini.

Namun saat aku masuk ayah sudah duduk di sana namun seolah tak tahu kedatanganku,aku mencoba untuk tidak menghiraukannya saat ini.

Ku langkahkan kakiku melewatinya dan menghampiri nenek yang duduk dimeja makan.

"Abis dari mana dek?"tanya bunda maya sambil menaruh ayam kecap kesukaan kami,aku tersenyum menyambutnya "dari taman,tadi juga ketemu bara-"tutur ku terpotong nenek

"Bara itu lebih dewasa dari adik,jangan panggil nama aja"imbuhnya yang dibalas cengengesan ku.

Bagaimana lagi,aku sudah terbiasa menganggap bara teman sebayaku (hihihi)

"Tadi juga nak bara kesini cari kamu,cuman tadi ayah bilang kalo kamu ke taman sebelah sana"jelas bunda yang membuatku menoleh ke arah ayah duduk.

Hmm mau bagaimanapun dia tetap ayahku,

"Kak andre belum pulang ?"tanyaku karena tak melihat cacing nyebelin sedari tadi,toh motornya juga belum ada diparkiran rasanya.

"Emang gak bilang sama adik kalo kak andre ke palembang?"tanya bunda yang dibarengi gelengan dariku,sejak kapan kak andre meminta izinku untuk pergi(hahahaha diakan ****** kung)ucapku dalam hati.

"Ya udah deh,adik ke kamar mau mandi dulu"tutur ku lalu berlalu dengan cepat.

*******

Makan malam dengan ayam kecap sebagai menu utama sudah selesai,tapi kami semua masih berdiam diri dimeja makan.

Aku hanya menyibukan diriku melihat ponsel agar tak bertatapan dengan ayah yang terkesan terus diam,jelas ini sangat tidak menyenangkan.

"Besok berangkat jam berapa?"tanya bunda menatapku,aku mengira bunda bicara dengan yang lain.

"dek,,,"panggilnya selembut sutra

"Hehehe,maaf kirain bunda ngobrol sama ayah"jawabku sambil melirik ayah sedikit,ini menegangkan untukku.

Tapi kami semua sudah sepakat dengan berbagai trik agar ayah mau mengantarku pergi kerumah ibu,bahkan nenek sampai memohon pada ayah agar mau mengantarkanku tapi belum ada jawaban sepakat atau menolak darinya.

Ayah pergi dari sana,mungkin dia juga merasakan rasa yang sama sepertiku iyah tidak nyaman.

"Gapapa ya dek kalo misalnya ayah gak bisa?"tutur bunda menatapku sendu,ia pasti tahu aku akan sedih.

Tapi ini pilihanku,aku harus kuat.

Aku tersenyum pada keduanya,mungkin ayah terlalu gengsi untuk menurunkan harga dirinya.

"Adek gapapa kok bun,biar bareng bang afif aja"jawabku tetap tersenyum,aku tahu bunda dan nenek sedih tapi aku tidak boleh terus menambah kesedihannya.

Drettt drettt drettt

Bang afif menelponku,mungkin iya akan mengatakan besok akan menjemputku karna dia belum pulang kesini sampai saat ini,iyah karna jarak kantornya juga yang lebih dekat dengan rumah ibu disana.

"Iya hallo bang,kenapa?"

"Udah siapkan apa yang mau dibawa?"

"Hmm udah"

"Besok kalo ayah gak bisa anter adek,ibu yang jemput ya"

"Loh kok ibu?bukannya bang afif yang mau jemput aku?"

"Abang ada urusan keluar kota malem ini,lusa baru pulang"

"Hmmm"

"Gapapa ya,kan adek udah dewasa juga"

"Iya gapapa,tapi tunggu pagi dulu."

"Kenapa?"

"Kali aja ayah mau anterin adek kerumah ibukan?"

"Yaudah,nanti kalo ayah gak bisa kabarin ya"

"Hmm iyah"

Panggilan pun berakhir sebelah pihak,mungkin bang afif sangat sibut saat ini....

I belive,ayah bakal mau :) iyakan thor!

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!