"Dimana ini?" ucap Bejo saat membuka matanya setelah sadar dari pingsan.
Bejo yang merupakan anak muda dari kampung nelayan, baru pertama kalinya berlayar untuk mencari ikan.
Sebelumnya ia hampir mati karena kapal kecil yang dinaikinya bersama lima temannya, tiba tiba terkena pusaran aneh di tengah laut.
Pusaran gelombang laut itu begitu kuat hingga menghancurkan kapal kecil Bejo dan menenggelamkan mereka.
Saat ini, Bejo bahkan sedikit pesimis dengan nasib teman temannya. Membayangkan suasana mencekam itu saja membuat Bejo lemas ketakutan.
Kini Bejo terdampar di sebuah pulau asing. Pulau itu sekilas terlihat sangat sunyi seperti tidak berpenduduk. Dengan tubuh lemah Bejo berusaha bangkit dan mengamati sekitarnya.
Namun setelah lama mengamati, Bejo sama sekali tidak menemukan tanda tanda ada aktivitas manusia. Ia pun hanya bisa menghela nafas pasrah.
Perlahan, Bejo mulai berjalan menjauhi bibir pantai. Riak air laut masih cukup membuatnya trauma.
Bejo, kemudian merobek sedikit bajunya untuk membalut luka di tangan dan lututnya agar tidak bertambah parah.
Saat sedang mengurus lukanya, tiba tiba Bejo melihat beberapa bayangan di depannya. Seolah ada orang di belakangnya yang menghalangi sinar matahari.
Bejo pun menoleh dan tersentak kaget. Karena entah sejak kapan, tiba tiba ada dua sosok wanita yang berdiri di belakangnya.
"Bidadari?" Mata Bejo langsung melongo menatap keindahan yang mengagetkan itu.
Tepat di hadapan wajah Bejo yang sedang duduk tiba tiba saja ada dua gadis cantik yang berdiri menatapnya. Kedua gadis itu terlihat sangat cantik.
Pakaian mereka sedikit aneh karena hanya berupa kain tipis sederhana yang menutup bagian tubuh sensitif mereka. Bejo sampai melotot menyaksikan keindahan dan kecantikan mereka.
Namun, kegembiraan Bejo menyaksikan pemandangan indah itu tidak berlangsung lama. Hatinya seketika langsung menjadi sedih. Bejo bahkan langsung lemas menatap kedua wanita cantik di depannya.
Kalau dia bertemu bidadari, bukankah artinya dia sudah mati? Lalu, apakah dia sedang surga?
Wajar saja jika Bejo berfikir seperti itu. Pasalnya, kedua wanita di depannya memang sangat cantik. Bejo bahkan merasa belum pernah melihat wanita secantik mereka.
Ditambah lagi, kedua wanita itu hanya berbalut kain tipis setipis sutra. Kain tipis mereka bahkan tidak bisa menutupi bagian tubuh mereka yang sangat indah.
Cantik, berbadan indah dan berpakaian tipis yang aneh, siapa lagi kalau bukan bidadari.
"Kamu tau Yang Mulia Bidadari? Siapa kamu?" tanya salah satu wanita cantik di depan Bejo yang mengenakan kain berwarna merah.
Wanita itu merasa heran saat mendengar Bejo menyebut kata Bidadari.
Mendengar pertanyaan ini, Bejo hanya mematung tanpa bisa menjawab. Dia masih berat menerima takdir mati mudanya.
Dia bahkan belum merasakan wanita.
"Kamu siapa? mengapa tidak menjawab?" tanya wanita satu lagi yang terlihat lebih ramah dan lembut.
Wanita itu terlihat anggun dengan kain putih di tubuhnya yang menerawang.
"Aku, Bejo" jawab Bejo dengan lemah.
Bejo merasa sedikit heran, kenapa para bidadari ini tidak tau namanya. Bukankah mereka diutus untuk menjemputnya setelah mati? Pikir Bejo dalam hati.
"Bejo? Nama yang aneh" ucap wanita dengan kain merah di depannya.
Bejo pun hanya diam dan malas menjelaskan. Matanya bahkan mulai nakal menatap kedua wanita yang sangat cantik di depannya.
Ini dua dari 72 bidadari yang akan menemaninya di surga?
Berarti masih ada 70 lagi yang seperti ini
Hati Bejo mulai perlahan berbunga, dia bahkan tidak lagi sedih dengan takdir mati mudanya.
"Kamu datang dari mana?"
"Kenapa badan kamu penuh luka? Apa kamu jatuh dari langit?"
Kedua wanita cantik itu mulai melontar pertanyaan pertanyaan yang membuat Bejo merasa makin aneh.
"Kalian tidak tahu aku? Jadi kalian bukan bidadari?" Bejo tidak menjawab dan balik bertanya.
"Yang Mulia Bidadari sudah lama tertidur, kami salah satu keturunannya" jawab wanita cantik bergaun putih dengan tersenyum.
"Keturunan Bidadari?" Bejo makin bingung dan tak paham dengan kata kata mereka.
"Benar. Aku peri Ratih, ini saudaraku peri Zara" ucap wanita cantik itu memperkenalkan diri.
"Kamu Peri?" tanya Bejo makin merasa heran.
Kedua wanita itu pun mengangguk sambil terus mengamati Bejo yang kini mulai meragukan kematiannya.
Jika mereka bukan bidadari, mungkin saja dia belum mati. Pikir Bejo dalam hati.
"Biar aku obati dulu luka mu" ucap Peri Ratih sambil meraih lengan Bejo yang terluka.
Peri Ratih lalu mengusap luka Bejo dengan jari tangannya. Bejo yang merasakan disentuh oleh jari lembut Peri Ratih langsung merasa merinding.
Jari wanita itu terlalu halus dan lembut. Ditambah dengan wajah cantik dan manis, jantung Bejo seketika berdebar.
Namun segera perhatian Bejo teralih pada pemandangan aneh. Dari ujung jari Peri Ratih yang menyentuhnya, tiba tiba muncul cahaya putih yang mengalir ke luka di lengan Bejo.
Kulit lengan Bejo yang terluka seperti tertiup udara sejuk. Tidak hanya pada luka di lengannya, seluruh bagian tubuh Bejo yang terluka juga merasakan hawa sejuk yang sama.
Bejo jelas kaget menyaksikan pemandangan aneh ini.
"Sudah" ucap Peri Ratih sambil melepaskan lengan Bejo.
"Sudah? Apanya yang sudah?" tanya Bejo yang tak paham.
"Luka mu sudah sembuh" Perih Ratih sedikit menjelaskan.
Karena penasaran dan tak percaya, Bejo pun perlahan membuka kain yang membalut luka di lengannya.
Bejo langsung heran, karena luka di lengannya ternyata benar benar sembuh total. Bahkan tidak ada bekas luka sama sekali, seolah lengannya tidak pernah terluka.
Makin penasaran, dia pun membuka balutan luka di kakinya. Dan ternyata, hasilnya sama. Luka di kakinya juga secara mengejutkan benar benar sembuh total.
"Benar benar ajaib" Bejo pun bergumam di dalam hati.
Tempat aneh apa sebenarnya ini? Dan siapa peri peri cantik ini?
"Kenapa kamu bisa terluka?" tanya Peri Ratih lagi pada Bejo yang masih keheranan.
"Ceritanya panjang" Jawab singkat Bejo yang masih bingung.
"Kita bawa saja dia ke Ratu Peri" Usul Peri Zara.
"Benar, kita belum pernah kedatangan orang asing. Ratu perlu segera tau" Peri Ratih pun setuju.
"Ratu? Siapa Ratu?" Bejo spontan bertanya.
"Ikut saja, nanti kamu juga tahu" jawab peri Ratih dengan senyum manisnya.
Karena penasaran Bejo pun hanya menurut. Kedua Peri itu segera menghampiri Bejo dari kiri dan kanan. Kemudian sebuah cahaya seperti menyelimuti mereka. Dan seketika itu juga mereka segera lenyap dari tempat itu.
Setelah beberapa saat, mereka akhirnya muncul di depan sebuah istana kecil. Bangunan istana itu hanya sebesar rumah, namun terlihat sangat indah.
Bejo sempat kaget saat dirinya tiba tiba muncul di tempat lain.
"Aku akan melapor dulu" ucap Peri Zara.
Peri Ratih pun mengangguk dan menunggu di luar istana bersama Bejo.
Memandang tubuh peri Zara dari belakang saat berjalan memasuki istana, Bejo sampai menelan ludah.
"Benar benar sangat cantik" gumam Bejo memuji kecantikan dan keindahan tubuh peri Zara.
Mendengar ucapan Bejo peri Ratih hanya tersenyum kecil.
Setelah peri Zara tak terlihat, pandangan Bejo langsung beralih ke peri Ratih yang tak kalah cantik.
Bejo dengan jelalatan memandangi peri Ratih yang sedikit lebih cantik dari peri Zara. Mata Bejo menyapu tanpa sopan santun dari ujung kepala hingga ujung kaki.
"Mengapa kamu melihatku seperti itu? Ada yang salah?" tanya Peri Ratih yang sangat polos.
"Kamu, sangat cantik" jawab Bejo spontan.
"Cantik?" Tanya Peri Ratih yang merasa heran saat dibilang cantik.
"Iya, bahkan terlalu cantik" puji Bejo dengan tulus.
"Kamu aneh" ucap Peri Ratih yang sedikit heran dengan pujian Bejo.
"Aneh? Apa yang aneh?" ucap Bejo bingung.
"Iya aneh. Di pulau bidadari, aku dan Zara adalah yang paling tidak cantik" kata peri Ratih mejelaskan.
"Paling tidak cantik? Maksud kamu yang lain lebih cantik?" tanya Bejo seolah tidak percaya.
Peri Ratih pun mengangguk. Bejo tentu langsung bengong.
Menurut Bejo, Peri Ratih dan Peri Zara adalah wanita tercantik yang pernah dia lihat. Tapi baru saja peri Ratih mengatakan bahwa mereka adalah yang terjelek di tempat ini. Rasanya terdengar sangat mustahil.
Kalau mereka adalah yang terjelek lalu secantik apa penghuni yang lainnya?
Namun Bejo tidak terlalu peduli. Matanya makin berani menjelajahi tubuh indah peri Ratih. Nafas Bejo yang sedang puber bahkan mulai tidak teratur.
"Apa itu?" ucap Peri Ratih memperhatikan tonjolan di celana Bejo.
Bojo pun serentak menutupi tonjolan di balik celananya dengan telapak tangannya. Dia benar benar malu kalau sampe ketahuan sudah kurang ajar.
"Apa yang sedang kamu sembunyikan?" tanya Peri Ratih penasaran.
Apalagi? Pakai tanya. Pikir Bejo dalam hati.
"Buka apa apa" jawab Bejo sambil berbalik membelakangi peri Ratih dengan gugup.
"Ayo masuk. Ratu sudah menunggu" tiba tiba suara peri Zara menyelamatkan Bejo dari penyelidikan peri Ratih.
Peri Ratih pun mengangguk dan meminta Bejo mengikutinya kedalam.
Karena penasaran ingin tau tentang tempat itu, Bejo pun menurut dan mengikuti mereka masuk ke istana.
Bagian dalam istana ternyata lebih luas dari bayangan Bejo, namun terlihat sangat kosong.
Di dalam istana telah menunggu tujuh wanita yang sangat cantik, dengan pakaian seperti peri Ratih dan Peri Zara. Kain tipis penutup tubuh mereka hanya berbeda warna.
Mata Bejo jelas langsung melotot.
Dari tujuh wanita yang dia lihat, tak satupun dari mereka yang kalah cantik dari peri Ratih dan Peri Zara.
Meski ada satu orang di tengah yang memakai kain keemasan dengan cadar, tapi Bejo sangat yakin, dia tidak akan kalah cantik dengan yang lainnya.
"Tempat ini, benar benar seperti surga" pikir Bejo dalam hati.
"Ratu, ini orang yang aku ceritakan" ucap Peri Zara pada wanita dengan kain keemasan dan bercadar sewarna.
Wanita bercadar yang ternyata adalah Sang Ratu itu mengangguk ringan dan menatap Bejo dengan sedikit penasaran.
"Jadi, kamu yang bernama Bejo?" tanya sang ratu dengan suara yang sangat lembut dan merdu.
Suara lembut Sang Ratu bahkan mampu menarik pandangan Bejo yang sejak tadi jelalatan memandangi para wanita cantik di depannya.
Bejo pun hanya mengangguk, dan kembali memandangi satu per satu wanita cantik di depannya.
Mereka semua benar benar cantik seperti bidadari. Dan hebatnya lagi, meski sangat cantik wajah mereka tak ada yang mirip.
Mereka seakan melambangkan berbagai kecantikan yang indah dari seluruh dunia.
"Tempat apa ini?" ucap Bejo mulai berani bertanya.
"Ini adalah Pulau Bidadari. Aku Ivana, Ratu tempat ini" jawab sang ratu dengan suara lembut yang membuat tubuh Bejo bergetar.
Mendengar suaranya saja, Bejo langsung lemas.
Secantik apa wanita ini jika cadarnya dilepas. Pikir Bejo dalam hati, yang hampir tak kuat berdiri.
"Pulau Bidadari? Apa disini ada Bidadari?" tanya Bejo lagi karena penasaran.
"Kamu tau Yang Mulia Bidadari?"
"Siapa kamu sebenarnya?" tanya Ratu Ivana yang heran mendengar Bejo menyebut bidadari.
"Yang mulia?"
"Jadi benar ada Bidadari?" Bejo balik bertanya tanpa menjawab.
"Yang mulia telah lama tertidur." jawab Ratu Ivana sambil menatap Bejo seolah menyelidik.
"Tertidur?" Bejo menjadi semakin penasaran
Sebenarnya dimana dia sekarang?
"Benar, sudah sekitar seribu tahun" ucap Sang Ratu seperti mengenang sesuatu.
"Jadi, siapa kamu sebenarnya? Dan, darimana kamu berasal?" selidik Ratu Ivana karena penasaran.
"Entah lah, aku masih bingung" ucap Bejo yang tak tau harus berkata apa.
"Sebenarnya tempat apa ini?"
"mengapa semuanya wanita?"
"Dan pakaian kalian, mengapa sangat aneh" tanya Bejo menyelidik.
Sang ratu dan seluruh wanita yang hadir disitu merasa aneh dengan pertanyaan Bejo.
Mereka juga sedikit tidak puas, karena Bejo tidak mengutarakan darimana dia berasal. Ratu pun menghela nafas dan sedikit menjelaskan.
"Tadi sudah ku katakan, ini Pulau Bidadari."
"Apa itu wanita? Dan, ada apa dengan pakaian kami?" kata lirih Ratu Ivana yang tak paham dengan pertanyaan Bejo.
"Kalian tidak tahu tentang pria dan wanita?" tanya Bejo lagi.
Seluruh wanita di depan Bejo hanya menggelengkan kepala.
Tempat ini benar benar aneh. Begitu banyak wanita cantik, tapi sepertinya mereka kurang pengetahuan.
Bahkan, sepertinya tidak ada laki laki disini. Kalau tidak, mereka pasti tau tentang pria dan wanita. Bejo pun mulai menghela nafas.
"Jadi seperti ini, aku adalah pria, dan kalian adalah wanita."
"Ada beberapa perbedaan antara pria dan wanita" kata Bejo sedikit menjelaskan.
"Perbedaan?"
"maksudmu rambut mu yang pendek dan dadamu yang rata?" tanya Ratu Ivana karena merasa hanya rambut dan dada mereka yang berbeda.
"Itu salah satunya. Ada beberapa perbedaan lain" jawab Bejo singkat.
"Ada perbedaan lain? Apa itu?" tanya sang ratu penasaran.
Bejo mulai bingung menjawab pertanyaan Ratu Ivana. Masa iya dia harus menunjukkan senjatanya agar mereka paham?
Namun kepolosan wanita wanita cantik di depannya memunculkan pikiran nakal Bejo.
Apa salahnya kalau dia menunjukkannya. Para wanita di depannya juga tak malu berpakaian yang hampir setengah telanjang.
"Kami kaum pria memiliki benda pusaka di tubuh kami"
"Dan kalian para wanita, tidak punya" ucap Bejo dengan senyum licik.
"Benda pusaka? Seperti apa?" tanya sang ratu yang makin penasaran.
"Kalian benar benar ingin tahu?" ucap Bejo lagi sengaja membuat mereka makin penasaran.
Sang Ratu dan lainnya hanya mengangguk yakin. Mereka benar benar penasaran dengan perbedaan antara mereka dan Bejo.
Sejauh yang mereka lihat, mereka tidak jauh berbeda selain panjang rambut dan dada mereka.
Dengan senyum kemenangan Bejo mulai melepaskan telapak tangannya yang sejak tadi menahan bagian depan celananya.
Perlahan dia menurunkan celananya dan mengeluarkan senjatanya dengan berdebar.
Ratu Ivana dan para peri lain yang belum pernah melihat senjata laki laki itupun langsung membelalakkan mata. Mereka bahkan mendekatkan wajahnya ingin menyaksikan dari dekat.
Bejo pun dengan bangga dan tak tahu malu mempertontonkan senjatanya pada wanita wanita cantik di depannya.
"Dewa? Kamu sebenarnya adalah dewa?" ucap Ratu Ivana terpana menyaksikan senjata Bejo.
"Dewa kepala mu" pikir Bejo dalam hati yang heran saat dipanggil dewa.
Namun Bejo berusaha menyembunyikan keheranannya. Pikiran nakal bahkan mulai merasuki pikirannya dan membisikkan niat jahat melihat kepolosan sang ratu dan yang lainnya.
"Kalian tau tentang dewa?" tanya Bejo pura pura bodoh.
Ratu Ivana pun hanya mengangguk. Dia jadi teringat tentang tulisan kuno di istana yang sering dia baca saat masih kecil.
"Dikatakan bahwa di langit para Dewa berkuasa"
" Dan leluhur kami Yang Mulia Bidadari, dulunya adalah pelayan setia para Dewa" ucap Ratu Ivana menjelaskan.
Mendengar penjelasan sang ratu ini, otak nakal Bejo menjadi semakin liar.
Ternyata, wanita wanita cantik ini sebenarnya adalah keturunan Bidadari yang melayani Dewa.
Dan saat ini mereka secara keliru mengira bahwa dia adalah dewa hanya dengan melihat senjatanya?
Leluhur mereka adalah pelayan Dewa. Jika saat ini mereka mengira dirinya adalah Dewa, bukankah itu keberuntungan gila.
Bejo tidak bisa membayangkan betapa gilanya dia, jika memiliki banyak pelayan cantik seperti Ratu Ivana dan yang lainnya.
Namun meski otak Bejo sudah mulai membayangkan hal hal kotor, dia masih berusaha tenang.
Bejo perlu memastikan bahwa mereka tidak sedang menggodanya dengan lelucon konyol.
Sangat aneh kalau dia bisa dikira Dewa hanya dengan menunjukkan senjatanya. Jangan jangan Dewa yang mereka maksud adalah Dewa cabul.
"Darimana kalian tahu tentang Dewa?" tanya Bejo menyelidik.
"Ada lukisan yang ditinggalkan Yang Mulia Bidadari di dalam istana, tentang Dewa dan Iblis yang menjadi musuh para Dewa".
"Penampilan anda dengan rambut pendek dan pusaka anda ini, persis seperti yang ada pada Dewa" ucap Ratu Ivana menjelaskan dugaannya.
Ratu Ivana bahkan mulai terlihat sopan terhadap Bejo.
"Dari lukisan? Boleh aku melihatnya?" kata Bejo sambil menekan pikiran kotornya.
"Tentu" Jawab Ratu Ivana sambil masih menatapi senjata Bejo
Ratu Ivana dan para peri sangat takjub dan merasa beruntung bisa melihat pusaka Dewa itu.
"Tunjukan padaku lukisan itu" pinta Bejo yang tak sabar membuktikan cerita sang ratu.
Jika memang cerita sang Ratu tentang lukisan itu benar, maka Bejo akan jadi laki laki paling beruntung di dunia.
Untuk itu, Bejo sangat tak sabar ingin melihat lukisan itu. Dia bahkan mulai menyusun rencana jahat menipu para wanita cantik di depannya.
"Lukisan itu ada di dinding dalam istana. Mari saya antar" kata Ratu Ivana dengan penuh tersenyum hangat.
"Sebentar" kata Bejo sambil memasukkan senjatanya kembali ke dalam celana.
Aneh rasanya berjalan dengan memamerkan hal seperti itu. Dia merasa seperti orang yang tidak waras.
"Ayo jalan" kata Bejo dengan tak sabar setelah merapikan celananya.
Ratu Ivana mulai membimbing Bejo kedalam istana diikuti para peri lainnya.
Bejo pun mengikutinya sambil mengamati satu persatu para Peri cantik yang nanti mungkin jadi pelayannya. Bejo benar benar tak sabar ingin segera menyantap mereka semua.
Sampailah mereka semua di satu ruangan yang cukup rapi dan indah. Ruangan itu tampak seperti sebuah kamar tidur seorang raja yang sangat besar dan mewah.
Mata Bejo langsung tertuju pada beberapa gambar di dinding ruangan. Dia bahkan langsung melotot keheranan.
"Lukisan lukisan ini, kenapa seperti lukisan cabul?" pikir Bejo dalam hati.
Jangan jangan Dewa yang mereka maksud memanglah Dewa Cabul.
"Ini adalah lukisan yang dilukis sendiri oleh Yang Mulia Bidadari."
"Beliau melukisnya saat merindukan para Dewa yang pernah dia layani" Kata Ratu Ivana menjelaskan.
Bejo mulai mengamati lukisan lukisan cabul di dinding.
Lukisan sederhana itu menunjukkan adegan adegan saat beberapa orang wanita yang sedang melayani seorang laki laki di beberapa aktivitas, bahkan sampai dengan di ranjang.
Dan pada adegan ranjang, terlihat beberapa adegan dimana laki laki itu menggarap beberapa wanita dengan berbagai gaya.
Bejo seketika langsung panas dingin. Namun dia tetap berusaha untuk tenang.
Jika memang para peri ini mengira bahwa dia Dewa, hanya karena memiliki senjata yang dimiliki semua laki laki, itu memang sangat gila.
Karena ini membuat Bejo diuntungkan, dia tentu tidak akan protes.
Namun, kini dia harus bisa menunjukkan wibawa seorang Dewa, agar tidak membuat para peri cantik di depannya curiga.
"Apa saja yang kalian ketahui tentang Dewa dan Bidadari?" tanya Bejo mulai mengorek informasi.
"Kami memiliki beberapa catatan yang ditinggalkan Yang Mulia Bidadari."
"Sebentar saya ambilkan" kata Ratu Ivana sambil berjalan membuka lemari kecil yang berisi beberapa buku.
Ratu Ivana kemudian mengambil sebuah buku dan menyerahkan pada Bejo.
Bejo menerima buku itu dan mulai membacanya. Ada cukup banyak tulisan dan dan bahkan beberapa gambar.
Buku itu menceritakan tentang Dewa yang berkuasa di langit dan memerangi Iblis yang ingin menguasai dunia.
Di ceritakan juga tentang kehidupan di langit, dan juga tentang bidadari yang melayani para dewa dengan setia dalam berbagai hal.
Membaca buku itu, Bejo benar benar seperti membaca cerita fiksi. Rasanya sangat tidak masuk akal bila dia pikir secara nalar.
Namun melihat keajaiban yang ditunjukkan para peri, mau tak mau Bejo harus mempercayai hal gila di depannya.
Bejo membaca buku itu dengan sangat serius, dia seperti tak mau melewatkan sedikitpun detail isi buku itu.
Maklum saja, buku itu adalah modal utama Bejo dalam menjalankan rencana gilanya ke depan.
Bejo tak ingin sampai ketahuan menipu Para Peri ini. Dengan kekuatan sihir mereka, dia bisa mati kapan saja jika ketahuan berbohong.
Bejo pun menghela nafas ringan setelah selesai membaca buku itu, dan mulai menatap para peri.
"Aku bukan dewa" ucap Bejo tersenyum penuh arti.
"Tuan jangan becanda" ucap Ratu Ivana yang sangat yakin bahwa Bejo adalah dewa.
"Tunggu sebentar Ratu" potong Peri Zara tiba tiba.
"Ada apa, Zara?" tanya Ratu Ivana sambil menoleh pada Peri Zara.
"Ratu, bukan kah Dewa sangat kuat. Tapi mengapa dia terluka saat tiba disini?"
"Lalu mengapa dia menyebut dirinya Bejo dan Bukan Dewa?" tanya Peri Zara yang sedikit meragukan Bejo sebagai Dewa.
Ratu Ivana pun menatap lembut Bejo seolah meminta penjelasan.
Awalnya Bejo ingin mengaku bahwa dia bukan dewa. Dia tidak ingin ingin terkena karma.
Namun, sikap Peri Zara membuatnya seketika berubah pikiran.
Untung saja Bejo sempat membaca buku tentang dewa dan bidadari barusan. Jika pertanyaan itu diajukan sebelum dia membaca buku itu, Bejo pasti tidak akan bisa menjawab.
"Apa menurut mu, Dewa yang kuat tidak bisa terluka?"
"Dan apakah Dewa tidak boleh punya nama?"
"Dewa hanyalah gelar, seperti halnya bidadari dan juga peri."
"Bukankah kalian para peri juga punya nama?" ucap Bejo membalikkan pertanyaan Peri Zara sambil menatapnya tajam.
"Lihat saja cantik, aku akan membuatmu minta ampun" gumam Bejo kesal dalam hati.
Peri Zara hanya menundukkan kepala menghindari tatapan tajam Bejo.
Jika dia pikir lagi, kata kata Bejo memang masuk akal.
Meskipun Dewa kuat, jika dia melawan Iblis bisa saja dia terluka. Bukankah diceritakan bahwa iblis juga sangat kuat.
Dan tentang nama, wajar saja jika dewa juga punya nama seperti mereka.
Meski nama Bejo, memang terdengar sangat aneh di telinganya.
"Lagipula, aku tak pernah memintamu menganggapku sebagai Dewa." ucap Bejo kembali menghela nafas.
"Aku melawan Raja iblis sebelum jatuh di tempat ini."
"Aku terluka. Dan bahkan saat ini, aku kehilangan seluruh kekuatan ku" lanjut Bejo mengarang cerita.
Dia bahkan sengaja menyatakan kehilangan kekuatannya, agar ke depan tidak harus diminta menunjukkan kekuatan Dewa yang bisa membongkar kebohongannya.
Hidup mandiri sebatang kara sejak kecil memberikan banyak kecerdasan pada Bejo. Membohongi para peri polos seperti mereka, itu sangatlah mudah baginya.
"Kehilangan kekuatan?"
"Maksud tuan, sekarang tuan tidak memiliki kekuatan Dewa?" tanya Ratu Ivana yang cukup terkejut.
"Benar, aku terkena racun kuat dari raja iblis sebelum berhasil membunuhnya".
"Racun itu membuatku kehilangan kekuatan dan akhirnya terjatuh dari langit" ucap Bejo kembali berbohong dengan rapihnya.
Mendengar ucapan Bejo ini, Ratu Ivana dan para peri lainnya yang sangat polos jadi sangat sedih.
Seorang dewa sampai kehilangan kekuatannya demi membasmi Iblis yang jahat, itu sungguh sangat mengenaskan.
"Nasib tuan benar benar memprihatinkan." ucap sedih Ratu Ivana yang merasa sangat iba dengan kondisi Dewa di depannya.
"Sudah tugasku sebagai Raja para Dewa untuk membasmi Raja Iblis".
"Sekarang Raja Iblis sudah musnah, meskipun kehilangan kekuatanku, aku tidak menyesal."
"Setidaknya sekarang aku masih hidup." Kata Bejo seolah dia adalah Dewa yang bijak.
"Tuan adalah Raja Dewa?" tanya Ratu Ivana sangat terkejut.
Bagi para peri, Dewa saja sudah sangat mulia. Apalagi Raja Dewa.
Itu adalah keberadaan yang maha tinggi bagi para Bidadari. Apalagi bagi mereka para Peri, yang hanya keturunan dari Bidadari.
"Itu dulu"
"Sekarang kekuatanku sudah hilang. Kalian tidak perlu memanggilku Raja Dewa".
"Aku sekarang hanya orang lemah" kata Bejo dengan licik, mencoba membuat simpati para peri
Bejo cukup tau diri. Meskipun dia secara keliru dianggap sebagai Dewa, dia tidak akan diakui sebagai Dewa jika tidak memiliki kekuatan.
Jadi lebih baik menarik simpati para peri ini. Supaya dia bisa tetap tinggal dengan aman di tempat ini, bersama para peri cantik yang berpakaian nyaris telanjang.
Syukur syukur dia bisa mendapatkan kesempatan mencicipi salah satu dari mereka, atau bahkan memperistrinya.
"Tidak bisa begitu"
"Anda adalah Raja Dewa yang telah dengan berani memusnahkan Raja Iblis".
"Meski kekuatan anda telah hilang, anda tetap Dewa di mata kami." Ucap Ratu Ivana yang di ikuti anggukan para peri lainnya.
"Mereka sungguh polos" pikir Bejo dalam hati yang merasa penuh kemenangan.
Jika dia masih dianggap sebagai Dewa, bukankah mereka masih akan sudi melayaninya. Membayangkan hal ini, otak kotor Bejo kembali melamun jorok.
"Itu terserah kalian. Tapi, aku tidak memaksa" ucap Bejo sok bijaksana.
"Kami akan melayani tuan Raja Dewa dengan setia"
"Kami tidak ingin mempermalukan leluhur kami Yang Mulia Bidadari" kata Ratu Ivana dengan sungguh sungguh.
Ratu Ivana dan para peri pun serempak membungkuk dengan hormat.
"Tidak perlu seperti itu" ucap Bejo dengan memasang wajah bijaksana
Bejo hampir kesulitan menahan tawa kemenangan.
"Ngomong ngomong, berapa banyak Peri yang tinggal di tempat ini?"
"Apa cuma kalian?" tanya Bejo setelah terbatuk kecil.
Bersambung...
Bejo tentu berharap ada lebih banyak dari mereka di tempat ini. Semakin banyak pelayan cantik seperti mereka, tempat ini akan benar benar menjadi surga.
"Di pulau ini, Yang Mulia Bidadari menciptakan seribu Peri dengan kekuatannya sebelum tertidur" ujar Ratu Ivana menjelaskan.
"Se.. seribu?" tanya Bejo seolah tidak percaya. Seribu wanita cantik seperti mereka, itu benar benar terdengar gila.
"Benar, ada seribu peri. Kami akan segera mengumpulkan mereka untuk menyambut tuan Raja Dewa secepatnya" imbuh Ratu Ivana.
"Tidak perlu buru buru" ucap Bejo sambil menenangkan dirinya karena masih sangat syok dengan rejeki nomplok nya.
"Seribu pelayan super cantik, dia bahkan tidak bisa membayangkannya" pikir Bejo yang seolah masih tidak percaya.
"Sebenarnya, kekuatan ku mungkin masih bisa kembali. Tapi, aku tidak terlalu yakin" ucap Bejo.
Tiba tiba saja rencana licik gila mulai muncul di pikiran Bejo setelah memikirkan seribu peri cantik yang akan jadi pelayan nya.
"Benarkah? Bagaimana caranya? Apa yang bisa kami lakukan untuk membantu tuan" kata Ratu Ivana.
Ratu Ivana tampak sangat antusias dan bahagia mendengar kekuatan Raja Dewa bisa dikembalikan.
"Eheem, aku masih tidak terlalu yakin" ucap Bejo sambil terbatuk kecil.
"Lagipula itu memang memerlukan bantuan kalian".
"Aku tidak ingin merepotkan kalian para peri" kata Bejo sambil menahan tawa melihat antusias Ratu Ivana dengan lelucon bodohnya.
"Mengapa tuan berbicara seperti itu. Apakah tuan tidak menerima kami sebagai pelayan tuan" ucap sedih Ratu Ivana.
"Kami memang tidak secantik dan sehebat Yang Mulia Bidadari, tapi kami memiliki kesetiaan Yang Mulia Bidadari dalam diri kami".
"Bagaimanapun, kami masih keturunan yang dihasilkan dengan membagi kekuatan Beliau" Ujar Ratu Ivana panjang lebar karena merasa sedih dengan kata kata Bejo.
"Bukan begitu maksudku" ucap lemah Bejo yang sedikit kaget dengan reaksi Ratu Ivana dan para peri lain oleh ucapan asalnya.
Para peri terlihat begitu sedih saat Bejo mengatakan tidak ingin merepotkan mereka. Mereka sudah bertekad menyerahkan jiwa raga mereka sebagai pelayan setia Bejo. Jadi melayani Bejo merupakan kehormatan tertinggi bagi mereka.
Namun mendengar Bejo tidak ingin mereka membantunya hanya karena tidak ingin merepotkan, itu sungguh membuat para peri itu terpukul.
Bahkan Peri Ratih dan beberapa peri tampak meneteskan air mata. Bejo pun hanya bisa menghela nafas karenanya.
"Baiklah, kalian bisa membantuku jika kalian bersedia" ucap Bejo pura pura menghibur sambil tersenyum penuh kemenangan.
"Tuan, tolong jangan ragukan kesetiaan kami lagi. Kami sangat sedih mendengarnya" ucap Peri Ratih sambil masih terisak.
"Benar tuan, kami akan lakukan apapun untuk membantu dan melayani tuan Raja Dewa" imbuh Ratu Ivana mencoba meyakinkan Bejo.
"Baiklah, aku percaya kesetiaan kalian" kata Bejo dengan memasang wajah bermartabat.
"Lalu apa yang bisa kami lakukan untuk mengembalikan kekuatan tuan?" ucap Ratu Ivana seperti tidak sabar ingin segera melayani Bejo dan membuktikan kesetiaannya.
"Sebenarnya aku tidak yakin apakah cara ini akan berhasil. Biasanya cara ini dewa lakukan dengan bantuan Bidadari"
"Tapi, saat ini hanya ada kalian para peri".
"Namun, mungkin saja itu bisa berhasil karena kalian masih memiliki aura dari Bidadari" kata Bejo pura pura ragu.
"Katakan saja tuan, kami akan melakukan yang terbaik." ucap Peri Zara dengan semangat seperti ingin menebus kesalahannya yang pernah meragukan Bejo.
"Jika sampai gagal apa kalian tidak akan menyesal?" tanya Bejo sambil memandangi mereka satu persatu. Sebenarnya, dia sedang melihat peri cantik mana yang akan dimakan duluan.
"Mengapa tuan masih menanyakan itu? Tuan ingin kami merasa sedih?" jawab Peri Zara dengan wajah manyun yang terlihat sangat menggemaskan.
Bejo pun makin bersemangat dan tak sabar menjalankan rencana horornya. Dia tersenyum dan mengalihkan pandangannya ke arah lukisan lukisan cabul di dinding ruangan.
"Sebelumnya, apakah aku bisa memakai ruangan ini menjadi ruanganku?" tanya Bejo.
Bejo sangat yakin bahwa kamar tidur besar ini pasti kamar terbaik di pulau bidadari. Bagaimanapun juga itu adalah kamar milik Bidadari leluhur para peri.
"Tentu saja, seluruh tempat di pulau Bidadari adalah milik tuan" jawab Ratu Ivana dengan yakin.
"Baiklah. Kalian lihat lukisan lukisan itu. Apa kalian tau maksudnya?" tanya Bejo mengetes pengetahuan mereka.
"Kami sedikit paham tuan".
"Lukisan ini menunjukkan adegan Yang Mulia Bidadari yang melayani Dewa dalam berbagai urusan".
"Tapi, untuk yang di sisi ini, sampai saat ini kami masih tidak paham" ucap Ratu Ivana menunjuk gambar gambar adegan ranjang di sebelah kanan.
Bejo tersenyum puas mendengar jawaban Ratu Ivana.
"Wajar jika kalian tidak paham, itu adalah Ritual Pembangkitan Kekuatan Dewa."
"Bagian itu juga yang harus aku lakukan untuk mengembalikan kekuatanku, dengan bantuan kalian" Jawab Bejo sambil mulai tersenyum sendiri.
"Pembangkitan Kekuatan Dewa?" tanya Ratu Ivana yang masih tidak paham.
"Benar. Dengan ritual itu, aku harusnya bisa mengeluarkan racun jahat dari Raja Iblis melalui Pusaka Dewaku ini" ucap Bejo sambil menunjukkan senjatanya yang entah sejak kapan sudah dia keluarkan dari celananya.
"Melalui pusaka itu?" ucap Ratu Ivana sambil memandangi senjata Bejo.
"Setelah melakukan ritual, aku harusnya mampu mengeluarkan sedikit demi sedikit racun dari lubang kecil di ujung pusaka ini" jawab Bejo sambil menahan tawa liar.
"Pusaka itu memiliki lubang?" tanya Peri Ratih yang sangat takjub dengan senjata Bejo yang dianggapnya sebagai pusaka dewa itu.
"Lubang pusaka ini sangat kecil seukuran jarum. Jadi mungkin butuh waktu yang sangat lama untuk mengeluarkan racun sedikit demi sedikit" ucap Bejo dengan khusuk.
"Sangat lama? berapa lama tuan?" tanya Ratu Ivana.
"Jika dengan bantuan Bidadari, mungkin hanya butuh 15 tahun."
"Namun karena kalian hanya peri keturunan Bidadari, mungkin butuh sekitar 100 sampai 150 tahun" ucap Bejo seolah sangat berat hati.
"Hanya 100 sampai 150 tahun? secepat itu?" tanya Peri Zara disertai rasa heran dari semua peri yang hadir.
"150 tahun itu cepat?" ucap Bejo keheranan dalam hati.
Padahal, saat menyebutkan angka itu Bejo telah memperkirakan umurnya hingga tua dan meninggal. Pasti tidak akan sampai 150 tahun, dia hanya manusia biasa.
Dengan dia menyebut angka 150 tahun, dia bisa terus menikmati para peri cantik ini sepuasnya hingga tua dan meninggal. Sungguh benar benar rencana sempurna.
Tapi itu dianggap sangat cepat oleh para peri? benar benar tidak masuk akal. Bejo jadi memiliki pertanyaan di hatinya.
"Memangnya berapa umur para peri disini?" tanya Bejo mengungkap keraguannya.
"Hamba adalah peri tertua, umur hamba 10 ribu tahun. Dan peri termuda adalah Peri Zara, umurnya sekitar seribu tahun" ucap Ratu Ivana menjelaskan umur mereka.
"10 ribu tahun?" ucap Bejo keheranan. Dimata Bejo, peri peri cantik ini terlihat seperti remaja belasan tahun. Ternyata mereka sudah sangat tua.
"Berapa umur yang Mulia Raja Dewa?" tanya Ratu Ivana penasaran.
"18 tahun" Jawab Bejo spontan dan keceplosan.
"18 tahun? Benarkah? Hamba bahkan masih bayi saat berusia 18 tahun" Ucap Ratu Ivana yang terkejut.
"Kami harus mengatur banyak hal di dunia, jadi kami para dewa diberi kelebihan untuk tumbuh dewasa lebih cepat dari mahkluk lain" ucap Bejo memperbaiki ucapannya yang tadi keceplosan.
"Dewa ternyata benar benar luar biasa" ucap Ratu Ivana mengagumi kemampuan dewa untuk tumbuh cepat.
"Saat aku jatuh dari langit dan menyentuh tanah, aku terjebak dalam tubuh lemah ini. Sehingga dalam 100 sampai 150 tahun, aku akan terlihat menua perlahan." ucap Bejo.
"Saat tubuh ku benar benar terlihat tua dan lemah, aku akan terbebas dari tubuh lemah ini dan kembali menjadi Dewa serta mendapatkan kekuatanku kembali" lanjut Bejo.
Bejo sengaja mengarang cerita yang menggambarkan kondisinya saat menua dan mati agar tidak menimbulkan kecurigaan di masa mendatang.
"Menua dalam 150 tahun? itu sangat mengerikan." Ratu Ivana hampir menangis mendengar cerita Bejo.
"Tuan benar benar menjalani hidup berat karena pengorbanan tuan melawan raja iblis" ucap prihatin Ratu Ivana yang diiringi kesedihan para peri lainnya.
"Itu tidak masalah. Aku sudah menerima nasib ku ini. Sebagai Raja Dewa, pengorbanan seperti ini tidaklah seberapa." kata Bejo dengan penuh wibawa.
"Tuan benar benar mulia" Kata para peri serentak sambil membungkuk penuh hormat.
"Sudahlah. Itu sudah kewajiban ku" kata Bejo tersenyum sok ganteng.
"Kami berjanji melayani tuan dengan sebaik mungkin" ucap Ratu Ivana.
"Benar, Kami tidak akan pernah membantah sedikitpun permintaan tuan" Imbuh Peri Ratih sambil tetap membungkuk dengan sangat hormat.
"Cukup. Bangunlah." kata Bejo memerintahkan.
"Tuan, kapan anda akan memulai ritual?" tanya Peri Zara seolah tak sabar ingin membantu tuannya.
"Secepatnya, setelah ini aku akan segera memulai" kata Bejo yang juga sudah tak sabar.
Bejo bahkan merasa jantungnya berdetak kencang karena gugup dan terlalu bahagia dengan nasib gilanya. Dia bahkan diam diam mencubit lengannya untuk memastikan dia tidak sedang bermimpi.
"Kumpulkan para peri sekarang. Kita akan mulai membantu tuan Raja Dewa melaksanakan ritual" Perintah Ratu Ivana pada para peri.
Bejo langsung kaget mendengarnya. Apakah Ratu Ivana mengira dia akan memakan mereka bersamaan? Gila, mana mungkin dia sanggup dia melakukannya sekaligus. Bisa bisa dia mati kering saat itu juga.
"Tak perlu mengumpulkan mereka sekarang." cegah Bejo dengan buru buru.
"Aku hanya butuh satu atau dua peri saat ritual. Dan untuk ritual pertama mungkin aku hanya butuh satu orang dari kalian" lanjut Bejo menambahkan.
"Hanya satu peri?" tanya Ratu Ivana memastikan bahwa dia tidak salah dengar.
"Benar, cukup satu. Siapa yang ingin membantuku terlebih dahulu?" tanya Bejo pada para peri.
Para peri ini semua sangat cantik. Bejo tidak kan menyesal memilih mereka secara acak. Apalagi nanti mereka semua juga akan disikatnya satu persatu sampai habis.
Ini juga sekaligus menjadi pengalaman pertama bagi Bejo. Dia jelas butuh sedikit belajar. Jadi, satu orang benar benar cukup. Bejo benar benar tak sabar ingin segera menyeret salah satu dari mereka sekarang.
"HAMBA TUAN..!!" para peri itu serentak menawarkan diri. Mereka benar benar tak sabar melayani tuannya.
Bejo sempat kaget dan heran dengan reaksi mereka. Bisa bisanya para wanita cantik berebut menawarkan diri untuk dikerjai olehnya. Mimpi apa dia semalam.
Jika surga hanya menyediakan 72 bidadari cantik, bukankah seribu wanita cantik ditempat ini bahkan mengalahkan surga. Bejo sampai bingung harus berkata apa.
Bersambung...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!