NovelToon NovelToon

Bintang Untukmu Itu Aku

Bab I. Lamaran Dadakan

Di sebuah kediaman mewah seorang gadis sedang sibuk di ruangan kerja pribadinya.
Remaya (Ibu Jingga)
Remaya (Ibu Jingga)
Jingga, kamu di dalam sayang? Ayo siapan, jangan lupa hari ini kita mau ke rumah Eyang Rani.
Jingga
Jingga
Iya Mi. Jingga ingat kok. Bentar lagi Jingga siapan. Nanggung banget dikit lagi.
Remaya (Ibu Jingga)
Remaya (Ibu Jingga)
Oke sayang. Jangan sampai kita terlambat ya!
Tak lama Jingga keluar dari ruang kerjanya dan mempersiapkan diri untuk acara makan malam di rumah sang nenek dari pihak ibunya.
Remaya (Ibu Jingga)
Remaya (Ibu Jingga)
Cantik banget sih putri mami. Kamu persis Eyang Rani waktu muda.
Jingga
Jingga
Mami bisa aja. Jingga kan mirip mami!
Di rumah Eyang Rani....
Eyang Rani
Eyang Rani
Cucu eyang udah dateng. Eyang kangen banget. Kamu itu, mentang-mentang udah megang perusahaan papa kamu, kamu jadi sibuk dan lupa sama eyang.
Jingga langsung memeluk sang nenek
Jingga
Jingga
Eyanggg..., maaf ya Eyang. Jingga janji akan lebih sering ngunjungin Eyang ke sini.
Eyang Rani
Eyang Rani
Itu baru cucu Eyang. Eyang loh tinggal sendirian, tiada yang menemani. Mami kamu juga suka sibuk di restoran. Pak De kamu, tau sendiri mereka engga pulang udah tiga tahun. Kacang lupa kulitnya. Udah enak di luar negeri, lupa punya orang tua di sini.
Jingga
Jingga
Eyang, Eyang itu masih sehat, cantik dan pastinya panjang umur. Lagian Pak De juga udah janji akan pulang tahun ini kan, Eyang!
Tiba-tiba ada suara sapaan yang berasal dari luar, yang membuat ketiga wanita yang ada di dalam rumah menoleh.
Remaya (Ibu Jingga)
Remaya (Ibu Jingga)
Jeng Queenta, masuk, masuk! Ya ampun tumben datang ke kediaman mami?
Queenta (Ibu Abinama)
Queenta (Ibu Abinama)
Halo Jeng Maya. Iya nih, kita kangen sama tante. Makanya datang kemari.
Queeenta datang bersama suami dan putra semata wayangnya yang bernama Abinama.
Setelah makan malam bersama, Abram suami Queenta meminta waktu untuk berbicara dengan Eyang Rani, Remaya dan Jingga.
Abram (Ayah Abinama)
Abram (Ayah Abinama)
Jadi kedatangan kami ke sini, kami mau melamar cucu Eyang untuk menjadi istri dari putra semata wayang kami, Abinama.
Bersambung....

Bab II. Kompromi yang Gagal

Jingga
Jingga
Apa?
Jingga terlihat sangat terkejut, sementara lelaki yang bernama Abinama itu hanya menatapnya dengan datar.
Queenta (Ibu Abinama)
Queenta (Ibu Abinama)
Jingga sayang, kami melakukan ini karena ini adalah wasiat dari eyang kakung kamu dan eyang dari Abinama. Ini bukti wasiatnya.
Queenta menyerahkan sebuah dokumen yang berisi wasiat dari kedua kakek mereka.
Jingga menghela nafas berat karena tak tahu harus bereaksi bagaimana.
Eyang Rani
Eyang Rani
Jingga sayang, demi menghormati kedua Eyang kakung kalian, Eyang rasa kalian berdua harus menyetujui perjodohan ini.
Remaya (Ibu Jingga)
Remaya (Ibu Jingga)
Iya mami setuju dengan perkataan eyang kamu, sayang. Bagaimana pun itu adalah wasiat kedua eyang kalian.
Jingga meminta waktu untuk berbicara empat mata dengan Abinama yang sejak tadi hanya berdiam diri.
Jingga
Jingga
Kamu bisa bicara?
Abinama
Abinama
Bisa!
Jingga
Jingga
Jadi kenapa dari tadi kamu cuma mingkem kayak orang bisu atau sariawan sih?
Abinama
Abinama
Aku maunya begitu!
Jingga
Jingga
Aku engga setuju dengan pernikahan ini!
Abinama
Abinama
Sama!
Jingga
Jingga
Jadi kenapa kamu engga membantah?
Abinama
Abinama
Apa menurut kamu ada gunanya?
Jingga
Jingga
Ya adalah! Kita udah sama-sama dewasa. Kita berhak nentukan masa depan dan pasangan kita sendiri.
Abinama
Abinama
Mungkin kamu iya! Tapi aku tidak!
Jingga
Jingga
Maksud kamu?
Abinama
Abinama
Sejak zaman sesepuh aku, pernikahan kami merupakan pernikahan atas dasar perjodohan! Jadi kali ini pun begitu!
Jingga memijat kepalanya yang mulai terasa sakit karena berbicara dengan Abinama ternyata sangat menguras tenaga.
Jingga
Jingga
Abinama, tradisi bisa diubah. Kamu itu laki-laki toh, kenapa kamu engga punya kendali untuk hidup kamu sendiri?!
Abinama
Abinama
Buat aku pernikahan bukanlah hal besar. Jadi tak masalah bila aku harus menikah dengan wanita pilihan keluarga aku!
Jingga
Jingga
Ka..., kamu?!
Abinama hanya memandang Jingga dengan tatapan tenang dan datar yang membuat Jingga semakin frustasi.
Abinama
Abinama
Menikah lalu cerai! Gampangkan! Toh keluargaku banyak yang melakukan hal seperti itu!
Jingga
Jingga
Dasar cowok sableng. Kamu pikir pernikahan itu mainan apa?! Aku hanya mau menikah dengan orang yang aku cintai! Titik!
Abinama
Abinama
Well, silakan bermimpi, karena kali ini semua keputusan akan berada di tangan para tetua itu!
Bersambung....

Bab 3. Mau Tak Mau, Harus Mau

Jingga menatap sinis ke arah Abinama.
Jingga
Jingga
Oke! Aku yang akan bilang kalo aku menolak perjodohan ini!
Abinama
Abinama
Silakan!
Jingga meninggalkan Abinama sendiri dan kembali ke ruangan dimana keluarga mereka berkumpul.
Jingga
Jingga
Eyang, Mami, Om, Tante sebelumnya Jingga mau minta maaf karena saya terpaksa menolak perjodohan ini. Kak Abinama dan saya baru bertemu kali ini, dan sepertinya kami juga tidak cocok. Jadi lebih baik rencana perjodohan ini dibatalkan saja.
Eyang Rani
Eyang Rani
Jingga sayang, kalo kamu begitu berarti kamu sama sekali engga menghormati wasiat eyang kakung kamu!
Jingga
Jingga
Tapi Eyang, ini udah zaman modern. Kami juga udah bisa memutuskan sendiri pasangan yang sesuai dengan hati kami.
Remaya (Ibu Jingga)
Remaya (Ibu Jingga)
Sayang, nanti pamali kalo kita melanggar wasiat dari orang tua kita!
Jingga mendesah lelah karena keluarganya sendiri bahkan tak mendukung keputusannya.
Tak lama Abinama muncul dan duduk dengan tenang di tempat duduk sebelumnya. Jingga menatap Abinama dengan datar.
Abram (Ayah Abinama)
Abram (Ayah Abinama)
Kalo kamu sendiri gimana Abi, Jingga menolak perjodohan ini!
Abinama
Abinama
Saya nurut apa kata orang tua aja, Pi!
Queenta (Ibu Abinama)
Queenta (Ibu Abinama)
Nah, Jingga sayang..., Abinama aja engga keberatan. Kalian kan bisa saling kenal dan memupuk cinta di antara kalian setelah menikah!
Jingga
Jingga
Ta..., tapi Tante!
Eyang Rani
Eyang Rani
Jingga, kalo kamu masih sayang eyang dan keluarga kita, mau tak mau, kamu harus mau nikah sama Abinama!
Jingga
Jingga
Eyang, apa wasiat Eyang kakung lebih penting daripada kebahagiaan Jingga?
Remaya (Ibu Jingga)
Remaya (Ibu Jingga)
Sayang, kamu pasti bahagia dengan Abinama. Banyak pernikahan yang dijodohkan berakhir bahagia, contohnya mami dengan almarhum papi kamu....
Jingga menatap tak percaya ke arah Eyang Rani dan sang ibu. Baru kali itu ia merasa kesepian dan tersudut karena selama ini, apapun keputusan yang diambil Jingga selalu dukung oleh keluarganya.
Queenta (Ibu Abinama)
Queenta (Ibu Abinama)
Jingga sayang, Tante dan Om juga dijodohkan. Tapi kamu liat wajah Tante dan Om yang penuh cinta ini, kan?
Abinama
Abinama
Saya setuju menikah dengan kamu, Jingga. Sebaiknya kita mengikuti nasehat orang tua demi kebaikan kita!
Jingga
Jingga
Kebaikan siapa yang kamu maksud? Aku atau kamu?!
Jingga meninggalkan ruangan itu sembari berderai air mata karena kecewa, kesal dan merasa sakit hati atas kejadian yang menimpa dirinya

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!