Alexander, seorang pria tampan diusianya yang sangat matang. dia sudah dinobatkan sebagai pengusaha terkaya di kancah internasional.
Bibir tipisnya terlihat begitu menawan, dengan bentuk tubuh yang begitu terjaga, kedua alis tebal dengan tatapan tajam. Bibirnya tipis kemerahan alami dengan kulit putih bersih, menambah pesona dari seorang Alexander, sehingga banyak wanita cantik bertekuk lutut dan berlomba untuk mendapatkan cintanya.
Alex memiliki begitu banyak kekuatan dan kekuasaan, Dia bisa dengan mudah memilih wanita manapun yang dia inginkan untuk sekedar menemaninya. Dan sebagai salah satu pria yang paling memenuhi syarat yang sempurna. Cinta bukanlah yang utama bagi Alexander.
***
"Aku tidak boleh telat, hari ini aku akan di interview."
Cika tergesa-gesa mengenakan stelan kantor, dia begitu bersemangat setelah mendapatkan telpon dari perusahaan ALX Entertaimens Groups. Yang memintanya untuk datang hari ini. tes sebagai sekertaris CEO yang baru.
"Aku benar-benar tidak nyaman mengenakan rok pendek diatas lutut, tapi mau bagaimana lagi. Mereka memintaku berpenampilan seksi seperti ini sebagai syarat utama untuk bisa diterima bekerja."
Cika menarik nafas panjang, menghembuskan secara perlahan. Ketika dia sudah berada dihadapan pintu ruangan Presdir.
"Aneh? masa aku langsung diinterview oleh Presdir mereka. Tanpa harus mengikuti serangkaian tes pada umumnya." Gumam Cika bingung seraya mengetuk pintu.
Tok!TokTok!
"Masuk!"
Terdengar nada suara berat dari dalam sana, sejenak Cika memejamkan matanya berdoa sebelum melangkah masuk.
"Mudah-mudahan aku diterima bekerja disini, mengingat gaji yang mereka tawarkan lumayan tinggi dibandingkan perusahaan besar lainya."
Cika semakin gugup ketika menatap mata elang Alex yang tajam.
"Sangat tampan, dan penuh kharisma." gumam Cika tanpa sadar dia menatap takjub, dalam hatinya masih penasaran tentang sosok Alexander.
Alexander menghentikan sejenak pekerjanya, dia menatap Cika sambil menaruh jari telunjuknya di dagu.
"Lumayan cantik, tinggi dan kulit putih bersih. Sepertinya perempuan ini tidak membosankan." Gumam Alex melihat penampilan Cika yang masuk kategori sekretaris yang diinginkannya.
"Apa kamu sudah pernah bekerja sebelumnya?"
"Belum tuan, saya baru saja menyelesaikan pendidikan saya dengan nilai terbaik." Jawab Cika percaya diri.
"Apa sudah pernah tidur dengan Pria sebelumnya?"
"Bussyaet, pertanyaan macam apa ini? Sabarr...aku harus mengikuti saja permintaan orang aneh ini demi gaji besar." Umpat Cika dalam hatinya, Karena tidak berhubungan dengan profesionalisme pekerjaan.
"Jawab?"
"Belum tuan, saya masih perawan."
"Angkat bajumu begitu juga dengan rok yang kamu kenakan! aku ingin mematikan jika kamu benar-benar masih perawan."
"Tidak mau, saya malu tuan."
"Kalau begitu silahkan keluar, kamu saya tolak karena berniat untuk membohongiku."
Mendengar hal itu refleks Cika mengangkat beberapa centi roknya keatas setelah itu baru pakaiannya. Alex menganggukkan kepalanya tanda dia sudah puas memandangi bagian tubuh Cika yang indah sambil tersenyum culas.
"Dasar Presdir otak mesum, jika tidak demi pengobatan ibu yang semakin membengkak. Tidak Sudi rasanya menjatuhkan harga diriku seperti ini." Gumam Cika.
Mata elang Alex terus memperhatikan Cika, seolah-olah paham apa yang sedang dipikirkan gadis yang tengah berkeringat dingin tersebut.
"Oke, mulai besok kamu sudah boleh bekerja. Ingat! Aku sangat disiplin jika kamu telat, maka akan ada saksi yang akan aku berikan."
"Terimakasih pak, saya sangat senang sekali. Tapi gaji saya beneran sesuai jumlah yang perusahaan bapak tawarkan kemaren?" Cika memberanikan diri untuk bertanya tentang gajinya.
"Iya, bahkan aku bisa memberikanmu gaji lebih tinggi lagi. Apa kamu mau?"
"Mau banget pak!"
Mata Cika berbinar-binar membayangkan jumlah nominal uang tersebut.
"Tapi ada syaratnya?"
"Apa syaratnya tuan?"
"Dilarang pakai celana dalam jika sedang bekerja dalam ruangan yang sama denganku." Bisik Alex tersenyum nakal.
"What's."
Cika hampir pingsan berdiri saat mendengarnya, namun dia kembali menguasai keadaan.
"Tidak usah ditambah lagi tuan, gaji segitu sudah lebih dari cukup." Jawab Cika sambil mohon diri meninggalkan ruangan Alexander yang masih mengulum senyum, seolah-olah mendapatkan mainan baru yang selama ini dia harapkan.
***
Pagi yang cerah, secerah senyuman manis Cika yang memolesi wajahnya dengan makeup natural.
"Ibu, aku berangkat kerja dulu, do'akan agar aku bisa mendapatkan pinjaman uang, agar operasi ibu bisa dipercepat." Ujar Cika menatap iba sang ibu yang terbaring sakit.
"Cika, maafkan ibu nak. Gara-gara penyakit ibu kamu harus seperti ini."
"Ini sudah kewajiban Cika, tugas ibu mengikuti prosedur pengobatan dokter saja. agar ibu bisa sembuh seperti dulu lagi. Karena hanya ibu yang Cika miliki." Memeluk hangat ibu.
"Iya nak, jangan nangis lagi nanti bedakmu luntur loh, lihatlah eyelinermu sudah meleleh sampai pipi." tunjuk ibu tersenyum, meskipun sakit namun dia masih sering mengisengi putrinya.
"Ah ibu bisa aja. Ya udah Cika pamit dulu." Cika mencium lembut tangan keriput wanita yang sudah melahirkannya kedunia ini. Cika tidak akan menceritakan pada ibunya jika dia akan bekerja dengan bos yang memiliki otak mesum level sepuluh, biarlah rahasia ini hanya dia dan tuhan yang tahu pikirnya.
"Hati-hati ya nak."
Begitu sampai, Cika menghentikan langkah kakinya sesaat, saat melintasi kaca besar, dia memperhatikan penampilannya. apakah sudah sesuai dengan para wanita cantik yang ada dalam perusahaan ini.
"Menurutku sudah oke, sederhana namun elegan. Aku terpaksa berpenampilan sedikit seksi dan menjadi wanita yang bukan diriku yang sebenarnya atas permintaan CEO mesum itu."
Stelan kantor dan sepatu hak tinggi seakan menambah pesona kecantikan yang dimiliki Cika, membuat semua mata menatapnya dengan tatapan kagum
Cika melanjutkan langkahnya dengan penuh percaya diri, memasuki ruangan mewah dan sangat nyaman. Dia tersenyum manis pada orang-orang yang ditemuinya, ini adalah hari pertama Cika bekerja diperusahaan.
"Selama pagi Presdir!"
"Mmmmhh, mana kopi hitam kesukaanku?" Tanya Alex begitu melihat Cika tidak membawa nampan berisi kopi masuk keruangannya, seperti yang dilakukan sekretaris sebelumnya.
"Maaf tuan, aku tidak tahu jika harus menyiapkan kopi terlebih dahulu." Cika terlihat gugup memikirkan kesalahan fatal dihari pertamanya bekerja. Sehingga dia langsung berjalan cepat menuju pintu.
"Mau kemana kamu?"
"Ke pantry, untuk membuatkan kopi."
"Sudah terlambat, moodku tiba-tiba memburuk." Alexander duduk sambil memutar kursi kerjanya.
Bacakan apa saja jadwalku hari ini?"
"Jam setengah sepuluh, ada pertemuan dengan klien kita dari Jepang. Dan jam dua siang bapak harus pergi ke Surabaya untuk rapat dengan para pemimpin anak cabang perusahaan kita disana." Cika mulai membacakan jadwal Alex.
"Ke Surabaya? Bukankah seharusnya tiga hari lagi?"
"Jadwalnya dipercepat tuan, karena berbenturan dengan jadwal penting lainnya."
"Oke, nanti siang kamu harus ikut denganku ke Surabaya."
"Maaf tuan saya tidak bisa."
"Apa kamu menolak, ingat ini tugas kamu sebagai sekertaris ku. Apa kamu ingin dipecat?"
"Jangan! Tapi saya tidak bisa pergi meninggalkan ibu yang sedang sakit." Cika terpaksa berterus-terang tentang kondisi ibunya.
"Untuk urusan ibumu, aku akan kirimkan pelayan dan dokter untuk menjaganya, jadi jangan khawatir."
"Baiklah, tapi saya minta bayaran lebih." Ucap Cika.
"Sudah aku duga!"
"Berapa?"
"Setengah miliar."
Cika mengucapkan nominal uang tersebut sambil menutup matanya, dia tidak punya pilihan lain, kondisi kesehatan ibunya tidak bisa ditawar lagi, gadis itu telah putus asa dan rela menjatuhkan harga diri nya dihadapan Alex, yang penting nyawa sang ibu terselamatkan.
"Kamu tahu, jika tidak ada yang gratis di dunia ini!" Ucap Alex seraya tersenyum sinis.
"Ya, anggap saja sebagai hutang, aku akan mencicilnya setiap bulan."
"Kamu tidak akan sanggup membayarnya."
"Tolong aku, tuan. saat ini aku tidak tahu harus minta bantuan pada siapa lagi, ibuku harus dioperasi secepatnya
Hick... hick..."
"Apa jaminan yang akan kamu berikan padaku? Bahkan kamu baru satu hari bekerja tapi sudah berani meminjam uang dengan jumlah yang tidak sedikit." Alex kembali duduk di kursinya sambil menyilangkan sebelah kakinya keatas.
"Aku tidak punya apa-apa, tapi aku berjanji akan membayarnya dengan bekerja keras di perusahaan tuan."
"Cika.... Cika, kamu tidak perlu membayarnya. Bahkan aku bisa memberikanmu uang satu miliar atau lebih. asalkan bersedia menuruti semua keinginanku." Alex mengeluarkan kartu tanpa limit dari dalam dompetnya.
"Maaf Tuan, aku tidak bisa."
"Silahkan, aku tidak memaksamu. tapi aku tidak akan memberikanmu uang sepersen pun untuk biaya pengobatan ibumu. Tapi jika kamu bersedia, pagi ini juga ibumu akan langsung mendapatkan pengobatan dan fasilitas terbaik dariku."
"Baiklah, aku bersedia menerima tawaranmu tuan. Keselamatan nyawa ibuku lebih penting dari segalanya." Cika mengigit bibir bawahnya seakan tidak percaya dengan apa yang barusan terucap dari bibirnya.
***
Alexander menepati janjinya, ibu Cika sudah selesai dioperasi oleh tim dokter terbaik. Sebelum pergi ke Surabaya Cika pamit dan mengecup kening sang ibu yang masih terbaring lemah diruang ICU.
"Maafkan Cika, ibu. yang harus pergi ke Surabaya tanpa menunggu ibu siuman dulu." Bisik Cika seraya mengusap air matanya.
"Nona Cika tidak perlu khawatir, kami akan menjaga ibu nona sebaik mungkin." Ucap Rani, pelayan khusus yang diperintahkan Alex untuk menjaga ibunya.
"Aku titip ibuku ya!" Pesan Cika sebelum melangkah pergi.
"Tentu nona, selamat berlibur di pulau Bali." Ucap pelayan sambil menundukkan kepalanya hormat.
"Aku pergi ke Surabaya bukan pulau Bintan, dan tujuan kami bukan untuk liburan tapi dalam rangka tugas pekerjaan." Terang Cika menjelaskan karena merasa ada kesalahpahaman dari ucapan Rani.
"Tidak nona, tuan Alex sudah menyewa sebuah villa dekat pantai, sebagai tempat untuk liburan."
"Apa?"
Cika tidak menyangka jika Alex sudah merubah jadwal mereka tanpa persetujuan darinya, bahkan dia harus menemani pria itu selama tiga hari di Bintan.
"Mau tidak mau aku harus bersedia menerima, Alex sudah menanggung semua biaya pengobatan ibu, sudah sepantasnya aku membayar sesuai keinginannya." Batin Cika menyemangati dirinya.
Tidak lama, Alex menghubungi Cika dan mengatakan sudah mengirimkan seorang sopir pribadi untuk menjemput Cika di rumah sakit.
Begitu keluar dari lobby, Cika melihat pria paruh baya sudah menunggunya. sambil membukakan pintu mobil seraya menundukkan kepalanya hormat.
"Silahkan masuk, nona. Saya sopir tuan Alex yang diperintahkan untuk menjemput nona."
"Ya terimakasih pak."
Sopir jemputan membawa Cika kembali ke Perusahaan, untuk menjemput Alex. yang juga sudah menunggu di lobby. Pria itu terlihat begitu percaya diri, karena sudah ada Cika didekatnya. yang membuat semangat nya bertambah berkali-kali lipat dari sebelumnya.
Cika melongo sesaat menatap ketampanan sang bos besar, dia merasa beruntung sekali dapat menjadi sekretaris Alex, meskipun dia sering dibuat kesal dengan sifat mesumnya.
Dada Cika berdebar-debar tak menentu, kala Alex mulai duduk disampingnya. tercium aroma wangi parfum dari tubuh Alex, Cika merasa seperti baru jatuh cinta dan dikelilingi berjuta bunga-bunga yang bermekaran, layaknya nya gadis remaja yang baru pertama kali mengenal cinta.
"Hey, kamu kenapa terpana begitu menatapku?" ujar Alex.
Cika yang masih terpesona tidak menyadari bahwa Alex berbicara kepada nya. dia masih asyik menatap wajah tampan itu, pikiran Cika mulai berkelana kemana-mana, dia merasa tengah dibimbing Alex berjalan di red karpet menuju pelaminan.
"Chess!!"
Cika Kembali tersadar, tak kala Alex menjentikkan jarinya tepat ke depan wajahnya sambil tertawa.
"Mmmmhhh...maaf tadi Tuan bicara apa?" ucap Cika terbata dan gugup.
"Kamu melamun menatap ketampanan ku?" ujar Alex.
Muka Cika langsung memerah, karena malu ketahuan terpesona memandang wajah Alex. Refleks dia langsung mengalihkan pandangannya keluar jendela mobil yang membawa mereka
menuju bandara.
Cika belum terbiasa berpergian jauh, sehingga selama perjalanan, dia lebih memilih tidur.
"Bagun, kita sudah sampai."
Alex menyikut lengan Cika, gadis itu langsung terbangun. Seraya mengucek matanya yang masih berat.
"Tuan, kita sudah sampai ya?" Tanya Cika sambil melongo bingung karena masih berusaha mengumpulkan nyawanya yang bertebaran saat tidur nyenyak barusan.
"Cepat, jika tidak aku akan tinggalkan kamu disini."
"Jangan tuan, aku baru pertama kalinya datang ke daerah ini. Aku bisa kesasar."
Alex melangkahkan kakinya tanpa peduli Cika yang kewalahan mengikutinya, sambil menarik dua buah koper Alex dan kopernya sendiri.
"Dasar bos kejam, dia tega memperlakukan aku semena-mena." Gerutu Cika dalam hatinya, sambil mengepalkan tinjunya dari arah belakang tepat ke kepala Alex.
"Lakukan saja tugasmu dengan baik, apa perlu aku tambahin lagi."
"Tidak tuan, terimakasih." Ucap Cika pura-pura memijid tangannya yang kibas akibat menarik dua koper bersamaan. Alex menyembunyikan senyumnya melihat tingkah polos Cika, dia semakin penasaran apakah Cika benar-benar polos. atau malah sengaja dibuat-buat seperti kebayangkan gadis yang mendekatinya selama ini.
"Silahkan masuk tuan, nona." Ucap sopir jemputan yang telah disediakan.
Ini pertama kali nya bagi Cika menginjakan kakinya di pulau Bintan. dia terpesona dengan keindahan alamnya, senyum manis tidak berhenti menghiasi bibir Cika. apalagi setelah mendapat kabar jika kondisi sang ibu sudah kembali stabil pasca operasi, dan tinggal masa pemulihan saja.
Mobil membawa mereka, ke salah satu penginapan ternama di kota itu. Resort kelas Dunia Pesona Cristal Lagooon. yang terletak tidak jauh dari Negara Singapura. dikelilingi kawasan hutan yang bisa juga. dijadikan Alternatif Situs Glamor Jlamping.
Pulau Bintan memiliki posisi yang sangat strategis, yang dekat dengan selat Malaka dan selat Philipina. serta Negara Asia lainnya, seperti Malaysia dan Singapura. yang dijadikan kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan bebas.
Membuat Alex tanpa berpikir panjang lagi, membuka salah satu cabang Perusahaan nya di pulau ini. dia tidak tanggung-tanggung, dengan mengaet para investor luar dan dalam negeri. untuk mendukung usahanya agar semakin maju.
Setelah memasuki resort paling mewah, pelayan datang menghampiri dan membantu membawakan koper yang dipegang Cika. Lalu menyerahkan satu buah card kunci kamar Presidensial ketangan Alexander.
"Kunci kamarku mana?" tanya Cika pada pelayan sambil merentangkan sebelah tangannya.
"Maaf Nona, kami memberikan card sesuai bookingan saja"
Alex tersenyum mendengar penuturan Cika itu, kemudian menarik tangan Cika dan menggenggamnya erat, berjalan menuju kamarnya.
Cika menatap takjub kamar luas dan
mewah di hadapannya, berbagai miniatur berkelas tersusun rapi di setiap sudut ruangan.
"Tuan apa kita tidur satu kamar?"
"Ya, apa kamu mau menolak lagi? seharusnya kamu bersyukur. Karena banyak wanita cantik yang mengantri ingin tidur denganku."
"Kalau begitu, aku tidur di sofa saja. Sepertinya lebih nyaman dan menyenangkan." Cika berjalan cepat menuju sofa, namun Alex lebih dulu menarik sebelah tangannya.
"Disini aku yang menentukan, kamu tidak diberi kuasa untuk menolak."
"Tuan, cuma tidur saja kan tidak lebih?"
"Terserah aku, karena sekarang kamu sudah menjadi peliharaanku, kelinci kecil yang imut. "
"Sejak kapan aku jadi peliharaannya, tadi dia ngomong apa? Kelinci kecil yang imut? Panggilan yang sangat jelek." Gumam Cika mengepalkan tangannya kesal karena sikap Alex yang sesuka hati.
"Ayo cepat kenakan bikini, aku ingin menikmati suasana pantai berdua denganmu." Perintah Alex seraya memberikan paper bag ketangan Cika.
“Aku...aku...., malu tuan. masa memakai pakaian transparan dan ininya lagi ada bolong-bolong, seperti habis dimakan tikus.”Cika mengangkat bikini berwarna merah hati, sambil mendekat kan kewajahnya dengan tatapan mata melotot, seumur-umur Cika belum pernah memakai bikini. sontak hal ini membuat Pria tampan itu tertawa lepas sesuatu yang jarang sekali dilakukannya.
“Duuuh gimana ya, bisa-bisa aku masuk angin nantinya?" Ucap Cika sambil berfikir cara terbaik dan aman memakai baju yang menurutnya tidak layak pakai, sebagai wanita, Cika merasa direndahkan tapi dia juga tidak bisa berbuat banyak untuk melawan ataupun membantah Alex, karena uang pria itu jauh lebih berkuasa.
"Cepat, aku tidak mau menunggu terlalu lama."
Mendengar nada suara Alex yang mulai meninggi, Cika segera berlari menuju kamar mandi membawa paperbag berisi bikini dan beberapa buah lingerie seksi model terbaru, Cika tidak tahu jika Alex sudah mempersiapkan segalanya.
"Aku harus menghubungi Anye, minta pendapatnya."
Cika mengeluarkan ponselnya, menghubungi sahabat baiknya Anye. Karena saat ini pikirannya benar-benar buntu.
"Hallo Cika, bagaimana liburanmu dengan Presdir mesum itu?" Tanya Anye sambil tertawa meledek kesialannya.
"Sangat parah, kamu tahu nggak dia memintaku memakai bikini untuk menemaninya berjalan di tepi pantai."
"Ha...ha... baguslah, aku yakin dia bakal klepek-klepek melihat tubuh indahmu." Ucap Anye.
"Tapi aku belum siap dengan semua ini, Anye. Kamu tahu sendiri impianku yang akan menyerahkan tubuh dan cintaku untuk suamiku nantinya." Ucap Cika berubah melow teringat Cikco cinta pertamanya dulu.
"Jika kamu belum siap, berterus terang saja. Masih banyak perusahaan lain yang bisa memperkejakan dirimu."
"Tapi aku sudah terikat, Alex sudah membiayai pengobatan ibuku, bahkan jumlahnya tidak sedikit. Aku tidak akan mampu melunasinya dalam waktu singkat."
"Cika, saranku sih sebaiknya kamu memanfaatkan keadaan. Alex bukanlah orang sembarangan, jadi selama kamu bekerja dengannya, pandai-pandailah merayu agar kamu mendapatkan banyak uang, begitu lepas darinya, kamu bisa menjadi kaya raya sehingga perjuanganmu tidaklah sia-sia."
"Tapi aku belum berpengalaman, apalagi soal bercinta."
"Ikuti nalurimu dan nikmati saja setiap sentuhannya, bayangkan sejumlah uang tergeletak dihadapanmu sehingga kamu tidak terbebani dan merasa terpaksa melayaninya." Ucap Anye.
"Kamu benar Anye, aku bosan hidup serba kekurangan. Aku harus bisa memanfaatkan keadaan ini." Cika Kembali bersemangat.
Tok!tok!
"Cika, kamu tidur apa ganti pakaian. Kenapa lama?" Teriak Alex.
"I...iya sebentar tuan." Cika menyembunyikan ponselnya dan segera mengenakan bikini dengan caranya sendiri.
Diluar Alex mulai resah, dia sudah tidak sabaran lagi menunggu Cika memakai bikini dengan warna kesukaannya. Alexandre mulai berfantasi liar seraya membayangkan wajah cantik Cika.
Ceklek!
Terdengar handel pintu kamar mandi terbuka, detak jantung Alex sudah mulai berpacu dengan gairah yang membara, meskipun belum melihat Cika melangkah keluar. tapi Alex sudah bisa membayangkan tubuh indah Cika.
"Bagaimana tuan, apa aku sudah terlihat seksi?"
Alex segera berbalik menatap Cika, matanya membulat seperti berusaha menahan tawanya.
"Tuan, kenapa Anda melotot?"
"Aku memintamu memakai bikini dengan benar, tanpa ada kaos dalaman seperti ini. Cepat ganti dan jangan buat aku lebih marah lagi." Teriak Alex seraya menarik baju dalaman Cika yang terlihat lucu.
"Tuan ini model terbaru, bahkan ada motif kelincinya juga."
"Tidak!"
Cika kembali masuk kamar mandi dan memakai nya dengan benar, dia menatap pantulan wajah dan tubuhnya yang bisa dikatakan polos, karena yang melekat dapat dikatakan tidak berfungsi dengan benar.
“Seumur hidupku, aku belum pernah disentuh laki-laki, apa lagi dengan berpenampilan seperti ini. Coba disini ada pintu ajaib Doraemon, pasti aku langsung ngumpet disana. Atau Matra agar bisa menghilang seketika, bagaimana ini.....aku sangat malu, apalagi bagian ini yang tengah-tengahnya dibolongin" Cika tersenyum antara malu dan lucu dengan penampilan nya sendiri.
Ceklek! pintu terbuka, mata Alex membulat sempurna, dia begitu terkesima melihat penampakan bidadari cantik dan sangat seksi yang tengah tersenyum manis berjalan kearahnya. Sehingga Alex tidak menyadari jika bidadari tersebut sudah ada dihadapannya dengan jarak yang sangat dekat. Saking dekatnya Alex bisa mendengar detak jantung mereka yang saling berdetak, seirama dengan jakun Alex yang turun naik menelan Saliva nya.
"Kenapa Cika terlihat berbeda, dengan para wanita yang dekat denganku selama ini." Alexander semakin penasaran dengan sosok Cika yang mulai mengusiknya.
"Cika, apa kamu tidak takut aku berbuat macam-macam dengan pakaianmu seperti ini?"
Pertanyaan Alex membuat bibir Cika bergetar, keberaniannya semula mulai goyah, sejatinya dia benar-benar takut. Tenggorokannya terasa kering, Namun dia berusaha menyembunyikan dengan tetap tersenyum.
"Jawab, jangan diam saja!"
"I....iya, saya takut pada tuan."
"Bagus, saya suka mendengarnya."
Alexander menciumi tengkuk lalu menjalar hingga leher jenjang Cika, kedua tangannya mengunci pergerakannya.
"Jadilah Wanitaku, Cika."
Bisikan suara lembut Alex yang penuh gairah, membuat tubuh Cika gemetaran, gadis itu semakin ketakutan. Ingin rasanya dia mendorong kasar tubuh Alex lalu mencakar- cakar wajahnya dengan jurus kucing ngamuk, tapi tidak bisa dia lakukan.
Wangi tubuh Cika membuat Alex semakin memperdalam ciumannya, Cika semakin pucat keringat dingin membasahi tubuhnya, kata hati terdalamnya ingin berteriak memaki-maki Alex, yang bertolak belakang dengan pikirannya yang menginginkan uang agar bisa hidup kaya setelah terlepas dari Alex.
"Kamu sakit, kenapa pucat begini?" Alex menghentikan ciumannya.
"Ini first Kiss saya tuan, anda sudah merebutnya."
"Apa? Aku tidak percaya. Wanita itu sama saja bahkan aku tidak yakin jika kamu masih perawan." Alex tersenyum merendahkan.
Alexander kembali mencium bibir Cika dengan begitu lembut, sehingga detak jantung Cika seperti genderang mau pecah melompat ke sana kemari. Dia ikut terbawa suasana dan terlupa ucapan Alex barusan yang begitu menyinggung perasaannya.
"Bernafaslah dengan benar."
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!