NovelToon NovelToon

Tentang Kita

Bab 1

Beberapa orang mengatakan jika wanita yang berparas cantik selalu beruntung dalam hal apa pun. Mereka akan selalu menjadi pusat perhatian orang. Bahkan jika membutuhkan bantuan apa pun orang dengan suka rela akan siap membantunya. Tak hanya itu, dalam masalah percintaannya pun mereka lebih beruntung. Mereka akan lebih dicintai dan mendapatkan perlakuan yang istimewa dari pasangannya. Apalagi jika wanita itu juga terlahir dari keluarga berada. Masa depannya sudah tersusun rapi oleh orang tuanya. Mereka akan lebih dihargai oleh siapa pun karena privilege yang mereka miliki.

Namun tidak selamanya yang memiliki privilege beruntung dalam hidupnya. Hidup bergelimpangan harta tak akan menjadikannya bahagia. Paras yang rupawan tak menjadikannya dicintai dengan tulus. Mereka yang hidupnya telah diatur oleh keluarganya, tidak bisa memilih masa depan sesuai keahlian yang dimilikinya. Dan tekanan demi tekanan akan mereka dapatkan entah itu dari keluarganya ataupun faktor lingkungan.

Bella Shafira Atmadja. Mahasiswi semester 6 jurusan management. Ia merupakan salah satu mahasiswi terbaik di kampus. Sebagian orang mengenalnya karena prestasinya, namun sebagian orang lainnya lebih mengenalnya karena paras dan kekayaannya. Ia telah melalui banyak hal buruk karena privilegenya. Salah satunya yang sering ia dapatkan dalam pertemanan ialah orang yang dekat dengannya hanya memanfaatkan harta dan kepintarannya. Dan yang lebih buruknya lagi ia selalu dijadikan bahan pertukaran bisnis oleh orang tuanya.

Jika kalian berpikir Bella beruntung dalam masalah percintaannya, itu salah besar. Setiap lelaki yang mendekatinya tidak lain tujuannya karena uang. Semenjak saat itu ia membatasi pertemanannya dengan siapa pun dan lebih menjaga jarak dengan pria mana pun. Meskipun banyak yang mendekatinya, tetap saja ia menganggap mereka hanya menginginkan uangnya saja bukan dirinya. Dan ini juga salah satu alasan kenapa ia tidak memiliki banyak teman.

Saat Bella membuat tembok yang besar untuk membatasi orang yang masuk kehidupannya. Seorang pria berhasil menghancurkan tembok yang ia bangun setinggi mungkin. Dia bukan pria yang memiliki segudang prestasi. Bukan pula pria kaya yang memiliki banyak harta. Melainkan hanya pria sederhana yang banyak tingkah tapi berhasil membuat Bella merasa dihargai sebagai wanita. Bella merasa jika bersama pria itu, ia merasa aman dan nyaman. Dan ia sangat bersyukur Tuhan telah mempertemukannya dengan pria yang tepat untuknya.

Bayangannya kembali teringat pada pertemuan pertama mereka yang tidak terduga. Jika hari itu ia menyebutnya dengan hari penuh kesialan, sekarang ia menyangkalnya dan mengubahnya dengan hari keberuntungan. Ya, ia beruntung telah dipertemukan dengan sosok pria dermawan yang telah menolongnya kala itu yang kini telah menjadi kekasihnya.

"Sayang, kamu nunggu lama?"

Baru saja Bella tengah memikirkannya, pria itu sudah muncul di hadapannya dengan motor retro klasik miliknya. Tidak lupa dengan helm full face yang menutupi wajah tampannya serta jaket kulit yang menempel pada tubuhnya.

"Enggak kok, baru aja keluar ini." Bella menerima helm yang diberikan oleh kekasihnya. Ia mengenakannya dengan dibantu oleh pria itu. Setelah itu ia naik ke atas motor seraya berpegangan pada bahu sang kekasih.

"Udah siap belum?"

"Udah."

Pria itu melirik kaca spion yang mengarahkan pada wajah Bella. "Belum deh kayaknya."

Bella memutar bola matanya malas. Ia melingkarkan kedua tangannya pada pinggang sang kekasih dan menempelkan dagunya pada pundak sebelah kiri. Itulah yang selalu pria itu inginkan jika ia menaiki motornya. Buktinya sekarang pria itu tengah tersenyum sangat lebar setelah dilihat melalui kaca spionnya oleh Bella. Lantas pria itu menyalakan mesin motornya dan berlalu meninggalkan pekarangan kampus.

Ya, pria inilah yang membuat Bella mengerti bagaimana indahnya kebersamaan, kenyamanan dan kebahagiaan yang tiada henti. Dan yang pasti ia merasa menjadi wanita yang paling beruntung karena begitu dicintai olehnya dengan tulus. Dia adalah Zafran Kalingga, pria yang sangat ia cintai.

...•••••...

"Mau mampir kemana dulu?" tanya Zafran saat keduanya baru saja selesai memesan boba kesukaan Bella.

"Mau ke rumah Hanna. Tadi aku udah janji sama dia buat nemenin beli dress baru."

"Bukannya seminggu lalu kalian beli dress bareng juga?"

"Iya, dia mau kencan sama gebetan barunya. Gak ada baju katanya jadi beli yang baru."

Zafran menggeleng. "Penyakit cewek, setiap mau jalan keluar pasti bilangnya gak punya baju. Padahal baju di lemari seabrek. Itu juga cuma beberapa kali dipakai."

"Ini kan kencan pertama jadi harus memberikan image yang baik supaya gak kelihatan malu-maluin."

Zafran terkekeh seraya mengacak rambut Bella dengan gemas. "Dulu waktu pertama kita kencan kamu gak ada tuh jaga image depan aku."

"Iyalah orang kamu juga udah kenal aku lama ngapain jaga image segala. Toh kamu juga udah tahu aku kayak gimana orangnya." Bella menerima boba pesanannya yang sudah siap. Setelah melakukan pembayaran keduanya berjalan kembali menuju motor Zafran yang terparkir di sana.

"Iya juga sih, tapi lucu aja kalau ingat. Apalagi waktu itu kamu maki-maki orang gak dikenal." Zafran tertawa setelahnya hingga membuat gadis itu mengerucutkan bibirnya.

Setelah pertemuan pertama mereka, Bella baru mengetahui jika Zafran adalah teman dari kekasih Hanna kala itu. Dari situlah keduanya menjadi lebih dekat. Dan saat kencan pertama, keduanya memilih untuk menonton bioskop di salah satu pusat perbelanjaan. Karena masih ada waktu sebelum film dimulai, Bella mengajak Zafran ke salah satu gerai kosmetik. Karena merasa bosan Zafran keluar dari gerai tanpa sepengetahuan Bella. Setelah ia menyadari jika Zafran tidak ada di dekatnya, ia mencarinya di setiap sudut namun tidak menemukannya sama sekali. Lalu saat ia kembali ke tempat semula, ia menemukan seorang pria tengah melihat-lihat produk lain mengenakan pakaian yang sama seperti Zafran. Bahkan bentuk tubuhnya pun hampir sama. Karena terlanjur kesal, tanpa memastikannya terlebih dahulu ia sudah lebih dulu mencecarnya dengan berbagai pertanyaan. Namun saat menolehkan pandangannya, pria itu mengernyit heran melihat Bella yang tiba-tiba memarahinya. Bertepatan dengan itu, Zafran datang menghampirinya. Lantas Bella meminta maaf kepadanya atas kesalahpahamannya. Dan ini adalah kejadian paling memalukan di hidup Bella. Zafran, pria itu menertawakannya. Bahkan sampai mereka masuk bioskop pun pria itu terus menggodanya. Sejak saat itu, Bella tidak mau datang ke gerai kosmetik itu lagi.

"Ish kamu suka banget deh bahas-bahas itu. Aku tuh malu tahu gak?" kesal Bella seraya menghentak-hentakkan kakinya.

Zafran menghentikan tawanya setelah melihat kekasihnya yang kini malah semakin memajukan bibirnya.

"Udah jangan manyun gitu, jelek," ucap Zafran seraya menarik pelan bibir Bella.

"Biarin."

Zafran semakin tertawa. Ia membawa tubuh Bella ke dalam dekapannya dan menyembunyikan wajah kekasihnya di dada bidangnya. Gadis itu memberontak, namun dengan segera ia mendekatkan bibirnya pada telinga kekasihnya

"Diam atau mau aku cium di sini?"

Seketika itu juga Bella terdiam dalam dekapan Zafran.

...•••••...

Sesampainya di rumah Hanna, Bella turun dari motor Zafran. Ia membuka helmnya dengan dibantu oleh sang kekasih. Di saat itu juga Hanna keluar dari rumahnya untuk menghampiri keduanya.

"Lo gak kerja, Kak? Dih malah bucin," cibir Hanna.

"Kerja cuma berangkatnya siang. Tadinya pengen gue culik dulu ke rumah," ucap Zafran dengan cengiran khasnya yang langsung mendapat cubitan dari Bella pada perutnya.

"Sakit yang," ringis Zafran seraya mengusap perutnya.

"Gak mau aku kalau diculik sama kamu."

"Yakin gak mau? Yaudah kalau gitu aku culik cewek lain aja."

"Yaudah gih sana, aku tinggal cari aja yang baru kalau gitu." Bella menjulurkan lidahnya mengejek kekasihnya.

"Kamu mah gitu sukanya ngancem," ejek Zafran.

"Dasar manusia freak!" gerutu Hanna yang sudah jengah menyaksikan pembicaraan keduanya.

"Iri bilang aja, Na. Atau nanti gue kasih tahu Rama suruh balikan lagi aja sama lo."

"Idih males amat sama jamet kayak dia. Udah jamet playboy lagi, ceweknya dimana-mana."

Zafran dan Bella tertawa. Sepasang kekasih ini memang sangat senang sekali menggoda Hanna. Apalagi keduanya menjadi saksi kisah cinta Hanna dengan mantan kekasihnya yang merupakan teman Zafran dulu.

"Kamu langsung ke bengkel?" tanya Bella pada Zafran.

"Iya, nanti kamu pulang diantar sama Hanna kan?"

Bella mengangguk.

"Yaudah kalau gitu, aku pergi sekarang ya. Awas jangan aneh-aneh di sana."

"Siap sayang!" ucap Bella seraya mengangkat kedua jempolnya.

"Jangan lirik-lirik cowok juga."

"Cuci mata dikit gak papa kali," celetuk Hanna.

"Yang," rengeknya seraya menampilkan wajah memelasnya.

Kedua gadis itu memutar kedua bola matanya malas. Sudah bukan hal baru jika Zafran sangat posesif kepada Bella. Kalau kata dia sih Bella itu cantik, makanya banyak yang suka. Gak tahu aja kalau Bella udah secinta itu sama Zafran. Mana mau dia berpaling sama yang lain.

"Enggak, jangan dengerin omongan Hanna. Udah sana gih nanti kamu telat lagi."

"Iya ini mau berangkat." Zafran memasang helmnya kembali lalu menyalakan mesin motornya. Setelah berpamitan kepada keduanya barulah pria itu melajukan motornya menjauhi pekarangan rumah Hanna.

"Kalau udah bucin beda ya," cibir Hanna.

Bella tertawa lantas merangkul bahu sahabatnya itu.

"Nanti lo juga pasti bakal ngerasain gimana rasanya dicintai sama orang yang kita cintai."

"Semoga aja. Udah cape gue ketemu orang yang salah mulu."

Bab 2

Bella keluar setelah menyelesaikan kelas paginya. Ia melihat jam pada ponselnya dan ternyata kelasnya selesai lebih awal. Pantas saja di luar masih terlihat sepi. Ia yakin pasti Hanna juga belum selesai kelasnya karena gadis itu tidak ada mengiriminya pesan. Jadilah ia menunggu gadis itu di kantin kampus. Di sini sedikit ramai karena ada beberapa mahasiswa yang baru saja datang ke kampus untuk melakukan kelas siang.

Saat ia tengah fokus pada ponselnya, seseorang duduk tepat di hadapannya. Ia pikir itu Hanna, namun setelah mengangkat pandangannya, ternyata dugaannya salah. Dia adalah seseorang yang sangat ia benci dalam hidupnya. Ya, dia adalah mantan kekasihnya, David.

"Sendirian aja nih," ucapnya.

Bella mencoba untuk tidak menghiraukan kehadiran David di sana. Namun sepertinya pria itu tidak akan menyerah begitu saja.

"Si begajulan itu gak jemput kamu?"

"Dia punya nama," ketus Bella.

David terkekeh. Setelahnya ia menawarkan minuman kepada Bella yang dibalas gelengan kepala oleh gadis itu.

Keduanya sama-sama bungkam. Bella yang sibuk dengan ponselnya, sedangkan David sibuk memperhatikan gadis di hadapannya.

"Mau sampai kapan?"

Bella menoleh dengan sebelah alis terangkat. David yang mengerti ketidakpahaman gadis itu mendengus kesal.

"Aku tahu aku salah. Aku minta maaf sama kamu. Aku menyesal, Bel," ucap David dengan wajah memelasnya.

Bella memutar bola matanya malas. "Terus kalau lo nyesel, gue harus peduli lagi sama lo? Sorry, gak dulu."

"Bel, kamu gak ingat gimana perjuangan aku sama kamu dulu?"

"Gak ingat tuh. Gue cuma ingatnya lo selingkuhin gue terus manfaatin duit gue buat nafkahin selingkuhan lo itu," cibir Bella.

"Bel–"

"Mending lo pergi aja dari sini sebelum pacar gue lihat lo terus lo habis sama dia," sela Bella dengan cepat meskipun sangat mustahil pacarnya datang ke kampus mengingat pria itu sibuk bekerja di bengkel.

David berdecak kesal kemudian beranjak dari duduknya untuk segera pergi dari sana. Namun sebelum itu, ia mengatakan sesuatu yang membuat Bella semakin geram dengan tingkahnya.

"Aku gak akan biarin kamu bahagia sama dia. Lihat saja nanti apa yang akan aku lakukan sama kamu." Setelah mengatakannya, David pergi dari sana.

Bertepatan dengan itu, Hanna datang menghampiri Bella. Tanpa pikir panjang Bella menariknya untuk segera pergi dari kampus. Tindakannya yang secara tiba-tiba mampu menimbulkan berbagai pertanyaan di benak Hanna.

Dan sekarang keduanya tengah berada di salah satu kedai bakso yang tengah ramai diperbincangkan di media sosial. Lokasinya juga cukup dekat dari kampus sehingga tak membutuhkan waktu lama untuk sampai di sini.

Setelah pesanan keduanya dihidangkan, Hanna memotretnya dan mempostingnya di instastory. Tidak lupa juga ia menandai akun Bella di sana. Setelah puas, barulah keduanya mulai menyantap baksonya.

Ponsel Bella berbunyi menandakan notifikasi pesan masuk. Senyumannya terukir setelah melihat nama kekasihnya tertera di sana. Namun senyumannya kembali luntur setelah membaca deretan pesan masuk dari Zafran. Bella menoleh ke sampingnya di mana Hanna tengah sibuk dengan baksonya yang kini telah tersisa setengah.

"Na, kenapa lo tag gue sih?" gerutu Bella.

Hanna yang tengah mengunyah baksonya menoleh pada Bella. “Kenapa emang?”

"Zafran ngamuk sampai spam chat gue. Mana pas lo foto punya gue kuahnya merah banget lagi."

"Hehehe gue kan gak tahu."

Bella yang ingin mengomel lagi seketika terhenti. Gadis itu justru malah tertawa. Hanna yang tidak mengerti hanya melongo dengan wajah polosnya.

"Kenapa sih?"

Bella membuka aplikasi kamera di ponselnya lalu menyodorkannya tepat di depan wajah Hanna.

"Ngaca nih, di gigi lo ada cabe!"

“Anjir malu banget gue.” Hanna merebut ponsel Bella lalu membersihkan giginya. Setelah dirasa bersih, ia mengembalikan ponsel itu pada Bella.

"Bukannya dia lagi kerja tapi kok bisa pegang Hp?"

“Lagi istirahat katanya."

Hanna mengangguk. Setelah selesai makan dan membayar baksonya, keduanya pun segera keluar dari kedai tersebut.

"Lo mau langsung pulang?" tanya Hanna setelah keduanya berada di dalam mobil.

"Pulang aja deh. Gue mau rebahan dulu sebelum nanti malam ketemu sama mas pacar," ucap Bella dengan antusias.

"Emang papa mama lo gak di rumah?"

"Papa sama mama lagi keluar kota. Kak Jenna juga lagi ke rumah temennya. Gue di rumah sendiri, jadi gue bebas malam ini."

"Bagus deh kalau gitu. Puas-puasin deh pacarannya mumpung gak ada yang mantau."

...•••••...

Setelah menyelesaikan pekerjaannya, Zafran merebahkan tubuhnya di atas bangku. Tak seperti biasanya, hari ini banyak sekali yang servis mobil di tempat ia bekerja sehingga bengkel baru tutup tepat pukul 18.15.

Teringat akan janjinya dengan sang kekasih, Zafran melangkahkan kakinya dengan tergesa menuju ruangan khusus karyawan dan membereskan barangnya untuk segera pulang ke rumahnya.

"Mau kemana lo buru-buru amat," ucap Galen rekan kerja sekaligus sahabatnya.

"Temu kangen sama pacar."

"Gaya lo temu kangen. Gak ikut kumpul sama anak-anak?"

"Gue usahain dateng."

"Gak bosen lo tiap hari ketemu sama pacar?"

"Ketemu pacar gak akan ada bosennya. Makanya lo punya pacar biar ngerasain apa yang gue rasain."

"Gue jomblo tapi santuy bro. Daripada pacaran tapi harus kucing-kucingan di belakang orang tuanya."

"Anjing nyindir gue lo!" Galen tertawa keras saat mendengar Zafran mengumpatinya.

...•••••...

Setelah lulus kuliah, Zafran bekerja di bengkel mobil. Tidak mudah baginya bisa masuk perusahaan besar mengingat Zafran tidak lulus tepat waktu hingga menyulitkannya dalam mencari pekerjaan karena usia yang terbatas. Zafran sempat menyerah saat belum mendapatkan panggilan kerja disaat teman-temannya sudah berpenghasilan. Pikiran negatif mulai menghantui pikirannya. Bagaimana jika dirinya tidak mendapatkan pekerjaan?

Zafran sadar bahwa ia tidak terlahir dari keluarga yang bergelimpangan harta seperti Bella. Ia juga sadar selama ini terlalu banyak menyusahkan mereka. Apalagi sekarang usaha rumah makan orang tuanya juga sedang menurun.

Jika kalian berpikir berkencan dengan gadis yang keadaan ekonominya lebih tinggi dari kita itu enak. Tentu saja tidak. Sering kali Zafran merasa tidak percaya diri saat bersama Bella. Kehidupannya sangat berbanding terbalik dengannya. Bella yang akan dengan mudahnya mendapatkan sesuatu yang diinginkan. Sedangkan Zafran harus berusaha terlebih dahulu jika menginginkan sesuatu.

Bahkan saat Zafran ingin mengajak Bella bertemu untuk sekedar makan pun selalu segan jika memilih tempat sederhana seperti kaki lima. Namun beruntungnya Bella tidak pernah mempermasalahkan hal itu. Gadis itu selalu mau sekalipun diajak makan jajanan yang ada di alun-alun kota. Namun tetap saja Zafran sebagai kekasihnya ingin memberikan yang terbaik untuk Bella.

Berbicara tentang orang tua Bella. Sudah dapat dipastikan jika mereka tidak merestui anaknya berpacaran dengan Zafran. Karena bagi mereka Bella pantas mendapatkan pria yang jauh lebih baik darinya dan pastinya pria itu juga dari keluarga yang setara dengan mereka. Pernah sekali Zafran bertemu dengan mereka saat mengantar Bella pulang kuliah. Tak ada respons baik dari mereka. Bahkan dengan terang-terangan papa Bella menolaknya dan memperingatinya untuk menjauhi anaknya dengan alasan Zafran tidak setara dengan mereka. Menyerah? Tidak. Bukannya cinta butuh perjuangan?

“Kamu nunggu lama?”

Kedatangan gadisnya seketika menyadarkan Zafran kembali pada kenyataan. Kenyataan dimana gadis cantik di hadapannya ini telah menjadi miliknya meskipun masih belum seutuhnya. Setidaknya Zafran masih ada harapan untuk bisa memilikinya sekalipun itu sangat mustahil baginya.

“Malah senyum-senyum. Kamu kenapa sih?”

Zafran menggeleng lalu memasangkan helm yang selalu dibawanya pada Bella.

“Mau kemana dulu nih?”

“Pasar malam aja gimana?"

“Yaudah, yuk naik.”

Zafran melajukan motornya menuju pasar malam. Untuk kali ini biarlah semuanya berjalan seperti air yang mengalir. Jika Tuhan mengizinkan Zafran untuk berjodoh dengan Bella pasti akan ada jalan terbaiknya. Namun jika sebaliknya, apakah Zafran bisa meminta kepada Tuhan untuk bersama dia saja?

Setelah menghabiskan waktu 2 jam di sana, Zafran mengajak Bella untuk makan nasi goreng di pinggir jalan. Gadis itu mengeluh lapar setelah lelah berkeliling menaiki beberapa wahana.

"Papa mama kamu gak ada di rumah?"

Bella menggeleng. Pipinya mengembung karena penuh dengan nasi goreng, membuat Zafran terkekeh melihatnya.

"Makannya pelan-pelan sayang. Aku juga gak bakalan minta."

Bella menelan makanannya lalu meminum air putih yang telah disiapkan oleh si penjual.

"Hehe.. lapar yang. Nasi gorengnya juga enak. Lain kali kamu ajak aku ke sini lagi ya."

"Kalau orang tua kamu gak di rumah. Tahu sendiri kan mereka gak suka sama aku. Kalau maksain buat ketemu, nanti kamu dapat masalah lagi."

Bella menghela napas lalu menoleh pada Zafran. "Maaf ya kita harus backstreet kayak gini. Aku belum bisa bujuk papa mama buat nerima kamu."

"It's okay, sayang. Aku ngerti kok. Kamu gak usah mikirin itu. Biar itu jadi tugas aku buat buktiin ke papa kamu kalau aku bisa buat anaknya bahagia dengan caraku." Zafran mengusap kepala sang kekasih dengan lembut yang mampu membuat perasaan Bella menghangat karena tindakannya.

"Yaudah, abisin gih makannya. Kalau masih kurang bilang."

"Ish kamu pikir aku busung lapar." Zafran tertawa mendengar protesan dari gadisnya.

Motor Zafran berhenti di pertigaan jalan perumahan menuju arah rumah Bella. Seperti biasa Zafran akan menurunkan kekasihnya di sana. Bella menolak jika harus mengantarnya sampai depan rumah karena takut ketahuan orang rumah. Meskipun orang tua Bella sedang berada di luar, besar kemungkinan satpam penjaga rumah akan melaporkan pada papanya. Sebenarnya Zafran tidak masalah, hanya saja gadis itu tidak mau jika Zafran direndahkan lagi seperti waktu itu.

“Aku mau langsung ketemu temen. Maaf kalau nanti gak balas chat kamu," ucap Zafran setelah membantu melepaskan helm yang Bella pakai.

"Iya."

"Yaudah kamu jalan duluan, aku tunggu di sini sampai kamu masuk rumah. Kalau udah nyampe langsung istirahat ya, besok kamu kuliah pagi kan?"

"Iya sayang. Yaudah aku duluan ya. Bye." Bella melambaikan tangannya sembari melangkahkan kakinya menjauh dari sana. Sesekali gadis itu menoleh ke belakang. Setelah mulai dekat dengan pagar rumahnya. Barulah Zafran pergi dari sana.

Bab 3

Pagi ini Bella baru saja keluar dari kamarnya untuk bersiap pergi ke kampus. Kakinya melangkah menuruni anak tangga menuju dapur untuk sarapan pagi. Di sana hanya ada ART yang tengah membersihkan dapur.

Bukan hal baru jika rumah ini selalu sepi setiap harinya. Papa dan mamanya pasti sedang sibuk dengan pekerjaannya. Begitu pun dengan kakaknya.

Bella merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara. Kakak pertamanya telah menikah dan tinggal bersama suaminya di luar kota. Sedangkan kakak keduanya belum menikah dan tinggal bersamanya di rumah ini.

“Bi, orang rumah belum pada pulang?”

“Ibu sama bapak katanya pulangnya sore, Non. Kalau non Jenna saya enggak tahu," ucap Bibi seraya membereskan piring yang baru saja dicuci.

Ternyata dugaannya benar, papa dan mamanya pasti belum pulang. Mereka memang tak pernah mengenal waktu. Mau itu pagi, sore, bahkan malam pun akan siap jika itu masalah pekerjaan. Namun di sisi lain Bella merasa senang. Setidaknya Bella sedikit bebas dari pantauan papanya, karena pagi ini Zafran akan mengantarnya ke kampus.

"Non Bella mau sarapan? Bibi udah siapin roti dan susunya," ucap Bibi setelah menyelesaikan pekerjaannya.

"Iya, Bi, makasih ya."

"Sama-sama, Non." Bibi berlalu dari sana meninggalkan Bella yang kini sudah duduk di meja makan.

Bella berlari kecil menuju sang kekasih yang telah menunggunya di tempat biasa. Napasnya terengah setelah berdiri tepat di hadapan Zafran.

"Jangan lari-larian makanya. Aku juga gak akan ninggalin kamu kok," ucap Zafran seraya merapikan rambut Bella yang sedikit berantakan.

"Takut kamu nunggu lama."

"Enggak kok, sayang. Ini masih jam 7.40, aku masuk kerja jam 8."

Zafran mengerutkan keningnya saat melihat wajah sang kekasih yang tampak pucat. Bahkan tangan gadis itu terus memegang perutnya. Sudah dapat dipastikan apa yang telah terjadi mengingat kemarin Bella sempat makan bakso pedas bersama Hanna.

"Sakit perut hm?" desis Zafran.

Bella mengangguk dengan bibir mengerucut. Badannya lemas karena pagi-pagi sekali perutnya tiba-tiba sakit. Bahkan Bella sampai bolak-balik ke kamar mandi untuk buang air besar. Itulah alasannya kenapa ia terlambat dari waktu yang telah dijanjikan oleh kekasihnya.

"Kan aku udah bilang kalau gak kuat makan pedas jangan maksain. Sakit kan jadinya. Suka ngeyel kalau dibilangin," omel Zafran.

"Iya."

"Dengerin makanya jangan iya-iya aja."

"iya ih," rengek Bella.

"Udah minum obat belum?" Bella mengangguk.

"Mau maksain berangkat ke kampus?"

"Iya, aku ada presentasi hari ini."

"Yaudah kalau gitu. Kita berangkat sekarang.” Zafran memasangkan helm pada Bella.

Setelah gadis itu naik motornya, Zafran bergegas mengantarkannya ke kampus.

Ada perasaan hangat di hati Bella melihat kekasihnya begitu perhatian padanya. Tidak salah Bella menerima Zafran untuk menjadi kekasihnya.

...••••••...

Bella menghela napas lega setelah menyelesaikan tugas presentasinya. Bella sempat khawatir tidak bisa fokus mengingat badannya yang tidak dalam kondisi baik. Setelah selesai kelas, Bella segera menuju kantin untuk mengisi perutnya yang sudah berbunyi. Ia tak sendiri, kali ini ia ditemani oleh sahabatnya yaitu Jihan dan Mina.

"Hanna belum selesai kelas kayaknya," ucap Mina.

"Belum, nanti juga dia ke sini. Gue udah bilang sama dia tadi pagi kalau kita jadi jalan ke mall selesai kelas," ucap Bella.

"Oke deh, kita makan di sini aja biar nanti kita langsung nyari barangnya," ucap Jihan.

Bella dan Mina mengangguk menyetujui ucapan Jihan. Siang ini mereka sudah janjian akan pergi ke mall untuk mencari barang yang mereka inginkan. Tentunya bersama Hanna. Hanya saja gadis itu masih belum keluar kelas sehingga mereka memilih menunggunya di kantin sembari mengisi perut sebelum pergi ke mall.

Tak berselang lama, orang yang dibicarakan datang dengan tergesa menghampiri ketiga gadis yang tengah menyantap makan siangnya.

"Bel, Bel!"

"Apasih, Na. Dateng-dateng malah bikin rusuh," gerutu Bella saat Hanna tiba-tiba datang dan menyuruhnya untuk bergeser dari tempat duduknya.

"Ish tadi gue ketemu sama mantan lo."

"David?"

"Iyalah siapa lagi." Hanna duduk tepat di samping Bella. Kini fokus ketiganya teralih pada gadis pirang itu.

"Tadi gue lihat dia lagi sama kakak tingkat dari fakultas hukum. Gue gak tahu sih namanya siapa, tapi gue kenal sama itu cewek."

"Gak tahu namanya tapi kenal gimana ceritanya?" sahut Mina.

"Itu cewek terkenal di fakultas gue karena suka gonta-ganti cowok. Sampe dosen aja dia deketin."

"Bentar-bentar kayaknya gue tahu deh. Yang kemaren sempet ada gosip jadi simpanan dosen itu?" tebak Jihan.

"Iya itu. Anjir rame banget itu di fakultas gue."

"Cewek itu kan emang suka morotin cowok. Tapi kok bisa mau sama David ya? Dia juga kan sukanya manfaatin cewek. Emang sih dia juga kaya tapi pelitnya gak ketulungan. Gue masih gak paham kenapa dulu lo mau sama dia, Bel?"

Bella berdecak saat Jihan kembali mengungkit masa lalunya. "Gak usah diingetin lah. Gue tuh malu kalau inget pernah pacaran sama David. Mana gue bucin banget lagi sama dia dulu."

"Akhirnya lo mengakui juga pernah jadi budak cinta si mokondo!" cibir Hanna.

Bella mendengus kesal. Sebelum berpacaran dengan Zafran, Bella sempat menjalin hubungan selama 6 bulan bersama David. Kebodohan yang sangat Bella sesali yaitu bisa dengan mudah percaya dengan omongan David. Sahabatnya sering memperingatinya untuk tidak terbuai dengan ucapan David. Namun apalah daya, Bella yang sudah menjatuhkan hatinya terlalu dalam pada pria itu membuatnya hilang akal. Ketika David meminta apapun padanya dengan senang hati Bella akan memberinya. Hanya satu yang belum pernah Bella berikan pada David, yaitu dirinya. Bella selalu menolak jika David menyentuh tubuhnya. Entah itu hanya sekedar cium pipi ataupun bibir. Bella benar-benar membatasinya, karena Bella tidak ingin sembarangan memberikan tubuhnya pada pria yang bukan suaminya. Mungkin itu juga menjadi salah satu alasan David berselingkuh di belakangnya. Tentu saja Bella merasa kecewa. Namun sekarang Bella sangat bersyukur Tuhan membukakan matanya dan menunjukkan keburukan David padanya. Hingga pada akhirnya Tuhan mempertemukannya dengan Zafran yang jauh lebih baik dari David.

Namun di sisi lain Bella masih tidak mengerti alasan David mendekatinya lagi? Bukankah seharusnya pria itu senang karena bisa mencari wanita yang mau diperdaya olehnya? Atau mungkin ada tujuan lain yang harus melibatkan dirinya?

"Sejujurnya gue sangat amat berat mengakuinya. Tapi dengan kejadian ini gue jadi sadar, mungkin ini salah satu pelajaran buat gue supaya gak terlalu percaya sama omongan cowok. Dan gue juga harus bisa membatasi diri agar tidak terjerumus ke lubang yang sama."

"Tapi tetep aja, lo tuh kalau udah bucin sama cowok suka lupa diri. Bukannya gue gak percaya sama pacar lo yang sekarang, tapi lo harus tetep hati-hati. Kita gak pernah tahu perasaan seseorang ke depannya kayak gimana."

"Iya, Na. Tapi gue percaya Zafran gak mungkin sama kayak David."

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!