London, 19 Sept 1928
Di sebuah taman, seorang remaja berusia 17 tahun tengah berlindung di balik semak-semak. Ia bersembunyi dari kejaran tiga bodyguard yang sejak kecil telah membersamainya.
“Tuan Muda… Keluar laah… Tuan Mudaaa!”
Hh Hh Hh
“Tuan Muda tidak ada dimana-dimana!! Bagaimana ini?” Keluh seorang bodyguard yang mengusap peluh dikeningnya.
“Pokoknya kita harus cari sampai ketemu! Kalau Tuan Muda Ray tidak berhasil ditemukan, tamat-lah Riwayat kita! Tuan Besar dan Tuan Agung pasti akan menghukum kita!” Sahut bodyguard lain.
Tuan muda yang diketahui bernama Ray tersebut sengaja kabur dari kediamannya. Saat ini seluruh asisten yang mengawalnya tengah panik. Pasalnya Ray kabur dari rumah secara tiba-tiba.
“Ayo kita cari ke sana!” Tunjuk seorang bodyguard yang disambut anggukkan oleh yang lain. Mereka pun menjauh dari area.
“Huft….” Ray mendengus. Ia melirik ke kanan dan ke kiri. Lalu perlahan berjalan mundur selangkah demi selangkah untuk mewaspadai keberadaan bodyguard lain yang masih mengintainya.
Bruuuukkkk
Ternyata tanpa sengaja Ray menabrak seseorang. Mereka jatuh tersungkur saling berlawanan arah.
Semoga bukan salah satu dari mereka. Semoga bukan. Batinnya. Punggung Ray basah seperti terciprat sesuatu. Ia pun berbalik arah.
Seorang gadis cantik berambut brunette memakai pin Bunga Daisy yang tampak lebih muda darinya tersungkur. Pakaiannya juga kotor terkena tumpahan minuman akibat tabrakan yang baru saja mereka alami.
“Kenapa kau menabrakku?” Hardik Ray. Ia meraba baju belakangnya yang basah. Gadis tersebut bangkit. Ia mengambil tissue dari tas ranselnya.
“Hey, apa kau bisu? Aku sedang bertanya padamu!” Lanjut Ray yang kesal pertanyaannya tidak digubris. Gadis tersebut terus saja membersihkan kotoran pada pakaiannya.
“Kenapa kau….” Raymond hendak melanjutkan pertanyaannya namun gadis dihadapannya malah menyodorkan beberapa lembar tisu.
“Bersihkan punggungmu!” Titahnya santai.
“Hey, Kau belum menjawab pertanyaanku!” Sergah Ray.
“Tidak ada yang perlu dijawab, karena kau yang salah. Bukan aku!” Gadis tersebut menepuk-nepuk tangannya membersihkan debu yang menyangkut di sana.
“Enak saja! Lihatlah bajuku kotor karena ulahmu! Kau harus minta maaf!” Ray masih tidak mau kalah.
“Kau itu… Kau itu seorang pencuri-kan?” Tuding gadis tersebut tiba-tiba sambil memicingkan matanya.
“A… Apaa?! Mengapa kau mengatakan aku pencuri? Kau menuduh sembarangan!” Sahut Ray tak terima.
“Mana ada pencuri yang mau ngaku! Akui saja!” Gadis tersebut mengeluarkan beberapa lembar Poundsterling dari dompetnya.
“Ini untukmu. Jangan mencuri lagi! Kalau kau terus mencuri, nanti akan menjadi kebiasaan!”
“Hah… Ck… Ha.. ha” Ray menggeleng gelagapan. Bisa-bisanya putra bangsawan dengan harta kekayaan keluarga yang melimpah sepertinya di tuduh mencuri.
“Kau menuduh sembarang! Kau bisa dihukum! Aku bisa melaporkanmu ke pihak berwenang atas tuduhan pencemaran nama baik!” Ray balik menatapnya tajam.
“Pertama…..” Gadis tersebut mengangkat telunjuknya.
“Pertama kau berpakaian serba hitam. Kalau dilihat-lihat, pakaianmu seperti bukan pakaian mahal. Kedua, walau pakaianmu bukan pakaian mahal, namun bisa-bisanya kau menenteng barang-barang mahal. Dua benda penunjuk arah berlapis berlian, kotak perhiasan juga sejumlah uang. Barang-barang mewah itu berasal darimana kalau bukan kau yang mencurinya?!” Tanya gadis tersebut melirik ke arah barang-barang berceceran yang berasal dari tas Ray.
“Ketiga, kau mengendap-endap dengan berjalan mundur, kau tengah mewaspadai sesuatu. Mungkin kau takut ditangkap oleh pemilik barang!” Gadis itu berbicara dengan memegang dagunya seperti orang berpikir.
“Bagaimana? Analisisku benarkan?!” Todongnya sambil mensedekapkan tangan. Ray menggeleng tak percaya.
“Ck. Itu semua punya ku!”
“Bisa kau jelaskan darimana pelajar seperti mu bisa membawa barang-barang mewah itu?!”
“Kau terlalu banyak bicara! Kalau ku katakan punya ku ya punyakuuu!!” Ray mengeraskan suaranya. Gadis tersebut tercengang. Ia tak percaya Ray membentaknya. Untuk sesaat mereka saling bertatapan. Tak lama, netra Ray kembali menangkap sosok bodyguard yang tengah mencarinya. Ia dengan cepat mencengkram lengan gadis yang ada dihadapannya untuk dibawa menunduk. Mereka kembali bersembunyi. Elena terkejut. Ia tidak pernah sedekat ini dengan Seorang pria. Pun dengan Ray, la menahan nafas gugup saat netra mata mereka bertemu. Elena langsung mengalihkan pandangannya.
“Tadi aku seperti mendengar suara di sini!” Ucap salah satu bodyguard yang mengedarkan pandangan ke sekeliling. Elena yang gugup sedikit bergerak mundur.
Kraak
Suara ranting patah terdengar. Pada bodyguard saling tertatapan.
"Ssstttt" Ray mengisyaratkan agar Elena tidak bersuara. Elena yang terlalu gugup, dengan cepat berdiri.
"Hey kaliaan... Orang yang kalian cari ada di sinii! Dia di siniii! Ke sini lah!!" Teriak Elena di luar dugaan. Teriakan nya menggelegar di penjuru taman.
"K... Kau!!" Ray membelalakkan matanya. Kesal. Para bodyguard dengan cepat menghampiri mereka.
"Hhh... Hhh... Tuan muda... Akhirnya kami menemukan Tuan Muda... Mengapa Tuan muda kabur? Tuan Besar apalagi tuan Agung akan memecat kami kalau Tuan muda bersikap begini!"
"Huh" Ray bersungut. Misi hari ini gagal total. Padahal Ray jarang sekali bisa keluar dengan bebas tanpa pengawalan para bodyguard.
Tu... Tuan... Muda? Elena terkejut. Ternyata Ray bukanlah seorang pencuri seperti yang ia tuduhkan.
"Sekarang kau tau kalau aku bukan pencuri kan?! " Ray menaikkan dagunya ke atas.
"Ti... Tidak. Kau tetap saja mencurigakan!" Sahut Elena menutupi kegugupannya.
"Apa?!"
"Itu salah mu sendiri. Kau membuat orang berpikir yang tidak-tidak tentangmu! Lagipula kabur atau melarikan diri juga bukanlah sikap terpuji!"
"K... kauu!! "
"Nona, sebaiknya kau menjaga sikap mu kepada tuan muda. Kalau tidak kau berada dalam masalah yang besar" Salah seorang bodyguard memberikan peringatan.
"Tuan Muda, mari kita kembali! Angin dingin semakin berhembus kencang! " Mereka membantu Ray memakai coat.
"Aku mau mencari ibu! Kalian semua merusak rencanaku! " Hardik Ray. Perhatian nya teralihkan. Untuk sesaat ia sibuk membenarkan letak coatnya sambil bersungut. Ia akan membuat perhitungan pada gadis yang telah mengacaukan rencananya. Tapi....
Ha? Kemana dia? Ray tersadar dan mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru. Orang yang ia cari sudah tidak berada di tempat.
"Nona tadi sudah melesat ke sana tuan! " Tunjuk bodyguard seperti tau apa yang Ray pikirkan.
"Huh! Tidak seharusnya kalian menemukan ku! " Sembur Ray dengan masih mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Ia benar-benar jengkel. Elena menghancurkan rencananya. Padahal Ray memang sudah menyiapkan semua perbekalan.
"Tuan muda, saya menemukan pin. Sepertinya milik nona muda tadi..."
" Daisy Pin?" Ray mengerutkan keningnya.
" Hanya sebuah pin biasa. Biar saya membuangnya tuan muda! "
" Tidak usah!" Sergah Ray yang langsung menyimpan pin bermotif bunga Daisy tersebut ke dalam saku celananya. Para bodyguard membimbingnya menuju mobil. Angin dingin semakin berhembus kencang.
"Tuan Muda, mengapa Tuan memakai pakaian kusam milik para pekerja? " Tanya salah satu bodyguard.
Pertama kau berpakaian serba hitam. Kalau dilihat-lihat, pakaianmu seperti bukan pakaian mahal.
Ray tersenyum mengingat perkataan Elena~
......................
Mohon dukungannya teman-teman
IG: @alana.alisha 🌹
Hhhh Hhhh Hhhh
Elena langsung kabur dengan berlari kencang sambil melihat ke belakang kalau kalau saja ada yang mengejarnya. Nafasnya terengah-engah. Ia terus menerus melihat ke belakang.
"Huft. Syukurlah... Semoga dia tidak mengikutiku dan meminta pertanggungjawaban!"
"Hmh... Tapi kan bukan salahku juga melaporkan nya! Salah nya sendiri, ia benar-benar mencurigakan! " Gumam Elena mengangguk-angguk membenarkan pemikirannya.
"Ta ... Tapi, dia berkata ingin mencari ibu. Jangan-jangan ibunya berada dalam bahaya. Kalau begini , sebenarnya Aku yang benar-benar telah merusak rencananya... Oh Tuhan... Bagaimana ini... " Elena menunduk dengan menggigit bibirnya. Sekarang ia merasa bersalah. Elena membenarkan letak pakaiannya yang kusut. Elena tersadar, pin nya sudah tidak lagi berada di sana.
"Gawat! Pin ku kemana?! Duuh.. Jangan-jangan tadi jatuh di taman!"
Hhhh Hhhh Hhhh
"Nona Elenaaaa! " Seorang wanita paruh baya melambai-lambaikan tangan ke arahnya.
"Bibi Roseee...? " Sahut Elana berbinar. Ia balas melambaikan tangan menyambut pengasuh nya tersebut.
"Ada apa dengan nona? Nona tampak pucat. Pakaian nona juga kotor? " Bibi Rose mengeluarkan sapu tangan dan perlahan mengusap peluh di dahi Elena.
"Bibi kemana saja? Tadi ketika lagi berjalan aku tidak sengaja menabrak orang dan menumpahkan minuman ku ke punggungnya..."
"Oh Tuhan..., Apa nona baik-baik saja? " Bibi Rose membolak-balikan tubuh Elena. Memeriksa dengan detail bahwa putri asuhnya tersebut tidak mengalami cedera.
"Maaf nona, tadi bibi membeli beberapa keping roti. Makanlah... Perjalanan pulang ke rumah masih jauh. Bibi khawatir nona akan kelaparan"
"Bibi, aku baru saja keluar dari sekolah asrama dan menghirup udara segar namun sudah sial begini!" Keluh Elena kembali mengusap peluhnya. Ia mengambil kepingan roti dan mengunyahnya.
"Yang terpenting sekarang nona baik-baik saja.. Semoga setelah ini tidak ada kejadian keburukan yang menimpa nona. Tapi bagaimana dengan orang yang nona tabrak tadi? Apa dia baik-baik saja? Apa nona disakiti olehnya? " Bibi Rose masih tampak khawatir.
"Seperti nya orang itu sudah memiliki rencana yang matang tapi aku menghancurkan semua rencananya. Mungkin sekarang dia sangat membenciku"
"Bibi tidak mengerti apa yang nona katakan. Tapi kita harus cepat kabur nona!"
"Kabur?! "
"Iya, jika mereka menaruh dendam, nona bisa celaka! " Sahut bibi Rose berpikir jauh.
"Ce... celaka? " Elena mulai pucat.
"Iya, ayo kita kabur nona! "
"Tidak bibi, aku akan melaporkan nya pada ibu. Ibu pasti akan melindungi ku!"
"Yang penting sekarang kita harus kabur nona! " Bibi Rose dengan cepat berlari sambil menarik lengan Elena.
Andai nona Elena tau apa yang terjadi. Nona akan lebih mengeluh lagi. Gumam bibi Rose tak bersuara dengan mata berkaca-kaca. Peristiwa besar yang masih dirahasiakan pada Elena sudah terjadi.
"Bibi tunggu.... "
"Ayo nona... kita harus berlari cepat! " Tarik bibi Rose. Bayangan penjahat mengendarai Jimny melintasi pemikiran nya.
"Bibi Rose... tunggu... Bibiii Gawat!! "
Hampir saja mereka terperosok sebab Elena tiba tiba menghentikan langkah kakinya.
"Ada apa nona? "
" Pin bunga Daisy ku hilang ..."
"Apa? Nona meletakkan nya di mana?!"
" Di sini bibi..." Elena menunjukkan kerah bajunya.
"Sudahlah... Nona bisa membelinya lagi"
" Tidak bisa bibi. Itu pin pemberian..."
"Pemberian siapa nona? "
"Pemberian... Hmh... teman ku... Kita harus kembali ke taman untuk mencarinya bi! "
"Tidak bisa nona, orang yang nona tabrak tadi bisa saja masih di sana! "
...****************...
Kediaman Thomson
Mobil yang membawa Ray memasuki halaman. Suasana tampak lengang. Hanya ada beberapa tukang taman yang sedang memangkas dedaunan. Seorang bodyguard membuka pintu mobil dan mempersilahkan pemuda tersebut untuk turun. Ray berjalan masuk melewati dua pilar utama. Ia hendak masuk ke kamarnya. Namun asisten rumah tangga dan pengasuh berjalan tergopoh mendekatinya.
“Akhirnya tuan muda kembali... " Sambut mereka dengan wajah berbinar seraya membantu Ray melepaskan coatnya.
"Aku hanya keluar sebentar, mengapa reaksi kalian begitu berlebihan?! " Sembur Ray.
"Ingat! Jangan sampai papa apalagi kakek mengetahui hal ini! Kalian akan aku hukum!!"
"Ba... Baik Tuan Muda! "
"Dan kalian, apa kalian tidak punya pekerjaan lain selain membuntuti ku?! " Lanjut Ray pada dua bodyguards yang mengikuti nya sampai ke dalam rumah. Ia yang sebenarnya tengah kesal karena misi mencari ibu gagal total tidak bisa menahan diri.
Tap Tap Tap
"Maaf tuan muda, tuan besar memanggil tuan muda untuk menghadap”
“Huft!" Ray menghela nafas. Sebelum beranjak, Ia menatap satu persatu bodyguard nya dengan tatapan tajam. Para bodyguard langsung menunduk.
Di sudut ruangan, seorang gadis menatap Ray tak berkedip. la terus saja menatap Ray hingga pemuda tersebut menghilang di balik pintu.
"Camila, mengapa kau masih di sini? Cepat bantu ibu membuat minuman" Tegur ibunya yang berprofesi sebagai asisten rumah tangga di kediaman Thomson.
"Baik bu!" Camila sumringah. Mengantar minuman, Itu artinya bertemu Ray dengan jarak dekat. Camila langsung ke dapur menyiapkan minuman dengan begitu bersemangat.
Ceklek
Ray melangkah masuk menemui Aaron yang telah menunggunya.
“Apa kau memang berencana melarikan diri?!” Todong Aaron tanpa basa basi. Aaron duduk di dampingi oleh Wina, istri keduanya.
“Jawab!!”
“Ray hanya mencari udara segar di luar, Pa!” Sahut Ray mencoba untuk tetap bersikap tenang.
“Ck…!” Aaron berdecak. Ia melambaikan tangan. Seorang asisten datang membawa sebuah tas dan menyerahkannya pada Aaron.
Sruuuggg
Aaron dengan kasar melempar tas tersebut ke hadapan Ray hingga barang-barang jatuh berhamburan di lantai.
“Jelaskan tentang barang-barang mewah yang kau bawa untuk mencari udara segar!” Titah Aaron dengan mata menyala. Ray terdiam. Ia memang sudah tertangkap basah.
“Hhhhh” Aaron menghela nafas kecewa.
“Ray… Aku sudah memperingatkanmu untuk stop memikirkan apalagi mencari Sarah!” Ucapan Aaron membuat Ray yang menunduk tersentak. di luar dugaan, ia tidak menyangka Aaron mengetahui apa yang ingin ia lakukan.
“Pa, bagaimanapun Ray harus bertemu mama!"
"Tidak perlu!"
"Ray harus tau bagaimana keadaan mama dan Ray ingin bertanya mengapa mama pergi… karena Ray yakin mama tidak pernah meninggalkan Ray!” Suara Ray mulai meninggi.
“Kenyataan nya ia meninggalkanmu! Jadi anggap dia sudah mati!” Tegas Aaron tajam. Ray menggelengkan kepala. Hatinya terasa sakit.
“Ibu Ray masih hidup!! Papa mengusir mama demi wanita ini, kan?!!” Tunjuk Ray pada Wina, ibu tirinya. Emosi Ray menyala.
Praaankkk
Aaron melempar gelas yang ada di dekat nya dengan sekali hempasan. Pecahan kaca berhamburan di lantai.
“Lancang! Jaga ucapan mu! Sekarang, ibumu adalah Wina!” Sengit Aaron. Diam-diam Ray mengepalkan tangan.
“Aa... Aaron, jangan terlalu keras pada Ray!” Wina bangkit berdiri dan mengusap-usap pundak Aaron menenangkan. Ray tersenyum masam melihat apa yang Wina lakukan. Di mata Ray, apa yang wanita tersebut lakukan tidak lain hanyalah sebuah kepalsuan.
“Ray, kau harus paham bahwa kau adalah calon penerus dari semua usaha dan kerja keras kakek buyutmu! Kita ini keluarga bangsawan... Tindak tanduk kita di perhatikan oleh orang banyak. Sangat besar tanggung jawab yang harus kau pikul. Kau sudah dewasa! Jadi, bersikaplah sewajarnya!” Aaron bangkit berdiri.
"Naak... Papa..." Aaron kembali menghela nafas.
“Papa hanya ingin kau berdamai dengan masa lalu. Hidupmu adalah di masa sekarang. Sarah sudah lama meninggalkanmu. Dia tidak menginginkanmu! Papa hanya minta agar kau bisa fokus untuk masa sekarang dan masa mendatang. Jangan pernah kabur...” Pinta Aaron pada akhirnya.
Tidak semudah itu, Pa! Lirih hati Ray.
...****************...
Mohon dukungannya teman-teman 🌹
IG: @alana.alisha
"Naak... Papa..." Aaron kembali menghela nafas. Percakapan ayah dan anak tersebut belum menemukan titik terang.
“Papa hanya ingin kau berdamai dengan masa lalu. Hidupmu adalah di masa sekarang. Sarah sudah lama meninggalkanmu. Dia tidak menginginkanmu! Papa hanya minta agar kau bisa fokus untuk masa sekarang dan masa mendatang” Pinta Aaron pada akhirnya.
Tidak semudah itu, Pa! Lirih hati Ray.
“... Sebagai pewaris, kau tidak bisa bertindak sembarangan. Terutama berkeliaran sesuka hatimu. Musuh keluarga Thomson ada dimana-mana. Mereka hanya menunggu waktu dan kesempatan untuk bisa melenyapkan Kakek, papa, melenyapkanmu, melenyapkan kita semua! Karena sebuah kecerobohan, tidak bisakah kau berpikir bahwa sewaktu-waktu peluru liar bisa saja menembus kulitmu seperti yang dulu terjadi pada saudaramu Sean?! Demi Tuhan, apa yang menimpa Sean masih terus menghantui papa hingga saat ini” Lanjut Aaron panjang lebar dengan memegang kuat kedua pundak Ray. Mata Aaron berkaca-kaca . Namun perkataan laki-laki paruh baya tersebut malah membuat Ray tersenyum sinis.
Perkataan Aaron sama sekali tidak mencerminkan perbuatannya. Di mata Ray, Aaron hanya memikirkan harta, kekuasaan juga nama baik keluarga. Bagaimana tidak? Hari bulan dan tahun berlalu, namun Aaron sama sekali tidak berniat mencari pembunuh Sean, bahkan kepergian ibu kandung Ray masih menjadi misteri yang belum terpecahkan.
Perginya Sarah secara misterius sudah membuat pemuda 17 tahun itu terlalu banyak menahan luka. Tak lama, luka yang sudah menganga bertambah besar dengan kematian Sean. Orang yang paling dekat dengannya. Ray tidak bisa berkutik. Trauma masa lalu membuatnya sulit berfikir apalagi membuat keputusan.
“Jadi papa harap ini terakhir kalinya kau membuat ulah! Ingat, kerja keras kakek yang sudah di bangun dengan darah dan keringat jangan sampai hancur begitu saja di tanganmu. Juga, jangan sampai sejarah yang menimpa Sean kembali terulang. Papa tidak ingin lagi kehilangan putra papa!” Tegas Aaron.
“Satu lagi. Jangan sampai ada yang mengetahui bahwa kau mencoba kabur mencari Sarah! Ini sungguh tidak lucu!”
"....... "
“Sekarang kembali-lah ke kamarmu!” Tutup Aaron. Pria paruh baya tersebut menghela nafas saat Ray dengan langkah pasti kembali ke kamar nya. Aaron memastikan bahwa Ray patuh dengan apa yang ia katakan.
Buuuuuugghhhhh
Ray memukul samsak tinju yang terletak di sebelah ruang kamarnya dengan keras.
"Tu... Tuan muda... "
"Leo, kau kemana saja?! Aku menyuruhmu untuk menahan mereka! Tapi kau tidak becus melakukan tugasmu!" Sembur Ray pada asisten pribadinya sambil kembali melayangkan tinju ke samsak.
"Maaf tuan muda. Saya sudah mengupayakan semaksimal mungkin. Namun pergerakan para bodyguard yang tuan besar kirim tidak terduga"
"Huh!"
"Tuan muda, tuan muda harus istirahat"
"Leo, apa aku harus berhenti begitu saja? "
Buuuuuugghhhhh
Ray kembali memukul samsak untuk kesekian kalinya. Leo terdiam. Jujur saja ia tidak tau harus memberikan saran apa. Kemelut keluarga Thomson sudah seperti benang merah kusut yang mungkin tidak akan pernah bisa terurai.
"Leo, mengapa kau diam saja?! "
"Sejak awal saya berada di sisi tuan muda. Saya mengerti posisi sulit yang tuan muda jalani. Tapi Saya mohon agar tuan muda kuat dan tidak menyerah! " Sahut Leo. Ray sontak menghentikan tinjunya. Ia menatap Leo yang berdiri tegak tanpa berani menatapnya.
"Apa kau bisa setia padaku sampai akhir? " Tanya Ray pada akhir nya. Leo tersentak.
"Leo, aku sedang menanyaimu! "
"Saya sudah mengikuti tuan muda dari sebelum tuan muda lahir ke dunia. Mengapa tuan muda masih bertanya? " Sahut Leo diplomatis. Ray mengangguk-angguk. Keringat mengucur di sekujur tubuhnya.
Di sisi lain, Aaron memerintah kan para bodyguard untuk memperketat penjagaan terhadap Ray.
“Aaron, aku benar-benar khawatir” Lirih Wina.
“Anak itu sulit sekali diarahkan. Dia sangat keras kepala. Aku tidak bisa membiarkannya!”
“Aku rasa dia tertekan”
“Wina, ini semua demi kebaikannya. Hidup memang keras. Kita tidak bisa memanjakannya...” Sahut Aaron pada wanita yang telah 10 tahun di per-istri nya tersebut.
“Bersiaplah. Kita harus menghadiri rapat keluarga!" Lanjut Aaron. Wina hanya bisa mengangguk.
Tok Tok Tok
Driiiit
Camila membuka kamar Ray dengan membawa baki minuman beserta nya setelah mengetuk pintu beberapa kali. Ray tak terlihat. Masih ada tirai putih yang menjadi pembatas antara kasur dan bagian lain di dalam kamar. Di sana di dekat pintu ada sebuah nakas tempat meletakkan minuman. Camila hendak meletakkannya. Namun rasa penasaran apa Ray berada di dalam sana atau tidak menggerakkannya untuk masuk lebih dalam.
Camila melewati sofa dan meja belajar yang di atasnya terdapat lampu dan beberapa foto. Foto Sarah dan almarhum Sean. Camila sudah hafal tata letak dan benda apa saja yang ada di kamar. Sebab ini bukan pertama kalinya ia masuk ke sana. Camila semakin penasaran, ia semakin ke dalam mendekati kasur yang ditutupi tirai. Foto Ray tengah berkuda tertempel rapi di dinding.
Tampan dan gagah sekali.... Gumam Camila menatap foto tersebut beberapa detik dengan tersenyum.
Perlahan-lahan Camila memindahkan kain tirai putih. Di luar dugaan, ternyata Ray berada di sana. Pemuda tersebut tidur menelungkup. Wajahnya tenggelam dalam bantal. Hanya melihat punggung Ray saja, jantung Camila sudah berdetak tak karuan. Ia hendak keluar namun karena terlalu gugup, kaki gadis tersebut tak sengaja menabrak kursi kayu di samping kasur cukup keras dan kursi tersebut berpindah tempat hingga menimbulkan bunyi decitan keras.
Hahhh
Camila terkejut. Ia memejamkan mata tak berani membukanya.
"Leo, kau berisik sekali!! " Hardik Ray pada asisten pribadinya namun pemuda tersebut tak beranjak dan masih di posisinya. Camila yang tersadar langsung berlari ke arah pintu kamar. Ketika ia memegang gagang pintu, di saat bersamaan pintu terbuka. Leo, asisten pribadi Ray masuk ke dalam. Seperti melihat hantu, dengan cepat Camila pergi. Leo mengerutkan keningnya. Ia melihat minuman di atas nakas. Itu pertanda Camila masuk mengantarkan minuman.
Hmh.... Tidak ada yang harus dicurigai. Gumam Leo masuk menemui Ray.
..................
Mohon dukungannya teman-teman 🌹
IG: @alana.alisha
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!