NovelToon NovelToon

Terpaksa Kembali

Terpaksa Kembali | Bab 1

“Jadi, kamu tidak mau menikah denganku, Rindu?”

Suara berat Leon Wiguna membuat tubuh Rindu bergetar hebat. Tatapan matanya yang dipenuhi rasa putus asa membuat sekretaris Leon itu ketakutan setengah mati.

“Pak Leon, saya tidak ....”

Rindu berusaha menjelaskan, tetapi Leon dengan gesit sudah mendaratkan sebuah ciuman di lehernya. Gadis itu berusaha berontak, tetapi tenaganya kalah kuat.

Sudah bertahun-tahun Leon mengejar cinta sekretarisnya itu, tetapi luka di masa lalu membuat Rindu takut melangkah lagi ke jenjang itu.

“Aku sudah memberimu banyak waktu, Rindu. Aku tidak mau menunggu lebih lama lagi!” Dengan dorongan yang kuat, Leon berhasil membuat tubuh Rindu ambruk ke sofa.

Malam ini, meskipun Rindu berteriak meminta ampun, Leon tidak akan melepaskannya. Pengaruh alkohol itu begitu kuat sampai-sampai Leon kehilangan akal sehatnya.

Putra kebanggaan Zayn dan Dera itu berhasil merenggut keperawanan Rindu yang selama ini bekerja sebagai sekretarisnya.

**

**

Rindu terbangun dengan rasa sakit yang menjalar di atas pahanya. Dia sudah kotor sekarang karena ulah Leon semalam.

Wanita itu menoleh ke samping untuk mencari keberadaan bos yang sudah mengambil kesuciannya itu. Sayangnya, Leon sudah tidak ada di tempat.

Ke manakah pria breengsek itu?

‘Ayah, Ibu, maafkan aku. Maaf aku gagal menjaga diri.’

Puas menangis sendirian. Rindu kembali ke apartemennya. Apartemen yang menjadi fasilitasnya sebagai sekretaris Leon di negara Singapura.

Keesokan harinya, saat memulai hari untuk bekerja, Rindu hendak menuntut pertanggung jawaban Leon. Sayangnya, sebuah kabar mengejutkan menaampar diri Rindu.

“Aku dengar Pak Leon semalam tidur sama mantannya ya Rindu? Kamu tahu sesuatu nggak? Katanya, kamu yang terakhir bawa Pak Leon ke kamar hotel di pesta itu. Kenapa Pak Leon malah sama mantannya?”

Pertanyaan dari teman kerja Rindu itu membuat hati Rindu tersayat-sayat. Apakah setelah menodainya, Leon juga menodai wanita lain?

“A-aku nggak tahu.” Rindu menggeleng cepat. Kali ini dia akan merasakan kehancurannya itu sendirian.

Beberapa saat berlalu, Leon datang ke kantor dengan penampilan yang acak-acakan. Dia melirik Rindu sebentar, lalu melengos masuk ke ruangannya begitu saja.

Ya, Tuhan. Pak Leon bahkan menatapku seperti itu. Apa dia benar-benar tidak ingat dengan kejadian semalam?

Rindu memasuki ruangan Leon untuk membacakan jadwal kerjanya hari ini. Saat Rindu masih melakukan pekerjaannya, Leon terus menatapnya dengan rasa bersalah yang menyeruak di hati.

“Rindu kamu di mana tadi malam? Kamu nggak ngurusin saya? Apa benar kamu tinggalin saya saat pesta masih berlangsung?”

Tatapan kemarahan yang terpancar di wajah Leon membuat hati Rindu semakin sakit. Semalam bukan dia yang meninggalkan Leon, tetapi malah Leon yang pergi meninggalkannya setelah merampas kesuciannya.

“Sa-saya ....”

Ruangan Leon tiba-tiba terbuka. Seorang wanita cantik yang merupakan ibu kandung Leon datang dan langsung memukul putranya itu.

“Apa yang kamu lakukan, Leon? Mommy sudah berkali-kali bilang bawa calon istrimu pulang, bukan malah main-main sama perempuan begini!” Tangisan wanita bernama Dera itu akhirnya pecah. Dia tidak menyangka kalau putranya akan bertindak sejahat itu sampai menodai mantan kekasihnya, padahal tanpa Dera tahu korban yang sesungguhnya ada di depan mata mereka.

“Leon, bertanggung jawablah. Nikahi Gia secepatnya!”

Gia sudah mengirimkan bukti-bukti saat Leon berada di bawah selimut yang sama dengannya. Potongan video saat Leon bangun dan memeriksa tubuh mereka juga ada. Bahkan, bercak merah yang diyakini sebagai darah perawan Gia juga dikirimkan. Hal itu membuat Leon sulit mengelak kalau yang semalam dia tidak melakukan apa-apa dengan Gia.

Hati Rindu benar-benar hancur. Laki-laki yang hampir dua tahun ini mengejarnya, rupanya juga tidak bisa dipercaya. Dia sama saja dengan mantan pacarnya, tetapi parahnya Rindu sudah terlanjur menjadi korbannya.

“Mom, calon istriku itu Rindu, bukan Gia. Aku sama Gia nggak ada hubungan lebih, Ma. Aku sama dia cuma main-main biar Rindu cemburu dan mau aku nikahi!”

“Dasar bodoh kamu, Leon! Bukti-bukti sudah ada jelas, sekarang kamu mau mengelak apa lagi? Daddy nggak mau tahu, kamu harus bertanggung jawab untuk masa depan gadis itu!”

Leon melihat jelas setetes air bening yang keluar dari mata Rindu. “Rindu, maaf!”

***

Assalamualaikum, aku hadir dengan cerita baru gaess, semoga suka ya. Tinggalkan like, komen, gift, dan yang terpentjng Subscribe. Jangan sampai nabung bab ya, ntar ngambek nih 😂

Terpaksa Kembali | Bab 2

Semenjak hari itu, Leon terpaksa bertunangan dengan Gia, dan Rindu sudah mencari tempat kerja lain untuk menjauh dari kehidupan Leon. Hatinya tidak akan sanggup jika harus lihat laki-laki yang telah menodainya bersanding dengan wanita lain.

Beberapa waktu berlalu, Rindu mendapati dirinya hamil dan dia pun kebingungan sendiri.

Rindu terus berperang dengan pikirannya sendiri. Selama ini dia berusaha mengungkapkan kejadian malam itu, tapi tetap saja dia tidak punya bukti kuat untuk meyakinkan Leon.

Wanita itu bekerja seperti biasa. Namun, dia menyembunyikan alat tes kehamilan di balik saku roknya.

Begitu berhadapan dengan Leon, Rindu membuka suara, “Pak Leon, apa Pak Leon sama sekali nggak ingat apa yang terjadi malam itu?”

Hati Leon berdesir. Sekelebat bayangan muncul di ingatannya. Malam itu, bukan Gia yang bersamanya, tetapi Rindu. Lalu, kenapa Gia yang ada di sampingnya saat Leon membuka mata?

“Maksud kamu apa?”

Rindu mengeluarkan alat tes kehamilan dari saku dan ingin mengakui semua pada Leon. Walau mungkin laki-laki itu tidak percaya nantinya, tetapi Rindu ingin berusaha jujur.

Sayangnya, Gia tiba-tiba masuk ke ruangan Leon dan langsung memeluknya. “Sayang, aku hamil!”

Kata-kata yang keluar dari mulut Gia membuat perasaan Rindu hancur berkeping-keping. Rencananya untuk bisa berkata jujur pada Leon harus pupus karena Gia ternyata juga hamil.

Dalam dekapan Gia, Leon menatap Rindu yang kembali menyembunyikan sesuatu di sakunya.

“Selamat Bu Gia, Pak Leon saya permisi dulu!”

Rindu benar-benar tidak sanggup mengungkapkan kebenaran. Bukannya kembali bekerja, dia malah pulang ke apartemennya dan menata semua barang-barangnya.

Hatinya benar-benar kalut, dan Rindu memutuskan untuk membawa kenangan bersama Leon itu pergi jauh.

“Ibu akan membesarkanmu dengan baik, Sayang!” Usapan lembut tangan Rindu mendarat sempurna di perutnya.

Bagaimanapun keadaannya nanti, Rindu akan membesarkan bayi tidak bersalah itu setulus hati. Walaupun mungkin nanti akan ada banyak kesulitan, tapi Rindu yakin kebersamaannya dengan bayi itu akan berhasil mengalahkan segala kesulitan.

**

**

Lima tahun berlalu dengan baik, Rindu dan putrinya hidup dengan layak berkat tabungan yang Rindu kumpulkan selama menjadi sekretaris Leon. Dia bahkan membuka toko bangunan untuk mengelola uangnya.

Namun, kehidupan baik itu mulai hilang sekarang. Baru beberapa hari yang lalu, anaknya dibawa ke rumah sakit karena tidak mau makan dan terus mengeluh pusing.

“Ibu, kepalaku sakit!” keluh gadis kecil berusia empat tahun yang kini terbaring di ranjang rumah sakit itu.

“Sabar ya, Sayang! Kamu harus kuat. Ibu masih berusaha cari obat buat kamu, Nak!” Tangan Rindu menggenggam erat tangan sang putri yang divonis kanker darah di usianya yang masih sangat kecil.

“Ibu, ayo kita temui Ayah, Ayah pasti bisa carikan obat buat Lea. Lea nggak mau lihat Ibu berjuang sendirian buat Lea. Tolong bawa Ayah Lea, Bu! Lea pengen ketemu Ayah!”

Air mata seorang ibu yang sejak tadi terbendung, akhirnya tumpah juga. Rindu menangis sambil memeluk sang putri yang terbaring lemah di ranjangnya.

Sebuah keinginan kecil yang mungkin saja menjadi keinginan terakhir Milea. Gadis kecil yang periang itu kini harus melawan kanker ganas yang mungkin sewaktu-waktu bisa merenggut nyawanya.

Rindu tidak ingin terlambat. Dia akan mewujudkan apa pun yang diinginkan putrinya itu, termasuk mempertemukannya dengan ayahnya, Leon.

Dengan keputusan yang bulat, Rindu akhirnya membawa Lea ke Jakarta. Selain untuk mempertemukannya dengan Leon, Lea juga bisa mendapatkan pengobatan terbaik di sana, dari pada berobat di rumah sakit daerah yang fasilitasnya kurang lengkap.

Setelah berhasil membawa Lea ke ibu kota, Rindu menitipkan putrinya itu pada orang kepercayaannya. Dia harus mendatangi rumah keluarga Leon untuk mencari tahu keberadaannya.

Begitu tiba di depan rumah Leon, hati Rindu kembali berdesir. ‘Rumah ini pernah menyambutku dengan kehangatan penghuninya. Apakah kali ini mereka juga akan menyambutku?’

“Mbak Rindu? Loh ini Mbak Rindu?” Suara seorang laki-laki membuyarkan lamunan Rindu.

Seorang satpam menyapa Rindu. Laki-laki paruh baya itu sudah bekerja puluhan tahun di rumah mewah itu, makanya dia cukup hafal dengan Rindu.

Setiap pulang ke negara ini, Leon selalu mengajak Rindu menginap di istana orang tuanya. Apalagi, Rindu juga berteman baik dengan kedua kembaran Leon, Valen dan Ellea.

Rindu tersenyum karena satpam itu masih ingat dengannya. Tanpa membuang banyak waktu. Dia pun bertanya, “Apa Pak Leon ada di sini, Pak?”

“Wah, kebetulan hari ini ada acara di rumah ini. Pak Leon ada di dalam, saya panggilkan sebentar ya!”

Rindu menunggu laki-laki itu dengan tangan gemetar. Jantungnya berpacu dengan keras membayangkan reaksi Leon saat dia memberitahunya tentang Lea.

Tak berapa lama, Satpam itu kembali dan mengajak Rindu untuk masuk menemui Leon. Rupanya, laki-laki itu tengah menggendong seorang anak perempuan cantik.

“Pak Leon!” sapa Rindu dengan mata berkaca-kaca.

Dalam hati dia ingin sekali mundur karena dia baru sadar kalau Leon punya keluarga, dan pasti kehadirannya akan merusak rumah tangga orang lain.

“Rindu. Ke mana saja kamu?” tanya Leon dengan suara bergetar.

Ada kerinduan yang sangat besar dalam diri laki-laki itu yang membuatnya tak kuasa menahan diri. “Ke mana saja lima tahun ini, Rindu?”

***

Ada yang ingat Leon? Jangan lupa like komennya, sekalian gift 😂

Terpaksa Kembali | Bab 3

Pertemuan pertama mereka setelah lima tahun berlalu, terjadi dengan sangat canggung. Rindu menundukkan kepala karena ragu harus cerita tentang Lea atau tidak. Namun, dia sudah sejauh ini, tidak adil bagi Lea kalau dia mundur begitu saja.

Leon sendiri begitu kaget dan bercampur bahagia saat mendengar Rindu datang mencarinya. Dia sudah lama menunggu momen ini, dan begitu terjadi rasanya sangat canggung sekali.

Tanpa banyak bicara, Rindu menunjukkan layar ponselnya pada Leon. “Namanya Lea, Pak. Sekarang usianya sudah empat tahun lebih!”

Mata Leon membulat sempurna saat melihat gadis kecil yang berpose centil di layar ponsel Rindu itu. Gadis kecil itu punya wajah, mata, hidung, dan bahkan bibir yang sama persis dengannya.

Leon bahkan menurunkan batita dalam gendongannya supaya bisa memperhatikan lekat-lekat wajah Lea dalam ponsel Rindu.

“Bapak bisa geser ke samping, ada beberapa video juga di sana tentang Lea!” kata Rindu menjelaskan.

Leon tidak tahu apa maksud Rindu memberikan gambar bocah itu. Tubuhnya bergetar hebat, tangannya tiba-tiba gemetaran saat menggeser layar ponsel milik mantan sekretarisnya itu.

“Ibu, Ibu maaf ya Lea pinjam HP Ibu nggak bilang dulu! Lea mau bikin video buat Ayah, semoga videonya nyampek ke ayah.” Suara Lea terdengar pelan. Mungkin saat diam-diam merekam, dia takut ketahuan Rindu dan dilarang membuat video untuk ayahnya.

“Ayah, ini Milea. Lea mau ulang tahun loh. Ayah nggak pengen datang ke ulang tahun Lea? Kata Ibu Lea punya Ayah, tapi kata temen Lea, Lea nggak punya ayah!” Gadis kecil dalam rekaman itu menunduk dan menangis.

Hal itu membuat air mata Rindu ikut berjatuhan, sama halnya dengan Leon yang membeku saat melihat gadis kecil di video itu. Tanpa Rindu bicara pun, dia tahu Lea adalah putrinya.

“Ayah masih kerja ya? Kapan Ayah pulang? Lea pernah lihat loh Ibu ngitung banyak uang. Apa uang Ayah masih kurang banyak? Tapi Ibu kan punya uang juga, Ayah. Ayah jangan kerja terus, Lea pengen ketemu Ayah!”

Hati Leon rasanya sangat sakit. Dadanya yang sesak membuat laki-laki itu tidak sanggup melanjutkan untuk menonton video itu.

“Rindu ini apa? Ini apa maksudnya Rindu?”

Rindu menghapus air matanya dengan tangan. “Saya nggak bermaksud mengganggu keluarga Pak Leon. Malam itu, saya ... saya membawa Pak Leon ke kamar hotel dan Pak Leon menodai saya. Mungkin Pak Leon nggak ingat karena saat saya bangun, Pak Leon udah nggak ada. Lea ... Lea adalah anak saya!”

“Rindu!” Leon berteriak dan kemudian berdiri. Emosinya sudah di ubun-ubun sekarang.

Wanita yang sudah lama dicari-cari, tiba-tiba muncul dan membawa sebuah kabar yang mengejutkan. Siapa yang tidak akan emosi?

Dera keluar untuk mencari cucunya yang tadi digendong Leon. Tiba-tiba matanya terbelalak saat melihat Rindu menangis di depan Leon.

Gadis kecil yang tadi digendong Leon, tiba-tiba menyentuh layar ponsel Rindu dan rekaman video itu kembali diputar.

“Ayah cepat pulang ya! Lea nggak tahu gimana cara kirim video ini ke ayah. Lea nggak tau nama Ayah siapa. Ini gimana kirimnya ya?”

“Ada apa ini?” tanya Dera yang jadi ikut bingung dengan apa yang dilihatnya saat ini.

“Milea itu anakku? Kenapa kamu nggak bilang dari awal? Kenapa tunggu sampai dia sebesar itu, Rindu? Kamu tahu nggak aku cari-cari kamu dari dulu. Kamu hilang nggak ada kabar, tau-tau kamu bawa video ini. Maksud kamu apa, Rindu?”

Leon bingung mengekspresikan perasaannya, sehingga yang terucap saat ini hanya kemarahan dan emosi saja.

“Saya nggak ada maksud apa-apa, Pak! Kalau saja Milea nggak sakit, saya juga nggak akan datang ke sini. Sebenarnya, Milea sakit parah, saya nggak tahu sampai kapan dia bisa bertahan hidup, makanya saya memberanikan diri untuk datang. Dia ingin bertemu dengan ayahnya sekali saja. Tolong Pak Leon mau datang menjenguknya. Saya janji, saya dan Lea tidak akan mengganggu keluarga Pak Leon lagi setelah ini!”

***

Gimana gaess? Udah suka belum sama ceritanya? Jangan lupa subscribe dan kasih kembang sama kopi yang banyak ya 😘😘

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!