Carine adalah seorang gadis yang berparas cantik namun harus menyembunyikan kecantikannya karena dia adalah seorang agen rahasia FBI.
Ia melanjutkan pendidikannya dengan mengambil jurusan berbeda walaupun dia sendiri sudah mendapatkan gelar doktor diusianya yang relatif muda karena tergolong anak jenius. Ia mencoba kuliah di universitas lain untuk mencari suasana baru. Tidak di sangka dia harus bertemu dengan mahasiswa berengsek yang terkenal tampan, kaya dan pemain wanita.
Pria tampan yang berjulukan prince King Orlando, yang tidak lain adalah putra mahkota raja mafia yang terkenal di Italia. Kebetulan, Carine di tugaskan sebagai agen rahasia untuk mendekati putra tunggal mafia itu untuk menangkap sang ayah yang aktor dari setiap bisnis haram yang digelutinya.
Itulah sebabnya, Carine harus menyamar menjadi seorang mahasiswa baru yang harus mengambil jurusan yang sama dengan prince Orlando.
Usia Carine yang tergolong masih muda bisa menyesuaikan dengan prince Orlando. Hanya saja ia harus merubah tampilannya dari perempuan cantik dan elegan menjadi gadis culun yang terlihat membosankan dan bahkan menjadi korban bullying oleh para wanita pengagum prince Orlando.
Pagi itu seperti biasa, Carine mendatangi kampusnya dengan penuh semangat. Tapi, langkahnya harus terhalangi oleh tiga orang primadona kampus yang terkenal sangat cantik dan seksi.
"Hei kau gadis cupu.. sini..!" panggil Belinda kekasih Orlando terlihat angkuh.
"Ada yang bisa saya bantu, nona?" tanya Carine sambil nyengir kuda memperlihatkan gigi yang terpasang behel hitam untuk menyempurnakan penyamarannya.
"Apakah kamu mau ikut kontes Miss universe mewakili negara ini?" tanya Belinda setengah meledek Carine sambil memindai penampilan Carine dari ujung kaki hingga ujung kepala.
"Maaf nona, sepertinya itu hanya bagian mimpi saja untuk saya. Tolong jangan bercanda untuk hal yang serius itu he...he...he...," ucap gadis berkacamata tebal ini sambil mengusap poninya yang menyentuh alis.
"Ayolah...! Siapa tahu kali ini konsep yang di usung di lomba kali ini memilih wanita aneh yang berasal dari planet lain sepertimu bisa memenangkan kontes ini," ledek Emily.
"Kalau kriteria lomba itu sesuai dengan kepribadian aku, mungkin aku akan mencobanya, siapa tahu aku jadi pemenangnya?" pukas Carine penuh percaya diri.
"Cih ...! Dasar gadis cupu! Dipuji sedikit saja sudah berbangga diri.
"Bukankah lomba Miss universe lebih menekankan kepada intelektual seorang wanita jenius yang membawa perubahan dunia yang akan memberikan kontribusi bermanfaat untuk seluruh umat manusia dari pada sekedar lenggak-lenggok di atas panggung untuk mempertontonkan kemolekan tubuh yang tidak lebih dari seorang wanita penjaja se*s komersial dengan otak kosong yang hanya bisa menggonggong karena di dukung pria tak bermoral dan terkesan murahan, bukan?" sarkas Carine membuat Belinda, Emily dan Patricia mengepal kedua tangan mereka dan siap meninju wajah Carine yang langsung mengelak hingga mengenai wajah tampan Orlando yang berada di belakang Carine
Bukkk.....
Ketiga gadis itu langsung terkesiap melihat Orlando memegang tulang hidungnya yang serasa hampir patah.
Mata Belinda melebar saat menyadari bogem mentahnya salah sasaran yang menimpa sang kekasih.
"Oh sorry baby...!" Belinda mendekati Orlando sambil mengelus rahang kekasihnya, namun langsung ditepis oleh Orlando terlihat tidak suka menahan geram.
Alih-alih ingin memarahi Belinda yang salah meninju hidung mancungnya, justru Orlando menarik tangan Carine secara kasar membuat gadis culun ini
terlihat syok.
"Sini kamu gadis brengsek...!" geram Orlando menggeret tangan Carine yang langsung menghempaskan tangannya dari cengkraman tangan Orlando.
"Kau mau apa hah..?!" bentak Carine tampak kesal.
"Lihatlah apa yang kamu perbuat! Hidungku hampir saja mau patah gara-gara kamu mengelak," omel Orlando seraya mendekati wajah Carine yang sedikit menjauh dari wajah Orlando hingga tubuh jenjangnya condong ke belakang.
"Cih...! Mana aku tahu kalau kamu ada di belakangku...?" elak Carine seraya mengeratkan bukunya dalam pelukannya agar tidak tersentuh dada bidang Orlando.
"Aku tadi hanya ingin menjagamu agar tubuhmu yang loyo dan tak bertenaga itu tidak terjatuh di lantai jika ditonjok oleh kekasihku Belinda," dalih Orlando apa adanya.
"Hah...?! Sejak kapan playboy kelas dewa sepertimu tiba-tiba berubah jadi pahlawan? Emangnya aku minta empati kamu?" menarik diri dari Orlando dengan bersikap jijik.
Lengan Carine kembali di cengkram oleh Orlando saat gadis ini hendak pergi dari hadapannya hingga kacamata Carine hampir terlepas. Orlando sempat menatap bola mata indah milik Carine, namun gadis ini buru-buru membenahi kacamatanya.
Jantung Orlando berdetak kencang. Perasaannya terasa beda setiap kali berdekatan dengan Carine yang memiliki pesona kuat dibalik penampilannya yang culun.
"Sial...! Jangan sampai aku jatuh cinta sama gadis culun menjijikkan ini," batin Orlando mendorong tubuh Carine karena melihat gigi gadis ini terlihat tonggos dengan behelnya yang melekat di giginya.
Sebenarnya Carine merasa sangat tersinggung dengan sikap Orlando padanya, namun demi penyamarannya yang dituntut sempurna membuat Carine harus lebih banyak bersabar dengan sikap kasar Orlando yang hanya memandangnya sebelah mata.
"Cih...! Kalau tidak ingat profesiku sebagai agen rahasia, aku sudah ingin mencakar wajah murahanmu itu," umpat Carine harus mengalah pada Orlando dan gengnya setiap hari jika mendatangi kampusnya.
Karena kelas sebentar lagi di mulai, Carine segera masuk ke kelasnya dan duduk menyendiri tanpa ingin didekati oleh siapapun.
"Hei...kau bangun! Itu tempat dudukku!" usir Remon teman gengnya Orlando.
Carine dengan patuh sambil tertunduk meraih tas dan bukunya pindah ke bangku yang paling belakang. Semua teman wanitanya tertawa terbahak-bahak melihat kegugupan Carine yang di usir sana-sini oleh teman kelasnya.
"Mampus kamu...!" sinis Belinda sambil menarik sudut bibirnya.
"Dasar tonggos ...!"
"Menjijikkan...!"
Umpat teman kelasnya sambil menyeringai licik..
Drettttttt......
"Tidak....tidak.....!" pekik Carine terbangun dari mimpi buruknya sambil terduduk lemas di atas tempat tidurnya.
"Sial...! Ternyata hanya mimpi buruk," desis Carine dengan nafas tersengal lalu meraih ponselnya.
"Hallo...mommy!" sapa Carine sambil menarik nafas dalam.
"Sayang. Apakah kamu bisa menemani mommy memenuhi undangan makan malam oleh teman dekat mommy?" tanya nyonya Adeline.
"Aduh mommy! Aku saat ini sedang sibuk menerima misi dari bosku," tolak Carine yang tidak suka melihat ibunya ingin menikah lagi.
"Tolonglah mommy sayang...! Franco ingin sekali bertemu denganmu. Tolonglah mommy sekali ini saja!" pinta nyonya Adeline setengah memaksa putrinya.
"Baiklah mommy. Tapi, aku tidak bisa memperlihatkan wajah asliku pada kekasih mommy itu karena profesiku," pinta Carine.
"Baiklah. Tidak masalah, sayang. Mommy mengerti tuntutan pekerjaanmu. Mommy tunggu nanti malam di restoran Altius pukul 7 malam," ucap nyonya Adeline.
"Ok mommy!"
Carine segera bersiap-siap setelah beristirahat sebentar ditemani mimpi buruk yang sama setelah dua tahun berlalu usai lulus dari universitas ternama di Canada.
Seakan tak peduli dengan panggilan ayahnya yang memintanya untuk menemui calon ibu tirinya di restoran, Orlando nampak terlena dengan teman-temannya yang asyik mengadakan lomba balap liar yang berlangsung tiap akhir pekan.
Satu orang gadis dengan penampilan setengah telanjang menjadi wasit dengan mengibaskan bendera sebagai acuan untuk mengadu dua orang lawan yang sedang bertaruh di arena balapan motor itu.
Suara gas motor terdengar menggema memekik telinga dengan sorak-sorai para pendukung masing-masing kubu yang akan memenangkan pertandingan balap motor malam ini.
"Uhhhh....ayo...terus gas....! Orlando...kamu bisa....!" pekik teman-temannya Orlando baik wanita maupun pria saling berpelukan menyampaikan ekspresi mereka dengan teriakan serta tawa.
Setelah memenangkan beberapa kali balap motor dengan lawan gengnya, Orlando nampak bangga dan puas karena belum ada yang bisa menyainginya.
Bayaran dollar secara kontan diterimanya dari lawannya sambil mengecup bibir wanitanya yang akan menjadi teman minum dan teman tidurnya malam ini.
"Sayang. Apakah kita tidak pergi ke klub malam ini?" Tanya Sandra kekasih baru Orlando.
Baru saja Orlando mau menjawab pertanyaan kekasihnya, tiba-tiba ada notifikasi pesan masuk ke dalam ponselnya.
"Sebentar...!" Orlando melepaskan pelukan tangan Sandra yang bergelayut manja di lengan kekarnya.
Orlando membaca pesan masuk dari sang ayah, dengan deretan pesan penuh nada ancaman padanya.
"Kau mau daddy ambil alih kembali semua perusahaanmu atau kau harus datang ke restoran yang daddy minta?!" ancam tuan Franco.
Wajah tampan Orlando terlihat kelam dengan gigi gemeretuk menahan geram." Dasar sampah..! Siapa lagi wanita ja**g kali ini yang mencoba menaklukkan hatimu? Dia akan menerima akibatnya jika berani menjadi ibu tiriku," maki Orlando kembali lagi ke motornya dan langsung kabur tanpa pamit kepada sang kekasih apa lagi geng motornya.
"Orlando...!" kejar Sandra yang tidak ingin ditinggal begitu saja oleh Orlando.
"Sial...! pasti si tua bangka itu lagi yang memintanya pulang," umpat Sandra menghentakkan kakinya dengan hati kesal dan wajah merengut.
Pukul tujuh malam Carine dan nyonya Adeline mendatangi restoran Altius yang berada di tengah kota. Tuan Franco menyambut kedua wanita itu dengan penuh antusias.
"Selamat malam....!" sapa Franco pada Adeline seraya mengecup mesra pada wanita yang akan menjadi calon istrinya.
"Malam baby..! Kenalkan ini putriku Carine..! Carine. Kenalkan ini Franco Gilardino.
Mata Carine langsung melebar dengan jantung berdegup tak karuan.
"Carine..!"
"Franco!"
Keduanya saling berjabat tangan sambil menyebutkan nama mereka masing-masing. Tatapan Franco terlihat datar melihat wajah Carine sangat jauh berbeda dengan Adeline yang terlihat sangat cantik malam ini.
"Silahkan duduk sayang..!" Franco menarik kursi untuk Adeline.
"Terimakasih baby!" ucap Adeline.
Keduanya duduk dan nyonya Adeline terlihat ceria saat membuka obrolan hangat antara mereka berdua.
"Astaga mommy...! Kenapa seluruh pria yang mommy kencani, kenapa Mafia ini yang mommy pilih menjadi calon ayahku," gerutu Carine karena putra dari Franco adalah pria menyebalkan yang selalu bully dirinya.
Orlando yang baru datang ke restoran itu disambut oleh dua orang pelayan wanita yang terlihat cantik dengan senyum ramah mereka pada Orlando yang selalu berwajah datar.
Langkah kaki tegap itu melangkah dengan gagah menuju meja di mana ayahnya berada bersama nyonya Adeline dan putrinya Carine.
"Oh iya. Itu putraku Orlando...!" tuan Franco berdiri sebentar untuk memperkenalkan putranya yang baru datang untuk bergabung makan malam dengan mereka.
Carine menahan nafasnya sambil memejamkan mata karena bertemu lagi dengan pria menyebalkan yang sulit ia lupakan. Orlando memang sudah bertemu dengan nyonya Adeline tapi tidak dengan Carine.
"Orlando. Kenalkan itu putrinya Adeline yang akan menjadi saudara tiri kamu...!"
Orlando menatap wajah cupu gadis yang menjadi korban bullying dari dirinya dua tahun lalu.
"Kau....!" sentak Orlando begitu syok bertemu lagi dengan wajah wanita membosankan yang kadang singgah dalam tidur lelapnya.
Untuk memberikan kesan yang baik pada calon ayah tirinya, Carine mencoba bersikap tenang seraya menyodorkan tangannya hendak bersalaman dengan Orlando.
"Hai Orlando...! apa kabar...!" tawa Carine kembali pada sikap khasnya yang suka cengar-cengir tak karuan sambil membenahi kacamata tebalnya.
"Apakah kalian sudah saling mengenal satu sama lain?" tanya tuan Franco begitu senang melihat putranya sudah mengenal calon anak tirinya itu.
"Hanya teman kampus tak penting," santai Orlando membuat Carine hanya menarik nafas berat.
Tanpa permisi, Orlando sudah membasahi kerongkongannya dengan sampanye yang ada di hadapannya.
"Syukurlah kalau kalian sudah mengenal satu sama lain. Berarti kalian tidak perlu banyak beradaptasi untuk menjadi saudara tiri," ucap tuan Franco membuat Orlando tersedak.
Uhukkk....uhuk...uhuk...
Orlando mengusap dadanya yang terasa sesak mendengar ucapan ayahnya yang terdengar humoris dan itu sangat membuatnya muak. Sementara Carine dengan santainya menyuapi mulutnya dengan potongan daging stik untuk menghilangkan groginya.
"Minggu depan Daddy akan menikahi wanita kesayangan daddy yang cantik ini, nyonya Adeline. Daddy harap kalian berdua mulai sekarang harus lebih akrab satu sama lain!" pinta tuan Franco penuh harap.
"Apakah tidak ada lagi wanita lain selain ibu dari wanita jelek kampungan ini yang pantas menjadi istrinya daddy? Tinggal serumah dengan wanita menjijikkan ini membuat darah tinggi ku kumat setiap saat," canda Orlando penuh ejekan pada nyonya Adeline dan Carine yang tetap sabar setegar tembok raksasa China.
"Sudahlah Orlando...! Jaga sikapmu...! Mulai detik ini kita berempat adalah satu keluarga," jelas tuan Franco mengakhiri makan malam mereka dengan makanan penutup sambil bersulang minuman sampanye.
"Permisi mommy...! Aku mau ke toilet sebentar," pamit Carine berjalan cepat seperti orang yang pura-pura kebelet pipis membuat Orlando hanya menarik sudut bibirnya.
"Entah dari planet mana wanita itu dilahirkan. Mengapa ibunya sangat cantik tapi dia sama sekali tidak terlihat kecantikan yang diwariskan ibunya. Bahkan terkesan seperti anak adopsi." Senyum smirk itu terlihat meremehkan seorang agen rahasia FBI ini.
Di dalam toilet, Carine menatap wajahnya yang benar-benar terlihat culun. Ia merasa menyesal karena berpenampilan menjijikan seperti malam ini.
"Jika tahu aku akan bertemu lagi dengan penjahat kelamin itu, harusnya aku akan tampil semaksimal mungkin untuk mematahkan sikap angkuhnya yang selama ini merendahkan harga diriku," gerutu Carine segera beranjak keluar menemui lagi kelurga barunya.
Baru saja Carine melangkah keluar dari toilet, tubuhnya kembali didorong oleh Orlando hingga terbentur ke sudut ruangan dalam toilet mewah itu.
"Dengar gadis cupu...! bilang pada ibumu untuk menggagalkan rencana pernikahannya dengan daddyku karena kamu sama sekali tidak pantas menjadi adik tiriku!" ancam Orlando sambil mencekik leher jenjang Carine yang mengeluarkan aroma bunga segar menguar lembut menghipnotis pikiran Orlando yang semula tegang berubah lunak.
"Dengar bajingan...! Sedikitpun aku tidak pernah bermimpi untuk bertemu denganmu lagi, apa lagi untuk menjadi adik tirimu. Ah ya...! Aku malah setuju mommyku menikah dengan om Franco agar kita bisa menjadi sebuah kelurga, mengesankan, bukan? huff...! meniupkan udara ke wajah Orlando. Bagaimana kakak tiriku..?!" senyum angkuh Carine segera mendorong tubuh Orlando secara kasar menjauhi tubuhnya.
Pernikahan kedua orangtuanya telah usai. Kini pasangan pengantin usia paruh baya itu berlangsung meriah di hotel milik tuan Franco. Kini acara pesta itu dilanjutkan dengan acara dansa.
Sebagai gadis culun, tentu saja acara seperti itu tidak begitu disukai oleh Carine. Ini Dia lebih memilih menyendiri di kamar hotel yang sudah disiapkan pihak hotel untuk kelurga pengantin.
Bahkan Carine sudah mengenakan piyama tidur dengan melepaskan semua atribut penyamarannya dan menjadi dirinya sendiri.
Kecantikan gadis ini benar-benar terlihat begitu mempesona. Matanya yang indah berwarna biru dipadu hidung mungil dengan iris tebal dibuat teratur. Kulit mulus dengan dagu lancip dan membuatnya makin mempesona adalah bibirnya yang sensual berwarna pink segar.
Ting...tong....
Carine segera membuka matanya yang baru saja terpejam. Ia segera beringsut turun dari tempat tidurnya untuk melihat siapa yang mendatangi kamarnya.
"Apakah itu mommy?" tebaknya namun juga sedikit ragu. Carine mengintip celah pintu untuk melihat tamunya.
"Astaga...! Kenapa berandal itu harus ke kamarku?" umpat Carine terlihat gugup karena ia tidak lagi mengenakan atribut penyamarannya.
"Dia mau apa? Bukankah tadi dia bersama dengan kekasihnya? Kenapa harus mencariku? Ah..! lebih baik tidak usah ditanggapi. Tidak ada untungnya bicara dengan berandal sialan itu."
Carine memilih tidur lagi dan mengabaikan Orlando yang mengulangi memencet bel pintu kamarnya beberapa kali untuk memanggilnya.
"Apakah si culun itu sudah tidur? Kenapa dia meninggalkan aku dilantai dansa? padahal aku ingin sekali mengajarinya untuk berdansa. Siapa tahu gadis perawan itu tidak pernah mengenal satu pria manapun yang mengajaknya dansa apa lagi tidur."
Orlando menyeringai licik saat mengingat pria bodoh mana yang akan mencium bibir gadis menjijikkan seperti Carine.
"Aku akan membuatmu menderita hingga ibumu akan meminta daddyku menceraikannya," batin Orlando penuh rencana. Pria tampan ini kembali lagi ke kamarnya karena ia juga jenuh mengikuti pesta pernikahan ayahnya.
Keesokan harinya, Franco mengajak istri barunya bersama anak tirinya ke mansion mewah miliknya. Rumah yang terlihat indah itu berada di dekat daerah pesisir pantai.
"Sayang.Mulai sekarang apa yang aku miliki akan menjadi milik kalian juga. Jangan pernah sungkan untuk melakukan apapun disini termasuk meminta pelayan untuk membantu apa yang kalian butuhkan.
Aku sudah meminta mereka melayani kalian berdua sama halnya mereka melayani aku dan Orlando. Kalian paham?" ucap tuan Franco pada Adeline dan putrinya Carine.
"Terimakasih sayang. Aku mencintaimu..!" ucap nyonya Adeline mengecup bibir suaminya.
Barang-barang mereka dibawa oleh pelayan. Franco mengantar Carine untuk menempati kamar yang cukup luas dengan few menghadap ke arah pantai.
"Ini kamarmu sayang. Semoga kamu menyukainya," ucap tuan Franco seraya membuka pintu kamar milik putri tirinya itu.
"Terimakasih paman...oh sorry, daddy," ralat Carine tersenyum canggung membuat tuan Franco dan nyonya Adele tersenyum geli.
"Tidak apa sayang. Kamu sedang belajar menerimaku sebagai ayahmu," ucap tuan Franco memaklumi sikap Carine padanya.
"Terimakasih daddy. Boleh aku istirahat?" pamit Carine.
"Silahkan....! Tapi, setengah jam lagi kita akan malam bersama sebagai keluarga," ucap tuan Franco sambil merengkuh pinggang istrinya meninggalkan Carine yang langsung menutup pintu kamarnya.
Baru saja Carine menutupi pintu kamarnya, tiba-tiba seseorang mengetuk pintu kamarnya lagi membuat ia harus membukanya lagi.
Deggg....
"Kau...! Mau apa ke kamarku?" ketus Carine berusaha mendorong pintu kamarnya, namun separuh tubuhnya Orlando sudah berada diantara daun pintu.
"Aku ingin bicara sesuatu denganmu. Ijinkan Aku masuk." Orlando mendorong pintu kamar Carine hingga terbuka lebar.
"Kau mau apa?" tanya Carine jengah.
Orlando menghempaskan tubuhnya ke kasur empuk milik Carine yang belum merasakan kenyamanan kasur barunya itu dengan interior kamar layaknya kamar hotel bintang lima. Carine memilih duduk di sofa menunggu omong kosong apa yang akan disampaikan Orlando padanya.
"Katakan..! Apa yang kamu inginkan..? Aku mau mandi," ucap Carine memberi alasan.
"Kamu mandi tidak mandi sama saja. Wajahmu tetap terlihat menjijikkan," batin Orlando.
"Aku ingin mengajakmu ke tempat tongkrongan teman-temanku. Aku harap kamu mau ikut agar mereka bisa mengenalimu sebagai adik tiriku," ucap Orlando.
"Tidak bisa. Aku punya pekerjaan sendiri. Aku tidak perlu mengetahui siapa teman-temanmu yang tidak penting itu," ucap Carine.
"Ayolah. Siapa tahu ada yang naksir kamu di sana..!" desak Orlando setengah memaksa.
"Aku tidak punya impian untuk mendapatkan kekasih. Tolong tinggalkan kamarku...!" usir Carine.
"Apakah kamu lesbi?" ledek Orlando.
"Itu sangat menjijikkan. Otakku masih waras dan aku tidak punya orientasi se*sual seperti dugaanmu," ketus Carine dengan nafas tersengal.
"Kalau begitu. Ikutlah denganku...! Atau Aku akan tidur di sini denganmu untuk memastikan kamu wanita normal atau tidak," lagi-lagi Orlando mengejek Carine.
"Baiklah. Usai makan malam aku ikut denganmu, anak manja!" memutar mata malas dengan wajah terlihat suntuk.
"Bagus. Aku tunggu."
Orlando meninggalkan kamar Carine dengan senyum miring. Entah apa yang sedang direncanakan oleh Orlando pada Carine yang masih harus bersabar pada pria menyebalkan ini.
"Hufftt...!" menghembuskan nafas kasar ke atas hingga poni rambutnya sedikit bergerak melayang.
...----------------...
Satu jam kemudian, Carine sudah siap dengan mengenakan celana jins biru dongker ketat dibalut kaos hitam dengan potongan leher rendah hingga memperlihatkan leher jenjang yang sangat mulus dan dada sekang terlihat begitu menonjol.
Rambutnya sengaja di gulung dengan jaketnya sengaja di tenteng di lengannya. Sepatu boot coklat dan tas selempang hitam bertengger di pinggang rampingnya.
Tok...tok...
Pintu kamar dibuka dan terlihatlah tampang Orlando yang membuat jantung Carine berdegup kencang saat melihat pesona pria tampan ini yang selalu melulu lantahkan jiwa mudanya namun segera ditepisnya.
Begitu pula dengan Orlando yang hampir tak berkedip memindai penampilan Carine yang tidak pernah ia melihat sebelumnya sekeren malam ini walaupun Carine masih menyamar sebagai gadis culun.
"Astaga...! Tubuhnya sangat indah bahkan mengalahkan model papan atas. Sayang sekali tubuh indah ini tidak didukung dengan wajah yang cantik," sesal Orlando.
"Apakah kita jadi berangkat?" tanya Carine membuyarkan Orlando yang sempat melamun dengan fantasi liarnya.
"Hmm...!"
Carine berjalan mendahului Orlando yang memperhatikan bokong indah milik Carine yang langsung membangkitkan ular berbisa yang langsung tegak mengacung mengeras di balik celana jeans miliknya.
"Sial....! Kenapa gadis ini membuat aku jadi gagal fokus? Kalau tampilannya seperti ini, bisa-bisa teman-temanku akan melecehkannya," ucap Orlando antara cemburu atau perhatian layaknya seorang saudara tiri.
"Tunggu...! Jangan pakai jaket...! Pakai mantel saja...!" pinta Orlando terlihat posesif.
"Ini bukan musim dingin. Untuk apa harus pakai mantel," protes Carine.
"Ikuti perintahku karena aku adalah kakakmu. Aku tidak mau ada yang memanfaatkan keluguanmu jika kamu berpenampilan seperti itu," ujar Orlando dengan wajah datarnya.
"Jaketku cukup panjang untuk menutupi bokongku. Jadi, jangan cemaskan aku karena aku bisa menjaga diriku," cuek Carine langsung menuruni anak tangga.
Keduanya sudah berada di dalam mobil menuju ke tempat pesta yang diajak Orlando di mana tempat gengnya selalu berkumpul.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!