NovelToon NovelToon

Cinta Si Kembar

1. Berandalan

"Yen sampeyan bisa ngalahake aku. Aku ora bakal ngganggu sampeyan meneh!"(Kalau kamu bisa mengalahkan aku. Aku tidak akan mengganggumu lagi!") Ucap lelaki itu dengan sombongnya, sambil mendribble bola basketnya.

"Nyapo kowe arep ngalahke aku?"(Kenapa kamu mau mengalahkan aku ?)

"Aku penasaran saja, kata anak-anak kamu jagonya main basket !"

"Oke gw terima tantangan mu!" Ucap sang gadis sambil menggulung lengan baju sekolahnya.

"Satu lawan satu!"

"Siapa takut."

Pertandingan pertama si gadis ketinggalan nilai dengan skor 10 - 5.

"Ayo Rev , sudah cukup main-mainnya." Ucap Qila sambil memberikan minuman.

"Oke!"

Dengan lincah si gadis merebut bola basket dan memasukkan bola dengan posisi yang di luar garis. Otomatis membuat poinnya langsung bertambah 3 angka , tidak sampai di situ secara berturutan dia dengan mudah memasukkan bola. Dengan lincah si gadis merebut bola, lagi dan lagi tanpa memberikan kesempatan buat lawannya untuk menambah poinnya.

"Bagaimana masih mau lanjut 10 - 25." Ucap gadis dengan tersenyum meremehkan.

"Sialan aku ngaku kalah, Kenalkan nama aku Waloyo pindahan dari Jogjakarta !" Ucapnya sambil mengulurkan tangannya.

"Reva ! Jangan macam-macam sialan!" Ucap Reva dengan membanting si cowok ke lantai lapangan sekolah yang keras.

Tidak tanpa sebab Reva membanting si cowok, karena si cowok memberikan kode mesum di tangannya.

"Reva!"Teriak seorang guru laki-laki yang kebetulan lewat di lorong sekolah.

"Mati aku,"ucap Reva sambil menutup wajahnya. Dengan masih berdiri di tengah lapangan basket.

"Kamu itu ya! Ikut bapak sekarang !"

Tanpa muka bersalah Reva berjalan di belakang sang guru.

"Apa lagi sekarang ?" Tanya sang guru setelah masuk ke ruang guru, yang juga ruang kesiswaan .

"Dia berusaha melecehkan aku dengan mengelus tanganku."

"Duh Gusti, ketoke sampeyan salah ing katresnan gender."(Ya Allah, sepertinya Kamu itu salah ngasih jenis kelamin.)

"Om lebay." Iya sang guru adalah Om nya sendiri, karena itu dia tidak takut sama sekali.

"Aku akan bilang sama kakak, biar kamu di hukum !"

"Jangan,om Niko saja yang menghukum aku!"

"Kamu menulis pakai bahasa Belanda,'Aku tidak akan mengulangi perbuatanku lagi! Ingat pakai bahasa Belanda 500 kalimat !"

"Ik zal mijn acties niet nog een keer herhalen,"ucap Reva lancar.

"goed kind ."

"Awas jangan bilang bunda !"

"Aku mau tulisan itu berada di sini besok pagi !"

"Oke sekarang aku mau kembali ke kelas !" Tanpa menunggu jawaban si gadis langsung berlari ke luar.

"Kali ini Lo di hukum apa?" Tanya Qila yang langsung menghampiriku , saat aku keluar ruangan om Niko.

"Menulis 500 kalimat 'Aku tidak akan mengulangi perbuatanku lagi! Harus selesai besok pagi !"

"Sini aku bantu,"ucap Qila.

"Aku juga akan bantu,dan kedua teman ku siap membantu !" Ucap Waloyo juga menghampiriku bersama temannya. Kami berjalan bersama meninggalkan ruang kesiswaan .

"Oke karena kita berlima jadi ,satu orang satu 100 kalimat. Nanti aku kasih contoh tulisannya."

"Emang Kami anak TK harus di kasih contoh,"ucap Waloyo.

"Emang kamu bisa menulis dalam bahasa Belanda ?"

"Apa dalam bahasa Belanda,!"ucap ketiga laki-laki bersamaan.

"Iya."

"Hehe tidak."

"Ayo kita mulai di perpustakaan saja!"Ajak Qila yang disetujui oleh mereka.

"Tapi bagaimana kalau nanti ketahuan bukan tulisan mu?" Tanya salah satu anak laki-laki.

"Pak Niko tidak bilang kalau 500 kalimat itu aku harus tulis dengan tanganku sendiri."

"gokil. Aku suka jawabanmu!" Jawab para lelaki.

"Kalian dari kelas apa,?" tanya Qila.

"Kelas 10 IPS 2 ," ucap Waloyo.

"Kami kelas."

"Kami udah tahu kalian kelas 10 IPA 1." Ucap Waloyo memotong ucapan Qila.

"Kalian berdua bernama siapa,?" tanyaku.

"Aku Aziz dan temanku Imran."

Mereka berlima menulis di perpustakaan sambil bercanda, sampai jam istirahat selesai baru mereka berpisah. Setelah pulang sekolah mereka melanjutkan kegiatan menulisnya di pos satpam.

"Terima kasih atas bantuannya, sebagai ucapan terima kasih aku traktir kalian bakso mau!"

"Oke!"

Mereka menikmati bakso sambil bercanda dan baru pulang saat adzan ashar. Reva berhenti di mushola dan melaksanakan sholat asar sebelum pulang, karena itu dia baru sampai rumah sekitar jam 4 sore.

"Assalamualaikum, bunda aku pulang !"

"Walaikumsalam sayang."

"Sudah sholat ashar ?"

"Udah bunda tadi pas pulang mampir di mushola."

"Assalamualaikum !"

"Walaikumsalam."

"Bagus anak perempuan jam segini baru pulang sekolah." Suara ayah yang baru masuk ke dalam rumah.

" Emang kenapa yah baru juga jam 04.00 sore belum tengah malam." Ucapku santai sambil melirik gadis di belakang ayah.

"Kalau pulang sekolah itu langsung pulang, jangan kelayapan kayak berandalan saja. Lihat kakakmu dia pulang tepat waktu jam 01.00 sudah sampai di rumah. Kamu jam segini baru sampai rumah !"

"Sayang masuk sana mandi biar seger, bunda mau bicara sama ayah."

"Tapi Bun!"

"Bunda bilang ,masuk kamar mandi bersihkan badan!" Dengan malas aku masuk ke dalam kamar bukan untuk mandi, tetapi aku membuka kecil pintu kamarku untuk menguping pembicaraan mereka.

"Lihat sikapmu yang terlalu memanjakannya, aku belum selesai bicara malah kamu suruh masuk saja!"

"Dia anakku, aku akan urus sendiri. Mas lebih baik pulang urus istri dan anak mas!"

"Kamu masih istriku, istriku sah ku dan aku berhak mengurus mu dan anak kita!"

"Terus kalau aku masih istri mu, Mas mau apa bukannya sekarang Mas sudah punya istri dan anak. Lebih baik mas pulang dan urus istri mas yang lagi hamil besar di rumah!"

"Farah kamu sekarang pulang ayah mau bicara sama bunda !"

"Tapi yah!"

"Ayah bilang pulang!"

Dalam hati aku tertawa ngakak mendengar penolakan Farah saat disuruh Ayah pulang.

"Kenapa sih kamu sekarang selalu membantah Mas kalau lagi ngomong?" Ucap Ayah dengan nada lembut, tidak seperti tadi yang teriak-teriak.

"Mas mau jawaban jujur apa nggak?"

"Yang pasti ya jujur lah."

"Cintaku, sayangku ke mas sudah pudar sejak emas menikah dengan janda itu."

Ucap Bunda dengan suara tenang, membuatku sakit hati bila mengingat kelakuan Ayah beberapa bulan yang lalu. Tanpa angin tanpa sebab Ayah tiba-tiba minta izin untuk menikah lagi. Dengan alasan yang tidak masuk di akal hanya karena ingin memiliki seorang anak laki-laki.

"Dek jangan begitu dong! Kamu tahu sendiri keluargaku kepingin punya keturunan laki-laki ,sedang kamu dua kali keguguran!"

"Tapi tidak dengan menikah lagi kan Mas? Apa Mas bisa jamin yang dikandung janda itu adalah anak lelaki?"

"Mas sih tidak bisa menjamin, tapi Mas kemarin program untuk anak laki-laki."

"Ingatlah Mas ,meskipun Mas adalah dokter kandungan yang sangat terkenal di kota ini. Mas tetaplah manusia yang hanya bisa berencana dan berusaha ,Allah lah yang menentukannya hasilnya."

"Aku tahu ,kalau begitu bagaimana kalau kita program anak laki-laki!"

"Aku sudah pasang KB IUD untuk beberapa tahun kedepan." Ucapan Bunda membuatku ingin tertawa. Syukuri tu yah, bikin anak saja sama istri muda mu?

"Jadi kamu sekarang bener-bener tidak mau hamil anak mas?"

"Bukannya tidak mau hamil. Aku cuma memberikan kesempatan buat istri muda mas untuk memberikan anak laki-laki buat mas !"

"Sekarang kamu iku mas ke kamar." Ucap ayah sambil menarik tangan bunda, ingin aku menghentikan tapi aku takut. Tapi menurut aku selama ayah tidak melukai fisik,aku akan diam. Ahkirnya aku memutuskan untuk masuk lagi ke dalam kamar.

"Aku tidak mau!"

"Ingat kamu masih istriku sah, jadi kamu masih punya kewajiban untuk melayani mas !"

"Mas!"Teriakan bunda membuatku semakin penasaran.

Aku Yang penasaran dengar teriakan Bunda, langsung membuka pintu dan melihat ayah sedang menggendong Bunda dan dibawa ke dalam kamarnya.

Aduh pasti pertunjukan 21 plus.

Baru saat terdengar adzan maghrib Ayah dan Bunda keluar dari kamar dengan rambut basah.

Perkenalkan aku Revalina Hamid, anak dari dokter kandungan Iksan Hamid dan Wiwit seorang guru SD.

2. Bolos

Hidup di lingkungan yang tidak sehat itu lah yang kurasakan sekarang. Bukan tidak sehat karena polusi udara, seperti yang sekarang lagi ramai di alami di kota besar. Tapi tidak sehat karena aku dan bunda harus berbagi ayah dengan tetanggaku. Saat awal aku masuk SMA ayah minta ijin bunda, untuk menikah lagi dengan perawat di tempatnya bekerja sekaligus tetanggaku.

Sudah 3 tahun lebih bundaku di madu, aku tidak tahu apa yang membuat bunda ikhlas dan terima saja di madu. Tapi sejak ayah menikah lagi , membuat hubunganku dengan ayah menjadi renggang. Padahal aku dulu sangat dekat dengan ayah. Mungkin Karena ayah harus membagi waktunya di rumah bunda seminggu,di rumah istri mudanya seminggu.

"Malam ini ayah makan malam di rumah, bunda minta tolong kakak jangan keluar rumah ya!"

"Kok makan malam di rumah kita? Bukannya minggu ini giliran istri mudanya ya bun?"

"Mama Farah lagi ke Yogyakarta nengok Farah, sekalian ada pelatihan perawat di Jogjakarta selama 3 hari."

"Pantas !" Farah perempuan yang usianya diatas ku 2 tahun,anak janda yang telah menggoda ayah. Tapi ayah aja juga yang ganjen, mau di godain sampai perempuan itu hamil duluan. Tapi sayangnya calon anak ayah meninggal saat berumur sebulan, karena ada masalah dengan jantungnya.

"Reva jaga sikap di depan ayah ya, demi bunda!"

"Reva usahakan ya bun!"

Aku segera menghabiskan sarapan ku sebelum berangkat ke sekolah dengan motor matic ku. Motor hadiah ulang tahunku yang ke 17 tahun dari ayah.

"Bete aku, bolos yuk!" Ucapku pada teman-temanku saat kami nongkrong di kantin.

"Seorang Revalina mengajak bolos! Dengan senang hati gw siap-siap ni." Ucap Waloyo semangat 45.

"Kamu tidak takut dengan Om Niko kalau ketahuan bolos Rev ?"

"Ya jangan sampai ketahuan lah,Qil. Lagian dari kemarin setelah ujian Nasional gak pelajaran ini,"jawabku.

"Ya udah biar gak ketahuan kita bolosnya setelah ketua kelas kalian, mengabsen saja bagaimana ?" Aku langsung mengaguk menyetujui usulan Waloyo.

Setelah di absen aku kabur dengan teman-temanku. Tadinya Qila menolak,tapi berkat rayuan Aziz ahkirnya dia ikut. Kamu menghabiskan hari ini dengan bermain di wahana permainan yang ada di mall.

"Eh adzan dhuhur, aku sholat dulu ya. Kalian mau sholat gak?"

"Aku lagi datang bulan Rev."

"Ya udah kalian yang gak sholat disini saja temanin Qila!"

"Kita sholat bareng aja yuk!" Ushul Imran, yang di angguin Aziz. Kecuali Waloyo yang memang beragama Nasrani. Kami memang bandel,tapi kami tetap melaksanakan kewajiban kami meski kadang suka telat.

"Revalina Hamid !" Ucap suara membuatku langsung membeku saat hendak memakai sepatu setelah sholat Dzuhur.

Mampus aku!

"Ini baru jam 12 lewat, kok kamu sudah berada di mall?"

"Aku ,aku .."

Jujur pasti kena omel,gak jujur bisa tambah hukumannya.

"Sudah ga ada pelajaran ayah, kan kemarin baru selesai ujian nasional !"

"Bener tidak bolos kamu?"

"Ya Reva sih memang pulang duluan setelah di absen. Tapi karena ga ada pelajaran di kelas aja yah, makanya Reva pulang duluan."

"Ayah akan tunggu di rumah!"

"Ayah gak kerja ?"

"Ayah ada janji ketemu dengan teman ayah."

"Sudah selesai sholatnya Iksan ?" Tanya perempuan cantik yang seumuran ayah, datang menghampiri ayah.

"Sudah !" Jawab ayah singkat.

Wah kesempatan kabur ini .

"Revalina mau kabur ke mana kamu !" Suara ayah menggelegar seperti suara toa masjid.Tapi masih merdu suara toa masjid tidak menggelegar seperti suara ayah yang mirip guntur.

"Tidak kabur cuma memberikan privasi, siapa tau ada yang mau di bahas penting." Ucapku sambil tersenyum semanis mungkin.

"Dia siapa Iksan, jangan bilang calon istri mu?"

"Calon istri anda gak salah ngomong? Memang muka saya kelihatan tua apa?"

"Tidak sih tapi barusan Iksan membahas mengenai istrinya!"

"Dia putriku."

"Tidak salah ?Hai bocah berapa umur mu?"

Tadi ngatain aku calon istri ayah, sekarang ngatain aku bocah dasar perempuan gak waras.

"17 tahun lebih 3 bulan,"jawabku malas.

"Gila umur berapa sih Lo nikah ?"

"Reva sekarang kamu pulang!"

"Iya." Aku berjalan menjauh dari ayah. Tapi begitu aku melihat ke belakang dan ayah berjalan berdua dengan wanita itu ,aku langsung mengikuti ayah.

"Lo mau kemana ?" Tanya Qila yang berjalan mengikuti ku.

"Mengikuti ayah." Ucapku sambil menunjuk ke arah ayah dan perempuan tadi. "Kemana yang lain?"

"Lagi nyari tiket buat nonton."

"Aku mau jadi detektif dulu,aku gak mau punya ibu tiri lagi .

...----------------...

"Yakin dia putri mu beda umur kalian cuma 17 tahun lo?"

"Anak angkat ku dan Wiwit,"ucap Iksan lirih.

"Oh karena setahuku, kalau anakmu hidup seharusnya berumur 12 tahun. Sekarang kamu mau apa?"

"Aku akan bawa Wiwit periksa ke klinik mu, aku minta kamu lepas alat kontrasepsi IUD yang di pasangnya."

"Gila kamu,kamu kan juga dokter kandungan. Kenapa bukan kamu sendiri yang lepas , kenapa harus aku yang melepaskan IUD nya sih?"

"Kalau aku yang lepas bakal ketahuan dan Wiwit semakin marah padaku."

"Ya sudah kalau Wiwit nggak mau hamil ya kamu hamili saja istri keduamu, ko repot !"

"Kamu kan tahu aku mau nikahi Dia gara-gara terpaksa, karena terlanjur hamil. Padahal aku sendiri juga gak yakin dia hamil anakku.

...----------------...

"Rev gak jelas yang mereka omongin."

"Huss jangan berisik nanti ayahku tahu, emang suaranya gak jelas tapi aku paham asalkan aku melihat gerak mulut mereka."

"Tepi kan gak jamin 100 persen bener."

"Ayahku minta temannya untuk melepaskan alat kontrasepsi IUD yang dipasang bunda. Tapi temannya takut bunda tahu."

"Sorry ya Rev sadurunge (sebelumnya). Ko Kowe lebih pantas jadi adik bundamu ya dari pada jadi anaknya?"

Deg deg deg jantungku berdetak lebih kencang. Aku lebih pantas jadi adik bunda dari pada anak Bunda.

"Eh ayah mu wes lungo!"(Ayah mu sudah pergi!)

Hari ini gara-gara bolos aku jadi ragu kalau aku anak bunda, tapi bunda sangat sayang padaku.

Sesampainya di rumah aku melihat mobil ayah sudah terpakir di garasi.

"Mulai besok jika kamu tidak mau berangkat ke sekolah, lebih baik kamu mulai ikut bimbel untuk persiapan ujian masuk perguruan tinggi negeri!" Suara ayah menyambut kedatanganku , yang baru datang.

"Mas Reva itu baru pulang, sepatu dan baju saja belum ganti."

"Weet u niet dat uw dochter vandaag school heeft gemist?" (“Apakah kamu tidak tahu putrimu bolos sekolah hari ini?).

"Tida usah menyindir Reva pakai bahasa Belanda, Reva tahu artinya." Ucapku sambil melihat Bunda, yang menggelengkan kepalanya. Kakek ayah asli orang Belanda, karena itu bunda mengajariku bahasa Belanda.

"Ya udah bilang ke putri kesayangan mu,dari pada bolos setelah ujian lebih baik belajar. Ayah hanya mau membiayai jurusan kedokteran di kampus yang ayah pilihkan. Kecuali dia keterima di UGM atau UI, ayah akan turuti apapun jurusan yang diambil!"

"Aku tidak mau jadi dokter seperti ayah dan Farah."

"Ya udah tunjukkan kalau kamu bisa keterima di UGM, kecuali kamu mau masuk kedokteran !"

Aku hanya mendengus Farah adalah mahasiswa kedokteran , di salah satu universitas swasta di Jogjakarta pilihan ayah.

Tau bakal ketemu ayah,aku tidak akan bolos,apes banget hari ini nasibku.

3. Ada Rahasia Apa

"Aku ke terima di universitas Gadjah Mada sesuai dengan kemauannya ayah. Tapi jurusan seni rupa." Ucapku santai tanpa melihat kearah ayah.

Brakkk "Mau jadi apa kamu ambil jurusan seni, hah ! Cari jurusan lain yang menjanjikan masa depan!" Ucap ayah sambil menatap tajam kearah ku, setelah mengebrak meja.

Apa itu tangan ayah tidak sakit ?

"Tapi aku tidak tertarik ambil kedokteran."

Ayah meraup mukanya,"Oke kenapa tidak ambil jurusan lain, masih banyak selain kedokteran yang masa depannya menjanjikan. Kamu bisa ambil kuliah hukum, psikolog, manejemen atau yang jurusan lain yang bisa membantu ayah mengurus dan membesarkan klinik!"

Ayah selain bekerja di 2 rumah sakit besar, juga mempunyai klinik bersalin. Karena itu dompet ayah bisa di bilang lumayan tebal.

"Reva sudah mantap mengambil keputusan untuk masuk jurusan seni,?"tanya bunda lembut.

"Aku sudah keterima di UGM, ayah bilang kalau mau di biayai ayah harus masuk UGM. Atau kedokteran dengan universitas pilihan ayah. Aku sudah masuk UGM sesuai permintaan ayah!"

"Tapi bukan jurusan seni, bagaimana kamu bisa mengembangkan usaha klinik ayah !" Ucap ayah terdengar sangat kesal denganku.

"Mas bisa kita bicara sebentar? Reva masuk kamar dulu ya nak!" Ucap Bunda sambil memegang tangan ayah.

"Iya Bun." Aku berjalan perlahan masuk ke dalam kamarku yang tidak jauh dari meja makan. Tapi bukannya masuk ke dalam kamar, aku malah sengaja mencuri dengar obrolan mereka.

"Mas sudah ada Farah yang bisa meneruskan Klinik mas, kenapa Reva juga harus mas paksa mengikuti kemauan mas?"

"Statusnya Farah dan Reva itu jelas berbeda, dalam nama Farah tidak ada nama Hamid. Berbeda dengan nama Revalina Hamid, yang menyandang nama keluarga mas!" Ucap ayah sebelum pergi meninggalkan bunda di meja makan seorang diri. Aku yang dari tadi menguping ahkirnya keluar dan menemui bunda.

"Bunda!"

"Sini sayang,"ucap bunda sambil memintaku duduk di sebelahnya. "Maafkan bunda ya, yang telah memberikan nama Hamid di nama belakang mu?"

"Kenapa bunda minta maaf,ya wajarlah aku memakai nama ayah di belakang namaku."

"Terima kasih," ucap bunda sambil memelukku.

"Sebenarnya Reva di UGM ke terima di fakultas teknik dan seni Bun." Ucapku lirih sambil melirik kearah bunda.

"Buat bunda apapun pilihan mu akan bunda dukung. Jika ayah tidak mau membiayai mu ada bunda jangan kuatir."

"Terima kasih Bun."

"Sudah malam sana masuk ke dalam kamar tidur !"

"Baru juga jam setengah sembilan Bun."Ucapku tapi tetep berjalan masuk ke dalam kamar. Sesampainya di kamar aku ambil laptopku dan mencari kampus dan jurusan yang bener-bener sesuai keinginan ku. Jujur aku masih bimbang untuk kuliah di mana dan mengambil jurusan apa. Aku tidak mau mengambil kedokteran karena sudah ada Farah disana. Aku kemarin ambil seni rupa karena aku hobi menggambar, tidak ada alasan khusus.

Sebenarnya aku tidak kuatir masalah biaya kuliah. Sejak aku masuk SMA uang jajan dari ayah dan bunda selalu aku masukkan tabungan. Sedangkan aku suka menerima job menggambar dan aku juga menulis komik di aplikasi.

Aku lirik jam didinding menunjukkan pukul 10 malam, karena haus aku putuskan jalan keluar untuk mengambil minum.

"Biarkan Reva kuliah sesuai keinginannya, jangan paksa Reva untuk memenuhi ambisi mu yang ingin membangun rumah sakit!" Itu suara bunda, aku cari sumber suara ternyata berasal dari taman belakang.

"Aku tidak akan memaksa Reva, tapi lepas alat kontrasepsi IUD yang kamu pasang. Biar kita segera punya keturunan."

"Aku tidak mau anakku tumbuh di keluarga yang tidak sehat!"

"Apa maksudnya tidak sehat!"Terdengar suara ayah meninggi.

"Apa menurut mas anak kita tidak akan bertanya kenapa memiliki ayahnya 1 dan ibunya ada 2. Apa kamu tahu kenapa Reva tidak punya banyak teman dilingkungan tempat tinggalnya?" Tidak terdengar suara ayah hanya keheningan yang ada.

"Sejak hari mas nikah dengan Wulan, sejak hari itu Reva tidak mau main dengan teman sebayanya di sekitar sini. Reva tidak pernah bercerita ke bunda apa yang terjadi, tapi bunda tahu itu ada hubungannya dengan pernikahan Kamu."

Sejak ayah menikah banyak ibu-ibu komplek yang memandangku dengan tatapan kasihan. Belum lagi anak-anak mereka yang sok bilang sabar ya, tapi kenyataannya mereka di belakangku suka menertawakan aku. Apalagi saat Farah mulai mendapatkan uang jajan sama sepertiku, dan mereka sering di traktir Farah mereka seolah menjauhi ku.

"Aku janji aku akan segera menceraikan Wulan jika kamu hamil lagi !"

"Aku tidak mau bersenang-senang di atas penderitaan orang lain."

"Kamu tahu aku sangat mencintaimu !"

"Jika mas cinta aku, mas tidak akan mendua di belakangku."

"Mas cuma mau punya anak apa itu salah !"

"Tidak dengan selingkuh di belakang ku. Sakit rasanya saat membayangkan suami kita sedang memadu kasih dengan wanita lain. Sedangkan aku di sini tidur sendirian. Aku capek mas, aku mau mengakhiri rumah tangga ini!"

"Jika kamu terus menerus meminta aku melepaskan mu, jangan salahkan kalau Reva! (tahu rahasia tentang dirinya) ."Ucap ayah lirih setengah berbisik di ahkiri kalimatnya,membuatku tidak mendengar apa yang dibisikkan ayah pada bunda.

"Apapun yang terjadi Revalina tetap putriku." Teriak Bunda sebelum berlari ke arah kamarnya yang langsung diikuti ayah.

Aku penasaran dengan kalimat yang di bisikan ayah kepada bunda. Rahasia apa yang disembunyikan bunda dan ayah dariku. Apa aku tanya Om Niko saja ya?

Gara-gara mendengar perdebatan ayah dan bunda aku melupakan niatku untuk minum. Mau ke dapur lagi rasanya malas sekali, ahkirnya aku tidak jadi minum dan memilih untuk langsung tidur saja.

"Ayah mana bun?"

"Pulang tadi pagi istrinya menjemput kesini." Jawab bunda lirih, aku hanya berharap bunda bisa lepas dari kehidupan poligami ini.

"Assalamualaikum."

"Walaikumsalam, masuk mas!"

"Ayah mau ngapain kesini ?"

"Mau sarapan lah,"jawab ayah. Membuat bunda langsing bangun dan berjalan ke dapur untuk mengambil piring bersih.

"Emang istri ayah tidak masak ?"

"Baru sampai rumah tadi subuh, masih capek buat masak."

"Enak ya yah punya istri 2, jika satu kecapean gak bisa layani masih ada satunya lagi."

"Reva, tidak boleh ngomong begitu nak gak sopan !" Aku hanya tersenyum masam mendengar bunda menegurku, demi ayah.

"Ayah kasih kamu penawaran, kamu kuliah kedokteran ayah bebaskan universitas mana yang kamu pilih."

"UI boleh?"

"Boleh, asalkan kedokteran."

"Akan Reva usahakan,tapi jujur Reva pingin masuk ke teknik."

"Tanya saja bundamu!" Ucap ayah sambil melirik Bunda.

"Ayah,bunda aku berangkat dulu." Ucapku sambil mencium punggung tangan ayah dan Bunda bergantian. Saat mau berangkat aku teringat kalau hari ini hari terakhir mengumpulkan buku ke perpustakaan. Membuatku berjalan lagi ke dalam rumah, meninggalkan motorku yang sudah menyala.

"Aku tahu kamu sanggup tapi apa kamu lupa, Reva belum genap 18 tahun jadi aku masih wali sah nya."

"Baik aku akan lepas alat kontrasepsi IUD, tapi ijinkan Reva melanjutkan kuliah di mana saja sesuai keinginannya."

"Siang ini sepulang dari sekolah langsung temui mas di rumah sakit!"

Mendengar percakapan bunda dan ayah membuatku mengurungkan niatku untuk masuk mengambil buku.

Sebenarnya ada rahasia apa? Rahasia apa yang tidak boleh aku ketahui?

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!