NovelToon NovelToon

Broken Home

bab 1

Cempreng !

Suara gelas mengejutkan keheningan dipagi hari. Hingga Radit terbangun dari tidurnya. Dan terkejut mendengar suara keras dilantai bawah. Rupanya suara tadi berasal dari ruang makan. Sepasang suami istri sedang cekcok adu mulut.

"Kamu yang ga ngertiin aku!" Bentak seorang lelaki dengan meninggikan suara.

"Kamu juga egois.  Meras paling benar!" Teriak perempuan cantik muda.

Radit mendengarkan teriakan mereka. Radit segera menutup kedua telinganya dengan tangannya. Seakan akan tidak mau mendengar.

"Lagi, lagi , dan lagi terjadi" gurutu Radit sembari menutup telinga. Dengan mata mendelik.

Disekolah... Siswa siswi berjalan menuju kelasnya masing-masing. Dengan semangat menuju kelasnya. Namun, tidak dengan Radit yang berjalan lesu menampakkan ketidak semangatnya. Tiba tiba bahu Radit ditepuk. Radit pun menoleh. Jaki tersenyum nakal. Radit hanya cuek dan menghempaskan tangan sahabatnya dari bahunya.

"Kenapa sih lu? Tiap pagi bahkan tiap hari murung terus?" Tanya Jaki heran melihat wajah temannya yang ga pernah ceria.

"Kalau lu ada masalah cerita lah Ama gua" sambung nya sambil berjalan menuju kelas.

Sesampainya dikelas Radit duduk dengan lesu.

Jaki hanya menggelengkan kepalanya. Duduk di samping Radit.

"Eh Radit , jaki" sapa Dimas mendekati bangku mereka.

Radit cuek. Jaki memberi isyarat dengan matanya melirik Radit ke arah Dimas. Dimas mengangguk.

"Eh Radit. Masalah lu belum beres ya?" Tanya Dimas ceplas-ceplos

"Masalah apa?" Tanya Radit melirik Dimas.

"Yaitu lu. Tiap hari badmood terus" jawab Dimas sambil memonyongkan bibirnya.

"Iya..Radit seperti cewe aja" celetuk jaki mendelik.

"Maksud lu?" Tanya Radit menatap jaki.

"Cewe kalau datang bulan suka badmood. Nah, lu tiap hari badmood terus. Tandanya apa? Hahaha" jawab jaki asal asalan sambil tertawa kecil.

"Brengsek lu" Judes Radit sambil menonjok lengan jaki.

Buk!

"Auw ..!" Spontan jaki menjerit kesakitan.

"Ah, udah Udah.. ga usah dibahas lagi. Mending tar sepulang sekolah kita nongkrong lagi ditempat biasa" usul Dimas menenangkan kedua temannya.

"Gimana.. gimana..?" Tanya dimas melirik Radit dan jaki dengan alis ditarik ke atas.

"Benar banget tuh. Gimana Radit kamu ikut kami juga kan?" Tanya Jaki menatap Radit.

Radit mengusap wajahnya dengan telapak tangan nya.

"Terserah lu lu aja!" Jawab Radit jutek.

"Gitu donk. Ok siap lah" ucap Jaki spontan senang. Dimas tersenyum senang melihat kedua teman nya tenang lagi.

Setelah jam belajar usai. Radit, jaki dan Dimas berjalan menuju parkiran sekolah. Namun, tiba tiba para siswi saling menggoda Radit yang paling cool dan top disekolah. Siswi siswi banyak yang menginginkan Radit menjadi pacarnya. Namun, sikap Radit yang cuek membuat mereka semakin suka. Radit juga ketua team basketball disekolah itu. Bahkan banyak penggemar nya dari luar sekolah juga.

Namun, tidak membuat Radit sombong. Malah Radit menganggap dirinya biasa saja. Dan tetap dengan sikap cuek dan juteknya.

"Hai, Radit" sapa salah satu geng siswi yang beranggotakan 3 orang.

Radit meliriknya. Siswi itu adalah Anis. Anis tersenyum menggoda Radit. Namun, Radit hanya cuek dan terus berjalan tanpa menghiraukan Anis. Anis dan kawan kawannya melongo menganga. Karena sapaan Anis tidak dijawab dengan Radit. Sedangkan Anis adalah anak kepala sekolah. Yang memiliki paras cantik. Berambut panjang. Hidung mancung ala Arabian. Dan selalu Juara kelas. Namun, tidak satu kelas dengan Radit. Banyak lelaki yang suka sama Anis. Namun, Anis hanya menyukai Radit seorang super cuek disekolah itu. Kedua teman Radit melirik Radit yang bersikap cuek saat disapa Anis. Malah mereka yang membalas senyuman Anis.

"Ya ampun Anis anak kepala sekolah aja dicuekin gitu? Oh my god!" Seru Lola teman nya Anis yang centil dan selalu berambut kuncir kuda dan selalu membawa kipas yang berwarna merah.

"My God! Jutek itu kan my heart" seru Sindi menyambung kata kata Lola.

"Ust! My hear my heart pala mu kali! Radit itu jantung nya Anis" senggol Lola ke lengan sindi.

"Hehehehe.. maksudnya aku itu lhoo..." Jawab sindi ketawa kecil sambil memonyongkan bibirnya menuju Anis.

"Sudah sudah...kalian berisik banget sih!" Tegur Anis melirik kedua temannya.

Lola dan Sindi terdiam saling melirik.

"Aku yakin..suatu hari nanti Radit pasti jatuh cinta Ama aku" ucap Anis tersenyum licik.

Seakan akan menyembunyikan sakit hari nya dengan sikap Radit terhadap nya.

Lola dan sindi tersenyum lebar.

Sementara Radit dan kawan kawannya. Sudah tiba di tempat biasa mereka nongkrong. Yaitu cafe shop.

"Lu gimana sih dit? Masa anak kepsek aja lu cuekin. Lu kebangetan dit!" Tegur jaki setelah mereka duduk.

"Lu kayak ga tau aja Radit itu cowok apakah? Eh maksud gua cowo apa'an ...super jutek dan cuek" sahut Dimas membela Radit. Sambil melirik Radit yang diam dengan sikap dinginnya.

"Entah sejak kapan Radit jadi Pendiam cuek ke kita juga?" Tanya Jaki heran.

"Sejak..sejak apa yah..??" Dimas pura pura menggaruk kepalanya.

"Apa'an sih lu. Ngomongin gua di depan gua!" Ucap Radit sembari melirik kedua temannya.

"Hehehe...iya lah.. ngomongin orang mending didepan orangnya.biar kagak dosa..daripada dibelakang..lu ga bakalan tau kan diri?" Sahut jaki menggoda.

"Eh gua pesan minum dulu ya..kalian mau kopi apa nih. Atau ... Biasa" ucap Dimas menwarkan jasa.

"Biasa lah" jawab jaki.

Dimas melirik Radit.

"Udah ga usah ditanya. Dia ga suka gunta ganti kopi" tegur jaki paham dengan kebiasaan Radit

"Yey lu. Siapa tau hari ini momen nya beda gitu" bantah Dimas.

"Udah sana kalau mau pesan" usir jaki melirik Dimas.

"Oke oke" Dimas pun segera pergi ketempat pemesanan. Baru saja Dimas mau memesan kopi. Dia tidak sengaja melihat ibunya Radit yang sedang duduk berhadapan dengan anak sebaya Radit dan dirinya.

"Itu.... Itu bukan nya nyokap nya Radit ya?" Gumam Dimas mengamati wanita muda itu bersama cowok yang masih mengenakan baju seragam SMA.

Dimas menatap tajam. Dan mengawasi mereka

"Tante Raisa dengan siapa ya?" Tanya Dimas dalam hati penasaran...

Dimas melongo bengong saat Raisa memegang tangan remaja itu. Saat Raisa memegang tangan remaja itu. Terlihat mesra dan seperti ada hubungan yang sudah lama dekat. Dimas terus mengawasi apa yang sedang dilakukan Raisa. Dia terus mengintip Raisa dibalik hiasan pohon. Dimas Semakin penasaran dengan mereka.

"Lama amat si Dimas kemana ya?" Tanya jaki heran

"Paling ke toilet..udah ga aneh dia mh" jawab Radit dengan mengibaskan tangannya.

"Ya ampu..gua keburu haus lah" protes jaki.

"Kemana lu?" Tanya Radit jutek. Saat jaki bangkit dari tempat duduknya.

"Nyusul lah. Gua udah haus banget" jawab jaki sambil ngeloyor.

Radit hanya melongo melihat jaki pergi.

Jaki menuju tempat pemesanan. Namun, dia tidak sengaja melihat Dimas berada dibalik pohon.

"Nah, itu dimas.eh , tapi lagi ngapain dia disitu?" Tanya Jaki penasaran setelah melihat Dimas.

Tanpa pikir panjang jaki berjalan pelan menuju Dimas yang sedang mengawasi Raisa.

Bersambung.....

bab 2

Dimas yang sedang fokus mengawasi Raisa. Tiba tiba dikejutkan oleh jaki.

"Dimas ..lagi ngapain lu?" Seru jaki spontan.

Dimas terperangah terkejut dan menoleh kebelakang.

"Ya ampu jaki. Lu bikin jantung gua copot aja" sahut Dimas sembari memegang dadanya.

"Abis lu fokus banget sih. Katanya mau mesen minum. Ga tau nya ada disini. Lagi ngapain sih?" Jaki ngedumel.

"Shut!!"

Dimas meluncurkan jari telunjuk nya ke arah bibir jaki. Memberi isyarat jangan berisik.

Raisa menoleh ke arah Dimas dan jaki.

"Seperti suara temannya Radit" gumam Raisa memperhatikan kedua remaja dikejauhan.

"Siapa Tante?" Tanya remaja di hadapannya.

"Eh...itu seperti suara temannya Radit " lirik Raisa menunjukkan ke arah Dimas dan jaki.

Remaja yang dihadapannya itu menoleh kebelakang.

"Sepertinya" ucap remaja itu.

"Ya udah kita segera pergi dari sini" sambungnya lagi sembari bangkit dan mengajak Raisa pergi dari tempat itu.

Raisa mengangguk tanda setuju.

"Ikh apa an sih lu" spontan jaki terkejut dan menghempaskan jari Dimas dari bibirnya.

"E...lu jangan berisik maksudnya gua" jawab Dimas setengah gugup.

"Daritadi lu disini ngapain sih?" Tanya Jaki penasaran.

"Eh..itu itu...ah kepo lu ah" jawab Dimas mengalihkan pembicaraan.

"Ya gua pingin tau aja. Daritadi lu disini ngabisin waktu ngapain?" Tanya Jaki masih penasaran.

Dimas bingung harus mengatakan apa. Jaki celingukan mencari sesuatu penyebab membuat Dimas berada disitu.

"Ahh...jangan jangan.." ucap Jaki sambil menganga mulutnya

"Jangan jangan apa?" Tanya Dimas cemas.

Karena takut ketahuan jaki kalau Dimas melihat ibunya Radit bersama anak sebayanya.

"Tuh...lu daritadi lihatin cewek itu kan?" Tunjuk jaki dengan menunjukkan jari dan tangan nya ditempelkan ke dada. Dengan tatapan menggoda Dimas.

Hu....

Dimas merasa lega dan menghembuskan nafas. Ternyata kaki menunjuk ke arah wanita cantik yang sedang duduk sendirian.

Namun, Dimas terkejut dengan hilangnya Raisa ditempat duduknya.

"Kemana Tante Raisa?"  Tanya Dimas dalam hati.

"Ya ampun Dimas, Dimas. Dekati aja kalau lu suka"  celetuk jaki membuyarkan lamunan Dimas.

"Ah, lu mana berani gua" jawab Dimas berpura pura.

"Udah yu..kita pesan minum dulu " ajak Dimas sambil merangkul bahu jaki.

"Eh, tapi itu cewek mubajir lho .mungpung sendirian" ucap Jaki.

"Udah gpp.. ga dapet hari ini..besok juga bisa dapat" jawab Dimas yang terus membawa jaki pergi dari tempat itu.

Radit terdiam duduk sendirian menunggu kedua kawannya. Dia masih membayangkan kejadian kejadian yang menimpa didalam rumahnya.

Seperti suatu malam. Papahnya Radit pulang lebih awal. Sedangkan Raisa , mamahnya Radit selalu pulang malam. Dengan alasan pekerjaan.

"Dari mana aja sih? Jam segini baru pulang?" Tanya papahnya Radit yaitu Bagas.

"Kerja" jawab Raisa singkat sembari ngeloyor masuk kedalam kamar.

"Masa tiap malam lembur terus?" Tanya Bagas mulai terpancing emosi.

"Aku aja udah pulang sore sore" sambungnya dengan nada kesal.

"Beda tempat beda jadwal kerja" jawab Raisa ketus.

"Kamu tuh yah. Semenjak diangkat jadi manajer banyak perubahan!" Bentak Bagas yang sudah tidak tahan lagi.

"Maksud kamu apa?"

"Pulang selalu malam, di omongin suami ga nurut. Malah ngelawan aja. Ga ada waktu buat aku" Bagas mengeluarkan unek uneknya yang selama ini dipendam.

"Kamu tau kan aku sibuk kerja. Dan aku juga harus profesional dan respect dengan pekerjaan ku" jawab Raisa yang tidak mau kalah.

"Kamu mentingin pekerjaan daripada suami dan keluarga mu?" Tanya Bagas tersinggung.

"Aku cape. Pulang selalu saja ribut" bantah Raisa sambil pergi kekamar mandi yang berada didalam kamarnya.

Radit diam diam mendengar percakapan kedua orangtuanya. Dia menggeleng kan kepala. Dan menghela nafas seakan akan berat untuk dia hadapi.

"Sory nih dit. Kita lama" ucap Jaki mengejutkan lamunan Radit.

"Kalian pesan kemana sih?" Tanya Radit terkejut dengan suara jaki yang membuyarkan lamunan nya.

"Biasa Dimas tuh. Kecantol Ama cewe sehingga nyangkut di balik pohon" jawab jaki diiringi tertawa renyah.

"Ust! Lu apa an sih jak!?" Hardik Dimas melirik.

"Pantesan.." sahut Radit tetap cuek sambil mengambil es kopi yang sudah dibawakan jaki.

Dimas menatap wajah Radit. Dia masih memikirkan Raisa bersama cowok anak SMA.

Radit mengerutkan kening melihat tatapan Dimas kepadanya.

"Ada apa?" Tegur Radit

"Ga..ga ada apa apa" jawab Dimas santai.

"Bo'ong lu? Lu daritadi menatap gua tajam banget. Pasti ada sesuatu yang lu sembunyikan kan?" Tanya Radit penasaran.

"Ada sih" jawab Dimas

"Apa?"

"Sikap lu yang mendadak dingin" Dimas mencoba mengalihkan perhatian pertanyaan Radit dengan sikapnya.

Radit baru sadar kalau dia selama ini bersikap dingin dan tertutup ga banyak bicara. Ga seperti dulu. Selalu ceria dan banyak cerita.

Dia sadari dengan sikapnya berawal dari permasalahan orangtuanya.

"Eh dit..malah ngelamun!" Tegur jaki

Radit menatap jaki.

"Tuh si Dimas nanya" sambung jaki sambil melirik Dimas.

"Biasa aja ..ga usah kalian pikirkan " jawab Radit santai

" menurut kamu biasa aja? Kita yang merasakan " bantah Dimas.

"Seperti ada sesuatu yang kamu sembunyikan" sambung Dimas lagi.

Pertanyaan Dimas mengejutkan perasaan Radit yang selama ini dia pendam. Namun, tidak mungkin dia menceritakan permasalahan orangtuanya kepada dua sahabatnya.

" cuma perasaan kamu aja" jawab Dimas pelan.

Dimas dan jaki saling melirik.

Sesampainya dirumah pukul menunjukkan jam 5 sore. Radit membuka pintu rumah. Lalu, dia baru saja melangkah kan kaki. Seseorang mengetuk pintu. Radit pun menoleh kebelakang. Dia melihat wanita paruh baya di depan pintu yang masih terbuka.

"Maaf mas, apakah benar ini rumahnya ibu Raisa?" Tanya wanita paruh baya itu.

"Iya. Ibu siapa?" Tanya Radit mendekati wanita itu.

"Saya Inah. Yang mau kerja dirumah Bu Raisa " jawab Inah memperkenalkan diri.

Dimas mengerutkan kening.

"Mamah menyuruh orang kerja lagi? Bukankah sudah ada yang kerja walaupun pulang pergi" gumam Radit dalam hati.

"Maaf mas" tegur bi Inah menyadari Radit.

"Oh, iya. Tapi , mamah saya belum pulang" jawab Radit

"Pulangnya jam berapa ya,mas?" Tanya Bi Inah sedikit kecewa.

"Malam" jawab Radit singkat.

"Aduh gimana ya. Bibi udah jauh jauh datang kesini ibunya tidak ada" bi Inah merasa kecewa dan risau.

" Tidak apa apa bi..masuk aja" seseorang yaitu Bagas menjawab kerisauan bi Inah.

Radit mendongak ke arah Bagas yang udah ada di halaman rumah. Bi Inah pun menoleh kebelakang. Bagas tersenyum dan mendekati bi Inah dan Radit.

"Bapak suaminya Bu Raisa?" Tanya Bi Inah

"Iya bi" jawab Bagas mengangguk dan tersenyum.

Radit hanya melirik.

"Alhamdulillah. Bibi tadinya cemas. Takutnya ga jadi bibi kerja disini. Malah pulang lagi ke kampung. Udah jauh jauh juga" bi Inah senang dengan datangnya Bagas.

"Iya bi. Bibi boleh masuk. Dan silakan istirahat dulu. Soal pekerjaan bagaimana ibu pulang aja" Bagas mempersilahkan bi Inah.

"Terimakasih pak" jawab bi Inah.

"Silahkan bi mari masuk"

"Iya pak" bi inah pun masuk yang diikuti Bagas.

Radit hanya melirik ke arah Bagas. Bagas berhenti setelah mendekati Radit.

"Kamu baru pulang juga?" Tanya Bagas melirik Radit yang sejak tadi didekat pintu.

"Hm" jawab Radit singkat.lalu, Radit segera pergi meninggalkan Bagas.

Bagas menutup pintu.

Didalam kamar Radit membanting kan badannya ke atas kasur. Dia menatap langit langit kamar. Radit merasakan rumah yang dia huni seperti kuburan. Sepi tanpa canda tawa keluarga. Berbeda waktu Masa kecil dia. Selalu menjadi pusat perhatian orangtuanya. Bahkan selalu dimanja dan tidur pun bertiga seranjang. Mamah papah nya selalu membawa Radit jalan jalan. Makan pun selalu bersama. Dia yang selalu digendong papahnya. Dia yang selalu di peluk mamahna. Kini semua momen semasa kecilnya berubah menjadi kenangan. Semenjak mamahnya diangkat jadi manajer.  Kehangatan, kebahagiaan dan canda tawa itu sirna. Yang dia rasakan sepi seperti sebatang kara.

Bersambung ..

bab 3

Mau sampai kapan kamu pulang malam terus?!" Bentak Bagas setelah Raisa pulang.

"Kenapa sih mas..setiap aku pulang selalu kamu menanyakan hal yang sama. Sedangkan kamu sudah tau jawabannya" bantah Raisa.

"Ini sudah kelewat batas..kamu tidak melihat jam. Sekarang jam berapa. Hah?!"

"Tidak masalah. Asal pekerjaan ku sedikit sedikit selesai" jawab Raisa sambil ngeloyor ke arah kamar.

"Raisa..Raisa...tunggu! Aku sedang ngomong sama kamu!" Teriak Bagas mencoba menghentikan langkah kaki istrinya.

Namun, tidak digubris oleh Raisa. Dia terus berjalan. Lalu, membuka pintu kamar dan menutup nya keras. Hingga terdengar kencang sampai keluar rumah.

"Astaghfirullah" ucap bi Inah didalam kamar.

"Seperti suara ribut ruangan" gumam bi Inah.

Bi Inah mencoba keluar untuk mengetahui asal suara. Pelan pelan bi Inah berjalan ke arah suara. Namun, tiba tiba seseorang menepuk bahu bi Inah. Bi Inah terkejut dan menoleh kebelakang.

"Mas Radit?" Hardik bi Inah terkejut.

"Bibi mau kemana?" Tanya Radit melepaskan headset dari telinga nya.

"Itu lho mas. Bibi mendengar suara keras seperti ada keributan" jawab bi Inah pelan ketakutan.

"Ga usah kesana bi. Lebih baik bibi istirahat aja" Radit melarang Bi Inah untuk ke arah suara.

"Kenapa mas? Takutnya ada maling masuk" tanya Bi Inah penasaran.

"Ga ada maling lah bi. Kalau ada juga aku segera hubungi polisi " Radit mencoba menenangkan bi Inah.

"Iya sih mas.tapi.."

"Ya udah bi. Bibi kekamar lagi ya" potong Radit memotong pembicaraan bi Inah.

"Iya mas. Bibi permisi dulu" pamit bi Inah untuk kembali ke kamar.

"Iya bi" jawab Radit tersenyum.

Bi Inah meninggalkan Radit. Radit pun segera mematikan suara musik di hp yang dipasangi headset. Radit sengaja memakai headset dan mendengarkan suara musik keras. Karena Radit tidak mau lagi mendengar pertengkaran orangtuanya. Yang sudah jadi rutinitas tiap malam. Radit berjalan menuju kamar. Namun, bagas memanggulnya.

"Radit" hardik Bagas

"Apa?" Tanya Radit cuek.

"Kamu belum tidur?" Tanya Bagas melongo.

"Bagaimana bisa tidur . Kalau tiap malam harus mendengar keributan didalam rumah" sindir Radit kepada orangtuanya.

"Maksud kamu apa?" Tanya Bagas belum paham.

"Malas untuk dibahas" jawab Radit segera pergi meninggalkan Bagas.

"Radit!!! Kamu ga sopan ya. Papah lagi bicara dengan mu. Kamu malah pergi begitu saja!" Teriak Bagas mendongak ke atas karena Radit sudah berjalan setengah lari ke lantai atas menuju kamar nya.

"Hah! Anak sama ibu nya sama aja!" Gemas Bagas kesal.

Diam diam bi Inah mengintip dibalik dinding pemisah ruangan.

"Ternyata keluarga ini sering bertengkar" gimana bi inah pelan.

"Aduh menyeramkan" bi inah merasa ketakutan dan merinding.

Bi Inah pun segera pergi meninggalkan ruangan itu. Lalu, masuk ke kamarnya dan mengunci pintu kamar.

Pagi yang cerah. Namun, tidak secerah wajah Radit yang selalu murung. Bahkan sudah tidak aneh  bagi kawan kawannya yang melihat kemurungan wajahnya.

"Hai Radit" sapa Anis yang terus mendekati Radit.

"Apa?" Tanya Radit dingin

"Kamu datang ya ke ulangtahun aku" Anis menyodorkan surat undangan ulang tahun nya.

"Terimakasih" sambil mengambil surat undangan ditangan Anis. Dan memasuki nya kedalam saku celana.

"Em..Radit...nanti jam istirahat kita makan bareng yu" ajak Anis

"Bagaimana nanti" jawab Radit. Lalu, pergi meninggalkan Anis.

"Radit, Radit tunggu!" Teriak Anis yang mengikuti Radit dari belakang.

Namun, Radit terus berjalan tanpa menghiraukan Anis.

"Radit tunggu" Anis menghadang langkah Radit

Dengan nekad menghadang merentangkan tangan nya dihadapan Radit.

"Apa lagi?" Tanya Radit mengerutkan keningnya. Heran melihat kelakuan Anis kepada nya.

Dimas dan jaki melihat Anis dan Radit. Mereka menghampirinya.

"Radit!" Sapa Dimas dan jaki serentak.

Radit menoleh. Dimas dan jaki melirik Anis yang sedang merentangkan tangannya menghadang Radit.

"Eh, ada Anis.. Anis lagi ngapain nih?" Tanya Jaki menggoda Anis.

Anis menurunkan kedua tangannya.

"Kalian datang juga ya" ucap Anis melirik ke arah Dimas dan jaki

"Datang kemana?" Tanya Jaki.

"Ulangtahun ku" jawab Anis

"Wow..pasti kami datang. Iya kan Radit Dimas?" Jaki menyambut nya senang.

"Iya" jawab Dimas singkatan.

Radit hanya mendelik. Dia langsung pergi meninggalkan kawan kawannya dan Anis.

"Eh dit tunggu!" Teriak jaki dan Dimas sembari lari kecil mengejar Radit.

Anis hanya bengo saja melihat Radit dan kawan kawannya.

Kendaraan lalu lalang memadati jalan raya. Hingga rambu rambu lalulintas pun berubah warna merah. Tanda kendaraan harus berhenti. Begitupun dengan Bagas yang sedang menyetir harus menginjak rem. Sembari menunggu lampu berwarna hijau. Bagas celingukan melihat kanan dan kiri kendaraan di sampingnya. Namun, betapa terkejutnya dia. Melihat Raisa didalam mobil bersama lelaki lain.

"Raisa?" Spontan Bagas terkejut melihat Raisa.

"Dengan siapa dia?" Tanya nya pada dirinya sendiri.

Bagas melihat Raisa menggunakan mobilnya. Namun, yang menyetir nya lelaki asing.

"Lebih baik aku ikuti dia" gumam Bagas dengan kecemburuan nya.

Bagiamana tidak cemburu Raisa yang masih muda dan cantik. Selalu berpenampilan menarik. Membuat para lelaki mengincar nya. Namun, sayangnya akhlak nya tidak secantik parasnya terhadap suaminya.

Lampu pun berwarna hijau. Semua kendaraan mulai menyetir. Begitupun Bagas. Dia sengaja mengikuti mobil Raisa. Dia ingin tau apa yang Raisa lakukan dibelakangnya. Sepanjang jalan Bagas terus mengikuti Raisa. Mobil Raisa pun berhenti di tempat kerjanya. Bagas menghela nafas sedikit lega. Ternyata Raisa pergi ke kantor. Namun, kenapa harus dengan lelaki asing.

"Kenapa berduaan dengan lelaki itu sih. Jangan jangan...selama ini dia sering menjemput lelaki itu" gumam Bagas.

Raisa turun dari mobilnya dan di ikuti lelaki asing itu. Mereka pun sama sama berjalan menuju kantor. Namun, mereka kelihatan mesra. Bagas terkejut ketika lelaki asing itu merangkul pinggang Raisa. Bagas membelalakkan mata tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Setelah di pintu kantor. Lelaki itu pun melepaskan rangkulannya. Seakan akan ada yang disembunyikan.

"Oh..jadi selama itu yang membuat Raisa pulang malam terus. Kurang ajar..diam diam dia selingkuh" gurutu Bagas kesal dan menaruh kebencian.

Bagas tidak pikir panjang lagi. Dia langsung menancap kan gas. Lalu, pergi dari halaman kantor Raisa.

"Raisa.. kamu tiap hari berangkat bareng terus Ama Wisnu. Apakah suami kamu tidak curiga?" Tanya teman Raisa. Setelah Raisa duduk di kursi kerjanya.

"Tidak masalah. Aku bisa menghadapi nya" jawab Raisa santai.

"Iya..kalau ga ketahuan sih aman...kalau ketahuan bagaimana?"

"Tenang aja aku udah pikirkan" lagi lagi Raisa menjawab dengan tenang. Tanpa merasa bersalah.

Bagas bersandarkan ke kursi kerjanya. Dia menutupi wajahnya dengan kedua tangannya.

"Hah! Benar benar membuat aku kesal!" Dengan meluap emosi Bagas memukul meja.

Tok

Tok

Tok

Tiba tiba Suara pintu diketuk. Bagas menatap ke arah pintu.

"Masuk!" Tegas Bagas.

Pintu pun terbuka perlahan. Sepasang kaki masuk keruangan Bagas. Bagas menatap dari bawah sampai atas. Dia terpesona melihat kecantikan sekretarisnya. Dengan rambut terurai panjang. Bagas menatap kagum. Sekertaris yang bernama wina itu telah berada dihadapannya.

"Pak..pak" ucap Wina menyadari Bagas yang menatapnya terus.

"Eh..iya"jawab Bagas gugup

"Bapak kenapa menatap saya seperti itu?" Tanya Wina merasa heran dan mengerutkan keningnya.

"Aku terpesona..." jawab Bagas keceplosan.

"Apa pak?" Kaget Wina mendengar jawaban bagas.

"Eh.. maksudku..kamu mau ada perlu apa?" Tanya Bagas merasa malu. Dan mengalihkan pembicaraan.

"Ada berkas yang harus bapak tandatangani" jawab Wina sembari menyodorkan map berisikan berkas.

"Oh iya" Bagas pun segera mentanda tangani berkas tersebut.

"Ini sudah" sambil menyodorkan berkas itu kepada Wina

"Terimakasih pak"

"Oke"

"Saya permisi dulu pak"  ucap Wina pamit keluar ruangan Bagas.

"Silahkan" jawab Bagas sambil tersenyum.

Wina pun membalas senyuman Bagas. Lalu, segera meninggalkan ruangan Bagas.

Bagas duduk bersandar ke kursi lagi. Dia masih terpesona dengan kecantikan dan penampilan Wina yang menarik. Selain itu juga Wina masih muda.

"Wina..ah..aku punya ide" gumam Bagas menemukan rencana yang akan dia lakukan.

Bagas tersenyum lebar dan berharap rencananya terjadi. Bagas tersenyum licik dan senang. Dengan ide yang akan dia luncurkan.

Bersambung...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!