NovelToon NovelToon

TERPAKSA KU PULANG MALAM

PART 1

Reno baru saja pulang dari tempat kerja. Dia bekerja sebagai karyawan di salah satu perusahaan ternama di Jakarta. Meski telah memiliki penghasilan tetap dan cukup lumayan, namun perekonomian keluarganya tetap tidak ada perkembangan, lantaran kebiasaan sang istri yang boros dan selalu menghambur-hamburkan uang untuk kesenangan pribadinya. Sering kali Reno memperingatkan sang istri, namun sekalipun istrinya tidak pernah menghiraukannya. Yang membuat Reno hanya bisa diam dan berusaha sabar menghadapi sang istri, meski dalam diamnya tersimpan sejuta amarah, kesedihan dan kekecewaan yang berkecamuk di dalam hatinya.

Reno kemudian mengeluarkan kunci rumah dari dalam saku celananya. Dia sengaja membawa kunci rumah sendiri, lantaran istrinya yang bekerja sebagai instruktur senam di komplek tempat tinggalnya, sudah pasti tidak ada di rumah di jam seperti ini.

Dengan tubuh yang terlihat sangat lelah, Reno melangkah masuk ke dalam rumah. Dia meletakkan tasnya di atas meja lalu menghempaskan tubuhnya di sofa, duduk sejenak sambil melepaskan dasi di lehernya. Tatapannya terlihat kosong, namun pikirannya dipenuhi berbagai macam problema.

Begitulah setiap kali Reno pulang dari bekerja, sang istri tidak pernah berada dirumah, menyambutnya dengan pelukan, mencium tangan atau sekedar memberikan senyuman manis. Bukannya bahagia, kehidupan Reno justru terasa hampa sebagai seorang suami.

Reno tidak langsung masuk ke dalam kamar, dia beranjak dari tempat duduknya menuju ke dapur. Perutnya yang terasa lapar, membuatnya bergegas mencari makanan di dapur. Dia pun membuka tutup nasi yang ada dimeja makan namun kosong, tidak ada apa-apa. Nasi, lauk, sayur, tidak ada sama sekali. Dia lalu membuka lemari pendingin, hanya ada beberapa minuman botol dan beberapa sayuran yang sudah tidak segar lagi. Padahal dua hari lalu dia baru saja memberikan uang belanja kepada sang istri, tapi sepertinya istrinya tidak memakai uang itu untuk keperluan dapur. Reno pun hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala sambil menghela nafas panjang.

Akhirnya Reno pun kembali ke ruang tamu dengan membawa secangkir teh hangat, karena hanya itu yang bisa dia nikmati untuk mengisi perutnya yang keroncongan.

Reno kembali duduk di sofa, sambil menikmati teh hangat dia pandangi foto pernikahannya yang terpajang di atas laci di ruang tamu tersebut. Sekilas dia teringat masa-masa indah bersama sang istri, tepatnya awal menikah tiga tahun lalu. Masa dimana sang istri selalu memberikan perhatian dan kasih sayang serta menerima semua kekurangan dan kelebihannya.

Tapi kini semua telah hilang bersama perubahan kehidupan sang istri yang jauh dari sebelumnya. Pergaulan sang istri bersama teman-teman sosialitanya dan pekerjaan sang istri sebagai instruktur senam, benar-benar telah mengubah gaya hidup sang istri. Dari yang awalnya sederhana, kini justru ingin selalu terlihat wah didepan semua orang, serta selalu sibuk dengan pekerjaannya hingga lupa tugasnya sebagai seorang istri.

Reno masih duduk terdiam sambil terus memandangi foto pernikahannya. Tidak terasa, teh hangat ditangannya pun sudah hampir habis.

Clekk!!

Terdengar suara pintu dibuka, terlihat sang istri yang baru saja pulang dari lokasi senam, pakaian yang ketat dan keringat yang membasahi tubuhnya membuat sang istri terlihat seksi di mata laki-laki yang memandangnya, yang membuat pikiran Reno muncul pula rasa cemburu, takut ada laki-laki hidung belang yang melirik istrinya.

"Baru pulang mas? ini makan malam kita," ucap Melly sambil meletakkan makanan yang dia beli di atas meja. Kemudian dia duduk lalu melepas sepatunya.

"Mel, aku mohon, berhentilah dari pekerjaanmu itu, dan bisakah kamu di rumah saja, mengerjakan pekerjaan rumah dan mengurus aku. Aku capek Mel, setiap pulang kerja tidak ada apa-apa di rumah, kamu pun gak pernah menyambut ku dan gak tau kemana. Aku merasa punya istri tapi seperti tidak punya istri. Kamu mengerti kan maksudku?" ucap Reno sambil menatap tajam ke arah Melly.

"Oh, jadi maksud mas Reno aku harus jadi istri culun yang kerjanya cuma dirumah saja dan gak tau dunia luar, gitu iya? aku kerja aja kita masih kekurangan, apalagi kalau aku gak kerja. Lagian aku kan udah beliin makanan, tinggal makan aja, praktis dan gak perlu repot-repot. Udah deh mas, gak usah ngajak ribut dan gak usah coba-coba mengekang ku, aku juga capek nih," cetus Melly dengan wajah cemberut, yang justru tidak merasa bersalah sedikitpun.

"Aku juga sebenarnya gak mau ribut sama kamu Mel, tapi kamu yang selalu memancing emosiku. Entah kamu benar-benar gak ngerti atau pura-pura gak ngerti dengan ucapan ku, sehingga kamu tidak pernah menuruti semua ucapan ku. Aku bukan mau mengekang mu, aku hanya ingin kamu jadi istri yang baik seperti dulu, yang selalu nurut dan memberikan perhatian padaku, dan buktinya dulu kita baik-baik saja walaupun kamu gak kerja, iya kan?" ucap Reno berusaha meyakinkan Melly.

"Ya beda dong mas, dulu dengan sekarang beda. Sekarang apa-apa mahal, kebutuhan hidup mahal, gaya hidup pun malah. Kalau kita gak berusaha mengejar, kita ketinggalan dong mas, dan aku gak mau ya mas kita tertinggal. Malu dong mas sama teman-teman, sama tetangga, gimana sih mas Reno ini," gerutu Melly.

"Akh, percuma bicara sama kamu, bikin aku tambah emosi saja!" ucap Reno yang langsung beranjak dari tempat duduknya menuju ke kamar.

Sebenarnya Reno sangat geram dengan ucapan sang istri, tapi dia lebih memilih pergi untuk menghindari keributan yang lebih besar.

"Huh, emang susah punya suami ketinggalan jaman, gak bisa diajak bersaing dengan orang lain. Gimana mau maju, yang ada gini-gini doang sampai tua," gerutu Melly yang lalu membawa makanan yang dia beli ke dapur.

*

*

Malamnya, selesai makan malam Reno dan Melly bersantai di ruang tengah, terlihat Reno sedang menonton acara televisi sambil berbaring dipangkuan Melly, sementara Melly sibuk dengan ponselnya tanpa memperdulikan Reno. Sesekali Reno menatap sang istri, berharap istrinya membelainya, menciumnya dan memanjakannya. Namun kenyataannya Melly tidak memperdulikannya, bahkan memandangnya pun tidak mau, membuat Reno kesal lalu kembali duduk dan menyandarkan tubuhnya di sofa. Ingin sekali Reno memaki istrinya, namun dia tidak mau selalu terlibat cekcok dengan istrinya, demi menjaga rumah tangganya agar selalu harmonis.

"Tuh kan mas, si Murni ma lakinya baru aja beli mobil. Huh, dasar tukang pamer!" gerutu Melly sambil memperlihatkan postingan Murni di Facebook pada Reno.

"Memangnya kenapa kalau mereka beli mobil?"

"Ih..kok kenapa sih mas, ya terus kapan dong mas Reno beliin Melly mobil. Melly gak mau ya kalah sama mereka," gerutu Melly.

"Melly.. kamu kenapa sih Mel, aku gak suka ya dengan sifat kamu ini. Itu namanya iri mel, gak baik dan Allah membenci orang-orang yang memiliki sifat iri," ucap Reno berusaha menasehati sang istri.

"Tau ah, emang susah ngomong sama mas Reno, gak nyambung," gerutu Melly yang langsung pergi menuju ke kamar.

Reno pun hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala, melihat sikap sang istri yang tidak mau lagi mendengarkan ucapannya.

Setelah selesai menonton televisi, Reno langsung menuju kamar untuk beristirahat. Dilihatnya Melly masih asyik dengan ponselnya. Reno lalu mendekati Melly, memeluk dan menciumnya. Namun sama sekali Melly tidak meresponnya.

"Mel, udah dong.. bisa gak kamu letakkan hp mu," pinta Reno.

"Apa sih mas, gak usah ganggu deh. Aku lagi nyari gerakan senam terbaru nih, soalnya ibu-ibu komplek kalau sudah hafal satu gerakan, pasti pengen gerakan yang baru lagi," tegas Melly sambil terus mengutak-atik ponselnya.

Reno terdiam sesaat dengan posisi berbaring, sepertinya ada yang sedang mengganggu pikirannya.

"Mel?"

"Hmmm.." sahut Melly.

"Besok kita ke dokter yuk,"

"Mau ngapain mas ke dokter?"

"Kita periksa, kenapa kamu belum juga bisa hamil,"

"Gak mau ah, percuma mas, buang-buang duit aja. Udahlah, mungkin emang belum waktunya, sabar aja kenapa sih mas," gerutu Melly.

"Iya aku sabar Mel, tapi apa salahnya kita coba periksa lagi. Sudah lama kita tidak periksa, aku ingin sekali memiliki seorang anak Mel," jelas Reno.

"Hmmm.." jawab Melly yang sepertinya tidak perduli dengan keinginan suaminya.

Mendengar jawaban Melly, Reno yang tadinya berbaring langsung duduk dan menatap ke arah Melly.

"Kamu kenapa sih Mel, sepertinya kamu tidak menginginkan kita memiliki seorang anak," tanya Reno yang heran dengan sikap Melly yang acuh ketika membahas masalah anak.

"Kamu ngomong apa sih mas, siapa juga yang gak mau punya anak. Aneh-aneh deh kalau ngomong," gerutu Melly.

"Iya deh maaf. Mel..?"

"Apa lagi sih mas.."

Reno tidak menjawab, dia langsung memeluk Melly dan menciumi Melly dengan penuh gairah, tangannya pun mulai aktif di tubuh Melly. Sepertinya hasrat Reno untuk bersenggama sudah menggebu-gebu. Namun bukannya memberikan pelayanan, Melly justru malah menolaknya.

"Jangan sekarang deh mas, aku capek banget nih, ngantuk juga. Besok aja ya," ucap Melly sambil meletakkan ponsel diatas laci lalu berbaring membelakangi Reno, yang membuat Reno terlihat sangat kesal, kecewa dan merasa benar-benar tidak dihargai sebagai seorang suami.

PART 2

Seperti biasa, pagi-pagi Reno selalu bangun lebih awal dibandingkan Melly. Setelah selesai mandi, Reno pun bersiap-siap berangkat ke kantor. Pakaian dan semua peralatan kantor dia siapkan sendiri, sementara Melly masih tertidur pulas, tanpa perduli kesibukan suaminya yang akan berangkat ke kantor. Bahkan dia pun sering menyuruh Reno sarapan di luar, lantaran dia enggan bangun pagi untuk menyiapkan sarapan.

"Mel, bangun dong Mel. Sampai kapan kamu terus seperti ini, bisa gak kamu bangun lebih awal dan menyiapkan sarapan untuk ku. Kamu seorang istri Mel, wajib hukumnya seorang istri melayani suami. Aku suami mu Mel, tolonglah hargai aku sedikit saja," pinta Reno.

"Apa sih mas, brisik banget sih...kemaren kan udah aku beliin roti buat sarapan kamu, udah dong masih ngantuk nih," ucap Melly sambil membenarkan selimutnya dan kembali tidur.

"Melly, ini sudah siang Mel, memangnya kamu mau bangun jam berapa? jam dua belas siang, iya?" gerutu Reno sambil terus membangunkan Melly, tapi tetap saja Melly tidak menghiraukannya. Membuat Reno benar-benar merasa sangat kesal.

"Oke, sekarang terserah kamu Mel, aku sudah tidak perduli. Aku benar-benar muak dengan sikapmu ini!" tegas Reno yang akhirnya memilih pergi meninggalkan Melly. Karena dia sadar, dalam keadaannya yang masih emosi, dia takut akan melakukan sesuatu yang diluar kendalinya.

Akhirnya, tanpa menikmati sarapan, Reno pun langsung bergegas pergi ke kantor, karena dengan meninggalkan rumah, itu akan lebih cepat menghilangkan kemarahannya.

Selain sabar, Reno juga sosok laki-laki pekerja keras, disiplin, bertanggung jawab dan tidak pernah mencampur adukkan urusan pribadinya dengan urusan kantor. Itulah yang membuat atasannya pak Wiraguna, sangat perduli padanya. Serta kinerja yang bagus membuat Reno menjadi salah satu karyawan kesayangan pak Wiraguna. Sementara Dimata rekan-rekan kerjanya, Reno sosok karyawan teladan, yang selalu memberikan contoh yang baik bagi mereka.

*

Waktunya jam makan siang, Reno dan sahabatnya Wawan, menikmati makan siang di restoran yang tidak jauh dari tempat kerjanya. Kali ini berbeda dari biasanya, Reno yang biasanya suka bercanda, hari ini terlihat tidak begitu bersemangat, dan sebagai sahabat yang setiap hari bersama, Wawan pun langsung menyadari hal itu.

"Kamu kenapa Ren, kok kayak gak semangat gitu, hmm..aku tau nih..pasti kamu gak dikasih jatah ya semalam?" ejek Wawan yang membuat Reno balik mengejeknya.

"Sok tau kamu Wan, gak ada yang lain apa di otakmu selain itu?" gerutu Reno.

"Lho, emang faktanya begitu kan Ren, dimana-mana suami kalau gak dikasih jatah pasti hilang semangat, muram, contohnya ya kayak kamu sekarang ini. Aku pun gitu Ren, tapi itu dulu, kalau sekarang aku sudah ada penawarnya. Jadi sekarang aku gak perduli dengan sikap istriku yang selalu sibuk sendiri dan tidak mau melayaniku," jelas Wawan, yang ternyata mengalami hal yang sama dengan Reno. Namun Reno hanya diam, karena dia bukan tipe suami yang suka mengumbar aib rumah tangganya.

"Hmm.. sudahlah, ayo kita kembali ke kantor. Waktu makan siang kita sudah hampir habis," ajak Reno.

"Weyy.. gak penasaran nih, obat sakit hati karena istri," gurau Wawan.

"Penasaran sih, tapi itu kita bahas nanti," jawab Reno yang langsung beranjak dari tempat duduknya dan langsung pergi setelah membayar pada pelayan restoran, Wawan pun langsung mengikuti sahabatnya itu.

*

Sementara itu dirumah, Melly yang baru saja pulang dari makan siang diluar, sedang bersantai diruang tengah, pastinya dengan ponsel di tangannya. Tiba-tiba terdengar seseorang mengetuk pintu.

"Tok..tok..Mel..Melly..," seru seseorang dari luar. Melly pun buru-buru membukakan pintu.

"Mama? kok tumben kesini gak ngasih kabar dulu?" tanya Melly yang kaget dengan kedatangan mamanya.

"Kalau kasih kabar berarti gak suprise dong,"

"Hmm.. pasti ada maunya nih jauh-jauh datang ke sini," cetus Melly yang sudah paham dengan sifat sang mama, yaitu selalu minta sesuatu setiap kali berkunjung ke rumah Melly.

"Syukurlah kalau kamu sudah paham, berarti mama gak perlu menjelaskan panjang lebar. Mama bangga sama kamu, kamu memang anak mama yang paling bisa memahami mama," ucap mama Lusi memuji putri kesayangannya.

"Ya sudah, ayo masuk dulu ma," ucap Melly sambil membantu membawakan tas mamanya.

Setelah ngobrol beberapa menit, akhirnya sampailah pada masalah inti, yaitu tujuan mama Lusi datang menemui Melly.

"Jadi mama ada perlu apa nih datang ke sini, Melly gak yakin kalau karena kangen aja sama Melly," tanya Melly yang penasaran dengan kedatangan mamanya.

"Yang pertama sudah pasti karena mama kangen sama kamu sayang, yang kedua, mama mau.. emm.. mama mau..," mama Lusi terlihat ragu-ragu untuk mengatakan tujuannya datang menemui Melly.

"Mau apa ma? bilang aja, kalau Melly bisa bantu, pasti Melly bantu ma," ucap Melly meyakinkan mamanya.

"Jadi gini Mel, Minggu depan mama akan menghadiri acara pernikahan anaknya Bu Marni. Mama malu, karena mama gak punya perhiasan. Jadi bisa kan kamu beliin mama perhiasan, gak banyak kok Mel, mama cuma minta dibeliin cincin sama gelang aja," ucap mama Lusi yang akhirnya mengatakan tujuan utama dia datang ke rumah Melly.

Mendengar permintaan sang mama, sejenak Melly terdiam. Dia bingung, apakah dia harus menuruti permintaan mamanya atau tidak. Karena permintaan mamanya lumayan berat, tapi kalau tidak dituruti, dia kasian sama mamanya, pasti mamanya malu banget menghadiri acara tersebut. Melly paham betul bagaimana perasaan mamanya, karena memang dia dan mamanya sama saja, sama-sama selalu ingin terlihat wah didepan semua orang.

"Hmm.. ya udah, nanti coba Melly bicarakan sama mas Reno ya ma,"

"Terimakasih sayang, kamu memang paling mengerti mama. O iya, ngomong-ngomong kamu masih tetap belum siap punya anak Mel? mau sampai kapan? mama sudah pengen punya cucu lho Mel. Sudahlah Mel, gak usah mengkonsumsi pil KB lagi ya, supaya kamu bisa hamil dan kasih mama cucu," pinta mama Lusi yang ternyata sudah tau, kalau ternyata Melly memang sengaja belum mau punya anak.

"Gak mau ah ma, Melly belum siap punya anak ma, Melly masih ingin seperti ini, bebas kemana aja, ngapain aja, tanpa dibebani menjaga dan merawat anak. Kalau mama masih terus memaksa Melly kasih cucu buat mama, ya udah, Melly gak akan turuti permintaan mama untuk dibelikan perhiasan," ancam Melly, yang jelas membuat mama Lusi langsung menuruti keinginan Melly.

"Iya-iya sayang, terserah kamu mau punya anak sekarang atau nanti, mama gak akan memaksamu lagi. Oke? ya udah, mama mau istirahat dulu ya, capek banget nih," ucap mama Lusi yang langsung pergi ke kamar.

*

Teman-teman kerja Reno satu persatu telah meninggalkan ruangan, karena jam pulang kantor telah tiba. Sementara itu, Reno masih duduk terdiam di tempat kerjanya. Dia membayangkan keadaan di rumah saat dia pulang, membuatnya muncul perasaan malas pulang ke rumah. Wawan yang melihat Reno tengah melamun langsung menghampirinya.

"Kenapa Ren, malas pulang?" tanya Wawan yang langsung membuyarkan lamunan Reno.

"Kok tau Wan, kalau aku malas pulang," Reno pun balik bertanya.

"Sudahlah Ren, kamu gak usah menutup-nutupi lagi dariku. Kita ini sesama lelaki, kita juga sahabatan sudah lama, aku sudah paham dengan kamu dan masalahmu sekarang. Melly sama Siska itu sama aja, sama-sama menyebalkan," ucap Wawan yang menyamakan istrinya dengan istri Reno.

"Entahlah Wan, aku pusing, rasanya aku malas sekali pulang ke rumah. Soalnya kalau dirumah aku pasti tambah pusing," jawab Reno yang mulai sedikit mengeluarkan keluh kesahnya.

"Sudahlah, gak usah pusing-pusing, mending sekarang kamu ikut aku, pertama kita cari tempat makan dulu, kita ngobrol sambil menikmati makanan yang gak akan kita jumpai saat kita pulang kantor. Habis makan, baru kita cari hiburan buat ngilangin rasa pusing-pusing dan stres kita, akibat mikirin kerja dan mikirin istri yang sekalipun gak pernah mikirin kita. Kan emang biasanya gitu, habis makan baru minum obat, ni yang aku bilang tadi obat sakit hati karena istri. Aku jamin kamu bakalan happy," ucap Wawan mencoba meyakinkan Reno.

Tidak ada pilihan lain, Reno pun akhirnya mengikuti ajakan Wawan, mencoba mencari kesenangan diluar, yang tidak dia dapatkan di rumah. Statusnya sebagai seorang suami yang tak dihargai, serta sikap sang istri yang selalu mengecewakannya dan tidak lagi memberikan perhatian dan kasih sayang padanya, membuatnya benar-benar merasa malas pulang ke rumah.

PART 3

Wawan dan Reno mendatangi sebuah tempat karaoke. Mereka memasuki sebuah ruangan dengan cahaya lampu yg sedikit redup berpadu dengan gemerlap lampu disko. Reno duduk di sebuah sofa panjang dengan beberapa cemilan dan minuman dimeja, yang langsung mereka pesan saat memasuki ruangan itu. Reno pun mulai memilih judul lagu yang akan dia nyanyikan. Sementara itu, terlihat Wawan sedang sibuk menelpon seseorang.

"Telpon siapa Wan?" tanya Reno setelah Wawan menutup telponnya.

"Ada lah, nanti juga kamu tau sendiri, kita tunggu saja, bentar lagi mereka sampai," jawab Wawan dengan santainya.

Benar saja, belum selesai Reno menyanyikan satu buah lagu, datang dua orang wanita cantik dengan pakaian seksi, sehingga nampak jelas bentuk tubuh mereka yang putih mulus.

"Hai sayang.. lama nunggu ya?" sapa salah satu wanita itu pada Wawan, sambil mencium kedua pipi Wawan.

Dengan cepat Reno langsung bisa memahami, kalau kedua wanita cantik itu jelas wanita penghibur, yang dipesan Wawan untuk menemani mereka kencan malam ini.

"Ah gak juga, kita juga baru sampai. Oh ya, kenalin ini temanku Reno. Ren, kenalin mereka Tina dan Evi, dua suster cantik yang akan merawat kita," ucap Wawan dengan sedikit candaan.

"Bisa aja kamu sayang," sahut Evi yang ternyata sudah menjadi langganan Wawan.

"Hmm.. kayaknya mas Reno ini pemalu ya?" goda Tina.

"Alah.. awalnya aja dia malu-malu, lama-lama malu-maluin," ejek Wawan.

"Jangan di dengar omongan Wawan yang gak jelas, sama kayak hidupnya, gak jelas," ucap Reno yang langsung bisa berbaur dengan mereka.

"Wah, bisa aja kamu menjatuhkan aku Ren. Jatuh ke pelukan mu maksudnya sayang," ucap Wawan sambil memeluk Evi, yang membuat Reno dan Evi hanya tersenyum.

Malam ini, Reno pun hanyut dalam keseruan bersama Wawan dan dua wanita penghibur itu. Mereka berkaraoke bersama, suasana yang benar-benar bisa membuat Reno lupa dengan semua masalah dan kesedihannya.

Sudah hampir satu jam mereka berkaraoke, terlihat Wawan yang sudah mulai gelisah. Sepertinya dia sudah tidak sabar ingin menghabiskan malam bersama Evi. Dengan menggandeng tangan Evi, Wawan memasuki sebuah kamar yang memang sudah disiapkan untuk pengunjung yang ingin bermalam di tempat itu.

Tinggal lah Reno dan Tina di ruang karaoke, Tina pun mulai mendekati Reno, dengan manja Tina memeluk Reno. Reno tidak menolak, meski dengan tubuhnya yang sedikit gemetar, dia merangkul tubuh Tina. Ini pertama kalinya Reno menyentuh wanita yang bukan istrinya. Sementara itu Tina yang sudah terbiasa dengan pekerjaannya, sudah paham bagaimana membuat pelanggannya nyaman bersamanya.

"Mas Reno?" ucap Tina, sambil menyentuh pipi Reno, lalu menghadapkan wajah Reno ke wajahnya, yang membuat bibir mereka saling berdekatan.

"Ya ada apa?" jawab Reno.

"Tina gak gak cantik ya?" tanya Tina dengan manja.

"Cantik, sangat cantik. Kamu sudah punya suami?" tanya Reno.

"Belum, siapa yang mau dengan wanita penghibur sepertiku," jawab Tina sambil melingkarkan lengannya di leher Reno.

"Gak ingin berhenti?" tanya Reno lagi sambil mulai mencium pipi Tina

"Sudah pernah ku coba, tapi gak bisa. Aku sudah terlanjur mencintai pekerjaanku. Kau tampan mas Reno, pasti istrimu juga sangat cantik?" sepertinya Tina tidak sedang merayu atau sekedar basa-basi, karena memang kenyataannya Reno laki-laki yang lumayan tampan.

"Cantik, tapi dia tidak bisa membahagiakan aku," jawab Reno yang sedikit mengungkapkan kekesalannya.

"Aku bisa membahagiakanmu mas," bisik Tina dengan suara lembut.

Reno tidak berkata-kata lagi, dia langsung ******* bibir seksi Tina. Keduanya pun berciuman mesra. Tina begitu aktif memainkan lidahnya, membuat Reno semakin bersemangat dan agresif, bahkan tangan Reno pun mulai aktif.

"Apa tidak sebaiknya kita ke kamar mas?" tanya Tina yang mulai dibuat gelisah oleh Reno.

"Tidak perlu, disini saja," jawab Reno sambil terus menciumi Tina.

"Mas Reno yakin tidak ingin melakukannya?"

"Entahlah, aku tidak yakin," jawab Reno yang sepertinya masih ragu kalau harus melakukan hubungan intim dengan Tina.

"Baiklah, aku tidak akan memaksamu mas. Lakukan saja apa yang membuatmu nyaman, jangan melakukan sesuatu yang tidak ingin kamu lakukan, karena itu justru akan membuatmu semakin gelisah dan tidak tenang," ucap Tina sambil tersenyum manis.

"Kau sangat cantik Tina, kau juga lembut, aku suka," bisik Reno sambil memeluk erat tubuh Tina.

Malam ini Reno benar-benar merasakan kenyamanan, meski berada di pelukan seorang wanita penghibur. Kelembutan sentuhan dan tutur kata Tina mampu memberikan ketenangan dalam hatinya. Dia pun merasa dihargai sebagai seorang laki-laki.

Mereka berdua kembali mengobrol, dengan posisi Tina yang masih tetap berada di pelukan Reno. Tidak lama kemudian, Wawan dan Evi kembali ke ruang karaoke, yang pastinya dengan wajah Wawan yang terlihat lebih segar dan aura kepuasan yang terlihat jelas diwajahnya. Sementara Evi langsung duduk di sofa sambil merapikan rambut dan make up nya.

"Lho, kalian dari tadi disini?" tanya Wawan.

"Iya, memang kenapa?" jawab Reno.

"Ah, gak seru kamu Ren," ejek Wawan.

"Seru kok, mas Reno seru kok orangnya. Hmm.. bentar ya, kita berdua mau ke toilet," ucap Tina yang langsung beranjak dari tempat duduknya menuju ke toilet bersama Evi.

Wawan kemudian duduk di dekat Reno. Reno pun langsung merogoh dompetnya di saku celananya, lalu mengeluarkan beberapa lembar uang ratusan ribu dan memberikannya pada Wawan.

"Segitu cukup kan?" tanya Reno.

"Ah, tidak usah. Untuk malam ini mereka berdua aku yang bayar. Tapi kalau yang dimeja ini, kamu yang bayar," jawab Wawan sambil menunjuk ke arah beberapa makana dan minuman yang ada di atas meja.

"Oke, gak masalah. Thanks ya," jawab Reno.

"Yo'i bro, tapi gimana? kamu happy gak?" tanya Wawan yang tidak yakin kalau Reno menikmati malam ini.

"Happy, Tina seru orangnya. aku suka caranya memberikan pelayanan. Bahkan kesannya dia tidak seperti wanita penghibur. Seru juga diajak ngobrol," jawab Reno dengan santai.

"Hmm.. jangan bilang kamu jatuh cinta sama dia," ejek Wawan.

"Oh.. tidak wan, aku tidak semudah itu jatuh cinta. Aku hanya sekedar mengaguminya, bukan berarti cinta," jelas Reno yang memang tidak punya perasaan apa-apa pada Tina.

Setelah keluar dari toilet, Evi dan Tina pun pamit pulang lebih dulu. Wawan mengantar mereka sampai diluar sambil memberikan uang tips pada mereka. Sementara diluar, sudah ada yang menunggu mereka, orang yang memang bertugas mengantar jemput mereka.

*

Pagi nya, selesai mandi Reno langsung bersiap-siap berangkat ke kantor. Dia tidak perduli dengan Melly yang juga sudah bangun, tapi masih tetap berbaring di kasur.

"Mas, semalam pulang jam berapa? mas Reno lembur ya? aku telpon kok nomormu gak aktif?" tanya Melly, sedikit curiga

"Iya aku lembur, ponsel sengaja aku matikan, supaya aku bisa fokus kerja," jawab Reno yang jelas berbohong.

"Beneran lembur?" tanya Melly yang masih kurang yakin.

"Iya lah, memangnya kemana?" jawab Reno sedikit sewot.

"Iya-iya percaya. Oh ya mas, mama kesini loh. Biasa, dia minta dibelikan sesuatu,"

"Apa? kalau gak mahal ya belikan saja," jawab Reno dengan santai, karena dia sudah paham dengan sifat mertuanya itu.

Melly masih terdiam, sebenarnya dia sedikit ragu untuk mengatakannya. Karena dia tau, Reno pasti terkejut mendengarnya, karena permintaan mamanya lumayan berat.

"kok diam, memangnya mama minta apa?" tanya Reno penasaran.

"Gelang sama cincin," jawab Melly spontan.

"Apa? gelang sama cincin? uang dari mana Mel? maaf Mel, aku tidak sanggup mengabulkan permintaan mama. Kamu tau sendiri, keadaan keuangan kita saat ini yang menipis, semua itu juga karena kebiasaan kamu yang boros itu. Sehingga kita tidak pernah bisa menabung," gerutu Reno.

"Lho, kok jadi nyalahin Melly sih mas. Emang dasar gaji mas Reno yang kecil, makanya dari dulu kita begini-begini aja, gak ada perubahan. Udah ah, Melly gak mau tau, pokoknya hari ini mas Reno harus bisa dapatin uang untuk beliin perhiasan mama. Kasian dong mas mama, udah jauh-jauh datang kesini," Melly balik menggerutu.

"Iya, tapi dari mana bisa dapat uang secepat itu. Asal kamu ya kalau ngomong,"

"Ya pinjam dong mas, kamu kan punya bos di kantor, tinggal pinjem ribet amat,"

"Tau ah Mel, pusing aku. Aku mau berangkat, sudah siang," ucap Reno yang lalu mengambil tasnya dan langsung keluar.

"Mas! mas Reno! tunggu mas! aku belum selesai bicara!" teriak Melly yang tidak dipedulikan oleh Reno.

Saat keluar kamar, Reno dikejutkan oleh mama mertuanya yang ternyata sudah berdiri di depan pintu kamarnya.

"Mama?" sapa Reno sedikit gugup, dia tau, pastilah mamanya mendengar pembicaraannya dengan Melly didalam kamar.

"Maafkan mama ya Ren, sepertinya mama kesini hanya menyusahkan mu dan Melly. Tidak usah Ren, mama tidak usah dibelikan perhiasan. Mama malu, harusnya mama tidak meminta itu pada kalian, sementara mama tau keadaan ekonomi kalian. Maafkan mama ya Ren," ucap mama Lusi sambil memasang wajah melasnya.

"Sudahlah ma, gak usah minta maaf. Nanti Reno usahakan penuhi permintaan mama, sekarang Reno berangkat dulu ya ma," ucap Reno sambil mencium tangan mama mertuanya itu.

"Sarapan dulu Ren, mama sudah siapin sarapan buat kamu. Melly memang keterlaluan, harusnya dia bangun lebih awal, dasar pemalas. Masalah perhiasan, lupakan saja Ren, beneran mama gak apa-apa kok," ucap mama Lusi.

"Gak pa-pa ma, Reno akan usahakan. Reno pergi dulu ma, maaf sepertinya Reno sudah kesiangan, jadi Reno gak sempat lagi sarapan,"

"Iya, hati-hati Ren,"

"iya ma," jawab Reno yang langsung bergegas pergi.

Setelah Reno pergi, terlihat Melly berdiri di pintu kamarnya sambil memberikan tepuk tangan pada mamanya.

"Hebat akting mama, benar-benar hebat," ucap Melly sambil memberikan acungan jempol pada mamanya. Karena akhirnya Reno mau mengusahakan mencarikan uang untuk membeli perhiasan mamanya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!