Tahun 2005 Telah lahir seorang bayi perempuan yang sangat cantik dan menggemaskan.
Hari ini tepat pada Tanggal Cantik 05-05-2005 kelahiran Bayi cantik yang terlahir dari rahim seorang pelayan itu harus di serahkan pada sang majikan yang akan bertanggung jawab atas hidup nya hingga dewasa nanti.
Dengan sangat berat hati dan menahan sesak di dadanya Nina sang Ibu bayi pun menandatangani surat perjanjian hitam di atas putih untuk adopsi sang buah hati.
Dengan mata yang berembun Nina menyerahkan secarik kertas itu pada Nyonya Liana sang majikan yang akan menjadi orangtua baru untuk sang buah hati.
"Ingat ya Nina, jangan sampai kamu keceplosan suatu saat nanti kalau kamu adalah ibunya" ujar Liana dengan tegas menatap intens pada sang pelayan yang terbaring lemah pasca melahirkan.
Nina begitu Kelu untuk mengeluarkan suaranya walaupun hanya satu kata, dia hanya mengangguk pasrah sambil menatap sendu pada Bayi mungil yang kini berada di gendongan sang Majikan.
"Apa Ada yang ingin kamu katakan?, atau kamu ingin memberinya Nama?" ujar Liana demi melihat Nina yang terlihat sedih, Liana tentu saja memiliki perasaan tidak tega karena dia juga seorang ibu, namun demi masa depan Bayi itu Liana harus tegas.
Lagi-lagi Nina hanya terdiam dan menggeleng. kali ini Nina memberanikan diri mengangkat wajahnya menatap Liana sang Majikan.
"Nyonya saja yang memberikannya Nama. saya yakin nama yang nyonya sematkan untuknya itu adalah nama yang baik dan indah" Ujar Nina tersenyum kecut.
Liana menatap lekat wajah Bayi mungil dan cantik itu yang saat ini berada dalam gendongannya. Liana tersenyum tipis sambil mengusap pipi halus Bayi perempuan itu. kemudian Liana kembali menatap pada Nina.
"Aku akan memberikannya Nama. Zea Chasandra,, kelak dia akan menjadi perempuan yang kuat dan hebat" ujar Liana menatap tegas pada Nina.
Nina hanya tersenyum simpul sambil mengusap kepala bayinya yang sebentar lagi berubah menjadi putri seorang bangsawan dan dirinya hanyalah seorang pelayan yang akan menjadi baby sitter untuk putri kandungnya sendiri.
***
Satu bulan berlalu, Nina sudah pulih dan mulai bekerja kembali di rumah Liana orangtua angkat Zea putri kandungnya.
Nina begitu antusias setelah Satu bulan tidak bekerja dan tidak bertemu putrinya, hari ini Nina akan bertemu lagi dan bekerja menjadi Pengasuh sang putri. meskipun hanya menjadi seorang pengasuh untuk baby Zea, namun sudah membuat Nina bersemangat Meski panggilan Ibu itu tidak akan pernah dia dapatkan dari putrinya sendiri. bahkan Baby Zea mungkin akan memanggilnya dengan sebutan Bibi nanti. tidak jadi masalah bagi Nina, yang terpenting adalah dia bisa melihat dan menyaksikan perkembangan sang Putri setiap hari dengan baik.
Nina masuk rumah mewah itu setelah mengucapkan salam dan di persilahkan masuk oleh tuan rumah. Nina melihat majikan dan putra sulung nya sedang bermain dengan Baby Zea.
Nina tersenyum kecut melihat pemandangan yang membuatnya iri namun Nina tidak berani berbuat apa-apa selain menghela nafas berat tersenyum kecut menahan sakit di dadanya!.
"Adek Zea cantik sekali ya Ma" cetus Shaka putra tunggal Liana yang kini sudah berusia 5 tahun itu.
Bocah itu dengan gemas mencubit dan mencium sang adik sambil berceloteh.
"Kakak harus sayang sama Adek ya sampai besar nanti. karena Zea adalah Adik Shaka sekarang" ujar Liana mengusap lembut kepala putranya
"Iya Ma, Kakak akan menjaga Adek dan sayang sama Adek sampai besar nanti!" Shaka tersenyum menatap sang Ibu
Liana dan Suaminya sudah memberi pengertian pada Shaka bahwa Zea adalah adiknya meski mereka bukan saudara kandung. bahkan bocah berusia 5 tahun itupun benar-benar mengerti dan ikut merahasiakan setatus sang Adik yang hanya adik angkat nya, namun Shaka begitu menyayangi Zea karena terlalu gemas pada bayi Cantik itu!
***
5 tahun kemudian di tanggal Cantik kelahiran Zea, semua orang begitu antusias mempersiapkan pesta ulangtahun gadis kecil itu. Zea benar-benar di perlakukan seperti seorang putri oleh orangtua angkatnya layaknya anak kandung mereka sendiri. bahkan Liana dan Arnold tidak pernah membeda-bedakan antara Shaka dan Zea.
Zea dan Shaka kini berada di kamar nya setelah acara ulangtahun Zea selesai, sepasang kakak beradik itu langsung melipir ke kamar Zea untuk membuka kado-kado yang bertumpuk dari teman-teman sekolah Zea.
"Wah kadonya banyak sekali, boleh kakak minta satu?" Shaka tersenyum manis menggoda sang adik sambil berjalan menghampiri tumpukan kado itu.
"Nggak boleh, itu kan kado untukku kak. aku yang ulangtahun bukan kakak!" Ujar Zea memberengut sambil mengikuti langkah sang kakak.
Shaka hanya terkekeh melihat sang adik yang memberengut mengembangkan pipinya membuat Shaka gemas terhadap Zea.
"Shaka , Zea kalian sedang apa?,, ayo makan dulu, papa sudah menunggu di bawah!" Liana menginterupsi anak-anaknya dari balik pintu kamar Zea yang sudah terbuka lebar.
Shaka dan Zea pun menoleh dan mengangguk, kemudian mereka keluar mengikuti langkah sang ibu untuk makan malam.
Keluarga Arnold pun makan malam seperti biasa. kehadiran Shaka dan Zea yang tidak pernah membuat rumah itu sepi, Dua bocah berbeda usia 5 tahun itu benar-benar membawa kebahagiaan untuk Arnold dan Liana sebagai orangtua.
"Ma, Pa!" Zea mengalihkan perhatian orangtuanya agar menatapnya.
"Ada apa Sayang?" Tanya Arnold sambil mengusap lembut kepala Zea.
"Papa dan Mama kan belum kasih Aku kado, kado apa yang akan kalian berikan untukku?" Zea menatap Arnold dan Liana bergantian dengan wajah yang menggemaskan.
Bocah 5 tahun itu memang selalu berhasil membuat orangtuanya luluh dan tersenyum gemas!
"Papa akan ajak Zea, kakak dan Mama liburan akhir pekan ini ke Bali, bagaimana Zea mau kan?" Arnold dengan semangat dan tersenyum mengajak keluarganya berlibur sebagai kado ulangtahun sang putri.
"Benarkah Pa?" Zea begitu senang dan memeluk sang Ayah dengan sebuah ciuman di pipi membuat Liana dan Shaka tersenyum kecil melihat tingkah gadis kecil itu.
Di balik dinding yang tersekat dengan dapur dan ruang makan. Nina tersenyum kecut melihat sang putri yang begitu bahagia dengan hadiah yang di berikan oleh orangtua angkatnya. Hadiah yang menurutnya sangat mewah untuk seorang gadis kecil berusia 5 tahun itu.
Nina mengangkat kotak kecil di tangannya sambil menitikan air mata yang sejak tadi di tahannya akhirnya jatuh juga. hati seorang ibu yang di paksa kuat melihat sang putri bersama orangtua angkatnya. Nina menatap sendu pada kotak kecil itu. kotak kecil itu berisi kalung yang tidak seberapa harganya di bandingkan dengan barang-barang Zea yang di belikan oleh orangtua angkatnya.
Nina ingin memberikan kalung itu untuk hadiah ulangtahun putrinya namun urung, Nina memilih menyimpannya kembali ke saku rok nya. perempuan itu mengusap air matanya pelan dan menatap sayu pada sang putri yang sedang tertawa riang di pangkuan sang Ayah.
Nina menghela nafas dan tersenyum tipis lalu kembali ke belakang. Sekuat hati Nina harus menerima kenyataan bahwa dia tidak bisa dengan mudah memeluk sang putri seperti saat Zea masih bayi, pada saat Zea berada dalam asuhan nya!
Kini semua terasa berbeda Nina harus tetap fokus pada pekerjaan nya!
Seperti yang sudah di janjikan oleh Arnold, akhir pekan ini Ayah dua anak itu memboyong Istri dan anak-anaknya untuk liburan ke Bali.
Pagi-pagi sekali Zea dan Shaka sudah sibuk wira wiri memastikan kalau Ayah nya tidak ingkar janji. Dua bocah itu begitu antusias menyambut hari libur sekolah.
"Shaka, Zea diamlah jangan lari-larian terus kalian bisa jatuh nanti" Teriak Liana yang sedang mengemasi barang-barang anak-anaknya yang akan di bawa, masih dengan nada yang lembut Liana memperingati Shaka dan Zea.
Shaka pun menginterupsi sang Adik untuk berhenti berlarian dan menghampiri sang Ibu. bocah itu membantu sang Ibu berkemas di ikuti oleh Zea.
"Kita berapa hari di Bali Ma?" Tanya Shaka
"Hanya 2 hari saja, karena Papa tidak bisa meninggalkan kantor lama-lama Shaka" Sahut Arnold yang tiba-tiba muncul dari balik pintu dan langsung mengangkat tubuh mungil Zea dengan gemas.
"Pa. jangan bahas kantor di depan anak-anak, mereka belum mengerti apa itu sebuah pekerjaan. jadi biarkan mereka menikmati liburannya untuk bermain!" Ujar Liana menatap tajam pada Arnold.
"Ah Iya ma'af Sayang. Kita akan bersenang-senang bukan?" Arnold tersenyum simpul mengacak rambut Shaka dengan gemas.
"Papa!" Shaka memberengut sambil merapikan kembali rambutnya.
Keluarga itupun tertawa kecil bersama.
Mobil Arnold dan keluarganya sudah pergi perlahan meninggalkan rumah mewah itu setelah berpamitan pada semua pelayan dan memberi pesan-pesan selama mereka pergi ke Bali.
Nina menatap kepergian mobil majikannya itu dengan penuh haru. Nina bahagia hanya dengan melihat Putrinya begitu di cintai dan si sayangi seperti seorang putri raja oleh Arnold dan Liana. meskipun Nina juga sangat berharap Zea akan memanggilnya dengan sebutan Ibu kelak. tapi Nina sadar posisinya saat ini hanyalah seorang pelayan yang hanya di panggil Bibi oleh putrinya sendiri!
***
Setelah beberapa jam kemudian pesawat yang di tumpangi keluarga Arnold pun mendarat sempurna di Bandara Ngurah Rai Bali dengan baik.
Dua Bocah Tampan dan Cantik itu langsung turun dengan sumringah setelah menyadari kalau mereka kini sudah berada di pulau dewata Bali. padahal Mereka sempat tertidur pulas selama perjalanan tadi.
Arnold dan Liana hanya geleng-geleng kepala sambil tersenyum menatap anak-anak mereka.
Arnold tentu saja sudah menyewa kamar hotel yang mewah dan menyewa orang untuk membawakan semua barang-barang yang di bawanya ke hotel tempatnya menginap bersama Istri dan kedua anaknya.
"Kita Istirahat dulu ya, nanti habis makan siang baru jalan-jalan Oke!" Arnold menginterupsi anak-anaknya untuk istirahat terlebih dulu.
"Iya Pa" sahut Si Cantik Zea dengan manja.
Selama beristirahat di kamar hotel yang luas itu, Zea benar-benar di perhatikan oleh Arnold dan Liana juga Shaka sang kakak. mereka menghabiskan waktu luang sejenak untuk bermain dan bercanda di dalam kamar sambil menunggu makan siang dan melanjutkan jalan-jalan sesuai keinginan Zea dan Shaka.
Zea benar-benar tertawa lepas dan terlihat sangat bahagia berada di pelukan orangtuanya. Gadis kecil itu tumbuh dengan sangat baik dan di penuhi kasih sayang yang luar biasa, bahkan Zea sudah mendapatkan apapun yang dia inginkan di usianya yang masih belia, Zea Chasandra benar-benar menjadi putri bangsawan yang menawan!
***
13 tahun kemudian, Zea Chasandra tumbuh menjadi gadis remaja berusia 18 tahun. Zea memiliki wajah yang cantik dan menawan, karena kecantikannya lah gadis itu banyak di sukai kaum laki-laki terutama teman-temannya di sekolah. tak jarang juga parasnya yang Cantik membuat para gadis seusianya Iri padanya namun tidak ada satupun pelajar yang berani mengganggunya karena Zea memiliki akses di sekolah itu.
Sekolah Itu milik keluarganya jadi Semua pelajar akan merasa takut jika sekali saja berani menggangu Zea. meski begitu Zea tetap lah Cuek tidak perduli dengan dirinya dan keluarganya.
baginya Dia hanyalah anak pelajar yang sedang mengejar mimpi sama seperti teman-temannya yang lain. namun Zea juga tidak memaksa siapa saja yang ingin berteman dengannya Zea akan menyambutnya dengan tangan terbuka.
HIGHT SCHOOL OF JEGGUK
"Lo Serius mau bolos Ze?" Namira sahabat Zea berbisik lirih pada Zea sambil celingukan memastikan tidak ada orang yang mendengar rencana buruk Zea yang ingin bolos sekolah hari ini.
"Serius lah, cuma hari ini aja kok, kesempatan gak akan datang Dua kali kan?" jawab Zea menatap serius pada Namira
"Kalau ketahuan dan ada apa-apa pokoknya Gue nggak mau tanggung jawab ya!" Namira tidak ingin mengambil resiko namun menolak pun rasanya tidak bisa.
"Iya bawel!" Zea berdiri dan mengambil tas nya lalu menarik tangan Namira, kemudian mereka keluar kelas di pelajaran terakhir hari ini.
Zea dan Namira datang ke tempat dimana Shaka dan grup Band nya perfom, Zea dan Namira menyelundup ke tengah-tengah penonton yang sudah berdiri sejak Band Walker itu di mulai.
Kini Zea dan Namira sudah berdiri tepat di depan panggung dan terlihat jelas oleh Shaka yang sedang memainkan Drumer nya. Namun Shaka belum menyadari keberadaan sang Adik yang sengaja bolos sekolah demi ingin menonton Perfom sang kakak dan grup band nya yang terkenal keren itu!
"Wow. Daebak!" Cetus Namira yang tidak bisa menahan rasa kagum nya pada grup Band Walker yang di pimpin oleh Shaka itu.
Zea melirik sekilas pada Namira sambil tersenyum tipis dan mengangguk membenarkan apa yang Namira kagumkan.
Saat Zea dan Namira fokus pada sang vocalis band itu ternyata sang vocalis menyadari dirinya sedang di tatap intens oleh dua gadis berseragam sekolah SMA itu.
"Hei adik yang pakai seragam SMA Jegguk, bisakah kamu naik ke panggung, ya Kamu yang berambut panjang" Teriak sang vocalis itu menggema memanggil Zea dengan micropon nya.
Sontak saja Zea panik dan gelagapan. Zea menunjuk dirinya sendiri. dan di balas dengan sebuah anggukan oleh sang Vocalis.
"Naik Ze, kesempatan Lo bisa foto bareng Kak Bima kan. kapan lagi ayo cepetan!" Namira mendorong pelan tubuh Zea hingga tersurung ke depan.
Zea pun tidak punya pilihan lain karena sudah berada di dekat panggung, Zea naik ke panggung dengan menundukkan kepalanya menyapa Bima sang Vocalis utama Grup Band Walker itu hati yang menahan malu.
"Hallo Namanya Siapa Cantik?" Tanya Bima dengan ramah pada Zea.
"Zea Kak!" Zea senyum malu-malu salah tingkah karena di panggil Cantik oleh Bima.
Zea salah satu Fans Bima karena ketampanan dan suaranya yang merdu.
Shaka yang sejak tadi cuek namun seketika Shaka langsung mengangkat kepalanya dan menatap tajam Pada Zea yang berdiri membelakanginya bersama Bima setelah mendengar nama Zea.
"Zea!" Pekik Shaka memanggil Zea yang tidak menyadari keberadaan sang kakak di belakangnya.
Zea pun menoleh ke arah sumber suara yang tentu saja di kenalinya. Suara Sang kakak yang begitu lantang memanggilnya. Shaka menatap tajam pada Zea membuat Zea menciut dan mendunduk.
Zea merasa tertangkap basah karena sudah Bolos sekolah demi ingin menemui Bima. Zea tersenyum kikuk melirik Bima.
Tentu saja Zea sudah tahu konsekuensi nya, Shaka pasti akan marah dan mengadu pada Ibunya. bahkan Zea sampai tidak berani mengangkat wajahnya apalagi menatap wajah sang kakak yang sudah memasang exfresi garang terhadap nya!
Bima yang tidak tahu hubungan antara Sahabatnya dengan gadis yang sedang berdiri bersamanya itu tentu di buat bingung . Bima menatap Shaka dan Zea bergantian penuh tanda tanya!
Shaka mendekati Zea dan Bima yang masih berdiri di panggung. Bima semakin di buat bingung oleh Sahabat dan gadis di sampingnya yang sedang tersenyum kikuk ke arah nya. Bima memicingkan matanya pada Shaka yang berjalan semakin dekat.
"Shak, Lo kenal dengan adik ini?" Tanya Bima setelah Shaka sudah berdiri tepat di samping Zea
Shaka melirik sinis pada Adiknya yang masih menundukkan kepalanya.
"Iya Gue kenal, Adik manis ini salah satu fans Gue, kita pernah ketemu kan?" Shaka melongok wajah sang adik yang masih tidak berani mengangkat wajahnya.
Zea mengangguk pelan mengiyakan saja apa yang di katakan oleh kakaknya demi mencari aman.
"Wah, ternyata kalian sudah pernah bertemu ya" Bima tersenyum tipis menatap Zea. dalam hati Bima merasa ada yang tidak beres di antara Sahabat dan gadis itu.
"Kamu mau foto bersamaku kan Adik manis, ma'af ya saat kita bertemu waktu itu tidak sempat berfoto, kamu sampai bela-belain bolos sekolah hanya untuk menemuiku ya" Shaka tersenyum devil menatap sang adik.
Zea pun akhirnya mengangkat wajahnya dan menatap intens pada sang Kakak. Zea memicingkan matanya pada Shaka.
"Tolong fotokan kami Kak Bima" Shaka mengambil ponsel Zea dari tangannya dan menyerahkannya pada Bima.
Bima pun mengambilnya dari tangan Shaka dan bersedia untuk memfotokan Shaka dan Zea. Zea melotot tidak terima, namun Zea hanya bisa pasrah dan tidak berani bersuara karena ketakutan pada sang kakak lebih dominan, jadi Zea lebih memilih mengiyakan saja!
"Oke, Senyum ya" Sahut Bima mulai mencari posisi yang pas untuk fose Shaka dan Zea.
"Kakak apa-apaan sih, aku mau foto dengan kak Bima bukan dengan Kakak!" Zea berbisik sambil memberengut. Zea merasa sangat kesal dengan kakaknya yang tidak memberi kesempatan untuknya berfoto dengan idolanya Bima.
"Kamu yang apa-apaan, pulang sekarang atau kakak akan adukan sama Mama!" Ujar Shaka lirih menekankan pada sang Adik agar segera pulang dan tidak mengulangi kesalahannya lagi.
"Iya aku akan pulang, tapi jangan katakan apapun sama Mama dan Papa!" Zea akhirnya mengalah demi dirinya tetap aman dari amukan orangtuanya karena sudah berani bolos sekolah.
"Ayo Senyum dan lihat ke kamera" Bima menginterupsi Shaka dan Zea agar melihat ke arah kamera.
Zea dan Shaka pun memaksakan senyum nya agar Bima tidak curiga. Setelah Selesai memfotokan kakak beradik itu Bima mengembalikan ponsel milik Zea sambil tersenyum manis pada Zea.
Zea di buat salah tingkah oleh Bima hanya karena sebuah senyuman, senyum Biasa bagi sebagian orang namun bagi Zea itu adalah senyuman terindah hari itu, Zea mengambil ponsel nya dari tangan Bima sambil menggumamkan kata terimakasih lalu mengangguk sopan kemudian Zea turun dari panggung itu masih dengan pantauan sang kakak yang menatap nya intens.
Zea dan Namira memisahkan diri setelah dari Konser grup band Walker itu. Zea berjalan kaki dari depan untuk sampai ke rumahnya. Rumah mewah milik orangtua Shaka dan Zea itu terletak di sebuah komplek elit yang tidak terlalu jauh dari jalan raya
'Apa ini, bukan ini yang aku mau. percuma aku bolos, Ah Kak Shaka menyebalkan, lagian ngapain sih kak Shaka ada di sana' Zea menggerutu sepanjang jalan sambil menatap foto dirinya dengan kakaknya hasil jepretan Bima di ponselnya.
Zea pun diam sejenak sambil berpikir kenapa kakaknya bisa berada di satu panggung yang sama dengan Bima sang Idola.
'Tadi bukannya Kak Shaka memainkan Drumer kan, Iya benar, itu artinya Kak Shaka adalah salah satu personil Walker dong, oh ya Ampun kenapa selama ini aku tidak tahu tentang kakakku sendiri!" Zea merutuki kebodohannya sendiri saat sudah menyadari bahwa kakaknya adalah salah satu bagian dari Band Walker.
Zea terus berjalan mendekati gerbang rumah nya, gadis itu tidak perduli lagi dengan kegiatan kakaknya di luar rumah, dia lebih cuek dan tidak terlalu memikirkan hal yang membuatnya pusing!
pada Saat Zea hampir sampai di depan gerbang, secara bersamaan Nina baru pulang dari pasar, Zea tersenyum melihat Nina dan langsung menghampiri pelayannya itu.
"Bibi!" Panggil Zea sambil berlari kecil menghampiri Nina yang hendak membuka pintu gerbang.
Nina menoleh pada Zea sambil mengerutkan dahinya.
"Non Zea jalan kaki dari depan?" tanya Nina menatap Zea dengan tatapan lembut.
"Heu'um" Zea mengangguk dan menutup pintu gerbang itu lalu berjalan beriringan dengan Nina masuk ke dalam rumah.
"Apa Nona Bolos sekolah?" Nina tidak habis pikir dengan yang di lakukan oleh Putrinya, Nina khawatir Arnold dan Liana akan marah pada Zea.
"Sssttt. hanya untuk hari ini saja Bi, aku tahu Bibi tidak akan mengadukan aku sama Mama dan Papa kan?" ujar Zea berbisik lirih pada Nina.
Nina pun hanya mampu menghela nafas dan mengangguk saja. Zea tersenyum sangat manis pada Nina membuat hati Nina menghangat, Nina tersenyum tipis menatap sang Putri.
"Bibi masak apa hari ini?, ah iya aku lupa, Bibi baru saja pulang dari pasar ya" Zea tersenyum kikuk melirik keranjang belanjaan yang di bawa oleh Nina.
"Bibi akan segera masak kalau Nona lapar, atau mau Bibi buatkan makanan pengganjal lapar dulu yang bisa cepat jadi?" Nina merasa tidak tega pada Zea, akhirnya wanita paruh baya itu pun menawarkan diri untuk membuatkannya makanan berat yang bisa menggantikan nasi sementara.
"Boleh Bi, tolong buatkan aku Mie instan aja ya yang pedas, aku akan naik dan berganti pakaian sebentar!" Zea tersenyum dan pamit untuk ke kamar nya terlebih dahulu.
Nina hanya mengangguk dan tersenyum. Nina segera membuatkan Mie instan plus telur untuk sang putri dengan senang hati Nina melakukannya. Meskipun Nina hanya di ketahui sebagai seorang pelayan di rumah itu oleh putri kandung nya sendiri, namun Nina sudah terbiasa dan berbesar hati hanya di panggil dengan sebutan Bibi oleh Zea bukan sebutan Ibu!
Setelah berganti pakaian dengan cepat Zea turun dan menghampiri Nina yang sudah selesai memasak Mie instan pesanan Zea. Zea duduk dengan anggun di meja makan,
"Ini Non Mie nya" Nina menyodorkan semangkuk mie instan pada Zea.
"Terimakasih Bi" Ucap Zea menerima Mangkuk berisi mie itu dan menariknya ke hadapannya untuk di santap.
"Sama-sama Non, selamat makan!" Nina tersenyum dan menaruh segelas air minum di samping mangkuk mie yang sedang di santap oleh Zea.
"Dasar bocah Nakal!" Shaka yang baru saja datang tiba-tiba menyentil dahi Zea dengan keras sehingga membuat Zea mengaduh kesakitan.
"Kakak apaan sih dateng-dateng tangannya maju, sakit tahu" Zea meletakkan sendok yang hampir di suapkannya ke mulut dengan keras ke dalam mangkuk.
"Itu adalah hukuman buat bocah nakal seperti kamu" Ujar Shaka sambil menarik mangkuk mie instan milik Zea dan menyantapnya tanpa rasa bersalah.
"Aku kan sudah minta ma'af!" Zea menatap tajam pada sang kakak.
"Kapan kamu minta ma'af?, dalam hati kah, tentu saja kakak tidak dengar Bocah!" Shaka melirik sinis pada Zea
Zea terdiam sejenak dia menyadari kesalahannya dan bahkan dirinya belum mengatakan kata ma'af pada sang Kakak.
"Baiklah, aku minta ma'af sekarang!" Akhirnya Zea mengalah.
"Hmmmm" Shaka hanya bergumam karena mulutnya penuh mengunyah mie milik Zea.
"Apa?"
"Sudah kakak ma'afkan, tapi bagaimana bisa kamu bolos sekolah di jam terakhir pelajaran hah?" Shaka dengan garang menyidang sang adik.
"Karena aku ingin menemui kak Bima, tapi kakak mengacaukan semuanya!" Zea menatap tajam pada sang kakak dengan tatapan membunuh.
Shaka justru malah tertawa merasa adiknya sangat lucu membuat Zea semakin kesal dan memberengut.
"Dasar bocah" Shaka menjitak kepala sang Adik kemudian berlalu begitu saja setelah mie instan milik Zea tandas masuk ke perutnya.
"Kakak, Mie ku kenapa di habiskan!" Teriak Zea menatap punggung sang kakak yang berjalan tanpa menoleh menaiki anak tangga.
"Bi, tolong buatkan lagi untuknya!" Dengan entengnya Shaka melambaikan tangannya menyuruh Nina untuk membuatkan yang baru untuk Adiknya tanpa menoleh ke belakang!
"Haishh, Dasar menyebalkan" Zea memaki sang kakak sambil melrik mangkuk mie yang sudah kosong di hadapannya!
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!