NovelToon NovelToon

Love Seduction

PROLOG

Rintihan tangis dari gadis kecil itu kembali terdengar. Guncangan pelan pada lengan ibunya yang tengah terbaring tanpa alas di lantai penjara tidak membuat wanita itu terbangun.

"Mom ... I'm hungry." Kembali ia mengguncang lengan sang ibu.

"I'm hungry ... please ...."

Suara tangis lemah itu akhirnya memasuki relung telinga sang ibu. Bersusah payah ia mencoba mengumpulkan sisa-sisa kekuatannya. Bergerak menggeser tubuh, mencoba bangun lalu bersandar di dinding penjara.

"Honey ... here ...." Sang ibu merentangkan kedua lengan, memeluk putri kecilnya yang tidak mau berhenti menangis. Namun tindakan itu seolah menguras tenaganya. Kembali ia memejamkan mata, tanpa daya terkulai, menyerah memasuki alam ketidaksadaran.

Entah berapa lama gadis kecil itu terus menangis. Sampai yang keluar dari bibir mungilnya hanyalah rintihan lemah.

"Mommy ... wake up ... please ...." Lalu seolah sudah kehabisan tenaga, ia memeluk tubuh ibunya yang dingin, menyandarkan kepala di dada sang ibu dan memejamkan mata.

*****

Suara langkah kaki yang mulai menuruni undakan tangga membuat gadis kecil itu terbangun. Kembali ia menangis, ketakutan dan kepanikan menyerbunya. Mimpi buruk mengerikan kembali mendatangi, dengan panik ia mengguncang lengan sang ibu.

"Mommy ... bangunlah." Lebih kuat ia mengguncang tubuh sang ibu yang belum juga terbangun.

"Mom ... ada seseorang."

Gadis kecil itu membelalak ke luar jeruji penjara, melihat mimpi buruk yang telah sampai di depan jeruji. Namun mata hitamnya bertatapan dengan mata hitam lain dari seorang anak laki-laki yang memandangi mereka dengan terkejut. Menyelidik setiap inchi tubuh mereka, memastikan yang ia lihat adalah manusia.

Mendengar ada orang lain, sang ibu terbangun tiba-tiba, segera ia menarik gadis kecilnya ke dalam pelukan. Ia menatap nanar ke arah luar jeruji. Melewati sosok anak lelaki yang berada di sana, seolah mencari sosok mengerikan yang mendatangi mereka.

"Kau siapa?" gadis kecil itu yang akhirnya bersuara.

"Ak ... ak ... aku Lucius."

Terbata Lucius menjawab. Terkejut melihat keadaan wajah wanita itu yang penuh lebam. Sekujur tubuhnya pun penuh lebam membiru dan gadis kecil itu ... sangat kurus dan menyedihkan, entah berapa lama ia tidak diberi makan.

"Lucius ...." Wanita itu mengulang namanya, lalu melepaskan pelukan pada gadis kecilnya untuk kemudian merangkak mendekati Lucius di depan jeruji penjara.

"Kau Lucius ... putra Sanchez?"

Lucius mengangguk ketika wanita itu menyebut nama ayahnya. Lalu bibir lebam itu mencoba tersenyum. Lucius mengernyit ... membayangkan rasa sakit yang pasti dirasakan wanita itu ketika memaksakan bibirnya untuk tersenyum.

"Lucius ... bocah tampan ... maukah kau membantuku, Sayang?"

Lucius menatap mata penuh permohonan itu ... diam menunggu.

"Kau lihat gadis kecil itu?" Wanita itu menunjuk ke arah dalam penjara.

Lucius mengangguk.

"Dia putriku ... dia sangat lapar ... juga haus. Maukah kau membantu kami? Maukah kau diam-diam membawakan kami air dan makanan?"

Lama mereka berpandangan. Rasa iba menyergap hati kecil Lucius. Melihat penderitaan dan rasa tak berdaya di wajah wanita itu.

"Apakah Mom yang menyekapmu di sini?"

Pertanyaan yang Lucius tahu jawabannya. Namun tetap saja ia menanyakannya.

"Benar. Aku tahu kau putranya. Tapi tolonglah putriku ... ia sangat lapar ... aku mohon." Sang ibu mencoba peruntungannya. Entah pilihan apa yang akan dibuat oleh anak lelaki itu. Melaporkan perbuatannya pada sang nyonya besar atau memilih membantu mereka.

"Tolonglah kami, Nak." Kata -kata putus asa itu menyentak hati Lucius. Dengan yakin ia mendekat, memegang jeruji penjara, mendekati wanita itu.

"Apa yang telah kau lakukan sehingga kau dan putrimu berakhir di sini?"

Wanita itu tercenung ... memandang anak kelaki yang sepertinya dipaksa untuk segera menjadi dewasa. Entah apa yang dilakukan oleh nyonya mengerikan itu pada putranya. Kembali wanita itu tersenyum.

"Sebuah kesalahan yang kulakukan, juga ayahmu, dan diketahui oleh ibumu, Nak. Kurasa kau tahu ibumu tak menoleransi pengkhianatan."

Lucius diam ... pikirannya tahu apa yang dimaksud oleh wanita itu setelah melihat gadis kecil yang masih membelalak melihatnya. Akan terlihat seperti itulah dirinya bila dibuat dalam versi perempuan, pikir Lucius.

"Tapi dia bukan kesalahan ... dia anak yang baik dan manis. Semua yang terjadi bukanlah kesalahannya. Kurasa kau sudah lebih besar dan bisa berpikir bahwa apa yang aku katakan benar bukan, Lucius?"

Wanita itu menunjuk ke arah putrinya. Kembali memohon lewat matanya pada Lucius.

"Baiklah ... tunggu ... aku akan membawakan permintaanmu. "

Wanita itu menarik napas lega dan memegang tangan Lucius yang melingkari jeruji.

"Kuharap kau berhati-hati ... ibumu tidak akan senang jika mengetahuinya dan entah apa hukuman yang akan kau terima bila kau ketahuan."

Wanita itu seolah tahu, ibunya tidak menoleransi kesalahan dan pengkhianatan. Lucius menelan ludah, sekali lagi memandang ke dalam penjara, ke mata hitam milik gadis kecil yang juga memandanginya dengan heran, lalu ia berbalik pergi, melangkah tanpa suara meninggalkan penjara bawah tanah yang pengap itu.

**********

From Author,

Sangat dianjurkan untuk membaca novel Passion of my enemy dulu ya Readers, karena tokoh dan ceritanya ada hubungan dengan novel tersebut.

Happy Reading ya😍😍😘😘😘

Salam, DIANAZ

Chapter 1. Slaughter

Seluruh anggota mereka bergerak perlahan seperti bayangan, mengepung mansion Sky. Tidak ada pergerakan sama sekali di dalam maupun di sekitar mansion itu. Derek yang mulai tidak sabar mulai memegang pintu mobil ingin segera turun melihat situasi di dalam mansion.

"Tunggu." Mike menahan bahunya.

"Lihatlah," ucapnya kemudian.

Memicingkan mata, kedua pria itu memandang ke arah pintu besar mansion Sky yang terbuka lebar.

"Masih ada yang hidup," ujar Mike.

Derek mendengus. Jack yang gila itu membuat masalah besar dengan melakukan penyerangan tengah malam di mansion Sky, dan sekarang ia harus mengurus sisa perbuatan kejam lelaki itu.

"Derek... mereka wanita." Mike menyipit. Tertarik dengan pergerakan di dalam mansion yang terlihat dari pintu yang terbuka lebar.

Seorang gadis berambut hitam dengan kaki yang pincang, dan seorang lagi berambut coklat dengan tubuh yang lebih kecil.

"Bukan wanita, Mike. Seorang gadis dan seorang anak kecil." Derek menyimpulkan.

"Ayo turun. Kita lihat apa yang mereka lakukan."

Mike memindai seluruh area mansion. Hanya anak buah mereka yang terlihat, telah bersiap dan mengepung seluruh mansion.

Aneh, kemana orang-orang Jack? Sky dan seluruh lelaki di mansion ini telah di bantai, tapi apa yang Jack lakukan sekarang? mansion ini sepi... senyap... hening. Apakah pria kejam itu sudah pergi?

"Ckckck... kau lihat itu, Mike!? Tebak tubuh siapa yang tengah mereka angkut."

Mike berdiri di belakang Derek, memandang ke arah pintu mansion, dimana dua orang gadis tengah mengangkat tubuh besar seorang pria. Mereka tampak kesulitan karena tubuh pria itu sangat besar dan pastilah sangat berat.

Memandang tak berkedip, mata abu-abu dingin Mike terpaku pada gadis berambut hitam dengan kulit putih dan kaki jenjang yang terlihat pincang saat ia bergerak. Sesekali kernyitan menghiasi keningnya ketika kaki yang dibalut kain dan pincang itu melangkah, nyeri... gadis itu merasa sakit ketika bergerak. Tapi tekad kuat terpancar di wajah cantiknya.

Mike menelusuri tubuh gadis itu. Kaus yang dipakainya terlihat menggenaskan. Robek lebar di bagian leher hingga kaus itu melorot menuruni bahunya yang putih, memperlihatkan tali bra hitam yang mengintip lewat sela kausnya yang melorot.

Memandang turun lagi ke bawah, Mike mendapati kaus itu juga terbelah di bagian samping dari arah pinggang. Memperlihatkan kulit putih bagian perut dan pinggang ramping juga celana dalam berwarna hitam yang mengintip di setiap langkah yang gadis itu buat.

Dengan senyum penuh antisipasi, Mike memandang lebih ke bawah. Mendapati kaus gadis itu agak panjang menutupi pertengahan pahanya, namun selebihnya, ia polos. Kaki jenjang yang putih itu memperlihatkan pemandangan yang menyenangkan untuk kedua mata Mike.

Tanpa disadari olehnya, Derek telah melangkah ke arah kedua gadis itu. Gadis berambut hitam lebih dahulu sadar akan keberadaan Derek. Ia berhenti dan memandang gadis satunya. Memberi tanda lewat pandangan matanya.

"Well... memangnya kemana kalian akan membawanya?" Mike mendengar Derek bertanya, mengendikkan dagu ke arah tubuh yang dibopong kedua gadis itu.

Mike melihat mereka mulai menurunkan tubuh yang mereka bawa perlahan ke atas lantai. Lalu gadis berambut coklat mulai berbalik, mengangkat dagunya yang mungil, dengan sudut bibirnya yang terluka dan sedikit berdarah memandangi Derek dengan mata birunya yang menantang.

Mike tersenyum dibalik bayang-bayang dari tempatnya berdiri. Astaga ... tak kusangka ini bakal jadi menarik, kemana Jack? Sehingga dua makhluk cantik ini bisa lepas dan pasti sedang mencoba melarikan diri, Mike membatin.

"Bukan urusanmu! Untuk apa kau bertanya! Dan siapa kau!?" Gadis kecil itu menghardik Derek,

"aku hanya ingin menguburkan jenazahnya! Memangnya kenapa? Dan sekali lagi apa urusanmu!"

"Lalu kenapa tidak kau kuburkan seluruh mayat yang ada di mansion ini !? Apa mereka begitu tidak berharga untukmu!?" Derek balas menghardik gadis kecil itu.

"Tidak akan cukup waktunya bagiku! Sampai salah satu dari mereka bangun dan menemukan kami. Apa kau kira mereka akan membiarkannya!?"

Hal berikutnya yang Mike dengar adalah serentetan perintah dari Derek yang gusar dan mulai melangkah masuk ke dalam mansion. Entah pemandangan apa yang ia lihat di dalam sana sehingga suaranya menggelegar, menyebabkan anak buah mereka bergerak cepat, masuk ke dalam mansion untuk melaksanakan perintahnya.

Tak ada yang mempedulikan dua orang gadis yang masih berdiri di dekat pintu mansion. Mike melihat gadis berambut hitam menyenggol lengan si gadis kecil. Gerakan perlahan yang tidak kentara. Lalu ia mengendikkan dagu ke arah salah satu mobil yang terparkir di halaman mansion. Mike menyeringai geli.

Gadis kecil itu melihat ke arah dalam mansion. Melihat Derek yang masih memberikan serentetan perintah lalu anggukan kecil ia berikan pada gadis berambut hitam.

Senyum Mike melebar, perlahan ia keluar dari balik bayang-bayang. Mendekati mereka dan sengaja mengejutkan keduanya.

"Memangnya kalian pikir dapat kabur dari sini?"

Tatapan terkejut dari dua gadis cantik di hadapannya membuat Mike benar-benar terhibur.

"Dan kau woman ... apa kau pikir, kami para pria akan melewatkan pemandangan dirimu yang menggiurkan itu?"

Mike menyeringai ketika melihat gadis berambut hitam itu tersadar dengan kondisi pakaiannya. Ia menunduk memandangi kausnya yang lebih banyak terbuka daripada menutupi tubuh, lalu gadis itu mendongak, memandang tepat di bintik abu-abu mata Mike, memperlihatkan dua bintik hitam segelap malam yang memancarkan tekad, keberanian dan tantangan.

Mike terpesona ... sampai gadis kecil dengan mata biru memutuskan kontak matanya. Ia melangkah ke hadapan gadis berambut hitam, menghalangi pandangan Mike pada gadis itu. Merentangkan tangan mungilnya lalu menghardik dan mencela Mike.

"Berhenti memandangi Reggie! Kau pria besar brengsekk!"

Mike melihat bintik hitam itu melembut. Memandangi gadis kecil bermata biru dan memegangi bahunya.

"Amy," ucapnya lembut.

Dengan takjub Mike mamandang ke arah gadis bermata biru yang merentangkan tangan di hadapannya.

"Langkahi dulu mayatku! Aku tidak akan memberimu kesempatan menyentuhnya!" Gadis kecil itu kembali menghardik, sehingga Mike mulai melangkahkan kakinya mendekat.

Gadis berambut hitam menekan kuat bahu gadis kecil di hadapannya.

"Nona ... cukup! Jangan ...." Ia memaksa membalikkan tubuh mungil gadis kecil itu sehingga mereka berhadapan.

Nona ... Amy ... Sky ... Mike menghubungkan tiga kata itu. Lalu seringai kejam menghiasi wajahnya ketika pengertian dan pengenalan terhadap nama itu memasuki otaknya.

"Sebaiknya kau menyerah, Amy Sky. Aku yakin Derek akan mengampuni nyawa kalian. Karena itulah yang diinginkan ayahnya ketika ia menemui ayahmu untuk membicarakan perihal perdamaian."

Reggie dan Amy memandangi lelaki besar yang berdiri dengan melipat tangan di depan dada, menghadap mereka dengan kaki menapak , kuda-kuda bersiap jika mereka mulai lari, dan Amy yakin ia ataupun Reggie akan kembali tertangkap jika mencoba lari.

"Percaya kata-kataku, itulah pilihan kalian saat ini. Menyerah ...." Mike memandang tajam keduanya dengan mata dingin abu-abunya, seolah menutup semua kemungkinan apapun selain dari satu kata yang barusan ia kumandangkan.

Menyerah ....

**********

From Author,

Haiiiiii... Author kembali dengan kisah Mike dan Reggie, semoga pada suka yah...😍😍😘😘

Untuk kalian yang belum membaca kisah Derek dan Amy, silakan ikuti novel karya Author berjudul 'passion of my enemy '

Jangan lupa like, coment, favourite and rating bintang limanya yah... selamat membaca and ikuti terus ya chapter selanjutnya. Author akan coba terus update...😍😘

Chapter 2. Wild Cat

"Ya Tuhan ... Jack sudah gila."

Mike memandangi kekacauan yang dibuat Jack Langton di mansion Sky.

"Apa yang dia pikirkan ketika menyerbu tempat ini." Mike mengedarkan pandangan dengan kening berkerut.

"Arthur Sky telah mati, Mike. Atur pemakaman yang layak untuknya." Derek mendesah.

Mike mengangguk mendengar perintah itu. Menarik napas panjang ia memandangi orang-orang mereka yang mulai menyeret dan membangunkan anak buah Jack yang entah karena sebab apa semuanya pulas tertidur.

"Bagaimana dengan dua gadis itu? Kau menyadari siapa si gadis kecil berambut cokelat bukan?"

Derek menghirup udara sebanyak-banyaknya. Mengisi paru-parunya yang tiba-tiba terasa sesak. Mengembuskan napas perlahan, seolah mencoba menenangkan dirinya sendiri.

"Bagaimana aku tidak mengenalinya, Mike. Dia terlihat begitu mirip dengan versi ibunya saat masih remaja."

"Ya ... putri Arthur." Mike mendesis pelan.

"Kau lihat pandangan matanya? Dia memandangi kita dengan penuh kebencian."

"Itu wajar, Derek. Ayahnya mati."

"Aku tahu ... kita tak dapat meninggalkannya di sini."

"Apa rencanamu?"

"Kita akan membawanya, Mike dan aku sangat yakin ini akan merepotkan. Aku tak perlu dua kerepotan, karena itu, gadis bersurai hitam dengan mata yang siap membunuh itu kuserahkan padamu."

Mike terkekeh. "Jangan mengira gadis kecil dengan mata biru lembut itu akan mudah untuk ditangani, Derek."

"Oh, sudah kubilang ini akan merepotkan, Mike. Tidak akan mudah untuk kita, tapi kuharap ini akan sedikit menyenangkan. Karena sekarang aku tahu ... kenapa Arthur Sky selalu menyembunyikan putrinya dari pandanganku," ucap Derek sambil menyeringai.

**********

Mike memegang gagang pintu, mendorong perlahan dan memasuki kamar tempat ia mengurung Reggie. Nama apa itu? Mike mengernyit, terasa tidak cocok disematkan pada kucing liar itu, pikir Mike.

Gadis itu masih di sana, diposisi semula dimana ia mengikatnya dengan tali di tiang tempat tidur. Kakinya di ikat, kedua tangannya juga di ikat di belakang tubuhnya, kemudian tubuhnya di ikatkan ke tiang tempat tidur.

Mike tersenyum masam. Tidak sulit mengurung Amy, gadis kecil itu menurut ketika Derek mendorongnya ke sebuah kamar lalu mengunci pintunya. Namun tidak dengan nona berambut hitam. Mike sempat terkejut ketika gadis itu melawan. Sepertinya ia mahir beladiri dan giat berlatih. Mungkin gadis itu adalah pengawal dan pendamping putri Arthur Sky.

Mike meladeni gadis itu berkelahi, melihat sejauh mana kemampuannya. Lumayan ... itulah penilaian Mike. Jika gadis itu tidak pincang karna kakinya yang tertembak, tentulah setiap gerakannya bisa lebih baik lagi.

Setelah merasa cukup, Mike meringkus gadis itu. Tidak percaya gadis itu tidak akan berusaha kabur walaupun ia mengunci pintunya, Mike mengikat kaki, tangan dan tubuh gadis itu ke tiang tempat tidur.

"Huh! Sepertinya kau sudah mengantisipasi segalanya, sampai mengikatku begini rupa. Kau pria besar ... takut sekali ya aku kabur."

Mike mencengkeram dagu gadis itu, mendekatkan wajahnya. Memaksa mata mereka bertemu pandang.

"Kau kucing liar ... aku tak butuh kerepotan darimu!"

Lalu Mike meninggalkannya untuk ikut mengurus semua mayat di aula mansion.Tempat tumpukan mayat orang-orang Athur Sky ... saksi bisu kegilaan dari Jack Langton.

**********

Mike mendekati gadis yang ia ikat di tiang tempat tidur. Mengernyit melihat kain pembalut kaki gadis itu telah berubah warna menjadi merah.

Sudah berapa lama luka tembak itu? Dan aku membuatnya berdiri di tiang itu selama ini ... Shitt! Mike memaki di dalam hati.

Mike segera melepas tali yang mengikat gadis itu ke tiang tempat tidur. Membebaskan tubuh itu dari bebatan tali, lalu berjongkong untuk melepas tali yang mengikat kedua kakinya.

Sesaat setelah tali terlepas, sebuah hantaman lutut mendarat tepat di hidung Mike. Tidak siap menghadapi serangan mendadak itu membuat Mike terjengkang dengan bokong yang mendarat keras di lantai.

Tidak berhenti sampai di situ, gadis itu menderu dengan kakinya yang tidak terluka, mencoba menendang dada Mike, mengincar rusuknya.

Dengan sigap tanpa menghiraukan hidungnya yang terasa sangat nyeri, Mike menangkap pergelangan kaki yang siap menghantam tulang rusuknya, menyebabkan tumpuan gadis itu pada kakinya yang terluka menjadi goyah. Ia limbung, berteriak kencang lalu memejamkan mata, bersiap menyambut rasa sakit karena akan jatuh menghantam lantai yang keras.

Namun hantaman yang terasa kemudian tidak sekeras yang ia kira. Bahkan punggungnya yang menghantam benda di bawahnya terasa hangat.

Sesaat setelah berhasil menangkap kaki gadis itu, Mike menarik kaki itu ke arah tubuhnya. Lalu melompat memdaratkan punggungnya ke atas lantai, menyambut tubuh yang jatuh di atas dadanya.

Mike membalikkan tubuh di atasnya agar mereka berhadapan.

"Turunkan aku!"

"Baiklah," Mike menyeringai, menurunkan gadis itu ke lantai lalu segera menindihnya.

"Apa yang kau lakukan!"

Rambut hitam panjang itu berantakan, menutupi sebagian wajah dan bertebaran di lantai kamar di sekitar kepala gadis itu. Mike menghela pelan, menyingkirkan rambut yang menutupi wajah cantik di hadapannya. Mata hitam itu tajam menusuk ke mata abu-abu Mike yang dingin. Kemarahan berkobar di sana, membuat Mike tersenyum dan menurunkan wajah beberapa centi mendekati bibir berwarna pink di bawahnya.

Saat itulah mata Mike menangkap perubahan di bintik hitam mata gadis itu. Emosi ... sebuah kecemasan?

Mike kembali menurunkan wajahnya.

"Apa yang kau lakukan! Lepaskan Aku!"

Mike kembali memandang ketakutan yang melintasi bintik hitam mata itu. Hanya sekilas dan itu cukup untuk menghentikan Mike dari aksi yang tadi ia sengaja.

Ia berdiri lalu menarik tubuh gadis itu bersamanya.

"Siapa namamu?" tanya Mike, yang hanya dijawab dengan keheningan.

"Ck! Namamu woman!" Ulang Mike lagi.

"Reggie." Pelan bibir itu membuka menyebutkan namanya.

"Namamu yang lain?"

Gadis itu mengernyit, memandang bingung ke arah Mike. "Hanya Reggie."

"Aku tanya namamu yang lain ... sebutkan sekarang atau aku tidak akan melepaskan ikatan tanganmu."

"Apa maksudmu! Aku tidak punya nama yang lain!"

Mike memandang datar, menunggu ....

"Lepaskan ikatanku!" Gadis itu menggoyangkan kedua lengannya yang terikat di belakang punggung.

"Namamu ...." Mike bersikeras.

"Reggie."

"Yang lain ...."

"Yang mana lagi! Dasar pria bodoh!"

"Reggie tidak cocok untukmu." Mike keras kepala. Meyakini Reggie bukan nama asli gadis itu.

"Hanya Reggie ... itu namaku, kau pria bodoh!"

Mike melipat tangan di depan dada. Memandangi gadis di hadapannya dengan wajah datar. Ia akan memainkan permainan ini sampai si rambut hitam menyerah.

"Lepaskan ikatannya ...." Suara itu mulai memohon.

"Nama," ujar Mike.

"Oh, baiklah! Kau pria keras kepala! Regina! Itu namaku!"

Mike menyeringai ketika gadis itu menyebutkan namanya.

"Mudah kan Regina ... kau sebutkan namamu dan aku akan melepaskan ikatan di tanganmu."

*********

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!