NovelToon NovelToon

Jatuh Cinta Pada Istri Orang

Episode 01

Seorang pria bertubuh tinggi putih itu turun dari kendaraannya yang mewah, ia baru menginjakkan kakinya di restoran akan menjadi miliknya suatu saat nanti. Sang Papah menyuruhnya untuk melihat keadaan bisnis kuliner sudah berdiri di saat sang Mamah masih muda.

"Selamat siang, Tuan muda." sapa kepercayaan Papah Rayyan telah mempercayakan pada asistennya selalu ada untuknya.

"Dimana ruangan ku." tanya Arki begitu angkuhnya, ia menatap sekeliling di mana restonya mulai banyak pengunjung.

"Mari saya antar." jawab pria baya tersebut sudah setia selama belasan tahun dengan atasannya yang tak lain adalah pak Rayyan.

Arki Putra Mahesa Wijaya adalah Putra kedua pasangan Papah Rayyan dan Mamah Nayla kembaran dari anak sulungnya bernama Arka. Mereka kembar identik tak ada yang berbeda di antara mereka.

Dengan langkah kaki begitu angkuh, Arki mengikuti langkah pria baya yang akan menunjukkan di mana ruangannya sekarang. Saat ingin membelokkan tubuhnya ia di tabrak oleh seseorang sedang buru-buru.

Brukkkk..

"Maaf, saya tak sengaja." ucap gadis cantik, ia mengaku salah karena telah buru-buru ingin segera pergi dari resto tersebut.

Arki sedikit terhuyung ke depan, ia masih bisa menahan tubuhnya karena kecerobohan gadis itu lakukan.

"Apa kamu tak punya mata?" ucap Arki begitu tegas, ia memandang gadis itu dari atas sampai bawah.

"Iya, saya minta maaf, Tuan. Saya buru-buru." tanpa mendengar jawaban dari Arki gadis itu pergi begitu saja. Ia sudah di tunggu oleh orang yang telah datang.

Arki tak langsung pergi, ia masih menatap punggung gadis sampai tak terlihat lagi. Ia begitu penasaran dengan sosok yang ia temui barusan.

"Kenapa, Tuan muda? Apa ada sesuatu?" tanya pria baya tersebut sedang memperhatikan Tuan mudanya.

Ayo tunjukkan aku ingin segera istirahat." titahnya, bukannya menjawab pertanyaan dari kepercayaan Papahnya Arki malah ingin segera masuk ke ruangan barunya.

Melanjutkan tujuan untuk mengecek resto sang Papah sebentar lagi akan menjadi miliknya. Arki melihat satu persatu saat sudut ruangan yang harus ia ganti agar tak bosan di pandang oleh pengunjung.

Sampai di ruangannya yang tadi di tunjuk oleh pria baya tersebut, Arki memerintahkan pria baya tersebut untuk meninggalkannya seorang diri, ia ingin sendiri tanpa ada yang menggangu.

"Cantik sih, tapi sayang gue gak kenalan Ama tuh gadis." gurutu Arki, ia baru pertama kali melihat gadis yang bisa menggetarkan hatinya masih sendiri sampai sekarang.

Bukan ia tak laku atau tak ada seorang wanita yang dekat dengannya tapi belum ada menggetarkan hatinya. Tak ada tantangan dari sekian banyak gadis menghampirinya dan menggodanya.

"Ka Arka ada di kantor gak ya, males banget sendirian di sini." bosan Arki di ruangan sang Papah sebentar lagi akan menjadi miliknya. Ia yang di tugaskan untuk mengurus restoran milik sang Papah yang sudah di rintis sejak muda dulu. Papahnya menyukai hobi kuliner dan di situlah ia membuka satu cabang untuk ia rintis saat sang kakek tak memperdulikannya sejak itu.

Tiga jam sudah Arki melihat ruangan lalu berkeliling di resto begitu luas dan modern. Arki sedang dengan interior design yang di pilih di resto ini membuat siapa saja akan terpukau saat mengunjungi restoran ini. Desainnya begitu cantik dan elegan dengan suasana lumayan nyaman dan besar. Arki suka ada halaman samping banyaknya bunga segar kesukaan sang Mamah.

"Den Arki. Mau makan sekarang atau tunggu satu jam lagi?" tanya seorang kepala pelayan di restoran ini. Pria baya di tugaskan sebagai kepercayaan di restoran milik Papahnya.

"Nanti saja, aku masih ingin berkeliling." tolak Arki, ia belum merasakan lapar hanya ingin melihat lihat ruangan dari sudut ke sudut.

Selesai berkeliling, Arki kembali lagi ke ruangannya. Ia akan menelpon pemilik surganya setelah ia mendapatkan pesan darinya.

"Halo, Mah. Ada apa?" tanya Arki setelah sambungan teleponnya di angkat.

"Tolong bilangin pada kakak mu, Ki. Besok ada acara syukuran kelahiran bayi dari cucu Tuan Raditya. Jika ingin datang kita ke sana sama-sama ya." titah Mamah Nayla sangat susah menghubungi si sulung, ia pun menelpon adiknya untuk memberitahukan undangan tersebut.

"Baik, Mah." setelah mengatakan hal itu sambungan telepon terputus, Arki menarik panasnya berkali-kali lalu membuangnya dengan perlahan. Ia tak mungkin jika sang kakak akan datang ke acara tersebut ada masa lalunya sudah bahagia dengan pasangannya dan sekarang mereka sudah memiliki seorang bayi.

Berkali-kali Arki menelpon sang kakak tak ada jawaban dari sang empunya. Nomor handphonenya online menandakan jika nomor kakak aktif.

"Kemana sih kakak, gini nih jika orang belum move on dari masa lalu, bawaannya kacau Mulu." gurutu Arki mengomel sendiri, ia pun bangun dari duduknya untuk pergi ke kantor Papahnya. Ia ingin memastikan jika sang kakak ada di kantor tersebut.

"Bikin ribet aja sih, ngapain punya handphone sih."

"Den Arki mau kemana?" tanya kepala pelayan melihat majikannya akan keluar dari restoran ini. Ia akan mengantarkan makan siangnya pada Tuannya.

"Keluar, jangan bawakan makanan. Saya mau makan siang di luar." titah Arki saat pria baya tersebut akan memerintahkan pelayan untuk menghantarkan makan siangnya.

"Baik, Tuan muda."

Arki keluar dari restoran menuju tempat parkiran di mana mobilnya berada. Ia akan melajukan kendaraannya menuju tempat sang kakak berada.

.

.

.

Tak sampai 30 menit Arki sampai di kantor milik kakeknya sudah lama tiada. Kini perusahaan turun menurun sedang di pimpin oleh sang Papah sebagai direktur utama.

"Selamat siang, Tuan muda." sapa resepsionis saat bertemu dengan anak dari pemilik perusahaan ini.

"Hem," Arki hanya menjawab seperlunya saja, ia pun menuju kotak besi mengantarkan ke tempat di mana ruangan sang kakak berada.

******Tring******...

Kotak besi itu pun menandakan jika tujuannya sampai ditempat yang ia tuju, Arki pun berjalan ke ruangan sang kakak.

******Cek lek******.

Tanpa mengetuk atau permisi Arki masuk ke dalam ruangan, ia merengut kesal dengan kelakuan sang kakak sedang santai di meja kerjanya tak melakukan apapun termasuk mengangkat teleponnya.

"Enak ya, makan gajih buta dari Papah." sindir Arki menghempaskan bokongnya di sofa tak jauh dari meja sang kakak.

Arka menoleh sekilas lalu menatap layar laptopnya lagi tapi tak melakukan apapun, ia mengabaikan telpon dari Mamah dan adiknya pasti sedang mencarinya.

Ada apa datang ke sini?" tanya Arka begitu dingin.

"Mau datang gak, Kak. Ada undangan dari Tuan Raditya, syukuran kelahiran cucunya."

"Aku mau, kalian datang sana ke sana. Aku tak akan datang." tolak Arka sudah tahu sejak kemarin di mana sang asisten pribadinya itu memberitahukan soal undangan.

"Beneran kakak gak mau ikut? Di sana ada Luna loh." goda Arki ingin melihat reaksi sang kakak.

.

.

.

.

.

.

Kata ku gak ya gak. Kamu paham gak sih...

Episode 02

"Aku tak pernah mencuri, aku sudah membelinya." ucap gadis cantik begitu malang karena di tuduh mengambil kue di tempat toko kue lumayan ramai.

"Mana buktinya jika anda membelinya, nona." tanya pelayan kue tersebut meminta bukti pembelian dari toko ini.

Raisa, nama gadis cantik yang di tuduh mengambil kue dari toko tersebut adalah Raisa. Ia lupa menyimpan bukti pembelian kue entah di mana.

"Aku lupa menaruhnya, Mbak. Aku membelinya." ucap Raisa kekeh dengan apa yang ia beli saat ini, ia di layani oleh pelayan toko saat toko kue sedang ramai membeli jadi pelayan yang menjaga toko ini tak teliti ketika melayani pembeli.

"Ada apa ini?" tanya pria tinggi putih datang ke tokonya untuk mengecek keadaan toko kue yang ia rintis sendiri tanpa campur tangan orang tuanya.

"Ini, Tuan. Ada seorang wanita mengaku membeli kue, sedang kan dia tak pernah membelinya." ucap salah satu pelayan itu masih kekeh jika gadis bernama Raisa itu mengambil kue dari toko ini.

"Apa benar?" tanya pria itu rasa-rasanya pernah melihat gadis yang ada di hadapannya sekarang.

"Gak, Tuan. Saya membelinya, saya ke sini untuk membeli kue pesanan nyonyaku." jawab gadis cantik itu tak mau di tuduh seperti ini. Ia datang ke toko ini untuk membeli pesanan nyonya sekaligus ibu mertuanya.

"Biarkan saja, itu akan jadi urusan ku." ucap Arki melihat tatapan gadis begitu gemes saat berbicara seperti itu, ia pun membiarkan apa yang gadis itu inginkan.

"Tapi, Tuan." sahut pelayan toko kue itu, ia tak suka kedatangan gadis sok cari muka pada majikannya yang punya toko kue ini.

Arki pun meng kode dengan mengangkat tangannya. Mungkin gadis itu menginginkan apa ia mau saat ini. Dari tatapannya Arki tak pernah sedetikpun teralih dari pandangannya.

"Terimakasih, Tuan. Saya permisi dulu." saat Raisa ingin pergi tangan di cekal oleh Arki karena tujuannya membebaskan gadis itu dari tuduhan karyawannya adalah ingin mengenal lebih dekat lagi gadis yang pernah menabrak dirinya di restonya kemarin.

"Ada apa, Tuan? Apa saya melakukan kesalahan lagi. Bukannya saya sudah menjelaskan jika saya membeli kue ini tidak mencurinya." jelas gadis cantik itu, ia takut sampai pemilik toko kue ini mencegahnya untuk pergi.

"Kamu siapa namanya?" tanya Arki begitu berani, ia sudah terpesona dengan kecantikan gadis yang ia temui sudah 2 kali dengan ini.

"Raisa, Tuan. Saya permisi dulu." setelah mengatakan namanya. Raisa pergi tanpa menatap pria itu, ia takut di marahi oleh ibu mertuanya karena telat membeli kue kesukaannya.

.

.

.

Sampai di rumah berlantai dua, Raisa segera berlari ke dalam bangunan dua lantai tersebut. Ia tak ingin di marahi habis-habisan oleh ibu mertuanya tak pernah menganggap dirinya sebagai mantunya.

"Lama banget sih, apa yang kamu lakukan di luar sana, hah." bentak ibu mertuanya bernama ibu Maria. Ia tak suka dengan mantunya yang di pilih oleh putranya dari kalangan biasa saja.

"Maaf, ibu. Di jalan macet." jawab Raisa berbohong, ia tak mungkin mengatakan dengan jujur apa yang ia alami di toko kue.

"Dasar mantu tak becus, tak ada gunanya. Kenapa putraku memilih kamu sebagai istrinya." hina Mamah Maria. Dari dulu ia tak suka pasa mantunya ini. Ia sudah punya calon mantu dari kalangan sederajat dengan dan masih anak dari teman arisannya.

Cacian, hinaan, dan memarahi ia tak ada habis-habisnya. Ia tak di perlakukan selayaknya seorang istri dari putranya telah mengikrarkan janji suci padanya.

"Pergi sana, cucian piring masih menumpuk." usir mamah Maria. Ia pun menikmati kue yang tadi Raisa beli.

Di ruang dapur, Raisa menitikkan air matanya. Ia begitu merindukan sosok suami untuk mendampingi dirinya, sebagai istri yang di tinggal di malam pertama oleh suaminya untuk berkerja di kantor milik teman ibu mertuanya. mau tak mau suka tak suka suami harus pergi ke luar kota untuk menyelesaikan pekerjaan sedikit kacau. Raisa sedih sekaligus kaget apa yang sudah suaminya putuskan.

Ia dan suaminya baru beberapa jam menjadi sepasang suami istri harus terpisah di saat malam pertama, Raisa belum menyerahkan hak suami sebagai mestinya istri harus melayani suaminya.

Rindu, sudah pasti. Sang suami hanya mengabari lewat sambungan telepon saja kadang video call jika suami sudah pulang kerja baru ia bisa melepas rasa rindunya walaupun tak seperti berhadapan langsung yang ia inginkan.

Duduk seorang diri sambil memeluk lututnya, ia tak pernah memberitahukan pada suaminya tentang kelakuan ibu mertuanya pada suaminya di luar kota. Ia sudah berjanji akan setia dan menunggu suaminya pulang.

"Raisaaaa...,"teriak Mamah Maria memanggil mantunya.

Ia pun bangun lalu menghapus cairan masih mengalir di pipi mulusnya. Ia harus segera datang untuk menemui ibu mertuanya.

"Ada apa, Bu?" tanya Raisa sambil menunduk.

"Tolong pijitin kaki saya." titah Mamah Maria tak henti-henti memerintahkan pada Raisa. Rasa capek dan lelah sudah biasa Raisa rasakan saat ini. Tapi rasa rindu pada sosok suaminya belum ia obati sampai sekarang sang suami tak pulang.

"Kenapa diam, apa kamu tuli, hah. Cepetan." titahnya lagi, ia tersenyum begitu senang pada mantunya itu. Ia memang membiarkan putranya lebih lama lagi di luar kota agar mantunya merasakan nikmatnya di tinggal suami pada malam pertama.

"Iya, Bu." jawab Raisa, di dapur saja belum ia kerjakan di tambah ia harus memijit kaki ibu mertuanya. Ia pun berjongkok ingin memulai memijit kaki ibu mertuanya.

"Yang kencang," titahnya lagi.

Raisa pun menurut, ia memijit sesuai apa keinginan ibu mertuanya. Rasa lelah, kantuk dan lapar membuat perutnya mulai keroncongan.

"Bu." panggil pelan Raisa.

"Boleh istirahat sebentar, Raisa lapar." pinta Raisa.

Mamah Maria menatap lekat-lekat mantunya, ia begitu benci karena putranya memilih dia dibandingkan dengan pilihannya sejak itu.

"Pergi sana. Dasar tak becus. Putra ku tuh orang hebat bisa memilih istri seperti mu." usir Mamah Maria, ia masih kasihan pada istri putranya itu jika tahu istrinya ia perbudak karena ia benci.

Raisa bangun lalu berlalu meninggalkan menuju ke dapur, ia membuka tutup saji hanya ada dua potong tempe goreng dan nasi saja. Raisa sudah biasa di perlakukan seperti ini, ia hanya mensyukuri apa yang ia dapat sekarang. Segera ia mengambil piring lalu mengambil nasi beserta tempe hanya tinggal dua.

"Mas Reno, apa kamu sudah makan. Kapan kamu pulang, Mas. Aku merindukan mu." lirih Raisa meneteskan air matanya. Sudah satu bulan tak ada selesainya di tempat kerja suaminya di sana. Ia begitu cemas dan khawatir jika suaminya betah di sana.

.

.

.

.

.

Cepat pulang, Mas. Aku di sini menunggu mu...

Episode 03

"Asalamualaikum, Mah." sapa Arki baru pulang dari toko kuenya. Tak lupa ia selalu bawa kue kesukaan sang Mamah.

"Waalaikumsalam, Dari mana?" tanya Mamah menerima uluran tangan putra keduanya.

"Ini kue kesukaan, Mamah." ucap Arki meletakkan kue tersebut di atas meja ruang tamu.

"Makasih, Sayang."

"Papah belum pulang?" tanya Arki mengedarkan pandangannya tak menemukan sosok sang ayah.

"Belum, masih ada urusan katanya. Gimana, kakak mu mau ikut kan?" tanya Mamah Nayla ingin tahu jika putra sulungnya itu mau datang atau tidak ke acara tersebut.

"Kakak gak bisa, Mah. Mungkin ada urusan." jawab Arki beralasan seperti itu, ia tak mungkin mengatakan jika ibu dari cucu Tuan Raditya adalah mantan pacar sang kakak belum move on sampai sekarang.

"Sana mandi dulu, nanti malam kita pergi sama-sama dengan Papah mu." titah Mamah Nayla, ia pun bangun dari duduknya untuk bersiap-siap sebelum suaminya datang untuk menjemputnya.

"Iya, Mah." jawab Arki, ia pun bergegas naik ke lantai dua di mana kamarnya berada.

.

.

.

Malam harinya, Papah Rayyan dan Mamah Nayla sudah bersiap untuk pergi ke acara syukuran kelahiran cucu rekan kerjanya. Ia datang karena undangan dari Tuan Raditya sebagai rekan kerjanya.

"Arki mana sih lama banget." gurutu Mamah Nayla sudah kesal menunggu anak keduanya tak turun juga.

"Sabar, Mah."

"Bi," panggil Mamah Nayla menghentikan pembantunya.

"Ya, Nyonya. Ada apa?" tanya seorang pembantu sambil tertunduk.

"Tolong panggilkan Arki ya, suruh cepat." titah Mamah Nayla membuat suaminya menggeleng-gelengkan kepalanya.

Tak berselang lama putra keduanya itu turun dengan stelan formal, ia mengenakan jas berwarna navi begitu pas di tubuhnya.

"Lama deh, Ki. Kaya cewek aja." omel Mamah Nayla pada si bungsu. Ketiganya pergi menggunakan satu mobil, Arki menjadi supir pribadi orang tuanya sudah duduk berdua di belakang.

"Maksudnya Arki jadi supir pribadi Mamah, Papah nih, Pah, pindah ke depan dong." pinta Arki tapi sang Papah menggelengkan kepalanya tanda ia menolak permintaan dari putranya. Ia tak ingin jauh-jauh dari belahan jiwanya sudah menemaninya puluhan tahun.

Arki merengut kesal sambil menyalakan mesin mobilnya untuk ia kemudikan sebagai supir pribadi orang tuanya. Kendaraan pun melaju dengan kecepatan sedang ia tak ingin terjadi sesuatu pada dirinya dan kedua orang tuanya.

30 menit, kendaraannya sampai di bangunan mewah tak kalah mewah dengan rumah orang tuanya. Ia memarkirkan mobilnya di tempat garasi sudah di sediakan oleh pihak rumah.

Kedua orang tuanya sudah lebih dulu turun untuk masuk kedalam acara tersebut, Arki tak langsung turun dari kendaraannya karena ingin mengangkat panggilan dari temannya.

Beberapa menit mengobrol dengan temannya sampai lupa jika ia datang ke kediaman rumah rekan kerja Papahnya untuk menghadiri acara syukuran cucu Tuan Raditya.

Turun dengan langkah yang tegak, Arki pun mengedarkan pandangannya untuk mencari keberadaan orang tuanya. Ia merasa tak nyaman datang telat karena mengobrol dengan temannya.

"Papah, Mamah. Mana sih." gurutu Arki ia mengedarkan pandangannya tapi tak menemukan kedua orang tuanya.

Ketika ia ingin mengambil minum, tangan putih mulus itu sama-sama memegang gelas yang ia pegang saat ini.

"Eh, maaf. Silahkan." ucap gadis cantik itu jadi salah tingkah. Ia pun segera menarik tangannya.

Saat gadis itu ingin pergi tangannya di tahan oleh pria yang ada di hadapannya.

"Kamu bukannya gadis yang kemarin ya." tebak Arki, ia mengingat-ingat dan benar dugaannya jika gadis kemarin di toko kuenya.

Gadis cantik itu mendongak melihat pria bertanya padanya. Ada rasa malu dan takut bertemu dengan pria yang sama pernah bertemu kemarin di toko kue.

"Aku lupa nama mu siapa?" tanya Arki masih belum melepaskan tangannya dari pergelangan tangan gadis itu.

"Raisa, Tuan. Lepasin." pinta Raisa, ia tak enak di lihat orang-orang terutama ibu mertuanya. Takut ada salah paham ia sudah berstatuskan sebagai seorang istri.

Arki pun melepaskan tangannya dari gadis cantik itu, ia tersenyum karena senang bisa bertemu dengan gadis cantik sudah menggetarkan hatinya.

"Kamu datang kesini sama siapa?" tanya Arki lagi, ia ingin mengobrol lebih banyak lagi dengan gadis sudah mencuri perhatiannya.

"Raisa." panggil wanita baya tersebut melihat dari jauh jika mantunya itu sedang mengobrol dengan pria lain.

"Saya permisi." belum sempat Raisa menjawab pertanyaan dari pria itu, ia pun bergegas pergi meninggalkan pria itu masih memandangnya.

"Apa itu Mamahnya ya, gadis cantik." ucap Arki dengan pelan melihat gadis itu di panggil oleh wanita baya ia tebak sebagai ibunya.

Raisa datang ke tempat dimana ibu mertuanya berada dengan tatapan tajam. Tak pernah suka saat ia datang menjadi mantunya.

"Kamu ngobrol sama siapa? Jangan kegatelan jadi wanita. Ingat status mu itu." hina Mamah Maria berbisik pada mantunya.

"Maaf, Mah. Raisa tak sengaja bertemu dengan pria itu." jawab Raisa dengan jujur.

"Dasar wanita murahan." hina lagi sambil terlalu meninggalkan mantunya sedang mematung mendengar hinaan dari ibu mertuanya.

Rasa sakit yang kini ia rasakan tak pernah di anggap layaknya seorang mantu di kehidupan seorang wanita baya tersebut, Raisa hanya bisa meneteskan air matanya karena tak kuat menahan sakit atas perlakuan tak baik padanya.

Dari kejauhan pria masih memperhatikan gadis incaran melihat aneh dengan gadis itu seperti tak bahagia ketika menikmati acara tersebut.

"Kenapa dengan gadis itu?" tanya Arki dalam hatinya bertanya-tanya, ingin sekali ia datang lalu memeluk gadis itu dengan wajah murungnya. Tapi itu tak mungkin karena ia bukan siapa-siapanya.

"Ki, lagi lihatin siapa?" tanya Mamah Nayla mengangetkan putra bungsunya.

"Mamah, apa-apaan sih bikin kaget aja." ucap Arki sambil memegang dadanya.

"Ya kamu malah melamun sambil lihatin apa?" tanya lagi Mamah Nayla begitu penasaran dengan putra bungsunya melamun di acara ini.

"Lagi lihatin calon masa depan," jawab Arki setelah itu pergi begitu saja, ia ingin memberikan selamat pada Tuan Raditya dan wanita masa lalunya sang kakak.

"Selamat ya, Lun. Semoga rumah tangga semakin harmonis." ucap Arki mengulurkan tangannya memberi selamat pada wanita mantan dari sang kakak.

Revan datang menghampiri istri dan anaknya sedang duduk tak jauh darinya, ia menerka jika pria itu adalah masa lalunya sang istri.

"Kamu kan pria brengsek itu kan." tebak Revan tak suka jika pria itu datang untuk menemui sang istri.

"Bukan, Mas. Dia adik kembarannya." sahut Aluna, sang suami salah paham karena menebak pria itu adalah masa lalunya.

"Santai, Bro. Aku Arki bukan Arka. Kaka kembaran ku tak datang. Jadi santai saja ya, saya kesini hanya ingin mengucapkan selamat untuk kalian berdua." ucap Arki, ia tak ingin ada kesalahpahaman karena menebak jika dirinya adalah pria masa lalunya Aluna.

.

.

.

.

.

.

Selamat ya, doakan saja kakak ku cepat menemukan mengganti mu. Agar ia bisa bahagia seperti dirimu...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!