Larnia selalu saja menyerah saat dihadapkan suatu masalah dalam rumah tangga. Sehingga cerai baginya adalah keputusan final dan tepat. Kebiasaan bercerai itulah menyebabkan Larnia kawin beberapa kali.
Bagaimana kisah lengkap nya?
Ikuti cerita nya dalam novel berjudul ORANG KETIGA
🌸🌸🌸🌸🌸
"Pergi dari rumahku! Aku sudah muak setiap hari melihat kamu yang kerjanya hanya main game dan bermalas-malasan saja. Pokoknya aku akan menggugat cerai dengan kamu," ucap Larnia dengan emosi yang meledak-ledak. Karena sangat emosinya, Larnia sampai gemetar karena marah. Junet pun masih saja tak bergeming dengan luapan emosi istrinya.
"Punya suami kok tidak ada gunanya. Aku seperti memelihara laki-laki lumpuh saja yang selalu minta dilayani ini itu. Sudah tidak pernah kasih duit serupiah pun. Memangnya kita tidak butuh makan? Apalagi kebutuhan rumah tangga setiap hari semakin tinggi," omel Larnia. Junet mulai terpancing emosinya mendengar omelan Larnia.
Junet menatap tajam ke arah istrinya yang kini berubah menjadi garang dan galak. Padahal saat Larnia mengajak Junet menikah, tidak perduli kalau Junet itu seorang pengangguran. Sekarang Larnia marah karena Junet malas dan tidak bekerja.
"Makanya, beri aku modal untuk membuka usaha. Aku akan bekerja dan memberikan kamu uang yang banyak. Setiap kali aku mau bekerja, kamu selalu saja tidak memberikan aku ijin keluar rumah. Lalu darimana aku bisa mendapatkan uang untuk memberikan kamu nafkah," Junet berusaha membela diri. Larnia berkacak pinggang. Matanya melebar. Rasanya susah jika bicara dengan suaminya itu.
"Ah cukup kamu beralasan! Aku sudah pernah memberikan kamu modal yah, Junet! Uang seratus juta itu bagiku cukup banyak, Junet. Sedangkan bisnis yang kamu jalani tidak memberikan hasil. Bahkan sedikit pun belum pernah kamu memberikan uang padaku," sahut Larnia. Junet berdiri. Dia melotot ke arah istrinya. Larnia tidak kalah melebar matanya dengan sempurna menatap suaminya tanpa ada rasa takut.
"Jangankan seratus ribu untuk membeli aku pembalut wanita. Membelikan nasi bungkus untuk aku saja kamu tidak sanggup," Larnia masih belum berhenti meluapkan emosinya.Junet masih diam, namun matanya sudah mulai berapi-api karena sudah marah dan merasa tidak ada harga dirinya sebagai seorang laki-laki.
"Ternyata setelah aku selidiki, kamu hanya mempergunakan uang seratus juta itu hanya untuk bersenang-senang dengan wanita lain di luar sana. Dan hobi kamu yang suka bermain judi itu selalu saja menguras uangku," omel Larnia panjang lebar. Tangan itu menampar pipi Larnia dengan penuh amarah. Larnia diam dan tentu saja terkejut dengan kekasaran fisik dari Junet.
Plak
"Kau! Sudah berani menamparku?" teriak Larnia dengan marah. Tidak ada air mata yang menetes di mata Larnia. Yang ada hanya rasa kesal dan amarah serta benci.
Prank.
Prank.
Beberapa perabot dilempar oleh Junet hingga ruangan tengah itu seperti kapal pecah. Pecahan kaca dan keramik berserakan. Larnia semakin berteriak-teriak keras memaki Junet.
"Dasar laki-laki tidak diuntung! Jangan kau rusak dan pecah perabot rumahku!" bentak Larnia. Junet semakin menjadi dan kesetanan. Larnia semakin dibuat emosi. Pasangan suami. istri itu bertikai tanpa kendali.
"Hentikan Junet! Jangan kau hancurkan barang-barang ku! Kamu datang ke rumahku hanya modal dengkul saja! Enyahlah dari rumahku sebelum aku melaporkan nya pada polisi! Dan orang-orang kampung ini akan menangkap kamu karena telah berlaku kasar terhadapku!" kata Larnia dengan emosi nya. Junet diam namun terlihat masih kesal.
"Dasar istri tidak pernah menghargai suami! Setelah bosan dengan aku, kamu campakkan aku!" umpat Junet. Larnia masih menatap tajam ke arah laki-laki di hadapan nya itu.
"Bagaimana dengan kamu sendiri, hah? Pernahkah kamu juga menghargai aku?" sahut Larnia tidak mau kalah.
"Hah? Laki-laki seperti kamu itu tidak layak dipertahankan sebagai suami, Junet! Kamu hanya sebagai benalu saja. Rasanya aku sangat menyesal, kenapa dulu aku menikah dengan kamu, Junet!" omel Larnia. Junet mendengus kesal. Lalu terlihat tersenyum sinis dengan Larnia.
"Apakah kamu lupa, Larnia? Bukankah kamu yang mulai merayuku? Bukankah kamu yang datang kepada ku dan menggoda ku?" ucap Junet.
"Kamu tetap ingin menikah dengan ku walaupun kamu tahu, aku tidak bekerja," sambung Junet.
"Selama ini kamu sangat kesepian menjadi janda setelah beberapa kali kamu kawin cerai dengan laki-laki? Dan aku laki-laki ke enam yang kamu ceraikan," omel Junet.
"Sekarang kamu sudah bosan dengan ku. Lalu ingin bercerai dengan ku. Sehingga alasan aku masih menganggur itu dijadikan utama alasan kamu supaya bisa mendepak aku dari rumah kamu? Aku yakin.Jika kamu sudah mengincar laki-laki lain untuk dijadikan suami bukan?" ucap Junet. Larnia tersenyum sinis.
"Itu bukan urusan kamu lagi, Junet! Sekarang keluar dari rumahku sekarang! Aku sudah muak dengan kamu!" gertak Larnia. Junet semakin kesal dengan Larnia.
"Dan satu lagi, Junet! Sebelum melangkah keluar dari pintu rumahku, tanda tangani dulu surat perceraian ini. Supaya urusan aku dengan kamu cepat selesai. Rasanya sudah malas banget lihat laki-laki yang hanya menggantung kehidupannya pada seorang istri tanpa mau bekerja," kata Larnia.
Junet memenuhi apa mau Larnia. Junet mengambil pena dan menandatangani kertas gugatan cerai yang sudah disiapkan oleh Larnia.
Junet menandatangani surat cerai itu dengan gusar. Setelah nya dia menyambar kunci motor Kawasaki miliknya. Motor kawasaki itu dulunya merupakan hadiah ulang tahun dari Larnia. Larnia melotot saat Junet mengambil kunci motor itu.
"Hai, jangan kau bawa motor itu! Kamu datang hanya modal dengkul saja bukan? Jadi saat keluar dari rumah ini, jangan membawa barang-barang dan harta ku. Apakah kamu tidak malu jika dikatakan merampok harta istri kamu sendiri, Junet?" umpat Larnia. Junet melempar kunci motor miliknya itu ke sembarang arah. Junet mendengus kesal. Larnia tentu saja terkejut bukan main dengan sikap kasar Junet.
"Ambil ini! Dasar wanita tidak berakhlak!" umpat Junet dengan mendengus kesal.
"Hah? Kamu yang laki-laki rendah dan tidak berakhlak! Bangsat!" umpat Larnia sambil memegang dadanya yang sudah panas meledak-ledak karena amarahnya.
Sedangkan Junet akhirnya keluar juga dari rumah itu setelah menandatangani surat cerai yang sudah disiapkan oleh Larnia.
⭐⭐⭐⭐⭐
"Hem, lega rasanya bisa lepas dari laki-laki benalu itu! Setelah ini aku tidak akan menikah dengan pria pengangguran seperti Junet," gumam Larnia sambil melihat layar ponsel nya yang sudah ada beberapa pesan masuk dari laki-laki baru yang mengajaknya berkencan.
"Ajaib! Hilang satu datang lagi yang baru! Uhuy! Ah Amir mengajakku berkencan malam ini. Sepertinya aku harus diam-diam menyelidiki nya terlebih dahulu. Jangan sampai aku tertipu dengan laki-laki yang hanya bisa memanfaatkan kekayaan seorang wanita saja, huh menyebalkan! Laki-laki seperti itu layak dibuang di Samudra Atlantik. Biar dimakan ikan hiu," ucap Larnia sambil tersenyum sendiri karena nanti malam ada pria baru lagi yang ingin mengajaknya berkencan.
"Semoga si Amir ini tidak seperti Junet yang suka menjadi benalu dan bergantung pada seorang istri. Kerjaan nya hanya bermain game dan tidur saja di rumah," gumam Larnia sambil mengamati wajah tampan Amir yang terbilang masih muda dan bersih di galeri ponselnya.
"Jadi nama kamu Amir? Teman sekolahnya Wulan, sahabat ku yah?" tanya Larnia pada Amir.
Saat ini keduanya sudah duduk berhadap-hadapan di sebuah kafe di pusat kota. Di atas meja sudah ada di hadapan mereka minuman dan juga hidangan yang siap dimakan oleh keduanya. Namun Amir dan juga Larnia masih sibuk mengaduk-aduk juz minuman buah gelas mereka masing-masing. Sesekali tersenyum menunjukkan senyuman termanis diantara mereka. Keduanya seperti jaim satu sama lain.
"Benar! Namaku Amir! Lengkapnya Amir Said Syah. Orang biasa memanggil aku dengan Amir. Demikian juga Wulan, sahabat kamu itu," ucap Amir.
Amir masih tidak capek-capek nya menunjukkan senyuman termanis nya pada Larnia. Larnia pun tidak berkedip memandangi wajah Amir yang cukup dibilang ganteng. Badannya yang besar dan maco cukup membuat pikiran dan imajinasi Larnia menjadi treveling kemana-mana.
Larnia mungkin saja tipe wanita yang mudah bosan. Bukan lantaran pasangan nya yang tidak bisa memuaskan dirinya. Mungkin saja variasi bagi Larnia sangat dibutuhkan supaya awet dan langgeng saat menjalin hubungan dengan Larnia.
Memang karakter Larnia tidak mudah ditebak. Saat dia menyukai seseorang, dia akan begitu peduli dan sangat rela berkorban demi membuat pasangan nya seperti seorang raja. Namun saat Larnia sudah merasakan titik bosan itu, pasangan nya bisa tidak dihiraukan nya. Apalagi jika pasangan nya tidak peka dan tidak bisa membuat Larnia senang karena banyak fantasi dan kemauannya.
"Hem, sedekat apa kamu dengan Wulan sahabat ku? Jangan-jangan kamu pernah berkencan dengan Wulan? Atau kamu mantan kekasih nya Wulan?" ucap Larnia seolah ingin mengetahui dan memastikan kalau Amir dekat dengan Wulan hanyalah teman biasa dan tidak ada hubungan spesial apapun dengan Wulan.
"Wulan adalah teman bicara yang enak, kok! Dengan Wulan, aku seperti sedang berbicara dengan kakakku sendiri. Jangan khawatir, aku dan Wulan hanya teman. Karena antara kami memang tidak ada hubungan spesial, atau lebih dari teman saja," terang Amir seolah-olah sangat paham apa yang dipikirkan oleh Larnia.
Larnia seperti terlihat menarik napasnya dengan lega. Amir tersenyum melihat ekspresi Larnia yang terlihat menggemaskan itu.
"Syukur lah kalau begitu! Aku kan dengan Wulan adalah sahabatan. Jadi aku tentu saja tidak mau menjalin hubungan dengan mantan atau bekas kekasih Wulan. Oh iya, kamu masih lajang atau sudah pernah menikah?" ucap Larnia.
"Mbak, usiaku masih juga dua puluh tujuh tahun loh, mbak! Masa aku terlihat sudah menikah sih, mbak? Aku tentu saja masih lajang. Dan mbak harus tahu loh, kalau aku masih perjaka loh," ucap Amir sambil tersenyum lebar.
Sejurus kemudian, Larnia jadi berpikir. Lalu mulai membayangkan apa yang dikatakan oleh Amir bahwa dirinya masih perjaka ting ting. Apa benar, di zaman sekarang pria seganteng Amir ada yang masih perjaka?
"Usia dua puluh tujuh tahun sekarang ini, seorang pria ada yang sudah menikah kok. Terus soal kamu masih perjaka ting ting itu, aku kok kurang percaya dengan pengakuan kamu itu yah," sahut Larnia sambil mengedip kan satu bola matanya.
"Hahaha, mbak Larnia kalau tidak percaya dengan ku, mbak bisa memastikan kebenarannya loh!" ucap Amir. Sukses ucapan Amir membuat Larnia tiba-tiba menjadi memanas seluruh tubuh nya. Tentu saja pikiran kotor nya kembali bertraveling hingga sampai ke ujung pulau tak berpenghuni.
"Oke, oke aku percaya deh sama kamu! Daripada kamu modus ingin berkencan dengan ku. Sedangkan kita belum juga menikah. Dalam prinsipku, walaupun aku kawin cerai sampai beberapa kali, aku tidak pernah melakukan hubungan badan dengan seorang pria manapun sebelum kami menikah," ucap Larnia.
"Wah, keren mbak Larnia! Jadi penasaran aku jadinya," sahut Amir.
"Btw, jangan memanggil aku dengan embel-embel mbak dong! Kesannya kita itu seperti adik kakak saja," ucap Larnia.
"Hem, baiklah Larnia" kata Amir. Larnia terlihat malu-malu saat mendengar panggilan itu dari mulut Amir.
"Oh iya, aku ingin tanya sesuatu pada kamu, boleh kan?" sahut Larnia.
"Boleh dong! Tanya apa, aku akan menjawabnya," kata Amir.
"Kamu kerja di mana, Mir? Kamu bukan pria pengangguran kan?" tanya Larnia langsung ke sasaran. Tentu saja dia tidak ingin kembali memiliki suami yang notabene seorang pengangguran dan tanpa penghasilan. Amir tersenyum lebar mendengar pertanyaan dari Larnia.
"Aku kerja, Larnia! Jangan khawatir jika aku tidak bisa kasih makan ke kamu setelah aku menikahi kamu nanti. Yah walaupun penghasilan ku tidak sebanyak kamu, tapi aku bisa kok kasih makan setiap hari untuk kamu," ucap Amir.
"Jadi, apa pekerjaan kamu? Biaya hidup ku sangat mahal loh. Dari perawatan kecantikan saja sudah mahal. Ditambah biaya shopping aku," urat Larnia.
"Hem, memang aku bukan pria yang kaya raya, Larnia. Tapi aku termasuk laki-laki yang bertanggung jawab dan suka memanjakan wanita. Soal biaya hidup itu sebenarnya sangat murah, Larnia cantik. Yang bikin mahal itu adalah gaya hidup," kata Amir.
"Maaf jika aku belum bisa memenuhi kamu soal gaya hidup kamu nanti. Tapi percaya lah, kalau aku akan berusaha membuat kamu senang dan bahagia," urai Amir panjang lebar.
"Aku adalah bos karet dan kelapa sawit. Selain itu aku memiliki banyak truk-truk untuk melancarkan dan mengelola usaha ku itu ke pabrik besar," kata Amir jujur.
Ucapan Amir mampu membuat Larnia klepek-klepek. Sebenarnya yang sangat dibutuhkan Larnia bukan harta yang melimpah. Pria yang mampu mengerti akan kemauannya itulah yang dibutuhkan Larnia. Walaupun pria itu memberikan sedikit nafkah pada dirinya saat menikah nanti. Dan tidak semata-mata menggantungkan hidup nya pada dirinya semata. Ini yang selama ini terjadi pada mantan -mantan suaminya Larnia. Karena Larnia sudah sangat cukup dengan penghasilan nya, sehingga suaminya tidak memberikan nafkah lahirnya walaupun sedikit saja. Bahkan mengandalkan Larnia yang sudah mandiri dan mapan sebagai wanita karier yang sukses dan berhasil.
"Baiklah! Kalau kamu serius dengan ku! Satu minggu dari sekarang, aku tantang kamu untuk menikahi aku. Bagaimana?" tantang Larnia akhirnya. Dalam hati Larnia dia berdoa semoga Amir benar-benar serius dengan dirinya yang notabene seorang janda yang sudah beberapa kali menikah.
"Kamu yakin, Larnia?" sahut Amir dengan berbinar.
"Tentu dong! Aku tidak akan seserius ini kalau sudah mau mendatangi seseorang di kafe seperti ini. Karena aku sudah menyelidiki kamu sebelum ini, dan semua yang kamu katakan padaku adalah kebenarannya. Kamu pria yang jujur. Dan aku juga percaya dengan Wulan sahabat ku kalau kamu laki-laki yang polos. Aku suka itu Amir," kata Larnia dengan mengedipkan satu bola matanya.
Amir seperti terhipnotis. Dia juga tidak main-main untuk menikah dengan Wulan yang usia keduanya sama. Mereka sama-sama berusia dua puluh tujuh tahun. Yang membedakan diantara keduanya adalah Larnia lebih berpengalaman dalam urusan rumah tangga. Sedangkan Amir, dia belum satu kali pun menikah alias lajang atau bujangan.
"Wulan, sebenarnya sedekat apa kamu dengan Amir?" tanya Larnia.
"Hem, cukup dekat. Amir suka curhat dengan aku dan demikian hal nya aku. Itu saja!" jawab Wulan santai. Saat ini mereka berdua sedang duduk bersama sambil menikmati capucino dingin di sebuah kafe. Larnia mengerutkan dahinya menatap lekat sahabat dekatnya itu.
"Kamu yakin hanya sedekat itu saja? Jangan-jangan kamu pernah berkencan dengan Amir dan bahkan pernah mencoba sesuatu yang menantang. Misalnya one night love," ucap Larnia seolah-olah menuduh Wulan pernah melakukan hubungan badan dengan Amir.
"Astaga naga? Kamu ini loh, Larnia? Kenapa kamu bisa berpikir dengan dengan ku seperti itu sih? Jika aku pernah melakukan itu dengan Amir, aku tidak akan mungkin mengenalkan kamu dengan Amir. Amir itu, aku jamin pria lajang, polos dan tidak neko-neko. Aku rasa, Amir masih perjaka, hehe," ucap Wulan panjang lebar.
"Yah, siapa tahu saja setelah kamu bosan berkencan dengan Amir dan menjalin hubungan dengan nya, kamu melemparkan nya padaku. Apalagi kamu melihat aku sekarang ini sudah tidak lagi bersama dengan Junet. Hubungan ku dengan Junet sudah tidak bisa aku pertahankan lagi," kata Larnia.
"Aku sudah bersabar selama ini dengan nya. Rasanya sudah cukup aku menerima Junet yang memiliki banyak kekurangan nya. Sebagai seorang laki-laki dan suami, Junet tidak bisa diandalkan," kata Larnia.
"Sumpah disambar gledek deh, jika aku pernah melakukan hal itu dengan Amir. Walaupun aku diam-diam menyukai berondong, tapi aku menganggap Amir itu seperti adik, teman, bahkan sahabat. Tidak ada pikiran seperti itu dengan Amir. Entah kalau dengan Amir yah, karena hati dan pikiran seseorang aku tidak bisa menebaknya," ucap Larnia.
"Hem, oke! Aku percaya sama kamu. Maaf, Wulan! Aku sudah sangat takut jika dibohongi oleh seorang pria. Apalagi aku sudah beberapa kali gagal dalam membina rumah tangga. Aku selalu saja menyerah ketika dihadapkan dengan permasalahan di mana suamiku kedapatan membohongi ku. Ditambah lagi di belakang ku, dia bermain curang dengan ku," ucap Larnia.
"Seorang wanita jika sudah diselingkuhin, rasanya sudah sakit dan sulit untuk memaafkan. Untuk apa dipertahankan lagi, sedangkan secara materi, dia pun tidak menguntungkan bagiku. Aku bisa membahagiakan diriku sendiri dengan penghasilan yang aku hasilkan setiap hari, setiap minggu nya, setiap bulan. Aku bisa bersenang-senang tanpa mengandalkan duit dari laki-laki brengsek itu," ucap Larnia panjang lebar.
"Bagus Larnia! Sekarang saatnya kamu lebih selektif lagi dalam menentukan pilihan. Tapi aku rasa Amir adalah laki-laki yang tepat untuk kamu kok. Walaupun usia kamu dengan Amir sama-sama muda. Namun Amir sudah memiliki segalanya. Dia juga punya rasa tanggungjawab dan sifat mengayomi," sahut Wulan.
"Benarkah Wulan? Kamu yakin kan kalau Amir laki-laki yang baik? Kemarin saat aku bertemu dan berkencan dengan Amir di sebuah kafe, aku sudah menantang Amir untuk menikah dengan ku. Jika dia benar-benar serius dengan ku. Dan kamu sangat paham aku kan, Wulan? Aku tidak akan melakukan hubungan badan sebelum menikah. Itu prinsip aku," ucap Larnia.
"Hem, aku tahu kamu Larnia! Lalu apa tanggapan Amir saat kamu langsung menodong dan menantangnya untuk menikahi kamu?" sahut Wulan.
"Sepertinya Amir tidak pernah main-main dengan aku. Dia akan membuktikan bahwa dia serius ingin menjalin hubungan dengan ku ke jenjang pernikahan. Buktinya dia menceritakan kalau dia pekerjaannya sebagai toke karet dan kelapa sawit," ucap Larnia.
"Bos karet dan kelapa sawit? Larnia! Kamu dibohongi oleh Amir! Bahkan dia salah satu pemilik pabrik kelapa sawit dan juga karet di salah satu kota di pulau Sumatera," sahut Larnia.
"Aku dibohongi rupanya oleh bocah ingusan itu yah? Tapi tidak apa-apa, sepertinya dia memang tidak ingin terlalu membanggakan harta yang dia miliki," ucap Larnia.
"Benar! Mungkin saja dua pabrik itu dahulu nya adalah warisan dari bapak nya. Dan memang saat bapak nya masih hidup, Amir sudah memulai usaha sendiri sebagai bos karet dan kelapa sawit," cerita Wulan.
"Jadi bapak nya Amir sudah meninggal dunia?" sahut Larnia.
"Benar! Beliau meninggal dunia karena kecelakaan saat melakukan perjalanan ke pulau Jawa. Sekarang ibu dan adik Amir tinggal bersama Amir," cerita Wulan.
"Ya Tuhan! Kasihan Amir! Ternyata dia sudah tidak memiliki bapak," sahut Larnia.
"Sekarang jika kamu sudah mantap dengan Amir, jangan terlalu banyak mikir, Larnia. Setiap kehidupan rumah tangga, selalu ada saja permasalahan. Dan aku harap, dengan Amir inilah, kamu bisa langgeng hingga maut memisahkan kalian," kata Wulan.
"Semoga saja, Wulan! Doakan aku bisa lebih bersabar menghadapi karakter pria seperti Amir nanti," sahut Larnia.
"Kamu dan Amir harus sama-sama saling pengertian jika ingin hubungan rumah tangga kalian nanti bisa langgeng dan awet," kata Wulan.
"Aamiin semoga saja Wulan!" sahut Larnia sambil memeluk Wulan.
Sebenarnya ada rasa kekhawatiran yang selalu menghantui Larnia saat memutuskan kembali menikah. Kegagalan dalam berumah tangga nya itulah yang memberatkan langkah Larnia untuk kembali menikah dengan seorang pria. Apalagi Amir, pria yang belum lama ia kenal. Namun jika dirinya dihantui oleh kegagalan dari masa lalu nya, Larnia tidak akan berani melangkah dan melepaskan status jandanya. Sedangkan rasa sepinya akan terus menyelimuti dirinya jika dia tidak berani melangkah.
"Semoga saja aku tidak salah pilih. Aku pikir Amir pria yang matang dan dewasa. Tidak seperti Junet dan mantan suamiku yang lain di mana mereka selalu bergantung kepada ku dalam urusan materi," pikir Larnia.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!